> CHAPTER 1

CHAPTER 1

Kamu saat ini sedang membaca  Eroge no Akuyaku ni Tensei Shitanode Mobu ni Narukotoshita volume 1 chapter 1. Kalo kamu menyukai karya ini silahkan tinggalkan jejak komentar. Dan juga jangan lupa dukung mimin dengan cara donet se iklasnya di Trkateer mimin buat mimin makin semagat+buat dana untuk beli raw

 


"Di mana aku...?"


Saat aku membuka mataku, aku berada di sebuah kamar yang tidak kukenal... Aku akan mengulanginya sekali lagi.


Saat aku membuka mataku, aku berada di sebuah kamar yang tidak kukenal. 


Situasinya terlalu fiktif. 


Aku mencoba mencubit pipiku... 


sakit. 


Itu benar-benar sakit. 


Mungkin kepalaku tidak tiba-tiba menjadi gila, dan ini bukan mimpi, sepertinya nyata. 


Sial, pipiku hanya terasa sakit.


Kalo berada di kamar ini adalah kenyataan, satu-satunya kemungkinan yang terpikirkan adalah penculikan. 


Itu berarti pelakunya pasti ada di suatu tempat.


Aku mengambil lampu berdiri yang terlihat cukup elegan di dekatku dan bangkit dari tempat tidur. 


Karena aku sepertinya tidak sadarkan diri, ini semakin memperkuat gagasan penculikan.


Aku berusaha menghilangkan suara langkah kaki dan mulai menjelajahi kamar. 


Tidak ada tanda-tanda kehidupan. 


Aneh sekali ada sandera yang tidur, tapi semuanya terlihat begitu terabaikan.


Aku mulai memeriksa kamar tidur, lalu ruang tamu. 


Aku melihat dapur, mengintip ke kamar mandi, dan akhirnya sampai di wastafel─


"Eh!?"


Aku tidak bisa menahan diri untuk tidak berteriak ketika melihat pantulan diriku di cermin. 


Lampu berdiri di tanganku jatuh, menimbulkan suara gemuruh yang keras.


Di sana berdiri seseorang dengan rambut cokelat, wajah yang bisa dibilang androgini, tapi juga memancarkan aura anak nakal─


"Itu Kaede Nishikoji!"


Tanpa sadar, aku kembali mencubit pipiku... dan tetap terasa sakit.


Sepertinya ini bukan mimpi, ini benar-benar terasa nyata.


...Tidak, ini bukan kenyataan. 


Ini gila.


"Kenapa aku bereinkarnasi di dunia 'Dan kemudian dunia dipenuhi dengan warna cinta.'!?”


Bereinkarnasi di dunia game eroge adalah sesuatu yang dalam kehidupan nyata jelas tidak mungkin.

 

Kaede Nishikoji─dia adalah karakter penjahat dalam game eroge populer 'Dan kemudian dunia dipenuhi dengan warna cinta.' yang biasa disingkat 'Sekai Ai'. 


Game ini sangat terkenal dan mendapat ulasan baik... kecuali untuk karakter Kaede Nishikoji.


Dia muncul sebagai antagonis yang menyiksa heroine, mencuri heroine dari protagonis di akhir buruk, dan terus-menerus mengejeknya dengan perilaku kejam. 


Di akhir cerita, hampir selalu, dia mati—meski memberikan rasa lega, tapi juga sangat menjengkelkan.


Frustrasi itu bahkan tidak terkait dengan konten erotisnya, sehingga beberapa pemain menjadi pembenci, membuat banyak utas kritik di forum, yang bahkan menjadi terkenal.


Bagaimanapun, Kaede Nishikoji adalah karakter yang sangat dibenci oleh para pemain, dan tentu saja, aku juga sangat membencinya.


"Ini pasti lelucon! Aku hancur...!"


Aku benar-benar memegangi kepalaku di depan wastafel.


Pertama-tama, aku harus menerima bahwa mungkin aku telah bereinkarnasi sebagai Kaede Nishikoji. 


Tidak, ini sebenarnya bukan sesuatu yang bisa diterima. 


Ini jelas tidak benar, tapi itulah masalahnya.


"Ini berarti, kalo aku tetap seperti ini, aku pasti akan mati, kan!?"


Benar, ancaman kematian selalu menghantui Kaede Nishikoji. 


Dalam game, tidak peduli rute mana yang diambil, dia selalu mati. 


Dengan kata lain, aku juga hampir 100% pasti akan mati dalam waktu kurang dari satu tahun di dunia ini.


Melalui celah di antara tangan yang menutupi kepalaku, aku menatap cermin. 


Memang, wajah Kaede Nishikoji yang putus asa terpantul di sana. 


Itu sama persis dengan ekspresi yang dia tunjukkan sesaat sebelum kematiannya.


Sambil tenggelam dalam keputusasaan, aku mencoba memikirkan solusi dengan susah payah dan akhirnya mendapatkan satu ide.


"...Tidak, tunggu. Masih ada kemungkinan kalo aku bukan Kaede Nishikoji."


Misalnya, mungkin aku terlibat dalam kejahatan tertentu dan telah menjalani operasi plastik yang membuatku terlihat seperti Kaede... Meskipun ini terdengar konyol, itu lebih masuk akal daripada teori reinkarnasi.


"Baiklah, aku masih aman. Untuk saat ini, aku tidak boleh menyimpulkan apa pun sebelum memeriksa barang-barangku..."


Aku bangkit dan pergi ke kamar tidurku, di mana mungkin ada beberapa barang.


Pertama, aku mengambil hp dan mencoba memasukkan tanggal lahir Kaede sebagai kata sandi. 


Hp itu terbuka tanpa masalah.


"Eh? Jadi, nama aslinya memang 'LIME', ya?"


Aku membuka aplikasi chat. 


Segera, aku menekan ikon profil untuk memeriksa namanya.


"Ugh, itu benar-benar ‘Kaede’...!"


Nama pengguna Kaede, yang menggunakan ikon modern, tertulis jelas sebagai 'Kaede'.


Aku merasa putus asa. 


Ini hampir membuktikan segalanya.


Tapi, aku belum menyerah. 


Masih ada kemungkinan besar kalo aku tidak memiliki nama belakang Nishikoji.


"Aku perlu mencari buku pelajaranku atau kartu asuransi... Pertama, dompetku!"


Dokumen resmi pasti akan memiliki informasi pribadi yang sesuai. 


Aku berhasil menemukan dompet di dalam tas sekolah Nishikoji dan dengan cepat mengeluarkan isinya.


"Hanya ada kartu asuransi. Tidak ada satu pun kartu poin, jadi Nishikoji pasti orang kaya."


Karakter Nishikoji dikenal karena berasal dari keluarga kaya. 


Selain itu, keluarganya menjalankan perusahaan yang termasuk dalam 5 besar di Jepang. 


Meskipun dia anak ke-2 dan bukan pewaris, dia pasti mendapatkan tunjangan besar tanpa harus bekerja. 


Itu benar-benar membuat iri.


Saat memeriksa dompet, aku melihat kartu hitam, tapi aku terlalu takut untuk menyentuhnya.


"Ini mengkhawatirkan. Tanggal lahir dan nama lengkapnya cocok dengan Nishikoji. Ini tidak mungkin hanya kesalahan..."


Normalnya, reinkarnasi seharusnya tidak ada. 


Kemungkinan kalo semua ini hanyalah mimpi jauh lebih besar.


Tapi, melalui ingatan samar dan kepribadian Nishikoji yang perlahan mulai terasa, aku mulai yakin.


Aku tidak tahu mengapa atau bagaimana ini bisa terjadi.


Tapi, entah bagaimana, sepertinya aku telah bereinkarnasi sebagai Kaede Nishikoji.


"Aku senang bisa bereinkarnasi di dunia Sekai Ai, tapi kenyataan kalo aku adalah Nishikoji..."


Untuk saat ini, mengingat kalo aku telah bereinkarnasi, di kehidupan sebelumnya aku hanya hidup selama 22 tahun. 


Aku tidak ingin mati di usia ini.


"Pertama, aku harus menemukan cara untuk bertahan hidup..."

 

Alasan kenapa Nishikoji mati adalah karena dia menyakiti sang heroine dan protagonis.


Dalam cerita, dia adalah penghalang kebahagiaan bagi protagonis. 


Jadi, aku hanya perlu menghindari terlibat dalam alur cerita.


"Kalo aku bisa hidup di dunia ini sebagai moob... Mungkinkah aku bisa mengubah ceritanya?"


Ceritanya berakhir pada upacara akhir semester di tahun pertama SMA. 


Selama aku tidak mati sebelum itu, aku bisa menganggap misiku selesai.


"Aku tidak perlu berhubungan dengan heroine atau protagonis, aku bisa hidup sebagai moob. Mungkin aku juga bisa pindah sekolah, tapi sepertinya itu sulit..."


Di dinding ada kalender. 


Tepat di tanggal hari ini ada lingkaran ganda, di bawahnya tertulis 'upacara pembukaan', aku sudah memeriksa Hp-ku, saat ini baru lewat pukul 05.00 pagi.


Dan permainan dimulai hari ini.


Aku melihat ponselku tadi, tapi tidak ada kontak dari orang tuaku. 


Dalam permainan, disebutkan kalo Nishikoji memiliki masalah dengan orang tuanya, jadi sepertinya itu benar.


Jika aku tidak bisa berkomunikasi dengan mereka, akan sulit untuk pindah sekolah sekarang. 


Setelah membayar biaya masuk, akan canggung untuk segera keluar.


Memilih opsi tidak pergi ke sekolah, aku masih belum tahu kapan aku bisa kembali ke dunia asalku. 


Mungkin aku akan tinggal di sini selamanya. 


Jadi, untuk berjaga-jaga, lebih baik menghindari risiko.


"Bagaimanapun, aku harus memastikan tidak terlibat dengan karakter mana pun..."


Aku menghela napas menghadapi situasi yang begitu putus asa.


Sambil mengingat dan mengatur ulang alur cerita permainan, matahari terbit dengan cepat.


Ada 3 heroine dalam permainan ini. 


Meskipun jumlahnya sedikit untuk game eroge, mengingat ini lebih seperti nakige, jumlah itu masuk akal.


[TL\n:Nakige (泣きゲー) adalah istilah dalam budaya Jepang yang secara harfiah berarti "permainan menangis." Istilah ini merujuk pada genre permainan video, khususnya visual novel, yang dirancang untuk memancing emosi dan membuat pemain merasa sedih atau terharu.]


Heroine pertama adalah Ayame Hananoi. Dia memiliki rambut perak panjang dan mata yang indah seperti danau, menjadi wanita tercantik di sekolah. Dia adalah 'bunga yang tak terjangkau' di SMA, posisi yang tak tergoyahkan. 


Meskipun dia bersikap dingin dan jarang berinteraksi dengan orang lain, ketika dia mulai terbuka, pesonanya sangat memikat.


Heroine ke-2 adalah Kanna Sasaki. Kalo Ayame adalah bunga yang tak terjangkau, Kanna adalah idola. Dia imut, selalu ceria, dengan karisma yang besar, dan secara halus menyatukan semua orang. 


Dengan rambut hitam model bob dan mata merah muda yang mencolok, dia sangat berkesan. 


Tapi, dia memiliki sisi gelap yang sering menjadi fokus dalam rutenya. 


Bagian di mana protagonis membantu menyelesaikan masalahnya yang tersembunyi adalah salah satu adegan paling populer dalam rutenya.


Heroine terakhir adalah Natsuki Asahina. Dia adalah seorang gadis cantik yang berbakat dalam olahraga dan masuk ke SMA ini melalui rekomendasi atletik. 


Dia selalu ceria dan penuh energi, kehadirannya memberikan kenyamanan bagi semua orang di sekitarnya. 


Rambutnya yang diikat kuncir kuda menambah kesegaran dan sangat cocok dengan kepribadiannya yang ceria. 


Pertemuan pertamanya dengan protagonis terjadi saat dia mendapat nilai buruk dalam ujian, yang membuat protagonis membantunya belajar. 


Saat mengadakan sesi belajar bersama, hubungan mereka perlahan menjadi lebih dekat. 


Dia memiliki kepribadian yang jujur, seperti adik perempuan yang manis.


"Lebih baik aku tidak terlibat dengan karakter-karakter ini..."


Sebenarnya, seharusnya tidak terlalu sulit bagiku untuk tidak berhubungan dengan protagonis. 


Dia pada dasarnya adalah anak introvert yang jarang berbicara dengan orang lain. 


Kalo aku tidak mencoba mendekatinya, mungkin tidak akan ada kontak.


Ada banyak rumor buruk tentang Nishikoji, jadi aku rasa tidak ada heroine yang akan mendekat untuk berbicara denganku.


SMA yang mereka hadiri adalah sekolah terpadu, jadi aku sudah mengenal Kanna Sasaki sejak SMP. 


Cepat atau lambat, rumor tentang Nishikoji akan sampai ke karakter lain yang baru masuk SMA.


Saat aku sedang melamun, tiba-tiba perutku berbunyi. 


Sekarang setelah kupikirkan, aku belum makan apa pun sejak bangun di dunia ini. 


Aku hanya menggunakan pikiranku, jadi tentu saja aku lapar.


Aku keluar dari kamar dan menuju dapur. 


Meski dia masih siswa SMA, sepertinya Nishikoji tinggal sendiri di apartemen yang sangat besar.


Aku tidak tahu apa dia ingin melarikan diri dari orang tuanya atau mereka tidak peduli dan hanya memberinya apartemen. 


Aku tidak tahu alasannya, tapi mengingat mereka hanya memberinya uang dan membiarkannya hidup sendiri, mungkin hubungan mereka sangat buruk.


"Eh? Tidak ada apa-apa."


Kulkasnya kosong. 


Benar-benar tidak ada apa-apa. 


Bahkan air pun tidak ada. 


Aku bertanya-tanya bagaimana dia bisa bertahan hidup.


Menurut ingatan samar tentang Nishikoji, dia biasanya meminta pacarnya memasak atau memesan makanan.


"Dia ini benar-benar sampah..."


Sepertinya dia membawa banyak gadis ke rumahnya. 


Dia tahu kalo dengan sedikit uang, mudah mendapatkan apa yang diinginkan.


Perutku kembali berbunyi. 


Ada pepatah lama yang berbunyi 'Dengan perut kosong, tidak ada yang bisa dilakukan.' 


Bagiku, ini adalah medan pertempuran. 


Makan adalah yang terpenting saat ini.


Dengan dompet di tangan, aku keluar dari apartemenku. 


Tujuanku... toko serba ada terdekat, yang seharusnya berjarak 5 menit berjalan kaki.


★★★


Dipandu oleh google map dari hp-ku, aku berjalan menuju toko serba ada. 


Karena ini tempat yang sepenuhnya asing, aku agak kesulitan menyesuaikan arah.


"Langkah berikutnya adalah melewati taman... Hah?"


Aku melihat hp-ku lagi setelah petunjuk yang terasa kurang masuk akal itu. 


Sepertinya ini adalah jalan pintas.


Mungkin lebih mudah mengambil rute lain.


"...Yah, lebih baik aku cepat kembali, kan?"


Benar, apa yang akan dimulai ini adalah sebuah pertempuran. 


Semakin banyak waktu untuk bersiap, semakin baik.


Aku mengikuti petunjuk Hp-ku dan masuk ke taman. 


Karena ini masih pagi, tidak ada orang di sana. 


Aku melewati area rumput dan tiba di zona permainan.


Akhirnya, aku mendengar suara berbisik. 


Ini pertama kalinya aku melihat seseorang sejak tiba di dunia ini. 


Aku merasa sedikit lega.


Meski begitu, aneh ada seseorang di taman sepagi ini. 


Saat aku meninggalkan rumah, jam menunjukkan sekitar pukul 06:00 pagi.


Aku menoleh ke arah suara itu dan melihat seorang gadis duduk di ayunan, membaca sesuatu dengan sangat serius. 


Dilihat dari ukurannya, sepertinya yang dia baca itu adalah buku catatan.


Tapi, yang paling menarik perhatianku adalah rambut peraknya yang indah dan mata birunya yang jernih.


(Ayame Hananoi...)


Kecantikannya bisa digambarkan sebagai keajaiban yang hanya terjadi sekali dalam seribu tahun. 


Dan dia mengenakan seragam SMA yang akan kumasuki mulai hari ini. 


Tidak diragukan lagi, dia adalah salah satu heroine 'Sekai Ai', Ayame Hananoi.


Sejujurnya, aku tidak berharap bertemu dengannya sepagi ini.


Yah, sepertinya dia tidak menyadari kehadiranku, dan kurasa tidak akan ada sesuatu yang terjadi.


Sekarang pukul 06:10 pagi. 


Upacara masuk dimulai pukul 09:00, jadi ini masih terlalu pagi. 


Aku tahu dari alur permainan kalo kereta yang Ayame tumpangi melewati stasiun dekat rumah Nishikoji, tapi perjalanan ke sekolah hanya memakan waktu 10 menit dengan kereta. 


Berangkat setelah pukul 08:00 saja sudah cukup.


Jadi, untuk apa dia datang ke taman ini, dan apa yang sedang dia baca?


Aku mencoba mengingat, tapi tidak ada adegan seperti ini dalam permainan. 


Kemungkinan ini tidak ada hubungannya dengan cerita utama. 


Tapi, untuk seseorang yang tenang dan dewasa seperti Ayame, dia terlihat luar biasa gelisah.


Rasa penasaranku muncul, tapi itu tidak berarti aku bisa berbicara dengannya. 


Sambil terus mencuri pandang, aku berjalan melewati taman.


Lagipula, kalo aku terlibat dengan karakter mana pun sekarang, aku mungkin memicu bendera kematian. 


Terutama dengan seorang heroine, itu terlalu berisiko.


Setelah memilih bento di toko serba ada, aku berjalan pulang. 


Yah aku sedikit menyesal karena aku tidak berbicara dengan salah satu heroine 'Sekai Ai',tapi bisa melihat wajah cantiknya saja sudah cukup.


Dia jauh lebih cantik daripada yang kubayangkan.


“Hm? Apa itu?"


Saat aku mengingatnya dan kembali melewati ayunan, sesuatu menarik perhatianku. 


Ketika aku mendekat dan mengambilnya, aku menyadari itu adalah selembar kertas yang tadi dibaca Ayame.


"Hah, ini... 'Hari ini, di bawah nafas musim semi, kami menjadi siswa SMA. Hari ini, bagi kami...' Bukankah ini salam perwakilan siswa baru?"


Karena Ayame memiliki nilai yang luar biasa, tidak mengherankan jika dia yang memberikan pidato. 


Tapi, kalo itu benar, seharusnya ada sesuatu terkait dalam permainan, tapi aku tidak ingat ada yang seperti itu.


Sebenarnya, pertemuan pertama antara protagonis dan Ayame adalah karena mereka dipilih menjadi anggota OSIS. 


Ceritanya dimulai dengan monolog khas protagonis yang berkata, "Hari ini aku juga menjadi siswa SMA", jadi tidak aneh kalo pidato Ayame disebutkan.


"Apa yang harus kulakukan dengan ini? Jika dia tidak memilikinya, dia mungkin benar-benar dalam masalah..."


Kalo ini adalah naskah pidato siswa baru, wajar kalo Ayame merasa gugup. 


Dia pasti telah berlatih berkali-kali di taman ini. 


Kalo dia menyadari tepat sebelum pidato kalo dia tidak memiliki naskah... Membayangkannya saja sudah mengerikan.


"Haruskah aku mengembalikan ini...?"


Kalo aku mengembalikannya, Ayame pasti akan merasa lega. 


Tapi itu juga berarti aku akan berinteraksi dengan heroine.

 

Kalo aku meremehkan fakta kalo ini hanya akan terjadi sekali, aku tidak tahu apa yang akan terjadi. 


Mungkin akan Butterfly efek... yah mungkin saja itu terjadi.


[TL\n:Butterfly Effect atau Efek Kupu-Kupu adalah konsep dalam teori chaos yang menyatakan bahwa perubahan kecil dalam suatu sistem dapat menghasilkan dampak besar dan tidak terduga di masa depan. Istilah ini sering digambarkan dengan metafora bahwa kepakan sayap kupu-kupu di satu tempat dapat memicu tornado di tempat lain, meskipun hubungan tersebut tidak langsung terlihat.]


Tapi, saat melihat lembaran itu, yang menunjukkan bukti telah ditulis ulang berkali-kali, aku tidak bisa mengabaikannya. 


Sudut-sudutnya kusut, jadi dia pasti berlatih keras selama liburan musim semi.


Gagasan kalo pidatonya gagal karena aku mengabaikan ini tidak menyenangkan. 


Bukan hanya karena aku menyukainya sebagai heroine, tapi juga karena aku tidak bisa berpaling begitu saja.


Kalo sesuatu terjadi dan aku mati, itu pasti dimulai di sini. 


Di saat aku bertemu dunia 'Sekai Ai'.


Apa aku akan menyesalinya?


Aku bertanya pada diriku sendiri berulang kali.


"Orang bilang lebih baik menyesali apa yang kau lakukan daripada yang tidak kau lakukan..."


[TL\n: yah semua tindakan yang kau ambil pasti itu akan membuatmu menyesal di kemudian hari. Søren Kierkegaard, seorang filsuf eksistensialis pernah menuliskan setiap pilihan pasti akan membawa penyesalan. karena manusia tidak dapat menghindari dampak dari keputusan yang diambil atau yang tidak diambil.]


Aku tidak tahu apa jawabannya. 


Mungkin aku tidak akan tahu sampai saat itu tiba.


Aku bukan tipe orang yang bisa mengatakan kalo aku tidak akan menyesal. 


Tapi, saat ini, aku tidak ingin dia gagal karena aku.


"Haruskah aku mengembalikannya...?"


Aku mengingat senyum heroine yang paling kuagumi. 


Apa yang akan dia lakukan? 


Tentu saja, dia akan mengembalikannya tanpa ragu, berbeda denganku.


Dengan lembaran itu di tangan, aku pulang dan bersiap.


"Wah, memakai seragam ini, membuatku semakin merasa seperti Kaede Nishikoji..."


Aku menghela napas di depan cermin. 


Aku tidak punya keahlian untuk menata rambut seperti dia, jadi aku hanya memastikan rambutku tidak berantakan.


Aku keluar rumah dengan langkah cepat.


Latar belakang 'Sekai Ai' adalah salah satu sekolah bergengsi di Jepang. 


Selain itu, sekolah ini juga dikenal sebagai tempat yang cukup makmur.


Seperti yang ditunjukkan dalam ilustrasi, bangunan sekolahnya sangat mewah. 


Seragamnya memiliki aura eksklusivitas yang membuatku bersemangat.


Semua peralatannya baru, dan lorong-lorongnya berkilauan lebih dari yang kuharapkan. 


Tidak diragukan lagi, ini adalah sekolah paling mewah yang pernah kulihat sejauh ini.


"Jadi, di mana dia...?"


Ini masih terlalu pagi. 


Aku tidak tahu ke mana Ayame pergi pada jam seperti ini.


Aku mulai menjelajahi gimnasium tempat upacara penerimaan akan diadakan, lalu memeriksa setiap ruang kelas satu per satu.


"Hah? Ke mana dia pergi...?"


Bukan hanya Ayame, tapi tidak ada jejak siswa mana pun di seluruh sekolah. 


Apa aku datang lebih awal darinya?


Atau mungkin...


"Apa dia menyadari dia kehilangan lembaran itu dan kembali mencarinya?"


Mungkin saja kami berpapasan tanpa sadar.


Aku menatap lembaran di tanganku dengan hati-hati. 


Ya, tidak mungkin dia kehilangan sesuatu yang begitu penting dan tidak menyadarinya sebelum sampai di sekolah.


"Wah, aku benar-benar ceroboh! Aku harus kembali lewat jalan yang sama."


Pertama-tama, aku akan kembali ke taman, dan kalo dia tidak ada di sana, aku akan menunggunya di sekolah. 


Pada akhirnya, dia pasti akan datang ke sekolah.


Aku segera keluar dari gedung sekolah dan hampir sampai di pintu masuk. 


Saat itulah aku menyadarinya.


"Hah? Ayame...?"


Sosok punggung yang tampak rapuh. 


Rambutnya bergerak gelisah di atas pundaknya.


Siluet sampingnya terlihat begitu indah, tanpa diragukan lagi itu adalah Ayame.


Meski hanya seorang teman sekolah, berlari sejauh ini untuk mencarinya terasa seperti tindakan berlebihan. 


Tapi, aku mengabaikan suara di kepalaku dan berlari mendekati Ayame.


"Hei!"


Suaraku, sedikit lebih keras dari biasanya, membuat bahunya bergetar. 


Sepertinya dia terkejut. 


Aku merasa sedikit bersalah karenanya.


"Maaf. Aku melihatmu di taman tadi. Apa ini lembaran yang kau hilangkan?"


Aku mencoba menggunakan suara selembut mungkin agar tidak membuatnya takut. 


Gadis yang berbalik dengan ekspresi terkejut itu perlahan melihatku. 


Akhirnya, mungkin karena suaraku terdengar menarik, aku terdengar seperti seorang pangeran. 


Tapi lupakan saja untuk saat ini.


Saat Ayame melihat lembaran di tanganku, wajahnya langsung bersinar. 


Meski dalam permainan dia digambarkan sebagai seseorang dengan ekspresi netral, nyatanya dia cukup ekspresif.


Matanya, yang sebelumnya penuh kecemasan, mulai tenang, dan aku melihat air mata mulai menggenang di sana.


Ketakutan melihat wajahnya yang hampir menangis untuk pertama kalinya, aku menyerahkan lembaran itu dengan hati-hati. 


Dia menerimanya dengan penuh kasih sayang, memeluknya erat di dadanya, lalu menatapku lekat-lekat. 


Dengan mata yang berkaca-kaca, dia menatapku dari bawah. 


Dan, di atas semua itu, kecantikannya sangat luar biasa. 


Itu benar-benar membuatku terpana.


"Terima kasih banyak. Ini sangat penting bagiku."


"Aku senang mendengarnya."


Ayame mengangguk berulang kali sambil menggenggam lembaran itu dengan tangan yang gemetar.

"Hari ini, dalam upacara penerimaan, aku akan memberikan pidato sebagai perwakilan siswa baru. Aku sangat gugup, benar-benar gugup. Aku sudah berlatih berkali-kali di rumah. Aku ingin datang lebih awal ke sekolah untuk berlatih, tapi aku tidak bisa menemukan lembaran tempat pidato itu ditulis. Ini sangat penting bagiku. Sungguh, terima kasih banyak."

Dengan suara bergetar namun tegas, Ayame membungkukkan kepala.

Sepertinya dia tidak terlalu pandai berbicara dengan orang lain, jadi kurasa dia benar-benar ingin mengucapkan terima kasih karena telah mengembalikan lembaran itu.

Saat melihat lembaran yang kusut karena caranya menggenggamnya erat-erat, aku bisa memahami betapa gugupnya dia menghadapi upacara penerimaan ini.

"Ah, itu bukan apa-apa. Aku hanya mengembalikannya. Angkat kepalamu. Selain itu, aku melihatmu berlatih tadi, dan setelah berlatih sebanyak itu, aku yakin semuanya akan berjalan dengan baik. Dan jika kau merasa tidak tampil sebaik yang kau harapkan, aku tetap yakin kau sudah melakukannya dengan hebat. Hmm, maaf, aku mungkin tidak tahu harus berkata apa lagi, tapi aku ingin kau tahu bahwa aku mendukungmu. Lakukan yang terbaik, oke?"

Melihat sosoknya yang gugup, kata-kata penyemangat itu mengalir begitu saja dariku. 

Tapi aku bertanya-tanya, apa itu pantas? 

Bagaimanapun, aku hanyalah orang asing baginya...

"Terima kasih banyak. Aku merasa sedikit lebih tenang sekarang. Aku akan mengingat apa yang kau katakan saat memberikan pidato nanti."

Suaranya masih lembut, tapi tidak lagi bergetar.

Ayame menunjukkan senyum kecil, benar-benar kecil, sebelum berjalan menuju gedung sekolah.

Di tengah perjalanan, dia berbalik sekali lagi.

"Semoga kita ber-2 memiliki kehidupan sekolah yang menyenangkan."

Suaranya bercampur dengan hembusan angin. 

Ketika aku melambaikan tangan, dia membalas sapaan itu dengan anggukan ringan.

"Senyuman Ayame... sungguh luar biasa..."

Bukan senyum yang dia berikan pada tokoh protagonis dalam cerita, melainkan senyum yang ditujukan padaku. 

Sambil menikmati kesan yang kuat itu, aku mulai kembali ke jalan semula untuk mengambil barang-barang yang kubutuhkan.


★★★


Pada akhirnya, Ayame menyampaikan pidato penerimaannya dengan sempurna. 


Dia tidak ragu sedikit pun, bahkan tidak melihat lembar pidato sama sekali. 


Mungkin dorongan semangat dariku sebenarnya tidak dibutuhkan sama sekali.


Dengan keindahan yang memukau, hampir seperti karya seni, dan kehadiran yang menonjolkan kecantikannya, Ayame menarik perhatian. 


Sejak dia naik ke panggung, suasana berubah menjadi gemuruh kecil.


Itu terjadi minggu lalu. 


Minggu ini, kelas akhirnya dimulai, dan hari ini adalah hari pertama 'tutor pribadi' dalam hidupku di SMA.


"Eh? Orang itu...?"


"Iya, iya. Hati-hati. Kalo dia sudah mengincarmu, kau tamat."


"Aku pikir aku akan menikmati kehidupan sekolah yang menyenangkan. Tapi kalo harus bersama orang seperti itu, semuanya selesai."


"Jangan pernah mendekatinya! Temanku di SMP dipukuli gara-gara bermasalah dengannya."


"Kudengar dari seorang teman ki katanya ada perempuan yang ditawari tas bermerek kalo dia membiarkan dirinya disentuh olehnya."


Saat aku masuk ke kelas, suasana menjadi sunyi seperti membeku, lalu gumaman-gumaman kembali terdengar. 


Sepertinya aku sudah menjadi 'karakter yang ditakuti'. 


Kupikir lebih baik datang lebih awal karena ini hari pertama, tapi sepertinya lebih baik datang tepat waktu saja.


Bagi seseorang yang di kehidupan sebelumnya hanya menjadi karakter Moob, ini cukup berat untuk ditanggung.


"Baiklah! Harap tenang sebentar."


Di tengah suasana itu, Sensei masuk ke kelas. 


Itu cukup melegakan. 


Dia adalah wanita mungil dan imut, rambutnya diikat rendah dan dia memakai kacamata.


Para siswa saling bertukar pandang, seolah ingin mengatakan sesuatu, lalu duduk di tempat masing-masing. 


Setelah memastikan kelas sunyi, Sensei mulai berbicara.


"Karena hari ini adalah pertemuan pertama kita, aku ingin kita saling berkenalan. Mulai dengan perkenalan diri. Sebutkan nama, hobi, dan sesuatu yang ingin kalian sampaikan. Pikirkan selama upacara pagi tadi."


Kelas bergumam, sebagian mengeluh, sebagian lainnya tampak antusias.


...Sekarang setelah kupikirkan, di SMA-ku sebelumnya juga ada kegiatan seperti ini. 


Ketika disuruh memperkenalkan diri secara mendadak, biasanya hanya bisa memikirkan hal-hal sepele dan itu sangat mengganggu.


Aku merasa, di kehidupan sebelumnya, aku selalu mengatakan sesuatu seperti naskah hafalan untuk segera menyelesaikan perkenalan diri. 


Bahkan murid dengan nomor absen satu tadi mengatakan sesuatu yang tidak penting dan segera duduk kembali.


Tapi kali ini, popularitasku nol—tidak, bahkan minus. 


Tidak peduli apa yang kukatakan, opini teman-teman sekelas tentangku tidak akan berubah. 


Tapi sudah kuduga itu tidak masalah.


"Selanjutnya, giliran Saita-kun."


"Ya!"


Saat Sensei memanggil namanya, seorang murid berdiri dari tempat duduknya. 


Aku memperhatikannya dengan hati-hati. 


Rambutnya berantakan, tubuhnya kurus, dan punggungnya membungkuk.


Dia adalah protagonis dari 'Sekai Ai'—Kanade Saita.


Tapi, ada sesuatu yang aneh. 


Meski postur dan penampilannya sama seperti Saita yang kukenal, ada sesuatu yang berbeda. 


Apa itu atmosfernya? Atau ekspresinya? Dalam ingatanku, Saita selalu terlihat lebih tidak percaya diri...


"Aku Kanade Saita. Makanan favorit ku adalah ramen. Aku suka membaca manga. Aku harap kita bisa berteman baik tahun ini."


Saita membungkuk ringan setelah memperkenalkan diri dan kembali ke tempat duduknya.


Aku tidak bisa menjelaskan perasaan aneh ini. 


Tapi jelas kalo Saita yang sekarang berbeda dari yang kukenal. 


Saita yang sekarang terlihat lebih percaya diri. 


Sederhananya, dia tidak seperti siswa SMA biasa.


Kenapa ini bisa terjadi? 


Aku hanya berinteraksi dengan Ayame sebelumnya. 


Ini adalah hari pertamaku sebagai reinkarnasi, jadi seharusnya tidak ada perubahan dalam cerita.


Saat aku terus mengamati Saita dengan waspada, tiba-tiba dia menoleh ke arahku. 


Aku segera mengalihkan pandanganku. 


Sial, aku terlalu mencolok.


...Mungkin itu hanya perasaanku saja. 


Aku mungkin terlalu paranoid.


"Selanjutnya, giliran Sasaki-san."


"Ya!"


Duduk tepat di belakang Saita, seorang gadis bernama Sasaki berdiri. 


Rambutnya hitam pendek bergaya bob. 


Tubuhnya mungil, tapi lekuk tubuhnya terlihat bahkan dari balik seragamnya.


Tidak diragukan lagi, karena kecantikannya yang mencolok, dia adalah salah satu heroine dalam cerita ini.


"Aku Kanna Sasaki! Hobi ku bermain video game, dan aku ingin banyak berbicara dengan kalian! Semoga kita bisa berteman!"


Kanna membungkuk sedikit dengan suara ceria, persis seperti dalam game. 


Saat itu, aku bisa merasakan teman-teman sekelasku saling berbisik. 


Sama seperti ketika Ayame memberikan pidatonya. 


Keduanya memiliki gaya yang berbeda, tapi sama-sama sangat cantik hingga terasa tidak wajar.


Selain itu, Kanna memiliki kemampuan komunikasi yang luar biasa. 


Nada bicaranya, ekspresinya, dan gesturnya—semuanya membuat orang ingin disukai olehnya. 


Tidak heran dia diperlakukan seperti idola di sekolah.


Saat aku terpesona oleh kehadiran Kanna, bel sekolah tiba-tiba berbunyi. 


Sensei menunda perkenalan diri hingga pertemuan berikutnya.


Sejujurnya, aku ingin ini segera berakhir. 


Aku merasa perkenalanku akan menjadi bencana. 


Aku tidak bisa menahan desahan kecil.


"Hei, Nishikoji."


Sepertinya waktu makan siang telah tiba tanpa kusadari. 


Seorang murid yang duduk di depanku tiba-tiba berbalik. 


Aku begitu terkejut hingga hampir berteriak... tapi aku berhasil menahannya.


"Ah... Narita?"


Shunichi Narita—dikenal sebagai 'anjing penjaga' dalam 'Sekai Ai'. 


Dia adalah bayangan Nishikoji, karakter yang suka mengganggu protagonis dan heroine. 


Dari sudut pandang pemain, dia adalah musuh yang sering dihadapi.


Tapi, dalam cerita ini, dia hanyalah karakter moob. 


Kalo aku tidak terlibat dengannya, seharusnya aku tidak akan berinteraksi dengannya.


"Kau sekelas dengan Kanna Sasaki!"


"Eh? Iya..."


Aku mengangguk pada Narita, merasa bingung dengan semangatnya.


"Bukankah kau pernah bilang, kalo kau sekelas dengan Sasaki, kau akan melakukan sesuatu?"

 

"Apa aku pernah bilang begitu...?"


"Iya, kau bilang meskipun Sasaki terlihat waspada, kalo kalian sekelas, kau bisa mengatasinya dengan cara tertentu."


"Ah, mungkin aku memang bilang begitu."


Aku mengangguk tanpa berpikir. 


Sejujurnya, aku tidak tahu apa Nishikoji benar-benar pernah mengatakan hal itu.


"Lalu, ada gadis itu juga. Aku lupa namanya, tapi dia memberikan pidato saat upacara penerimaan. Dia juga cantik, kan? Apa kau tidak tertarik padanya?"


"Eh? Tertarik?"


"Yah, karena dia terlihat pendiam. Kalo kau mengajaknya bicara, dia pasti akan condong ke arahmu. Gadis-gadis pemalu lebih mudah ditaklukkan."


Apa? Tunggu sebentar. 


Bukankah itu terdengar cukup kejam?


Kupikir Narita, pada akhirnya, tidak seburuk itu. 


Dalam game, dia tidak sekejam Nishikoji. 


Tapi, kata-kata ini...


"Nishikoji, kau punya uang dan tampan. Gadis-gadis seperti itu pasti akan jatuh cinta padamu dengan cepat. Kalo semua gagal, kau bisa mengelilinginya... Oh, ngomong-ngomong, ada kencan buta hari ini, kan? Kuharap ada gadis-gadis cantik yang datang."


Narita terus mengucapkan kata-kata kejam dengan wajah polos.


Aku hanya terdiam, terkejut. 


Narita mengangguk seolah menyadari sesuatu.


"Ngomong-ngomong, Nishikoji, apa yang terjadi dengan wanita cantik yang pulang bersamamu setelah oencan buat terakhir? Dia mahasiswa, kan?"


"Eh? Tidak..."


Pertanyaan yang tiba-tiba itu membuatku refleks memeriksa smartphone. 


Aku membuka aplikasi chat dan menemukan seorang wanita yang cocok dengan deskripsi itu di daftar percakapan. 


Ternyata, Nishikoji memang pernah bertukar pesan dengannya. 


Setelah melihat riwayatnya, sepertinya hubungan mereka berjalan cukup baik.


"Bukankah kau juga bertukar nomor dengan gadis-gadis lain? Seperti yang dari sekolah perempuan terdekat... apa namanya? Tohaku, kurasa?"


"Tohaku..."


Mendengar nama sekolah yang asing, aku langsung memegang kepala. 


Semua ini terlalu cocok dengan peran antagonis dalam game eroge. 


Apa situasi ini sudah di luar kendali?


Awalnya, rencanaku adalah menggunakan pengetahuanku dari game untuk menghindari terlibat dengan para protagonis, menjaga agar tap rendah hati, dan tidak terlalu mengganggu hubungan Nishikoji. 


Tapi kenyataannya berbeda.


Di kehidupanku sebelumnya, aku tidak pernah punya pacar, bahkan aku masih perjaka. 


Tidak mungkin aku bisa bergaul dengan wanita yang lebih tua yang kubawa pulang dari kencan buta.


"Hei, Narita... tidak, kau. Mungkin aku sebaiknya tidak pergi ke kencan buta untuk sementara waktu. Aku ingin fokus serius pada sekolah."


Ekspresi Narita langsung berubah terkejut. 


Nishikoji tidak pernah menganggap Narita sebagai teman, bahkan tidak memanggilnya dengan nama belakang, jadi perubahan nada ini pasti terasa aneh. 


Selain itu, alasan 'fokus pada sekolah' terdengar sangat tidak biasa.


Tapi, Narita tidak menolak. 


Dia segera mengangguk, lalu berkata, "Baiklah. Aku akan memberi tahu gadis-gadis itu."


Dengan rasa penasaran yang masih tampak di wajahnya, Narita mulai mengetik sesuatu di Hp-nya. 


Aku pikir aku bisa mengatasi situasi ini hanya dengan bicara, tapi sepertinya aku perlu merencanakan semuanya dengan lebih hati-hati.


Saat menyadari kalo situasi ini jauh lebih rumit dari yang kubayangkan, aku menghela napas pelan tanpa disadari siapa pun.




Selanjutnya

Posting Komentar

نموذج الاتصال