Kamu saat ini sedang membaca Netoge no Yome ga Ninki Idol datta ~Cool-kei no kanojo wa genjitsu demo yome no tsumori de iru~volume 3, chapter 2. Kalo kamu menyukai karya ini silahkan tinggalkan jejak komentar. Dan juga jangan lupa dukung mimin dengan cara donet se iklasnya di Trkateer mimin buat mimin makin semagat+buat dana untuk beli raw
DUA IDOLA POPULER, SEORANG MALAIKAT, DAN SEORANG PECANDU GAME ONLINE
Apa hal seperti ini benar-benar bisa terjadi!?
Kami bertiga sama sekali tidak bisa menyembunyikan keterkejutan kami, saling menatap dengan mata terbuka lebar.
Yang pertama bergerak adalah Risu───atau lebih tepatnya, anggota Star☆Minds, Komori Rinrin.
"...Onii, ikut aku sebentar."
"A-Aah."
Tanganku ditarik dengan kuat oleh Risu, dan aku keluar dari ruang tamu.
Rinka yang tertinggal tidak berusaha menghentikan kami, dan terlihat dia sedang memikirkan sesuatu di tempatnya.
"...Onii, apa sebenarnya semua ini? Jelaskan."
Begitu kami hanya berdua di lorong, Risu langsung mendesak dengan pertanyaan.
Aku juga sama terkejutnya, tapi untuk saat ini kuputuskan untuk mengatakan yang sebenarnya.
"Rinka adalah pacarku."
"...Apa kau memegang rahasia gelapnya?"
"Jangan kasar! Aku bisa mengerti kenapa kau berpikir begitu, tapi kami... saling mencintai."
"...Tidak perlu memunculkan suasana manis begitu... Sungguh, aku tidak mengerti sama sekali."
Risu mengerutkan wajahnya dengan ekspresi frustasi, dan membuang kata-kata itu. Aku pun merasakan hal yang sama.
"Lalu bagaimana denganmu, Risu? Ternyata kau adalah anggota Star☆Minds, Komori Rinrin!"
"...Aku sudah beberapa kali mencoba mengatakannya. Tapi... karena Onii, aku jadi tidak bisa."
"Kenapa? Seingatku aku tidak melakukan apa-apa."
"...Ketidaksadaran adalah dosa."
"A-aku tidak mengerti maksudmu...! Dan juga, aku tidak mengerti kenapa kau memintaku memanggilmu Risu!"
"...Risu...imut."
"Imut!? Hanya itu alasannya!?"
"...Itulah kenapa aku berkali-kali mencoba memberitahumu."
Entah kenapa, Risu malah menatapku dengan ekspresi tidak puas.
Hah... jangan bercanda. Sampai hari ini, aku bahkan tidak tahu nama asli adikku. Rasanya aku agak terpukul.
"Hanya untuk memastikan... mulai sekarang aku boleh memanggilmu Risu kan?"
"...Boleh. Sekalian, kamu juga boleh menambahkan 'Yang Mulia'."
"Kau benar-benar meremehkanku, Risu. Dan, kau bilang kau seorang streamer, kan? Jadi maksudmu..."
"...Iya. Tentang idol."
"Seorang streamer dan idol populer itu jelas dua hal yang sangat berbeda...!"
"...Tapi esensinya sama. Menebar harapan dan senyuman kepada dunia, membuat semua orang merasa bahagia... Esensinya sama."
"Tapi kau itu sering terkena skandal, kan? Yang kau tebarkan itu percikan api!"
"...Aku tidak melakukan kesalahan apa pun. Yang salah itu para manusia biadab yang tidak bisa memahamiku. (Serius)"
Risu mengatakannya sambil memasang ekspresi sok keren tanpa makna. Cara berpikir yang jelas-jelas tidak cocok untuk seorang idol...!
"...Lebih penting dari itu, soal Rinka-san. Apa kalian benar-benar berpacaran?"
"Iya... Aku ulangi sekali lagi, aku dan Rinka sedang berpacaran."
"...Rasanya seperti kehilangan dua orang yang berharga sekaligus... Aku merasa akan jatuh ke sisi gelap."
Risu memegangi dadanya erat-erat, dengan wajah yang seolah bisa menangis kapan saja.
Sayangnya, aku tidak bisa benar-benar memahami perasaan Risu saat ini secara konkret.
Tapi aku bisa membayangkannya.
Kakak yang mulai dekat dengannya, dan wanita yang dia kagumi, ternyata berpacaran...memang masuk akal kalo perasaannya jadi rumit.
"Ano... Risu...apa kau tidak terlalu senang mendengarnya?"
"...Apa kau memanggilnya...mengundang Rinka-san, karena kau pikir aku akan senang?"
"Iya. Maksudku, kau penggemar berat Rinka, kan? Jadi aku pikir kau akan senang kalo kau bertemu dengannya..."
Padahal kalo mereka satu grup, mereka pasti sudah sering bertemu. Tidak perlu aku pertemukan secara khusus.
Tapi, dengan ini alasan mengapa semua barang milik Risu yang berkaitan dengan Rinka memiliki tanda tangan asli pun terungkap.
Wajar saja kalo mendapatkan tanda tangan darinya itu mudah.
"Aku ingin membuat Risu senang, tapi sepertinya aku gagal. Maaf."
"...Aku senang karena Rinka-san datang."
"Benarkah?"
"...Iya."
"Kalo begitu, apa yang membuatmu tidak puas?"
"...Onii yang..."
Tanpa melanjutkan perkataannya, Risu menutup mulutnya rapat-rapat.
Ada apa ini sebenarnya...
Yang jelas, aku bisa merasakan kalo dia sedang merasa gelisah tentang sesuatu.
"...Sekarang, aku akan kembali ke sisi Rinka-san."
"A-aah."
Setelah mengatakan itu, kami kembali ke ruang tamu bersama.
Rinka sedang duduk di sofa, menunggu kami.
"Ah, apa pembicaraannya sudah selesai?"
"Kurang lebih... Rinka kau tetap tenang, ya."
"Begitu, ya. Fakta kalo adiknya Kazuto ternyata adalah Ririn. Hanya itu, kan?"
Kemampuan beradaptasi pacarku ini terlalu tinggi. Jadi ini yang disebut idol tipe cool, ya.
"...Kau tidak bilang soal pacarmu."
Risu berkata dengan nada menyalahkan, dia berjalan mendekati Rinka dengan ekspresi tidak puas. Suasananya serius.
Rinka sempat mengalihkan pandangannya sebentar dengan canggung, lalu berdiri dari sofa dan menundukkan kepalanya.
"Maafkan aku. Meskipun ini terdengar seperti alasan, aku memang tidak sempat mengatakannya."
"...Aku merasa sedih karena kau tidak memberitahuku."
"Aku benar-benar minta maaf..."
Rinka dengan lembut mengelus kepala Risu yang tertunduk sedih.
Gerakannya penuh kasih sayang, seperti seorang ibu yang menyayangi putrinya. Bukan hanya itu. Dia juga memeluk tubuh Risu dengan hangat.
Tinggi mereka yang pas membuat wajah Risu terbenam di payudara Rinka.
Kemudian tangan kanan Risu mulai bergerak mencurigakan, menuju paha Rinka.
"...Kau bisa memberitahuku tentang pacarmu kapan saja."
"Aku sebenarnya sudah lama mencari waktu yang tepat. Tapi belakangan ini, semua orang sedang sibuk, bukan?"
"...Rinka-san yang paling sibuk."
"Benar. Kalo semuanya sudah sedikit lebih tenang, aku akan menjelaskannya dengan benar kepada semua orang."
"...Nn."
"Tapi aku sangat senang karena Ririn menjadi adikku. Aku harap kita bisa rukun mulai sekarang."
"...Adik? Aku tidak terlalu mengerti, tapi aku juga senang."
Rinka terus memeluk Risu dengan penuh rasa sayang, sambil mengelus kepalanya dan berkata "yoshi-yoshi."
Melihat interaksi mereka saja sudah cukup untuk tahu kalo hubungan mereka akrab.
Risu juga membalas perasaan itu, menggerakkan wajahnya perlahan ke kiri dan kanan di dada Rinka.
Itu benar-benar terlihat seperti tingkah seorang penyimpang yang menikmati belahan dada dengan wajahnya.
Bahkan tangan kanannya masih memijat paha Rinka pelan-pelan.
Sejujurnya, itu cukup membuatku terdiam.
Hasratnya benar-benar tak tersembunyi...
"...Apa yang menjadi awal kalian mulai berpacaran?"
"Game online. Aku dan Kazuto bertemu di game online, dan membangun hubungan yang murni dan suci secara perlahan."
"...Game online... jangan-jangan, Black Plains?"
"Benar. Ririn juga memainkannya?"
"...Iya. Aku mulai main karena diajak oleh Onii yang mesum."
Aku terkejut karena disebut mesum seolah itu hal yang wajar.
Dan Rinka hanya menjawab dengan hangat, "Begitu ya, fufu." Sebisa mungkin aku ingin dia membantahnya.
"...Rinka-san. Dalam hal memilih pasangan, sebaiknya kau lebih berhati-hati."
Hei Risu. Apa maksudmu dengan itu?
Aku hampir bertanya, tapi aku menahannya.
Kalo dipikirkan secara objektif, memang tidak seimbang antara idol terkenal dan pecandu game online.
"Ririn, Kazuto itu anak laki-laki yang sangat baik. Dan kami tidak sedang berpacaran. Aku dan Kazuto adalah suami istri──────ah."
Rinka berbicara dengan lancar, lalu tersadar kalo dia mengucapkan sesuatu yang ceroboh.
Risu yang ternyata cukup peka, melepaskan wajahnya dari dada Rinka dan menatap matanya dengan serius.
"...Tidak berpacaran...? Suami istri? Apa maksudnya suami istri?"
"U-itu adalah...!"
"...Kau menyembunyikan sesuatu..."
Rinka menampilkan ekspresi gelisah yang jarang terlihat, terkena tatapan tajam penuh desakan.
Dia memandangku seolah meminta pertolongan.
Kenapa kau bisa keceplosan seperti itu...!
Risu sangat menjunjung tinggi arti dari hubungan keluarga.
Aku tidak bisa membayangkan bagaimana reaksinya terhadap anggapan bahwa menikah di game online berarti juga suami istri di dunia nyata.
"...Rinka-san?"
"Maaf, Kazuto. Menyembunyikannya saja sudah menyakitkan, tapi berbohong pada rekanku sendiri rasanya sangat berat."
"A-apa──────"
"Risu. Sebenarnya aku dan Kazuto adalah suami istri."
"..........?"
Rinka mengucapkannya dengan tegas dan penuh keyakinan atas kehendaknya sendiri.
Aku panik karena dia benar-benar mengatakannya.
Risu melongo dengan mulut sedikit terbuka. Di tengah reaksi berbeda dari kami bertiga, Rinka kembali menegaskan.
"Aku adalah istri Kazuto."
"...Eh, etto, eh?... eh?"
Risu terlihat sangat bingung, reaksinya seperti tiba-tiba kena banned akun.
Rinka menatap mata Risu dengan tajam dan memberikan pukulan terakhir.
"Aku dan Kazuto sudah menikah. Kami sudah terikat oleh ikatan jiwa yang tidak akan pernah terlepas hingga akhir zaman."
"...A, e, u... etto, e... a...?"
Pasti ada proses berpikir luar biasa yang terjadi di dalam kepalanya sekarang.
Akhirnya, setelah pikirannya bisa menerima kenyataan, Risu kembali sadar dan membuka mulut───
"Fu, faaaaaaaahhhhh!?"
Dia mengeluarkan suara aneh yang belum pernah kudengar sebelumnya.
Yah, itu memang reaksi yang wajar.
Tadi dia bahkan sempat memastikan kalo Rinka tidak memiliki pacar.
Dan sekarang, ternyata aku pacarnya, bahkan sudah diumumkan sebagai suaminya...
"...Suami istri berarti... kalian berdua, su-sudah melakukan berbagai hal...!?"
"Benar... Aku dan Kazuto telah melakukan hal-hal yang tidak bisa diceritakan pada orang lain."
Risu yang sangat terguncang, dan Rinka yang meletakkan tangannya di pipinya yang mulai memerah.
"...Ri-Ri-Rinka-san dengan Onii...!"
"Ano, kami tidak melakukan hal aneh, oke?"
Itu benar. Paling kami hanya dua kali berciuman sebagai sepasang kekasih, dan kami tidak pernah melakukan hal yang menyimpang. Setidaknya aku tidak.
".....Ja-jadi Onii telah.....meremas-remas payudara ini secara langsung───"
"Tidak!! Bahkan melalui pakaian pun tidak pernah!!"
".....Ka-kalo sampai bisa punya anak──────"
"Tidak pernah!! Hubungan kami sangat sehat!!"
"Benar. Tapi, aku sudah memikirkan banyak nama untuk anak-anak kami. Tentu saja untuk laki-laki dan perempuan. Jumlahnya ada 100 nama."
Rinka mengatakan itu dengan nada bangga.
Itu sangat tergesa-gesa, dan 100 nama itu...
".....Pe-pernikahan...?"
"Di game online. Kami menikah di dalam game online. Karena usia kami, menikah di dunia nyata belum memungkinkan."
".....Eh? Ja-jadi Rinka-san...kaalian itu, pasangan suami istri hanya di dalam game online saja, kan...?"
"Tidak, kalo kami menikah di dalam game online, maka di dunia nyata pun kami adalah suami istri."
"......Aku mungkin harus pergi ke dokter THT."
"Tidak apa-apa, Risu! Pendengaranmu baik-baik saja!"
Risu, yang meraba-raba telinganya dengan ragu, kembali tersadar ke realita setelah mendengar suaraku.
Pasti tidak pernah terbayangkan olehnya kalo idola cool yang dia kagumi akan mengatakan hal seperti itu.
".......Rinka-san, tolong hentikan lelucon mu itu."
"Ini bukan lelucon, aku serius."
"──────!"
Itu di katakan tanpa sedikit pun keraguan oleh Rinka, dan kali ini benar-benar membuat Risu kehilangan kata-kata.
"Menikah di game online = suami istri di dunia nyata, aku paham kalo ada orang-orang aneh yang tidak berpikir begitu. Ririn termasuk yang seperti itu ya."
"......Ti-tidak... Rinka-san lah yang aneh...! Dan sangat...sangat aneh...!"
"Aku percaya Ririn pasti akan mengerti. Nana juga sudah memahami hal ini."
".....Nana-san juga, tahu tentang ini?"
"Iya. Saat ini, yang mengetahui hubungan antara aku dan Kazuto hanya Nana dan Ririn saja... Nantinya aku juga akan menjelaskannya kepada anggota lainnya."
"......Aku bisa menduga akan ada teriakan...!"
Risu memegangi kepalanya sambil mengeluarkan, ".....Uuh, uuuh" dengan suara penuh kegelisahan.
Setidaknya dia sepertinya masih memiliki akal sehat yang normal, dia menunjukkan reaksi yang wajar.
".....Menikah di game online...ah, wanita aneh yang bernama Rin itu...Rinka-san...?"
"Wanita aneh? Sekarang kau memanggilku wanita aneh───"
"......Keluarga di game online...itu... Onii, bagaimana menurutmu?"
"Hei Ririn, barusan kau memanggilku wanita aneh───"
"Awalnya aku juga terkejut. Sejujurnya, sampai sekarang pun aku belum benar-benar bisa memahaminya."
".......Syukurlah. Kalau begitu───"
"Tapi aku tahu perasaan Rinka itu tulus, dan meskipun terasa aneh, menurutku tidak sampai perlu untuk ditolak."
"......Apa hanya aku yang masih waras...?"
"Tidak apa-apa, semua orang waras kok."
Risu hendak mengatakan sesuatu kepada Rinka, tapi tiba-tiba dia terdiam.
Setelah beberapa saat terlihat seperti ingin mengatakan sesuatu, dia menoleh kembali ke arah Rinka dengan ekspresi serius.
".....Rinka-san. Aku menghormati Rinka-san."
"Aku juga. Aku menyukai gaya Ririn yang apa adanya. Sikapmu yang tetap pada pendirianmu meskipun orang lain berkata macam-macam padamu."
Dari cara Rinka mengatakannya, terlihat memang seperti perilaku idol bernama Komori Ririn itu adalah dirinya yang asli.
Kabarnya, saat debut dulu dia sempat bingung soal pembentukan karakter, tapi sepertinya akhirnya dia memilih untuk bersikap jujur pada dirinya sendiri.
Saat menghabiskan waktu bersama Risu, hal itu terasa sangat nyata.
".....Rinka-san, meskipun kau terlihat dingin tapi sebenarnya kau sangat baik. Paling bekerja keras, selalu memperhatikan dan mendukung yang lain, pahami lembut, dan meskipun cara menegurmu keras tapi terasa penuh kasih... Aku menyukai Rinka-san, dan menghormatinya."
"Ririn, kau sampai memikirkan tentangku sejauh itu..."
Rinka menunjukkan ekspresi seolah merasa terharu.
Menyebut paha tadi itu tidak perlu.
".....Tapi, soal kali ini...nng───!"
Dengan suara mengerang, dia kembali memegangi kepalanya.
Rinka meletakkan tangan di bahu Risu yang tampak sedang resah, lalu berkata dengan suara lembut, "Benar juga. Tentu membingungkan kalo tiba-tiba diperkenalkan dengan seorang suami...maafkan aku", ucapnya dengan nada penuh empati.
Tapi, bukan itu masalahnya.
Persoalan utamanya adalah menikah di game online = menjadi pasangan suami istri di dunia nyata.
................
Setelah ini, apa yang akan dilakukan oleh Risu?
Orang-orang sebelumnya pada akhirnya menerima hal itu, dan sekarang telah sepenuhnya menerimanya.
Apa Risu juga akan ──────
"......Nn───! Aku menyukai Rinka-san...tapi, menjadi suami istri di game online itu...!"
"Ririn?"
".....Funnnnnn!!"
Risu yang menggaruk-garuk kepalanya dengan kasar───tiba-tiba berlari menuju tangga...!
Kemudian terdengar suara langkah kaki yang keras menaiki tangga dengan tergesa-gesa.
Aku dan Rinka saling berpandangan sejenak, lalu buru-buru mengejarnya.
Sebelum kami bisa menyusul, Risu sudah lebih dulu menutup pintu kamarnya dengan keras, dan mengurung diri.
Dia benar-benar kabur dari kenyataan.
Aku mengetuk pintu, tapi tidak ada jawaban. Kali ini Rinka yang mengetuk dan mencoba berbicara.
"Ririn? Kenapa kau mendadak seperti ini?"
"....Sekarang, aku tidak ingin bicara apa pun."
Suara kecil terdengar dari balik pintu. Lalu suara itu kembali terdengar.
".....Meski aku sudah mencoba menyusun pikiranku, aku tetap tidak mengerti... Onii punya pacar saja aku sudah agak tidak suka. Dan ketika tahu kalo pacarnya adalah Rinka-san yang sangat aku hormati...aku terkejut dan juga merasa rumit..."
Aku dan Rinka mendengarkan suara Risu yang keluar satu per satu dengan perlahan.
".....Yang paling tidak bisa kuterima adalah soal suami istri...! Apa itu suami istri...! Aku bisa mengerti kalo di game online bisa menjadi akrab... Tapi, menjadi suami istri itu aneh."
"Risu, itu──────"
".....Aku tidak bisa percaya kalo di game online bisa terbentuk ikatan yang setara dengan keluarga."
Perasaan itu, sejujurnya aku mengerti.
Karena aku sendiri pun masih belum bisa menganggapnya sebagai sesuatu yang lumrah.
Tapi, perasaan Rinka adalah sungguh-sungguh. Tidak ada ruang untuk meragukannya.
Meski begitu, sepertinya Risu memiliki pemahaman dan prinsip tersendiri mengenai konsep keluarga.
".....Aku mengakui Onii sebagai keluargaku karena dia mengakui diriku apa adanya. Karena ketika aku sedang dalam masa-masa sulit, dia menerimaku tanpa memandang soal keluarga atau tidak..."
"..........."
"......Dan setelah itu, dia mengatakan ingin menjadi keluarga."
Dia lalu melanjutkan ucapannya.
".......Aku tidak percaya kalo di game online bisa terjadi pertukaran perasaan sedalam itu."
Meski dengan suara nyaris tak terdengar, Risu akhirnya mengungkapkan isi hatinya.
Rinka yang semula mendengarkan dengan tenang, akhirnya membalas.
"Ririn, itu tidak benar. Justru karena di game online kita tidak tahu status sosial atau penampilan seseorang, maka kepribadian asli seseorang bisa terlihat. Tentu saja ada pengecualian. Tapi pada dasarnya, dunia game online adalah tempat di mana seseorang bisa membuka hati secara murni dan berinteraksi dengan orang lain."
"..........."
"Ririn?"
Tidak ada jawaban. Mungkinkah dia sedang memikirkan apa yang harus dikatakan?
Tiba-tiba, pintu terbuka sedikit.
Dari celah itu, Risu mengintipkan wajahnya――――。 ──────
"......Game online, pada akhirnya hanyalah game」
"──────!"
Wajah Rinka langsung menegang dengan ekspresi yang sangat kaku.
Bahkan aku pun tahu kalo Risu telah menginjak ranjau.
Dengan tatapan tajam dan dingin seolah menyayat, Rinka menatap Risu dan berbicara perlahan.
"Menistakan game online, menolak dunia kami, itu tidak bisa dimaafkan. Bahkan kalo itu kau sekalipun, Riri...!!"
"──────piii!!"
Bagaikan iblis yang mengamuk, kemarahan luar biasa terpancar dari Rinka, membuat Risu mengeluarkan suara seperti burung kecil yang ketakutan lalu segera menarik diri──────
Dengan begitu, pintu pun tertutup rapat.
Meskipun diketuk atau dipanggil, tidak ada respons. Risu tidak keluar.
Aku mencoba berbicara dengan suara gemetar karena merasakan kemarahan dari arah sebelah.
"Etto, ano, Rinka-sama?"
"Game online, pada akhirnya hanyalah game? Ya, itu memang game. Tapi, cara meremehkan seperti itu tidak bisa dimaafkan. game online adalah tempat aku dan Kazuto─────"
Rinka menggertakkan giginya, seakan menahan amarah yang meletup dari dalam perutnya.
Setiap orang pasti memiliki sesuatu yang penting dan tak bisa dikompromikan.
Bagi Rinka, itu adalah game online, dan pemikiran kalo menikah di game online = pasangan suami istri di dunia nyata.
Sementara bagi Risu, menjadi keluarga memerlukan interaksi mendalam di dunia nyata.
Aku berada di posisi yang abu-abu, yang bisa memahami kedua pandangan itu.
Kupikir pandangan Rinka agak berlebihan, tapi aku tahu ikatan sejati bisa terbentuk lewat game online.
Di sisi lain, aku juga bisa mengerti keinginan Risu akan idealisme dalam keluarga.
"Haa...ini merepotkan."
"Kazuto. Mulai hari ini, boleh aku menginap di rumah ini?"
"Boleh saja, tapi apa semuanya baik-baik saja?"
"Ya, soal aktivitas idolku, aku akan mengaturnya. Tapi yang lebih penting sekarang...adalah Riri. Aku harus membuatnya mengerti betapa berharganya dunia game online."
"Aku rasa memaksakan pandangan bukanlah hal yang baik..."
"Bukan memaksakan, tapi membuatnya memahami. Aku tidak bisa menerima kalo game online diremehkan begitu saja. Dan aku akan membuatnya mengakui kalo kita ini adalah pasangan suami istri...!"
".........."
Mata Rinka menyala dengan api tekad. Aku merasa ini akan menjadi perjalanan yang panjang.
★★★
Sudah dua hari berlalu sejak saat itu, tapi Rinka dan Risu belum bisa berbaikan.
Sampai-sampai aku berpikir, bukankah lebih baik mereka menjaga jarak?
Interaksi yang terjadi di antara mereka membuatku berpikir begitu.
Kami bertiga tinggal dan tidur di rumah yang sama, tapi...ini sungguh menyiksa.
Pertama-tama, Rinka mencoba berbicara dengan Risu, tapi Risu yang terlihat canggung segera menjauh.
Lalu Rinka dengan paksa kembali mencoba berbicara, menjelaskan dengan penuh semangat betapa luhur dan mulianya dunia game online───kemudian Risu menjawab dengan singkat tapi menusuk, ".....Pada akhirnya tetap saja itu hanya game. Tidak dalam, " membuat Rinka membeku kaku... Hal seperti itu berulang selama dua hari ini.
Sebagai orang yang berada di antara keduanya, aku terus-menerus merasa perutku terpelintir oleh stres.
Ini tidak masuk akal, bukan?
Aku tinggal serumah dengan dua idol terkenal, lho?
Skenario yang akan membuat banyak pria meneteskan air mata darah karena iri, tapi aku justru sedang mengalami neraka yang belum pernah kurasakan sebelumnya.
"Haa...satu-satunya penghiburan adalah makan malam yang kami lalui bertiga bersama...tidak, itu juga neraka."
Makan malam yang dilalui dalam keheningan...memang tidak masalah kalo tidak berbicara saat makan, tapi keheningan ini memiliki atmosfer yang sangat berbeda.
Rasanya seperti terkena efek racun yang perlahan mengikis HP-ku.
Menjelang waktu makan malam, setelah selesai bermain game online, aku keluar dari kamarku dan menuruni tangga.
Saat tiba di ruang keluarga, Risu dan Rinka sudah duduk di tempat mereka masing-masing.
Di atas meja tersaji masakan buatan Rinka...menu yang terlihat seimbang dari segi gizi.
"......Onii, cepat."
Seperti biasa, Risu yang masih mengenakan selimutnya menyuruhku dengan nada mendesak.
Ngomong-ngomong, kali ini Risu tidak mengenakan hood-nya.
Karena identitasnya sudah terbongkar, sepertinya tidak ada lagi alasan untuk menutupi wajahnya.
Setelah kami bertiga mengatupkan tangan dan mengucapkan 'itadakimasu', kami mulai menyuapkan makanan ke mulut seperti menjalankan tugas.
".........."
".........."
Suasananya bukan seperti sedang fokus makan, melainkan seperti menolak untuk berbicara.
Rasanya HP-ku sebentar lagi akan habis karena racun.
Sial, padahal makanannya enak...enak sekali...!
Keheningan ini terlalu menyiksa sampai-sampai sumpit pun terasa berat.
Tiba-tiba, Rinka berbicara kepada Risu.
"Risu. Setelah ini, ayo kita bermain game online bersama."
"......Kenapa?"
"Sulit menjelaskannya hanya dengan kata-kata... Itu sebabnya aku ingin menyampaikan pesona game online melalui pengalaman langsung."
".......Aku tidak bisa bermain dengan Rinka-san..."
Risu yang tampak ragu menjawab dengan suara seperti bicara pada diri sendiri, tanpa menatap mata Rinka.
Mungkin karena merasa canggung. Dia sudah beberapa kali menolak cara pandang Rinka tentang game online.
".....Lagi pula, sebelumnya...aku sudah bermain dengan Onii."
"Tapi kau hanya melakukan mining, jadi kau belum merasakan kesenangan sebenarnya, kan?"
"....Ya. Suara dentingan logam masih terngiang di telingaku, rasanya aku seperti mau kena gangguan mental"
"Aku mengerti perasaan itu. Bukan berarti mining tidak menyenangkan, tapi segalanya ada batasnya."
"......Itu benar. Tapi, Onii...!"
"Benar, suamiku ini sungguh...!"
"Tunggu, kenapa pembicaraan ini jadi keluhan tentangku? Hei?"
Keduanya melirik ke arahku sejenak, lalu menghela napas bersamaan dengan ekspresi kecewa.
Entah sejak kapan aku menjadi pihak yang terasing.
Kenapa bisa begitu?
".....Game online tidak bisa membentuk keluarga."
"Itu tidak benar. Hanya itu yang tidak akan kuizinkan untuk disangkal."
"......Aku sangat menyukai dan menghormati Rinka-san. Tapi, aku tidak akan membutakan diri."
"Lalu?"
"......Kalo ada yang salah, aku akan mengatakannya dengan jelas. Hanya dengan game online, tidak bisa menjadi keluarga yang sesungguhnya."
"Karena sepertinya Risu belum tahu, jadi akan aku beri tahu. Ada orang-orang yang benar-benar menikah setelah berkenalan lewat game online. Bahkan ada paket pernikahan yang terinspirasi dari Black Plains, itu benar-benar ada."
"......Itu melenceng dari pembahasan. Yang aku katakan adalah, pemikiran kalo menikah di game online berarti menjadi suami istri di dunia nyata, itu keliru."
"Tidak ada yang salah dengan itu. Memang aku tahu ada sebagian orang yang memisahkan antara game online dan dunia nyata. Tapi kalo melihat esensinya, game online justru dunia tempat seseorang dapat menghadapi orang lain dengan hati yang tulus...dengan kata lain, menikah di game online berarti juga menjadi suami istri di dunia nyata."
Seperti yang diharapkan dari Rinka. Meskipun logikanya terdengar kacau, cara bicaranya sedikit memberi kesan meyakinkan.
Tapi Risu berbeda.
"......Di dunia nyata pun, orang bisa menghadapi satu sama lain dengan tulus.”
"Ya, kau benar. Aku tidak menyangkal itu. Aku hanya mengatakan kalo di game online lebih mudah untuk saling terbuka dengan hati yang sesungguhnya."
"......Aku tidak bisa menerima itu...tidak bisa."
Risu menyendokkan makanan ke mulutnya dengan cepat, dan menghabiskannya, lalu dia berjalan pergi menuju tangga seolah ingin melarikan diri.
Rinka membuka mulut seakan ingin mengatakan sesuatu, tapi pada akhirnya hanya mengantar kepergian punggung Risu dengan pandangan mata.
"Aku memang tidak bisa... Aku selalu terbawa emosi. Aku tidak bisa benar-benar menyentuh perasaan Risu."
"Rinka sudah berusaha kok."
"Berusaha saja tidak cukup. Yang penting adalah bagaimana proses itu menghasilkan hasil...fuu."
Untuk menenangkan dirinya, Rinka menghela napas dalam-dalam.
Dari suasananya terpancar rasa lelah.
Ekspresinya juga jelas menunjukkan keletihan.
"Apa kau tidak apa-apa? Kau kelihatan lelah..."
"Benar juga, aku masih punya aktivitas idol... Banyak hal yang harus kupikirkan."
"Itu, hmm. Setidaknya, biar aku saja yang masak."
"Kau hanya bisa membuat telur rebus, bukan?"
"Benar."
"Biar aku saja yang masak. Lagi pula, aku memang suka memasak...dan itu bisa jadi pelampiasan yang baik."
"Begitu ya...terima kasih, seperti biasa."
Saat aku menunduk mengucapkan terima kasih, Rinka menjawab dengan lembut, "Tidak apa-apa."
Sedikit tambahan, Risu hanya bisa membuat mie instan.
Sebelum Rinka datang, kami benar-benar hanya makan mie instan.
Dan aku hanya bisa membuat telur rebus.
Kakak beradik yang paling buruk yang hanya bisa merebus air.
"Bagaimana caranya agar bisa diakui oleh Risu, ya..."
"Yang satu itu memang sulit."
Sebenarnya, bisa diakui oleh begitu banyak orang sampai sekarang saja sudah seperti keajaiban. Kali ini justru lebih realistis.
"Aku menyukai Risu, keinginan untuk berdamai dengannya itu sudah pasti ada... Tapi kalo ikatan dari game online disangkal, itu sama saja dengan menyangkal diriku. Aku ingin dia mengakuinya, bagaimana pun caranya."
Rasanya seperti pria yang tidak diakui oleh ayah pacarnya untuk menikah.
Setelah mengetahui perasaan sejati Rinka, aku jadi semakin ingin melakukan sesuatu.
Bukan memaksakan pendapat, tapi keinginan untuk diakui... Aku sangat memahami perasaan itu.
"Maaf. Aku ingin memikirkannya sendiri dulu."
Setelah selesai makan, Rinka merapikan peralatan makan dan pergi ke lantai dua.
Sepertinya dia kembali ke kamar yang telah kusiapkan untuknya.
"Aku juga harus mencoba mendengar apa pendapat Risu..."
Aku tidak tahu apa yang bisa kulakukan, tapi setidaknya aku ingin mendengarkan perasaan yang dipendam keduanya dan menjadi bantuan dalam bentuk apa pun.
Setelah mencuci peralatan makan untuk bertiga, aku menuju kamar Risu dan mengetuk pintu.
Pintu terbuka lebih cepat dari yang kuduga, dan dia menampakkan wajahnya.
Entah kenapa, dia menatapku tajam dengan ekspresi yang terlihat kesal.
".....Ada apa?"
"Aku ingin bicara sedikit."
".....Tentang Rinka-san?"
"Yah, ya..."
"......Masuk saja."
Aku diundang masuk ke kamar.
Suasananya masih bernuansa chuunibyou seperti terakhir kali kulihat.
Satu-satunya perbedaan adalah tidak adanya lagi kandang serangga.
Saat aku duduk begitu saja di lantai, Risu duduk di atas ranjang dan bergumam pelan.
".......Mesum."
"Apa-apaan itu tiba-tiba."
"........Menyuruh idol populer memanggilmu suami, lalu merasa senang."
"Aku tidak senang, justru aku bingung, tahu."
Bukan berarti aku membenci sikap Rinka. Tapi secara pribadi, aku lebih suka punya hubungan biasa dulu sebagai sepasang kekasih.
Sambil berpikir begitu, aku menatap poster Rinka yang tertempel di dinding.
Mungkin untuk menonjolkan kesan cool, ekspresi seriusnya yang tajam menatap lurus ke arah sini. ...Imut juga.
".....Kalau saja aku datang ke rumah ini lebih cepat...mungkin aku dengan onii..."
"Eh?"
Suaranya sangat pelan, aku tidak bisa mendengarnya dengan jelas.
Saat aku mengalihkan pandanganku dari poster ke arah Risu, dia menggelengkan kepalanya seakan memintaku untuk tidak menanyakan lebih jauh.
".......Bukan apa-apa. Masalah ini tidak bisa diselesaikan meski dipikirkan. Hanya bisa diterima saja."
Daripada menerima, nada bicaranya terdengar seperti menyerah.
Risu memalingkan wajah dariku dengan senyum masam yang terdengar menyedihkan, dan menatap boneka di lantai yang memiliki tujuh lengan.
Aku ingin membantunya bukan sebagai kakak, tapi sebagai seorang manusia.
"Kalo ada hal yang bisa aku bantu, tolong katakan."
".....Kau biang keladinya, masih bisa bicara begitu...!"
"Eh───...apa maksudmu?
Risu menatapku tajam dengan sorot mata yang menusuk.
Ini teguran yang cukup tidak masuk akal...
Tapi karena dia tidak mengatakan apa-apa lagi setelah itu, aku memutuskan untuk masuk ke pokok pembicaraan.
"Aku akan bertanya langsung saja, apa kau jadi tidak suka pada Rinka?"
".....Tidak. Aku tetap sangat menyukainya. Aku ingin berdamai dengan Rinka-san. Aku tidak menginginkan pertengkaran."
"Be-begitu ya. Kalau begitu───"
"......Tapi, aku tidak bisa memahami gagasan kalo menikah di game online = pasangan suami istri di dunia nyata. Aku sudah menyangkal pandangan penting milik Rinka-san. Dan...sampai sekarang pun aku masih tidak bisa memahaminya."
"Apa sulit untuk bisa menerima itu?"
".....Menurutku, keluarga itu bukan sesuatu yang bisa terbentuk semudah itu. Hal semacam itu hanya permainan...paling-paling hanya bisa jadi teman."
Meskipun tidak semuanya, aku bisa memahami sebagian dari apa yang dikatakan Risu.
Bagi Risu, pandangannya tentang keluarga pun sama pentingnya dengan milik Rinka───suatu hal yang tidak bisa dengan mudah dikompromikan.
"......Selama aku tidak bisa memahaminya, aku tidak akan bisa benar-benar berdamai dengan Rinka-san. Bahkan kalo aku berpura-pura menerima, pasti akan ketahuan. Rinka-san itu tipe orang yang tidak suka kepura-puraan...aku akan dibenci olehnya."
"Kurasa kau tidak akan sampai dibenci sih...tapi mungkin memang akan terasa canggung."
Mungkin karena membayangkan kemungkinan dibenci, Risu tampak murung dan menunduk, matanya berkaca-kaca.
Dia benar-benar sangat menyayangi Rinka.
Keduanya sama-sama ingin berdamai. Tapi pandangan inti mereka tidak sejalan.
Tapi, rasanya masalahnya kini menjadi lebih jelas.
Kalo saja Risu bisa menerima gagasan kalo menikah di game online = pasangan suami istri di dunia nyata, meski tanpa harus memahaminya sepenuhnya...mungkin dengan hanya satu poin itu saja.
Singkatnya, kalo Risu bisa merasakan daya tarik dari game online sampai cukup membuatnya lebih toleran───
".....Aku sudah berusaha menerimanya dengan caraku sendiri."
"Oh, begitu ya. Apa yang sudah kau lakukan?"
".....Di game online, aku mencoba berinteraksi dengan banyak orang. Aku berusaha menjalin hubungan dengan banyak orang dan mencoba melihat apakah di game online bisa menumbuhkan ikatan."
"Begitu, Risu kau sangat hebat. Lalu, bagaimana hasilnya?"
"......Aku terkena suspend akun selama dua hari."
"Kenapa, kenapa bisa begitu...?"
".....Aku hanya mengobrol dengan banyak orang dengan senang hati...hanya itu."
Pasti dia mengatakan sesuatu yang memancing orang lain, anak ini.
Sepertinya aku harus mencari waktu untuk menegurnya dengan benar. Sebagai seorang kakak.
"....Onii. Aku ingin bersiap untuk besok...keluar dari kamarku."
"Baiklah. Terima kasih sudah mau bicara dengan ku."
Setelah keluar dari kamar Risu dan turun kembali ke lantai satu menuju ruang keluarga, aku mencoba menyusun kembali keadaan.
Sekarang setelah masalahnya jelas, yang tersisa hanyalah mencari solusi.
"Aku harus bagaimana..."
Menikah di game online = pasangan suami istri di dunia nyata, tidak perlu sampai bisa memahaminya.
Asal bisa menerimanya, dan menjadi lebih toleran...
Kalo dia bisa merasakan kalk di game online pun bisa menumbuhkan ikatan sedalam itu, dan melihat daya tariknya, itu sudah cukup.
"Cara tercepat adalah membuat kami bertiga bermain game online bersama dan membiarkan dia merasakan keseruannya."
Menjalin hubungan dari awal dengan orang lain juga bukan hal buruk, tapi itu akan memakan waktu terlalu lama.
Dalam kasus Risu, sepertinya dia akan bosan di tengah jalan.
Lalu, justru karena game online adalah permainan yang bisa dimainkan dengan santai, hubungan dengan teman pun bisa terputus dengan mudah.
Hubungan yang bertahan lebih dari beberapa tahun sebenarnya cukup langka.
Kalo begitu, akan lebih baik kalo Rinka dan Risu, yang sudah dekat, bermain game online bersama, bersenang-senang, lalu bisa berdamai.
Bahkan mungkin Risu akan mulai memahami daya tarik game online dan bisa menerima cara berpikir RinKa... Dalam kondisi sekarang, ini terdengar seperti solusi terbaik yang bisa terpikirkan.
"Tapi ya, meskipun aku ingin kami bertiga bermain game bersama, Risu tidak mau bermain dengan Rinka...lagipula akunnya sedang disuspend...!"
Apa menunggu waktu yang menyelesaikannya saja?
...Tidak bisa. Aku punya firasat buruk tentang itu.
Aku teringat wajah Rinka yang terlihat lelah beberapa saat lalu.
Aku tidak boleh membebani Rinka saat ini.
Sebaliknya, aku harus bisa mengurangi bebannya.
Dia sudah cukup sibuk dengan kegiatan idolnya.
"Hal yang bisa kulakukan...apa yang bisa kulakukan...?"
Aku memutar otakku sekuat tenaga, tapi aku tidak juga menemukan cara untuk menjalankan solusi itu.
Pikiran itu terputus oleh suara bel interkom. Ada tamu.
Aku segera menuju pintu depan dan membukanya.
Di sana berdiri Kasu.i-san dengan wajah bermasalah.
Kenapa wajahnya seperti itu?
Alasannya pun segera terlihat. Di samping Kasumi-san──────
"Hiks, higu...uuuh. Sniff... Kazuto Onii-chan...!"
Nonoa-chan berdiri di sana sambil meneteskan air mata dan mengusap hidungnya.
★★★
Mungkin karena telah menangis dalam waktu yang cukup lama, mata Nonoa-chan tampak memerah, dan pipinya mengilap karena air mata.
Sekarang pun, Nonoa-chan masih terus terisak, mengusap air matanya yang mengalir dengan kedua tangan mungilnya.
"Ano、Kasumi-san. Ini sebenarnya...?"
"Ahaha... Entah kenapa, Nonoa merasa kehilangan karena Kazuto-kun tidak ada..."
"Menangis karena merasa kesepian?"
Kasumi-san mengangguk sambil mengelus kepala Nonoa-chan.
Sungguh tak terduga.
"Sepertinya dia juga merasa bersalah karena sempat berkata tidak suka padamu. Akhirnya hari ini, dia tidak bisa menahan semuanya dan mulai menangis."
"Begitu, ya..."
Melihat Nonoa-chan yang masih terus menangis membuat dadaku terasa sesak.
"Maaf karena kami tiba-tiba datang, Kazuto-kun. Aku sebenarnya sudah menghubungi kalian berdua sebelumnya soal ingin membawa Nonoa ke sini..."
Yang dimaksud dengan 'berdua' pasti aku dan RinKa.
Saat aku mengecek Hp-ku, benar saja, ada pesan dari Kasumi-san.
Aku terlalu fokus dengan masalah Risu dan Rinka sampai aku tidak sempat memperhatikan Hp-ku.
Mungkin Rinka pun tidak sempat mengeceknya karena alasan yang sama.
"Uuh...higu, zubi... Kazuto Onii-chan...!"
Nonoa-chan tiba-tiba memeluk erat kakiku yang kanan, seperti koala, seolah tak mampu lagi menahan perasaannya.
Tanpa sadar, aku mengelus kepalanya.
Mungkin karena menangis, suhu tubuhnya jadi lebih tinggi, aku bisa merasakannya dari telapak tanganku.
...Meskipun ini bukan hal yang baik, aku merasa Nonoa-chan yang menangis karena kesepian saat aku tidak ada begitu menggemaskan.
"Maaf, tapi bisakah kau menjaga Nonoa untuk sementara waktu?"
"Maksudmu, membiarkan dia menginap di rumah ini?"
"Ya. Ada Rinma juga...lalu, Risu-chan juga ada di sini kan? Bukankah ini lingkungan terbaik untuk Nonoa?"
Dari cara bicaranya, sepertinya Risu dan Nonoa-chan memiliki hubungan yang baik.
"Tidak kusangka adik Kazuto-boy adalah Risu-chan. ...Dunia ini memang sempit ya."
"Benar..."
Kami berdua bergumam dengan perasaan mendalam.
Tapi, kalo istri di dalam game ternyata adalah idol populer, maka adik tiri yang juga idol populer bukanlah hal yang aneh...mungkin?
"Nee Kazuto, siapa yang datang───ah, Onee-chan ternyata. Dan juga Nonoa."
Rinka memanggil dari belakang.
Sepertinya dia datang karena mendengar suara percakapan kami.
"Mulai hari ini, Nonoa-chan akan menginap di sini."
"Begitu... Karena merindukan Kazuto, dia datang sambil menangis, ya...aku bisa memahami perasaannya."
Melihat Nonoa-chan yang memeluk kaki kananku sambil menangis, Rinka terlihat mengerti dan mengangguk-angguk puas. ...Bagian mana yang dia pahami itu.
"Ah, aku juga ingin ikut menginap~. Boleh aku ikut dalam harem-nya Kazuto-boy?"
"Tolong jangan lakukan itu, aku merasakan niat membunuh dari belakang."
Sepertinya Rinka bereaksi terhadap kata 'harem', aku bisa merasakan tatapan mengerikan tertuju pada belakang kepalaku.
Bahkan tanpa melihat pun aku tahu...betapa menyedihkannya itu!
"Itu hanya bercanda kok, Rinka. Jadi jangan pasang tatapan seperti pembunuh... Lihat, ini perlengkapan menginap Nonoa."
"Meskipun kau adalah Onee-chan, kalo kau berani menyentuh suamiku, aku tidak akan diam saja...meskipun itu hanya lelucon."
Sambil menerima tasnya, RinKa berbicara dengan nada tenang, dan Kazumi-san hanya bisa tertawa kaku sambil mengucap, "Ahaha", dengan ekspresi canggung.
Terus terang, itu menakutkan. Aku baru saja melihat sisi posesif seorang wanita.
Setelah itu, Kazumi-san pergi dengan buru-buru masuk ke mobil dan meluncur pergi.
Yang tersisa di tempat ini hanyalah aku, Rinka, dan Nonoa-chan yang masih memeluk erat kaki kananku sambil menangis.
Sekarang, apa yang harus aku lakukan...
"Nonoa-chan? Maaf, ya, aku tidak pulang."
Aku mengelus kepalanya sambil berkata dengan lembut.
Meskipun Nonoa-chan tidak mengangkat kepalanya, dia membalas dengan suara yang sangat kecil, ".....Tidak apa-apa."
"Jii~"
"Rinma?"
"Seperti yang kuduga, rival terbesarku adalah adikku, ya. Ini menjadi sulit...!"
Apa yang sedang dia khawatirkan. Rinka menatap Nonoa-chan dengan wajah serius.
Atau jangan-jangan, dia hanya menganggapnya imut saja?
"Kazuto-onii-chan...peluk."
"Baiklah."
Dia mengatakan itu dengan suara kecil yang menjadi serak karena terlalu banyak menangis.
Kalau diminta dengan suara seperti itu, aku tidak bisa menolak.
Nonoa-chan mengangkat kedua tangannya kecil seperti hendak berpose 'banzai', lalu aku menggendongnya.
Seketika, kedua lengan mungilnya melingkar di leherku.
".....Suara Nonoa-chan...aku mendengar suara Nonoa-chan...!"
Tiba-tiba terdengar suara langkah kaki tergesa-gesa dari arah tangga, dan tak lama kemudian,
Risu yang tampak bersemangat muncul di tempat ini. Dia berlari mendekat dengan kecepatan luar biasa...layaknya serangga.
Tunggu, dia mendengar suara Nonoa-chan meskipun sedang berada di kamar di lantai dua?
"......Ah, RinKa-san juga..."
"Risu..."
Dua orang yang saling bertatapan itu segera memalingkan wajah mereka dengan canggung.
Atau lebih tepatnya, memang benar-benar canggung.
Suasana yang mulai menjadi berat seketika berubah cerah ketika pandangan mata Risu tertuju pada Nonoa.
"....Ah, Nonoa... Nonoa benar-benar ada di sini...dehehe"
"Hentikan tatapanmu yang seperti penjahat itu. Nonoa bisa ketakutan."
Karena Risu tertawa dengan cara yang kotor penuh nafsu, kewaspadaanku meningkat. Nonoa dalam bahaya!
".....No-Nonoa...apa kau datang untuk menemuiku...?"
"Nng? Bukan."
".....Tsun-Tsundere?"
"Risu, sebaiknya kau menyerah saja. Nonoa datang untuk menemuiku."
".....Aku juga, ingin menggendong Nonoa. Aku, dan Nonoa, dekat."
Dia berbicara dengan terbata-bata seperti robot untuk menekankan maksudnya──────
"Sekarang, aku maunya Kazuto-onii-chan."
Nonoa menyembunyikan wajahnya ke dadaku.
Risu pun seluruh tubuhnya mulai bergetar, dan perlahan air mata mulai menetes dari kedua matanya.
"...Pa-padahal biasanya…… dia mau kugendong...bahkan menggesekkan pipi juga diizinkan...!"
"Heh, Rinka. Risu itu, sepertinya sangat menyukai Nonoa, ya? Sampai taraf yang agak mengkhawatirkan."
"Iya, dia sangat menyukainya. Entah itu mengkhawatirkan atau tidak, tapi sejak dulu dia selalu baik pada Nonoa."
"Be-begitu ya. Tapi dari ucapan dan tindakan Risu, entah kenapa tercium aroma kriminal..."
"Eh? Bukannya biasa saja?"
"Standar cintanya sudah kacau...!"
Rinka terlihat bingung, tapi dalam hal cinta, perasaannya memang tidak biasa.
".......Nonoa-chan...biar aku yang menggendongmu..."
"Tidak. Aku maunya Kazuto-onii-chan."
".....Tsk...menjengkelkan...Onii-chan itu menjengkelkan...!"
Risu bergumam seperti mengutuk sambil menatap tajam ke arahku.
Menakutkan, menakutkan!!
Saat aku merasa gentar, kali ini Rinka menatapku dengan wajah tidak puas──────
"Kazuto. Aku senang kau menyayangi adikku. ....Tapi, bagaimana menurutmu kalo kau mengabaikan istrimu yang penting? Lihat, disini ada istrimu yang sedang kesepian, tahu?"
Sambil berkata begitu, dia menyentuh lenganku dengan ujung jarinya.
Begitu manis sampai membuat jantungku berdebar.
Tapi saat ini aku sedang menggendong Nonoa-chan yang sedang menangis......
"Maaf, Nonoa-chan. Boleh aku menurunkanmu?"
"......Hiks... Kazuto-oniichan, apakah kau sudah tidak suka padaku?"
"Tidak! Sama sekali tidak! Aku sangat menyayangi Nonoa-chan!"
"Higu...hiks, nng."
Sepertinya dia menerima penjelasanku, wajahnya yang hampir menangis kini mulai tenang.
Tapi, ada dua wanita (idola populer) yang kehilangan ketenangan mereka.
"Ka-kau bilang sangat menyayanginya...? Ternyata benar Kazuto itu seorang lolicon...kau lebih memilih anak kecil daripada istrimu sendiri...!"
"....Ka-kalo aku menghapus Onii, aku bisa mendapat seluruh perhatian Nonoa-chan untukku sendiri...kukuku."
Rinka menggigil karena dipenuhi rasa cemburu, sementara Risu tertawa kecil seperti penjahat kelas teri...
Rasanya semuanya semakin gawat.
Sial, situasinya makin lama makin rumit──────!
★★★
Karena sudah waktunya tidur, aku kembali ke kamarku, tapi seperti itu sudah hal yang sewajarnya, seorang gadis kecil mengikuti di belakangku dengan langkah kecil.
Dua orang idola populer pun ikut tertarik dan datang juga.
Akhirnya, 4 orang berkumpul di kamarku.
Sekilas terlihat seperti harem, tapi isinya adalah neraka.
Satu-satunya penghiburan hanyalah malaikat kecil yang penuh ekspresi dan sangat menggemaskan...
"Kazuto-onii-chan, aku mau tidur bareng."
"Begitu ya, ayo kita tidur bersama ya───"
"Cara bicaranya sudah seperti kakek yang menyayangi cucunya ya..."
Saat aku mengelus kepala Nonoa-chan dengan perasaan hangat, Rinka yang melihatnya sedikit menjauh.
Kenapa...?
".....Padahal aku juga ingin tidur bersama Nonoa-chan...!"
"Kau benar-benar menyukai Nonoa-chan ya."
".....Tentu saja. Rasa suka itu tidak perlu alasan. Aku hanya, hanya suka Nonoa-chan. ...Yang terpenting, aku suka makhluk yang lebih kecil dariku. Karena aku bisa selalu memegang kendali."
".........."
Perkataan Risu yang diucapkan dengan tenang membuatku merasakan sedikit aura berbahaya.
Aku tidak berpikir dia akan melakukan sesuatu yang menyakiti Nonoa-chan, tapi...
"Kazuto-oniichan, tolong bantu aku ganti piyama..."
"I-itu..."
"Tidak boleh?"
Dengan mata besar yang berkaca-kaca, malaikat kecil itu menatapku ke atas.
Sebuah permintaan kekanak-kanakan yang seolah meluapkan rasa sepi yang selama ini terpendam.
Keimutanya itu sungguh tidak adil.
".....Biar aku yang bantu menggantikan."
"Tidak, kalo Risu yang melakukannya, lebih baik aku saja...!"
".......Tolong serahkan padaku. Aku ini, bahkan pernah mengganti popok Nonoa-chan."
"Itu bohong! Itu jelas-jelas bohong!"
"Sebagai kakaknya, aku pernah menggantikan. Dengan kata lain, aku punya pengalaman... jadi tenang saja, Onii."
"Pengalaman dalam hal apa!? Dan kenapa kau menatap ke arah bawah tubuhku!?"
"Kazuto-Onii-chan, cepatlah───"
".....No-Nonoa-chan. .biar aku saja...guhyuhyuhyu."
──────Ka-kacau sekali!!
Rinka yang menatap ke arah bawah tubuhku sambil membayangkan sesuatu (bukan dalam arti seksual), Nonoa-chan yang memohon padaku untuk menggantikan pakaiannya, lalu Risu yang mendekati Nonoa-chan sambil memperlihatkan senyum seperti seorang kriminal...!
Apa ada aturan tidak tertulis kalo idola populer itu memang aneh!?
Sudah tidak bisa ditolong lagi!
"Nonoa-chan! Biar Rinka yang bantu menggantikan pakaianmu! Lalu tidurlah bersama Rinka!"
"Aku maunya Kazuto-Onii-chan. Tolong bantu aku ganti pakaian───"
"Bahkan aku, yang istrinya, belum pernah meminta menggantikan pakaianku...!"
"Kumohon, Nonoa-chan! Anggap saja kau sedang menyelamatkanku!"
Di saat seperti ini, Rinka mulai melemparkan tatapan penuh kecemburuan.
Mungkin permohonanku yang putus asa sampai padanya, karena Nonoa-chan akhirnya menjawab dengan ragu, ".....baik".
Akhirnya Rinka dan Nonoa-chan keluar bersama, disusul oleh Risu setelah beberapa saat.
"Haa...semuanya terlalu merepotkan."
Rinka dan Risu saja sudah menciptakan suasana yang canggung dan membuat perutku terasa perih, dan kini dengan Nonoa-chan ikut campur, semuanya jadi semakin kacau.
Bagaimanapun juga, hari ini akhirnya bisa kuakhiri dengan selamat.
Aku mematikan lampu kamar, lalu masuk ke dalam selimut dan memejamkan mataku.
...Mulai besok, apa yang harus kulakukan.
Aku berharap Nonoa-chan bisa membawa angin segar dan memperbaiki hubungan antara Rinka dan Risu...
Keduanya sebenarnya bukan saling membenci.
Mereka hanya berselisih karena perbedaan cara berpikir mereka, dan sama-sama merasa canggung karenanya.
Sambil memikirkan hal itu, entah berapa lama waktu telah berlalu.
Saat aku mulai terlelap───aku mendengar suara pintu dibuka.
Dengan malas aku bangkit, mengusap mataku sambil bertanya.
"Siapa?"
"Kazuto-Onii-chan..."
"Nonoa-chan? Ada apa?"
Aku menyalakan lampu remang-remang menggunakan remote kontrol pencahayaan.
Nonoa-chan, yang mengenakan piyama bermotif polkadot yang imut, berjalan mendekat ke arahku sambil membawa bantal berwarna pink.
Ekspresinya terlihat malu-malu, tapi juga terlihat sedikit merasa bersalah, dia mengalihkan pandangannya dari wajahku ke lantai.
"Eto, aku ingin tidur bersama..."
"Begitu ya...kalo begitu, kemarilah."
"Un───"
Aku merasa terlalu kejam kalo aku mengusirnya sekarang, jadi aku menerimanya dengan tulus.
Selain itu, aku juga sempat teringat pada Risu.
Keinginan untuk dimanja karena merasa kesepian, adalah hal yang pasti pernah dialami semua orang.
Menolaknya bukanlah tindakan yang baik.
Setelah memastikan kalo Nonoa-chan telah masuk ke dalam selimut di sampingku, aku mematikan kembali lampu dan membuat ruangan menjadi gelap gulita.
"Kazuto-Onii-chan...maaf, aku sudah bersikap manja..."
"Tidak apa-apa kok, jangan dipikirkan."
"Nn..."
Dari mulut Nonoa-chan keluar suara lemah.
Ternyata dia cukup memikirkan tindakannya sendiri.
"Eto, ano ne, Kazuto-Onii-chan」
"Ada apa? Katakan saja, apapun boleh."
Dari suasananya aku menyadari kalo dia ingin meminta sesuatu.
"Tolong usap kepalaku───"
"Tentu saja, boleh."
Permintaan yang sangat manis.
Dalam kegelapan, aku mengangkat tubuh bagian atasku dan mulai mengusap kepala Nonoa-chan dengan lembut.
Mungkin karena dia fokus pada sentuhan tanganku, Nonoa-chan tidak mengatakan apa pun.
Waktu berlalu, dan rasa kantuk kembali menyerang.
Dari napas lembut yang terdengar di sisiku, sepertinyuay Nonoa-chan sudah tertidur.
Aku pun memejamkan mata untuk ikut menyusul ke alam mimpi──────tapi, lagi-lagi terdengar suara pintu dibuka.
Apakah ada seseorang lagi yang datang... Aku mengambil remote lampu yang aku letakkan di sekitar bantal.
Dan ketika aku menyalakan lampu, di sana berdiri Rinka───!
Dengan wajah datar pula. Dengan langit-langit sebagai latar belakang, aku bisa melihat wajah datar Rinka, rambut panjangnya tergerai. Apa ini film horor?
"Ano... Rinka-san?"
"Aku juga...ingin tidur bersama Kazuto... Menghabiskan malam sambil merasakan kehangatan suamiku."
"U-uhm, itu...maaf..."
"Aku tidak boleh...tapi Nonoa boleh."
Wajah datar ditambah nada bicara yang tenang memberikan tekanan yang luar biasa.
"Bukan begitu, maksudku masalahnya berbeda..."
"Masalah seperti apa?"
"Rinka, kau itu...sangat menarik...jadi akan menimbulkan banyak masalah."
"Menarik────── Me-menimbulkan masalah seperti apa?"
"I-insting...lelaki, semacam itu?"
"──────!"
Dalam hati aku menambahkan kalo sebelumnya dia juga hampir kehilangan kendali sekali.
Rinka yang memahami maksud dari perkataanku wajahnya langsung memerah.
Dia terlihat gugup, mengalihkan pandangannya ke kanan dan kiri beberapa kali, lalu menggerakkan mulutnya tanpa suara sebelum akhirnya berkata dengan suara bergetar.
"Ka-kalo kau benar-benar menginginkannya...aku tidak keberatan. Meskipun kurasa itu masih terlalu cepat... Tapi kita adalah suami istri..."
"E-eto...ano..."
Tidak keberatan, artinya...ya, itu artinya begitu.
Begitu aku memahami maknanya, wajahku terasa panas.
Mungkin aku bisa memasak telur mata sapi di pipiku.
"Kazuto...boleh aku tidur bersamamu?"
"Si-silakan..."
Suasananya sudah tidak memungkinkan untuk menolak.
Aroma manis dan tegang yang terasa menyengat...
Jika saja tidak ada Nonoa-chan───pikiran itu sejenak melintas di benakku.
Ti-tidak, tidak! Seharusnya ada urutan atau tahap dalam menjalin hubungan...!
"Kazuto? Kenapa wajahmu sedikit merah?"
"Ti-tidak ada apa-apa..."
"Begitu... Kalo begitu, boleh lampunya di matikan?"
"Y-ya..."
Rinka naik ke atas tempat tidur dengan hati-hati agar tidak membangunkan Nonoa-chan.
Aku mematikan lampu menggunakan remote.
Sekarang, kami bertiga tidur di atas ranjang yang hanya untuk satu orang. Sudah tentu sempit.
Aku sendiri sudah menyandarkan tubuhku ke dinding, tapi Rinka bisa saja terjatuh kalo berguling sedikit saja.
Nonoa-chan yang terjepit di antara kami tidur dengan nyenyak, terlihat nyaman tanpa mengetahui apa pun.
Sangat menggemaskan.
"Nee, Kazuto."
"Ada apa?"
"Situasi kita sekarang terasa sangat seperti pasangan suami istri, menyenangkan sekali."
"A-aah...?"
"Suami istri yang tidur bersama anak mereka...bukankah itu persis seperti itu sekarang?"
Rinka mengatakannya dengan penuh kebahagiaan, seakan sedang menikmati momen ini.
Dia pernah bilang telah memikirkan 100 nama untuk anak-anak kami, jadi sepertinya dia memang merindukan kehidupan berkeluarga.
Meski dia seorang idol berkepribadian dingin, dia tetap memimpikan keluarga biasa pada umumnya.
"Rasanya tenang, hatiku terasa disembuhkan. Aku bisa merasakan semua kelelahan hilang..."
Seperti yang dia katakan, aku bisa merasakan dari napasnya yang mulai melambat kalo Rinka mulai merasa rileks.
...Kalo aku ingin menjadi penopang bagi Rinka, mungkin memang seharusnya aku tidur bersamanya.
Selama ini aku menjauh karena masalah pada diriku sendiri, yaitu akal sehat.
Aku ingin kekuatan mental sekeras baja yang bisa menahan segala situasi...!
Saat sedang memikirkan hal seperti itu───lagi-lagi terdengar suara pintu yang di buka.
...Aku sudah tidak perlu lagi menyalakan lampu.
"Oi, Risu."
".....Belum tentu itu aku."
"Begitu kau bilang 'aku', kau sudah mengaku sendiri. Lagi pula, Rinka dan Nonoa-chan ada di sini."
".....Cuma aku saja...yang dikucilkan...? Hiks...dingin
"Risu? Kemarilah."
".....Rinka-san?"
Ruangan yang benar-benar gelap gulita. Terdengar suara pintu ditutup, lalu terasa ada sosok yang mendekat.
"......Kesepian ini, sama seperti saat aku melihat barang-barangku dibuang. Bahkan lebih dari itu, rasanya sangat menyedihkan sampai aku ingin menangis."
Itu memang benar-benar menyedihkan!
Pokoknya, situasi ini tidak tertahankan.
"....Aku tidak suka sendirian. Dingin... Aku juga ingin naik ke ranjang..."
"Tapi sekarang sudah penuh..."
Risu sekarang benar-benar tampak kesepian.
Kalo begitu, aku saja yang keluar dari ranjang──────
"....Tidak apa-apa, masih ada bawahnya."
"Bawah? Maksudmu bawah ranjang?"
".....Ya. Ranjang ini luas di bagian bawahnya."
Saat aku hendak mengatakan sesuatu, terdengar suara gesekan barang dari bawah ranjang───dia benar-benar masuk ke bawah!
Apa kau percaya? Bagaimanapun juga, Risu itu anggota dari grup idol terkenal, lho!?
"Risu, aku saja yang keluar dari ranjang, jadi keluarlah dari situ."
".....Tidak usah. Aku suka tempat yang gelap dan sempit..."
"Kau tidak suka sendirian, kan?"
".....Yang aku tidak suka itu dikucilkan di tengah keramaian... Selama aku bisa merasakan keberadaan orang lain...tempat gelap dan sempit justru lebih baik."
Aku tidak tahu harus berkata apa tentang obsesinya yang aneh... Tapi aku bisa sedikit memahaminya.
"....Selain itu, dari sini aku bisa merasakan keberadaan Nonoa-chan tepat di atas kepalaku...kebahagiaan..."
Benar-benar orang aneh. Aku sudah tidak bisa berempati sama sekali dalam hal apa pun.
"Risu. Apa kau benar-benar akan tidur di situ?"
"Iya."
"Begitu...kalo begitu aku juga akan tidur, di bawah ranjang."
".....Eh?"
Rinka sepertinya benar-benar serius, dia turun dari ranjang. Lalu terdengar suara saat dia masuk...!
Gadis cantik nasional yang dikenal sebagai idol tipe cool, masuk ke kolong ranjang.
"....Ri-Rinka-san...! Tempat seperti ini bukan untuk orang seperti Rinka-san...!"
Karena orang yang dia hormati datang, Risu tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya dan mencoba mengusirnya dengan panik.
Tapi Rinka membalas dengan sikap tegas.
"Tempat tidur tidak penting. Yang penting adalah dengan siapa kita tidur."
"......Se-seperti yang diharapkan dari Rinka-san...! Cara berpikir yang menekankan pada esensi, benar-benar luar biasa."
.............
Benarkah? Bukankah tempat tidur juga sangat penting?
"Akhir-akhir ini hubungan kita agak canggung, bukan? Maafkan aku, karena aku memaksakan cara berpikirku."
".....Ti-tidak, bukan begitu...setiap orang punya cara berpikir masing-masing. Tapi aku malah menolaknya. ...Meskipun begitu, tetap saja...itu..."
".....Jangan pikirkan apa pun, ayo kita hargai momen ini."
"......Rinka-san?"
"Mungkin besok kita akan kembali canggung. Tapi untuk sekarang....setidaknya untuk saat ini saja, mari kita kembali seperti dulu, seperti saat kita akur. ...Boleh?"
Bisa dibilang ini gencatan senjata.
Dan tentu saja jawaban dari Risu──────
"......Boleh..."
“Syukurlah."
Kata-kata Rinka menyampaikan rasa lega yang dia rasakan.
Lalu entah apa yang terjadi, terdengar jeritan Risu dari bawah ranjang, ".....Hau!"
".....Ri-Rinka-san....kalo dipeluk erat seperti itu...!"
"Kalo tidak begini tubuhku dalam bahaya. Jadi biarkan aku melakukannya."
".....To-tolong tetap seperti ini...selamanya...!"
Sepertinya Rinka sedang memeluk Risu. Aku bisa memahami itu. Risu memiliki kebiasaan tidur yang sangat buruk.
Maka memeluk dan menahannya sebelum tidur...adalah pendekatan yang masuk akal.
Mereka telah berada dalam grup yang sama selama bertahun-tahun, pasti mereka pernah menginap bersama.
Mereka tentu sudah saling mengetahui kebiasaan tidur masing-masing.
...Meski begitu, Rinka benar-benar sangat baik pada Risu.
Dia pernah marah saat pernikahan dalam game online dianggap tidak serius, atau ketika game online diremehkan, tapi selain itu dia adalah senior yang sangat perhatian...seperti seorang kakak.
Tidak heran kalo Risu begitu menyayanginya.
Aku kembali menyadari kalo Rinka memiliki banyak sisi. Pesonanya dalam benakku terus meningkat.
"Tapi situasi ini..."
Aku nyaris menghela napas. Dua idol populer sedang tidur di bawah ranjangku...
Aku benar-benar tidak mengerti apa yang sedang terjadi.
"Tunggu... Risu...ja-jangan, kau pegang di mana───Ahn."
...Sungguh, apa yang sedang kalian lakukan.
★★★
Kami menyambut pagi bersama berempat.
Sinar matahari pagi yang menyelinap dari celah tirai menerangi debu-debu yang beterbangan di dalam ruangan, membuatnya berkilauan.
Aku bangun dan meregangkan kedua tanganku ke arah langit-langit dengan kuat, mengusir rasa kantuk.
Tepat di sebelahku, wajah tidur Nonoka-chan terlihat sangat nyaman, bibirnya bergerak-gerak seolah bergumam. ...Menggemaskan sekali.
Don!! Tiba-tiba terdengar suara benturan dari bawah ranjang.
Seperti ada sesuatu yang menghantam dari bawah.
──────Ah, sekarang aku ingat.
"U, uu...sakit...sakit sekali."
"Rinka?"
"Aku membenturkan kepala dengan cukup keras...kuu..."
Sepertinya ini pertama kalinya aku mendengar suara Rinka mengerang karena kesakitan.
Tentu saja aku merasa khawatir, tapi aku juga merasakan sesuatu yang baru.
Seperti sisi cerobohnya, membuatnya terlihat menggemaskan.
Dengan suara kain yang bergesekan, gadis cantik berambut panjang itu merangkak keluar dari bawah ranjang.
Sungguh perasaan yang aneh. Idol populer yang juga adalah pacarku, merangkak keluar dari bawah ranjangku... Tidak mungkin ada orang lain di dunia ini yang pernah melihat pemandangan seperti ini selain aku.
Menyusul kemudian, Risu juga sepertinya sudah bangun, ikut merangkak keluar.
".....Tidur nyenyak...bangun dengan perasaan terbaik."
"Seperti yang kuduga dari Risu... Tubuhku malah terasa sakit."
".....Aku, hebat? Byuhyuhyuhyu."
....Cara tertawa apa itu?
★★★
Setelah selesai bersiap, Rinka dan Risu bergegas pergi bersama.
Kegiatan idol telah menanti mereka.
Meskipun suasana di antara mereka masih canggung, sepertinya mereka bisa bekerja sama dengan baik dalam urusan pekerjaan.
Mungkin itu adalah bentuk kesadaran profesional mereka. Atau bisa jadi karena telah menghabiskan malam bersama di bawah ranjang, mereka kini bisa saling menerima...?
Setelah mengantar kepergian keduanya, aku membangunkan Nonoa-chan dan menyiapkannya sarapan.
Setelah itu, aku memintanya berganti pakaian dengan baju santai, dan kami lanjut mengerjakan PR liburan musim panas yang belum selesai...
Begitulah hingga siang tiba, dan kami pun menyantap makan siang.
"Kazuto-Onii-chan, ayo main!"
Karena kami sudah sepakat kalo setelah makan siang adalah waktu bebas, dia langsung menarik lenganku dengan semangat.
"Baik. Kau mau main apa?"
"Umm, aku mau main game online!"
"Baiklah! Ayo main!"
Aku (seorang siswa SMA kelas dua) langsung menyesuaikan diri dengan semangat anak-anak.
Berlomba menaiki tangga bersama Nonoa-chan, kami pun masuk ke kamarku.
Aku segera menyalakan komputer dan memulai game online! Aku menyuruh Nonoa-chan yang tersenyum ceria untuk duduk di kursi, lalu menjalankan 【Black Plains】.
"Nonoa-chan. Apa kau masih ingat ID dan kata sandinya?"
"Apa itu...?"
"Ya juga sih... Tapi tunggu, kalo tidak salah..."
Aku mengeluarkan Hp-ku dan membuka ruang obrolanku dengan Rin.
Pagi ini, aku memang diberi tahu ID dan kata sandi oleh Rinka.
Agar kapan pun Nonoa-chan ingin bermain game online, dia bisa langsung memainkannya. Pacarku memang penuh perhatian.
Aku mengetik ID dan kata sandi yang tertera di ruang obrolan, lalu masuk ke akun milik Nonoka-chan.
Di dalamnya, terdapat karakter 【Nonoa】 yang pernah dia buat.
Segera permainan dimulai. Meski begitu, aku hanya melihat Nonoa-chan bermain. Tidak terjadi sesuatu yang luar biasa.
Meski begitu, saat Nonoka-chan bertarung melawan monster sambil mengucapkan "ei! ei!" dengan suara imut, itu terasa sangat menyenangkan.
Selain itu, ketika melihat langit atau laut yang indah, matanya berbinar seolah sangat terkesan sambil berkata "waa~"... Reaksi yang terlalu menyenangkan untuk disaksikan.
Sepertinya sudah cukup lama sejak terakhir kali Nonoa-chan bermain game online.
Saat aku tinggal di keluarga Mizuki pun, dia lebih sering bermain di luar...
"Nene, Kazuto-Onii-chan. Kalo naik kapal, bisa pergi ke laut nggak?"
"Bisa kok."
"Benarkah? Aku mau pergi!"
"Maaf, mendapatkan kapal itu cukup sulit. Lagi pula, di laut sering muncul bajak laut..."
"Nn... jadi tidak bisa pergi ke laut...?"
Sambil menatap laut yang terlihat di layar, Nonoa-chan berkata dengan wajah sedih. Aku pun mengangguk. Hal ini memang tidak bisa dihindari. Tapi sebenarnya pergi ke laut juga cukup menyenangkan. Bisa memancing berbagai macam ikan.
Selain itu, bekerja sama dengan teman untuk melawan bajak laut juga cukup seru.
Menjauh dari laut, Nonoa mulai berjalan bebas menjelajahi dunia yang luas.
Di tengah padang rumput yang luas, dia tiba di sebuah lubang besar yang menganga. Itu adalah dungeon.
"Kazuto-Onii-chan, ini tempat apa?"
"Itu dungeon. Akan cukup sulit kalo Nonoka-chan masuk sendirian... Tempat itu memang dirancang untuk dijelajahi bersama teman."
"Begitu ya... Kalo sendirian, ternyata tidak banyak yang bisa dilakukan ya."
Sebenarnya 【Black Plains】 dirancang agar tetap bisa dinikmati meskipun bermain sendiri.
Tapi memang benar kalo ada konten yang lebih menyenangkan jika dimainkan bersama teman.
Dengan mengatasi berbagai rintangan dan bekerja sama, sering kali ikatan bisa semakin mendalam.
Aku pun telah mengalami berbagai pertemuan yang nyata.
Di antaranya ada juga kisah yang tak akan pernah kulupakan seumur hidup.
"Oh iya. Ada sesuatu yang sangat ingin aku perlihatkan pada Nonoa-chan! Pasti itu akan menyenangkan."
"Mau!"
Aku mengarahkan Nonoa-chan untuk berpindah ke suatu tempat.
Ya───ke tempat pertambangan.
"Jadi begini, Nonoa-chan. Lengkapi dengan beliung... ya, betul, lalu klik di situ dan pukul-pukullah."
".........."
"Seru, kan?"
".......I-iya."
".............?"
Responnya agak aneh. Nonoka-chan tidak tersenyum, hanya mengerutkan alis dan terus mengklik... Yah, tentu saja, dia masih pemula.
Kalo dia tidak mencoba lebih banyak, mungkin keseruan dari menambang belum terasa!
Satu jam kemudian.
"Bagaimana Nonoka-chan? Menyenangkan, kan?"
".........."
"Nonoka-chan?"
"E-eto, Kazuto-oniichan. Aku ingin melakukan hal lain──────"
"Ah, lihat! Ryūseki muncul! Ini batu langka yang jarang sekali muncul. Hebat sekali, Nonoa-chan."
"I-iya..."
Dua jam kemudian.
"Wah~ mining memang tidak membosankan. Hanya melihat saja sudah seru. Ya kan, Nonoa-chan."
"Higu... gusu... uu."
"Eh!? Nonoka-chan!?"
Wajahnya terlihat sangat kusut, dia terlihat menahan tangis sekuat tenaga sambil menggigit bibirnya.
Reaksi yang tak terduga dari malaikat membuat darahku surut dengan cepat, dan aku merasakan dingin seolah-olah disiram air.
Saat aku diliputi kegelisahan, Nonoa-chan berbicara dengan nada menyedihkan, seperti seorang tahanan yang tengah disiksa dan memohon pengampunan──────
"Ka-Kazuto Onii-chan...gusu...aku tidak akan manja lagi...maafkan aku...jangan marah, aku tidak mau...!"
"─────!"
Hari ini, aku mengerti. Hanya karena sesuatu menyenangkan bagiku, bukan berarti orang lain juga akan merasakannya demikian.
Secara pengetahuan aku memang sudah tahu, tapi aku belum benar-benar memahaminya.
Sebagai siswa kelas dua SMA, aku akhirnya memahaminya sampai tertanam dalam jiwaku.
Malaikat───tidak cocok untuk mining. Mining, pada akhirnya, hanyalah sesuatu yang dinikmati oleh manusia──────
★★★
Menjelang malam, Risu dan Rinka telah kembali.
Entah kenapa, tampak ada jarak di antara mereka, dan mereka terlihat saling menghindar dengan canggung.
Padahal tadi malam mereka terlihat akrab di bawah ranjang...
Menjelang waktu makan malam, aku dan Nonoa-chan duduk di sofa ruang tamu sambil menonton video Star☆Minds di Hp.
Di dapur, Rinka yang mengikat rambutnya dengan gaya kuncir kuda sedang memasak sambil mengenakan celemek. Risu... sepertinya sedang mengurung diri di kamarnya.
"Rinka Onee-chan, hebat sekali!"
"Benar."
"Nana Onee-chan juga imut!"
Melihat keduanya menari, Nonoa-chan berkata dengan mata berbinar. Suasana yang polos dan murni.
Kalo seperti ini terus, mungkin Nonoa-chan benar-benar akan bercita-cita menjadi idol.
"...No-Nonoa-chan... siapa yang paling kau suka?"
"Uwah, Risu... sejak kapan kamu di situ」
Risu yang entah sejak kapan berdiri di belakang kami. Dari balik sofa, dia mengintip layar Hp kami.
Jangan mendekat tanpa suara seperti seorang pembunuh bayaran...。
"Hmm, semuanya yang paling aku suka───"
"...Terlalu lembek, terlalu lembek, Nonoa-chan... Saat dewasa nanti, akan datang momen ketika kau harus memilih apa yang paling penting... Sebagai latihan untuk saat itu, pilihlah sekarang.”
"Nnngh..."
"Jangan buat Nonoa-chan bingung..."
Anak kecil yang benar-benar kebingungan itu pun membentuk mulutnya seperti hurufへ dan menatap layar lekat-lekat.
Tapi tetap saja jawabannya tidak berubah.
"Semuanya imut, semuanya yang paling aku suka───"
"...Ini perang."
"Apa?"
"...Aku tidak yakin bisa menang melawan Rinka-san dan yang lainnya... Tapi, aku ingin menjadi yang paling disukai oleh Nonoa-chan...!"
Entah kenapa, Risu yang dipenuhi semangat membara keluar dari ruang tamu.
Sepertinya dia menuju kamarnya, terdengar suara langkah tergesa dari arah tangga. Apa yang akan dia lakukan.
Dengan setengah harap dan setengah takut, aku menunggu.
Tidak sampai tiga menit, Risu kembali.
...Pakaiannya sudah berubah. Dia mengenakan topeng perak dan menyelimuti tubuhnya dengan mantel hitam besar yang menutupi seluruh tubuhnya.
Gaya chuunibyou sepenuhnya. O-o-oi oi... ternyata dia memang serius.
"Waa! Risu Onee-chan keren sekali!"
"...Kukuku, aku menang."
Melihat Nonoa-chan bertepuk tangan dengan riang, Risu tersenyum bangga.
Apa yang terjadi dengan dua orang ini. Memang, mereka tampak akrab.
"Hei, Risu, jadi──────―"
"...Aku bukan chuunibyou."
"Tapi itu kan──────"
"...Aku bukan chuunibyou."
".........."
"...Aku bukan chuunibyou. Ini demi Nonoa-chan."
"Benarkah begitu..."
Dari caranya mengenakan pakaian itu, terlihat seperti dia sudah terbiasa. Bahkan punya pakaiannya saja sudah cukup jadi bukti.
"Nene, Risu Onee-chan! Katakan sesuatu───"
"...Kukuku, demi malaikat kecil yang menyembuhkan hati gelapku yang rusak ini...!"
Risu mengucapkan kalimat pembuka yang entah apa maksudnya, lalu dengan penuh semangat membentangkan mantelnya, dan dengan suara yang jauh dari nada kekanak-kanakan biasanya, dia berbicara lantang dan indah.
"──────Aku tidak punya orang tua yang melahirkanku. Karena aku adalah makhluk yang ditakdirkan lahir dari kegelapan, membawa kesepian...!"
"Waa! Aku tidak megerti, tapi keren sekali!"
Tapi dia bilang dia tidak mengerti.
Aku berpikir dalam hati, tapi Risu tampaknya puas karena berhasil membuat Nonoa-chan senang.
Wajahnya tidak terlihat karena tertutup topeng, tapi suara napasnya yang berat terdengar jelas.
"Kalimat itu keluar dengan lancar sekali. Pasti sudah sering kau pikirkan, kan."
"...Tidak kupikirkan. Baru saja terpikir."
"Kalo bisa langsung terpikir, berarti selama ini sudah sering kau pikirkan, kan?"
"...Onii, kau jahat..."
Dengan wajah merajuk, Risu melepas topengnya dan melemparkannya ke arahku.
Topeng itu mengenai kepalaku dengan benturan lembut.
Bahannya sepoertinya plastik ringan, jadi sama sekali tidak sakit.
"Makan malam sudah siap. Kemarilah."
Suara lembut terdengar di telinga kami. Rinka datang ke ruang tamu dan memanggil kami.
"...Rinka-san yang keibuan... aku suka."
Melihat Rinka yang mengenakan celemek dan mengikat rambutnya dengan kuncir kuda, Risu memandanginya dengan takjub.
Padahal dia menyukainya sampai seperti itu, tapi hanya karena satu perbedaan prinsip, hubungan mereka jadi canggung...
Tapi sekarang, mungkin saja──────
"Rinka Onee-chan seperti seorang ibu──────"
"Ibu... benar juga, dengan peranku sekarang, mungkin itu tidak sepenuhnya salah. Lagipula, aku ini istrinya Kazuto."
".........."
Dari sudut mataku, aku melihat Risu mengeriyit.
Ternyata memang tidak bisa, ya...
★★★
Langit cerah yang menyegarkan.
Matahari yang memancarkan panas menyengat seakan-akan berniat memanggang kami yang berada di permukaan bumi.
Panas matahari musim panas ini begitu mengerikan hingga membuatku memikirkan hal-hal konyol seperti itu.
Kalo ini adalah dungeon dalam game online, mungkin HP akan berkurang secara berkala.
Tapi, justru karena panas seperti inilah ada hiburan yang bisa dinikmati.
──────Kolam renang.
"Eii! Rin-chan!"
"Tunggu, Nana! Berhenti──────sekarang gantian!"
"Kya! Dingin sekali!"
"Kazuto Onii-chan. Kolam renang itu terasa menyenangkan──────"
"Iya, benar juga..."
Kami berempat datang ke kolam renang besar di dalam kota.
Berbagai jenis kolam tersedia di sini, termasuk kolam dalam ruangan. Ada juga bangunan tempat makan dan minum...
Ini adalah pertama kalinya aku pergi ke kolam renang bersama teman-temanku, tapi jumlah pengunjung yang jauh melebihi dugaanku benar-benar menguras tenagaku.
Saat ini, aku sedang berbaring di atas pelampung di kolam arus, mengapung sambil memandangi langit biru cerah.
Karena kolam arus ini paling sepi, aku bisa bersantai dengan tenang.
....Ahh, air yang sejuk ini terasa begitu menyenangkan.
Tepat di sebelahku juga ada sosok Nonoa-chan yang ikut terbawa arus di atas pelampung──────berputar-putar sambil terseret arus, memercikkan air ke segala arah dan bermain dengan riang. Sungguh penuh energi.
Karena dia mengenakan baju renang model sekolah tipe one-piece, kesan gadis ceria pun semakin kuat.
"Tunggu, Rin-chan! Itu berlebihan! Air masuk ke hidungku...!"
"Yang mulai menyerang lebih dulu itu Nana, kan? Jadi aku tidak akan menahan diri."
"Tidak mungkin...! Tolong aku, Kazu-kun!"
.............
Keduanya saling menyiram air dengan penuh semangat sambil terbawa arus kolam, mereka terlihat sangat menikmati permainan mereka.
Aku mengalihkan pandanganku dari langit ke arah mereka berdua sambil memandangi mereka dengan tatapan kosong.
Rambut mereka yang basah karena air memantulkan cahaya terang dari matahari, menciptakan kilauan yang menyilaukan.
Setiap kali mereka bergerak, tetesan air jatuh dari ujung rambut mereka, mengalir turun dari leher hingga ke dada.
Bagian tubuh bagian atas yang terekspos dari permukaan air juga basah dan memantulkan cahaya matahari, menampilkan kulit sehat yang menggelap karena pelajaran renang tanpa ragu kepada sekeliling.
"Sudah! Rin-chan! Baju renangnya sampai melorot, tahu!"
Sambil marah, dia menutupi payudaranya dengan kedua tangannya──────
"Ah, yang melorot hanya bagian bawahnya, kan? Sejak awal bagian dada memang tidak tertutup."
"Ahaha, iya juga."
──────! Batas kesabaranku sudah habis...!!
"He-hentikan, kalian berdua!"
" "Eh──────" "
Keduanya berhenti bergerak dan menoleh ke arahku──────Tachibana dan Saitou, dengan ekspresi bingung.
Ya, aku tidak datang ke kolam renang bersama Rinka dan Nana.
Aku datang bersama mereka...!
"'Eh' apanya!? Apa kalian meremehkan Rinka dan Nana!?"
"Apa yang membuatmu marah, Ayanokoji? Kau tidak bisa mengerti niat baik kami, ya?"
"Hah?"
"Itu benar, Ayanokouji-kun. Kami ini, sedang berakting demi dirimu tahu."
Seolah merasa niat baik mereka diabaikan, mereka menggelengkan kepala mereka dengan pelan.
Apa-apaan orang-orang ini.
Omong-omong, Tachibana yang berpura-pura menjadi Rinka, dan Saitou yang berpura-pura menjadi Nana. Secara mengejutkan, hanya dialognya saja yang punya kualitas tinggi, terdengar seperti yang mungkin benar-benar dikatakan oleh orang aslinya (meskipun dialog setelah 'baju renangnya melorot!' itu benar-benar buruk...!)
Kalo hanya membaca teksnya saja, banyak orang pasti tertipu.
"Ayanokouji, kau benar-benar ingin pergi ke kolam renang bersama mereka, kan?”
"Y-ya..."
"Tapi! Posisi kita tidak mengizinkan itu!"
「Maka dari itu, kami rela turun tangan! Meskipun, kami hanya melepas pakaian kami!"
"Berisik! Itu sama sekali tidak lucu!"
Kenapa Saitou bisa memasang wajah puas seperti itu sungguh membingungkan.
"Tenanglah, Ayanokouji-kun. Setidaknya, kau sempat merasa seperti bermain bersama mereka, kan?"
"Ahh, aku merasa seperti berada di neraka...!"
Siapa pun yang melihat pasti akan tahu ini hanya lelucon keterlaluan.
Tapi yah, meskipun aku merasa jengkel, aku juga sedikit menikmati suasananya.
Hal seperti ini bisa terjadi karena kami saling mengenal dengan baik.
Aku merasa senang bisa datang ke kolam bersama mereka.
Sejak sebelum liburan musim panas, kami sudah berjanji untuk pergi ke kolam, dan kali ini kami mengajak Nonoa-chan untuk ikut.
Kalo bicara jujur, aku ingin Rinka dan Nana, juga Risu ikut bersama...
Tapi, sulit mencocokkan jadwal kami dengan mereka yang sibuk.
Kalaupun jadwalnya cocok, pasti akan jadi keributan, jadi datang bersama pun mustahil.
Bermain dengan para idola populer itu tidak mudah...
"Lihat-lihat──────"
Suara itu membuatku menoleh, dan Nonoa-chan melompat keluar dari lubang pelampung. Seperti permainan pukul tikus. Polos dan menggemaskan...
Pesona menggemaskan ini pun menular ke sekeliling.
Sepasang muda-mudi yang berjalan sambil mengikuti arus tersenyum hangat saat melihat Nonoa-chan.
Begitu pula dengan Tachibana dan Saitou──────
"I-imut sekali, Nonoa-chan! Seperti malaikat!"
"Menurut perhitunganku, kemungkinan Nonoa-chan itu imut──────Tidak bisa...tidak bisa dihitung!"
Kedengarannya seperti orang mesum, tapi aku sangat memahami perasaan itu. Aku juga bereaksi serupa.
"Sial! Aku sampai lupa tujuan utama kita!"
"Tujuan utama?"
"Tentu saja! Menikmati pemandangan gadis-gadis manis!"
Setelah berkata begitu, Tachibana mulai melirik ke segala arah dengan mata yang penuh semangat.
Dia benar-benar mencurigakan.
Bukan tidak mungkin dia akan ditangkap dalam waktu dekat.
"Oi, lihat itu, Saitou! Anak itu... Payudaranya besar!"
"A-apa-apaan ini...! Dengan penglihatan telanjang begini...hanya terlihat samar-samar!!"
Mereka memang temanku, tapi jujur saja, mereka bodoh.
Tapi kalo tidak menghitung sisi mereka yang terlalu terbuka soal nafsu, mereka sebenarnya teman yang baik.
"Tsk. Aku tidak puasa hanya dengan melihat saja! Andai saja para gadis itu yang mendekati kita!"
"Menurut perhitunganku, kemungkinan kita dipepet balik oleh para gadis adalah 96%。Kita hanya perlu menunggu."
"Itu pasti angka kemungkinan tidak didekati, kan..."
Tidak ada satu pun dari kami bertiga yang punya daya tarik untuk didekati oleh perempuan.
Kalo pun ada yang mendekat, pasti itu jebakan wanita penipu.
"Ne ne, Kazuto-Onii-chan. Mereka lagi bicara soal apa?"
"Jangan dipikirkan, Nonoa-chan. Mereka itu sedang terkena penyakit ringan saja."
"Haruskah kita ke rumah sakit...?"
"Yah, meskipun kita ke rumah sakit, mereka tidak akan bisa sembuh."
"Nn... kasihan sekali..."
Nonoa-chan menatap Tachibana dan Saitou yang tengah bersemangat dengan sorot mata sedih.
Dua siswa SMA yang dikasihani dengan tulus oleh seorang gadis kecil.
Padahal mereka satu-satunya teman yang kupunya...
"Yosh! Kami akan berjalan-jalan dengan santai sambil menunggu didekati."
"Jangan lakukan itu. Itu hanya akan buang-buang waktu saja."
"Mana bisa tahu kalau tidak mencobanya!"
"Kalau begitu, kenapa tidak kalian saja yang menyapa lebih dulu."
"Dasar bodoh! Kalo kami punya keberanian untuk itu, kami tidak akan kesusahan begini! Dasar bodoh!"
".....Kenapa aku yang dimarahi?"
Tachibana dan Saitou saling memandang, lalu mengangguk kuat sebelum naik dari kolam dan mulai berjalan.
Melihat mereka, Nonoa-chan memiringkan kepalanya.
"Mereka mau ke mana?"
"Ke medan perang."
"Medan perang?"
"Jangan hentikan kami, wahai malaikat (dengan tegas)."
Tachibana memasang senyum angkuh di wajahnya. Orang normal pasti akan merasa risih, tapi tidak dengan malaikat Nonoa-chan.
Dengan wajah khawatir yang tulus, dia berkata pada Tachibana.
"Eto...jangan sampai terluka, ya."
"──────"
Tachibana terlihat sangat terpukul, dia memegangi dadanya dengan ekspresi menderita lalu berlutut di tempat.
"Kuh, terlalu polos...! Aku merasa sebaiknya mati saja agar hatiku bisa disucikan...!"
"Tidak apa-apa, Tachibana-kun! Sekalipun kau mati, hatimu akan tetap kotor!"
Sambil bercanda dengan bodoh seperti itu, keduanya berjalan dengan langkah lesu.
Mereka jelas tidak akan pernah didekati balik...
★★★
Sekarang setelah Nonoa-chan dan aku sendirian, kami menikmati kolam arus dengan membiarkan tubuh mengikuti aliran air.
Mungkin karena sedikit merasa bosan, Nonoa-chan mulai berkata, "Aku mau pergi ke kolam yang di sana!"
Tidak ada alasan untuk menolak permintaannya itu, jadi aku pun keluar dari kolam arus bersama Nonoa-chan dan menuju ke arah yang ditunjuk olehnya───kolam ombak.
"Wah, imutnya!"
"Kecil dan menggemaskan. Seperti malaikat."
"Nn?"
Tiba-tiba, dua orang Onee-san yang sepertinya seorang mahasiswi menghampiri kami (lebih tepatnya, menghampiri Nonoa-chan).
Kedua Onee-san itu berjongkok agar sejajar dengan pandangan Nonoa-chan dan mulai berbicara.
"Siapa namamu?"
"Nonoa!"
"Jadi namanya Nonoa-chan ya~ Namanya juga imut~"
Salah satu dari Onee-san itu dengan lembut mengelus kepala Nonoa-chan yang menjawab dengan semangat.
Luar biasa, Nonoa-chan sedang didekati... meskipun mungkin ini tidak bisa disebut sebagai didekati secara harfiah.
Kedua Onee-san itu dengan senang hati terus-menerus memuji Nonoa-chan sebagai 'imut'.
Nonoa-chan sendiri sepertinya sudah terbiasa dengan hal seperti ini, dia membalas dengan senyum cerah tanpa sedikit pun terlihat bingung.
Yah, mungkin saat berjalan-jalan bersama keluarganya di kota, tidak jarang dia mengalami interaksi seperti ini.
Faktanya, saat aku pergi ke taman berdua dengannya, ada nenek tetangga yang juga mengajaknya bicara.
Sementara itu, aku merasa gugup. Sebab orang-orang yang kali ini menghampiri adalah lawan jenis yang usianya tidak jauh berbeda dengan ku.
"Hei, kalo kau, siapa namamu?"
"Eh?"
"Kau, iya kau."
Aku panik karena tidak menyangka akan diajak bicara.
Suaraku mengecil, tapi aku menjawab, "E-eto, Kazuto..."
"Begitu ya, jadi namamu Kazuto. Kau juga tampan, ya. Aku merasa iri kalian kakak-adik sama-sama good loking~"
Pujian itu terdengar seperti basa-basi, tapi sepertinya mereka mengatakannya dengan tulus.
Tapi, aku pernah dibilang oleh Ririn kalau wajahku seperti membuat para wanita ingin menangis.
...Rasanya aku ingin menangis. Selain itu, aku juga dianggap sebagai kakak dari Nonoa-chan.
Karena merasa senang, aku memutuskan untuk tidak mengoreksinya.
"Apa kau sudah punya pacar?"
"Ti-tidak ada."
Tanpa sadar aku berbohong. Fakta kalo aku berkencan dengan seorang idol terkenal adalah sesuatu yang harus dirahasiakan.
Mungkin karena prinsip itu sudah tertanam kuat, aku secara refleks berbohong.
"Kalo begitu, bagaimana kalo kita berempat main bersama?"
"Eh──────"
Salah satu Onee-san itu mengajukan usul sambil tersenyum malu-malu.
Jangan-jangan ini adalah skenario gadis cantik yang menggunakan Nonoa-chan sebagai umpan untuk mendekati laki-laki───yang sebenarnya jebakan seperti dalam kasus penipuan?
Kalo aku menerima ajakan ini, nanti akan muncul preman bertubuh kekar yang menyeramkan.
...Se-seseorang...tolong aku(menangis)
"Oii, Ayanokōji! Tetap saja tidak berhasil! Ayo ke kolam sebelah dan main di sana! Tentu saja bersama Nonoa-chan juga!"
"Menurut perhitunganku, wanita-wanita di kolam ini tidak punya selera dalam memilih laki-laki! Tapi itu tidak perlu dihitung juga sih!"
Melihat mereka yang berteriak dan mendekat, para kakak itu tertawa kecil dan bertanya padaku, " Apa mereka temanmu?"
Aku langsung mengangguk dan menjawab, "Iya."
Para Onee-san itu kemudian mulai berbisik pelan hingga tak terdengar, dan setelah tampak menyusun strategi, mereka saling mengangguk, seolah-olah semuanya sudah siap.
"Maaf ya, Kazuto-kun. Tiba-tiba aku teringat kalo kami ada urusan."
"Ah, begitu ya."
"Kalo begitu... sampai jumpa."
Dengan menunjukkan gelagat ingin segera pergi, kedua Onee-san itu buru-buru meninggalkan kami.
"Hah? Ada apa? Siapa sih dua Onee-san cantik itu."
"......Aku terselamatkan, terima kasih."
" "Hah?" "
Tachibana dan Saitou memiringkan kepala mereka, seolah tidak mengerti maksudku.
Nonoa-chan juga memiringkan kepalanya dengan ekspresi heran.
Memang benar, yang paling berharga adalah memiliki teman.
Kalo saja mereka tidak kembali, mungkin aku sudah dikepung oleh para preman yang menakutkan.
...Kolam renang adalah tempat yang mengerikan.
Tempat ramai di dunia nyata itu berbahaya───hari ini, aku belajar akan hal itu.
★★★
Sore hari. Aku dan Nonoa-chan, yang baru pulang dari kolam renang, sedang menghabiskan waktu dengan tenang di ruang keluarga.
Rinka dan Risu belum pulang.
Sepertinya mereka tidak akan kembali sampai malam.
Aku duduk di sofa, sementara Nonoa-chan duduk menghadap meja, dengan tekun menulis sesuatu di dalam buku catatannya.
Itu adalah buku harian bergambar.
Tugas liburan musim panas yang khas bagi anak SD.
Karena kelelahan setelah bermain di kolam renang, kepala Nonoa-chan terayun-ayun ke depan dan ke belakang.
Dia beberapa kali mengucek matanya. Sepertinya dia akan segera tertidur.
"Fuwaa... Kazuto-oniichan... hari ini menyenangkan ya..."
"Iya, menyenangkan."
"Bermain bersama semuanya... menyenangkan... Makanya, Risu-Onee-chan, Rinka-Onee-chan, Kazuto-Onii-chan, aku... aku ingin bermain bersama semuanya..."
"..........."
"Soalnya, Risu-Onee-chan dan Rinka-Onee-chan itu, padahal akur, tapi sekarang mereka malah canggung...."
Meskipun terlihat ceria, ternyata Nonoa-chan juga memperhatikan hal itu.
Dan di atas semua itu, dia ingin bermain bersama semua orang...
Betapa murninya keinginan itu.
...Itulah hal yang seharusnya.
Tanpa kusadari, aku hanya memikirkan bagaimana membuat Risu mengakui game online.
Aku hanya fokus pada bagaimana membuat Rinka memahami cara berpikirku, bagaimana agar ia bisa menerima pesona game online.
Aku terus memikirkan hal-hal seperti itu.
Dengan begitu, mana mungkin aku bisa memikirkan rencana yang baik.
Tidak, seharusnya tidak perlu rencana. Cukup dengan keinginan untuk bermain bersama. Itu saja sudah cukup.
Bukankah Rinka juga pernah bilang?
Kalo aku boleh menjadi orang biasa.
Sekarang, aku akhirnya mengerti maksud dari kata-katanya itu.
Bermain bersama semua orang dengan gembira.
Sebagai hasil dari itu, Risu akan semakin mengenal pesona game online, dan Rinka pun bisa menjadi lebih toleran terhadap cara berpikirnya... Kalo bisa begitu, itu yang terbaik.
Masalahnya adalah bagaimana mengajak Risu. Idealnya adalah bermain bersama berempat.
Tapi, tidak mungkin memaksakan game online bersama Rinka kepada Risu yang merasa canggung.
Harus diciptakan suatu alur yang membuat Risu sendiri ingin melakukannya.
Apapun pemicunya, selama dia mulai bermain game online, sisanya akan berjalan lancar.
Untuk hal ini, sepertinya memang perlu memikirkan sedikit strategi.
"Aku kurang pandai dalam hal seperti ini... hmm."
Bisa dibilang cerdik, atau dalam arti buruknya, licik. Aku harus menggunakan pendekatan dan pola pikir seperti itu.
".....Suu...suu."
"Nonoa-chan? Dia tertidur rupanya."
Nonoa-chan yang bersandar di meja, dia terlihat tertidur dengan nyenyak sambil mengeluarkan napas lembut.
Dengan rasa hangat di hati, aku diam-diam mengintip buku harian bergambarnya. Mari kita lihat...
"..........."
Gambar yang jelas-jelas digambar oleh anak kecil, imut namun tidak terlalu bagus.
Meski suasananya menggemaskan, aku kehilangan kata-kata.
Karena di sana tergambar Saitou yang menutupi dadanya dengan ekspresi malu, dan Tachibana dengan senyum licik──────!
Kenapa dia harus memilih adegan itu dari semua kemungkinan...!
Aku merasa kasihan pada gurunya yang nanti harus melihat gambar seperti ini.