CHAPTER 3
NILAI DIRIKU
Akasaki Haruya. Aku baru-baru ini mulai memikirkan dia.
Awalnya, aku bahkan tidak yakin apakah aku sadar akan keberadaannya, tapi sejak aku mulai berpikir kalo dia memiliki semacam hubungan dengan Sara-chin dan Yuuna-rin, aku mulai tertarik padanya.
Sebelumnya, aku hanya mengenal dia sebagai 'anak dengan rambut panjang.'
Sara-chin dalam hal cinta, Yuuna-rin dalam hal basket. Jadi bagaimana dengan ku? tidak ada apa-apa.
Jika Akasaki-kun terlibat dalam perkembangan mereka berdua, mungkin aku juga bisa terlibat dengan dia...
Aku tengelam dengan ilusi seperti itu, aku menunjuknya sebagai anggota panitia.
Alasan seperti dia tampak tidak punya niat buruk hanyalah alasan yang aku tambahkan belakangan.
Di dalam kelas, sekarang semua orang berbicara tentang Yuna-rin dan Sara-chin.
Aku harus berdiri di atas panggung yang sama dengan orang-orang luar biasa itu. Jika ditanya mengapa, jawabannya sederhana.
──── Karena aku akan diintimidasi kali aku tidak melakukannya.
Saat SMP, aku menjadi sasaran bullying. Mereka bilang aku menyebalkan karena meskipun sifatku suram, penampilanku menarik, dan aku populer di kalangan pria. Karena alasan itu, aku dibenci oleh para gadis.
Jika aku punya sifat yang ceria, mungkin itu tidak akan menjadi masalah, tapi karena sifatku yang asli tetap suram, sementara banyak pria mendekatiku, para gadis semakin membenciku.
Yang paling parah adalah gadis-gadis gal di. Dua orang dari mereka yang melakukan itu.
Selama masa SMP, aku hanya bisa bertahan menghadapi intimidasi yang kejam, tapi aku memutuskan untuk berubah saat SMA. Ada dua strategi yang aku pikirkan agar tidak diintimidasi.
Yang pertama adalah tampil sederhana dan menjadi gadis yang benar-benar sederhana. Yang kedua adalah menjadi pemimpin di kelas.
Aku memilih yang kedua sebagai bagian dari 'debut SMA'ku.
Lagipula, aku suka berdandan, jadi aku tidak ingin menahan diri.
Aku melatih otot wajahku, meneliti fashion, dan berusaha bertindak agar tidak dianggap remeh atau diintimidasi.
Aku juga memilih teman-temanku dengan cermat dan fokus pada dua siswa perempuan, Himekawa Sara dan Takamori Yuuna, memberi mereka julukan dan mendekatkan diri pada mereka.
Sara-chin, Yuna-rin.
Sekarang aku cukup menyukai sebutan itu, tapi sebenarnya aku bukan tipe orang yang suka memberi julukan kepada teman sekelasku.
Aku hanya ingin menunjukkan keunggulanku dengan memberi julukan pada mereka dan aktif berinteraksi dengan mereka.
Ya, semua ini demi tidak diintimidasi─────
Namun, ketika aku mulai merasa bahwa mereka berdua tampak lebih bersinar dibandingkan diriku, aku mulai merasa cemas.
Pada dasarnya, aku hanyalah eksistensi sementara. Aku tahu aku tidak bisa dibandingkan dengan yang asli.
Itulah sebabnya aku berusaha keras untuk menyembunyikannya dan berpikir tentang apa yang bisa kulakukan untuk mendekatkan diri dengan mereka berdua... kemudian aku sadar bahwa festival Eiga sudah semakin dekat.
Ide pertama yang muncul adalah menjadi anggota panitia.
Di sini, aku bisa mengejar ketinggalanku yang sudah cukup besar.
Menjadi anggota panitia memiliki citra sebagai orang yang memimpin kelas.
Meskipun aku tidak terbiasa menunjukkan kepemimpinan di depan orang banyak, aku berusaha tampil berani di kelas sambil mengatur persiapan festival Eiga.
Meskipun sifatku tidak cocok untuk peran itu, anehnya aku tidak merasa terbebani.
Yang paling sulit dan menyakitkan, jika ada, adalah menjadi anggota panitia.
Gadis dari kelas lain yang juga menjadi anggota panitia memiliki penampilan yang mirip dengan tipe orang yang dulu mengintimidasiku, dia terlihat seperti seorang gal, dan itu membuatku merasa tidak nyaman.
Tanpa sadar, aku menjadi ciut, dan keceriaan yang biasanya bisa ku tunjukkan di kelas tiba-tiba menghilang.
Sampai aku terbiasa dengan kehadiran mereka, sepertinya aku tidak bisa menjadi aktif.
(......Apa yang harus kulakukan? Aku sangat takut)
Yang membuatku semakin kesulitan adalah kenyataan bahwa orang-orang yang menjadi anggota panitia adalah orang-orang yang ceria. Akibatnya, keberadaanku menjadi semakin tidak terlihat. Karena itu, dengan rasa cemas, aku memutuskan untuk mendaftar sebagai wakil ketua.
Awalnya, aku berusaha memimpin di kelas, tetapi itu hanya berlangsung pada awalnya saja. Ketika Yuna-rin dan Sara-chin mulai memerankan peran utama dalam drama, keberadaanku di kelas semakin memudar.
Karena itu, aku merasa terdorong oleh rasa takut untuk tertinggal lebih jauh, dan akhirnya aku memutuskan bahwa satu-satunya cara untuk mengejar ketinggalanku adalah dengan berusaha keras dalam kegiatan panitia. Oleh karena itu, Jadi, aku mengajukan diri dan akhirnya bertanggung jawab atas vokalnya.
Tapi masalah muncul saat latihan band. Kawada Sayuki. Dia memikiki wajah yang sangat menakutkan, dan dia sangat mirip dengan salah satu gadis yang dulu mengintimidasiku. Jadi mau tak mau, aku menjadi gugup di depannya, dan mungkin itu membuatnya marah.
"...Coba keluarkan suaramu dengan lebih jelas. Bagaimana mungkin kamu bisa mengajaukan dirimu sebagai vokalis dengan suara seperti itu?"
Aku tersentak, bahuku naik karena takut. Aku harus berusaha lebih keras. Jika aku tidak menonjol dalam sesuatu, aku tidak akan bisa berdiri di samping mereka berdua.
Aku tidak bisa membiarkan jarak di antara kami semakin jauh. Sambil mengabaikan detak jantungku yang semakin cepat, aku mulai memanggilnya dengan sebutan ‘Sayucchi.'
Setelah itu, aku sering merasa stres karena pekerjaan yang tidak terbiasa aku lakukan, tetapi aku memutuskan untuk terus berusaha.
Ya, semua ini demi tidak diintimidasi─────.
"───Itulah kira-kira. Aku mendekati Sara-chin dan Yuna-rin demi melindungi diriku sendiri. Aku juga menunjuk Akasaki-kun sebagai anggota panitia juga karena alasan yang sama. Aku baru saja menonton drama mereka dan menyadari bahwa aku tidak akan pernah bisa menyaingi mereka. Itu tidak mungkin bagiku. Aku tidak akan pernah bisa mengejar mereka. Aku tahu kalo aku telah mengambil peran sebagai anggota panitia dan vokalis yang tidak sesuai dengan kemampuanku, jadi pasti aku akan menyesal saat tampil di panggung. Sudah cukup? Aku ingin sendirian agar aku bisa mempersiapkan diriku untuk pertobatan ini. Jadi, bisakah kau membiarkanku sendirian?"
Pengakuan Rin lebih mengejutkan dari yang Haruya kira, namun setelah mencerna setiap kata yang diucapkannya, Haruya mengepalkan tangannya erat-erat.
"...Apapun motifnya, jika kau tetap berpegang teguh pada itu, aku pikir Kohinata-san adalah orang yang tulus."
Haruya berkata dengan suara lembut. Haruya juga menggunakan topeng dalam hidupnya, jadi dia tidak bisa menyalahkan Rin.
"Bagaimanapun, setelah festival ini berakhir, aku akan berhenti menjadi diriku sendiri. Aku akan berusaha sebaik mungkin untuk tampil di panggung. Tapi aku tidak mungkin bisa melakukan pertunjukan yang lebih baik dari Sara-chin dan Yuna-rin dengan sikap egois yang melibatkan orang lain seperti ini."
Rin menunjukkan senyum yang tampak sedih. Haruya merasa bahwa dia seakan-akan sedang meyakinkan dirinya sendiri dengan kata-kata itu.
"───Ti-tidak mungkin───"
"Bagaimana mungkin kau bisa mengatakan bahwa itu tidak mungkin setelah mendengarkan ceritaku?"
"Itu karena, jika kau bertanya kepada semua orang di kelas, mereka pasti akan mengerti."
"Tidak, Akasaki-kun juga pasti tahu, kan? Kalo meskipun aku ditunjuk sebagai panitia, semua orang di kelas lebih tertarik pada Sara-chin dan Yuna-rin."
Memang, Haruya merasa terpukul saat mendengar itu. Semua orang di kelas hanya membicarakan drama kedua gadis itu, dan tidak ada yang berbicara tentang Rin.
"Tapi, jika kau bertanya kepada mereka sekarang, aku yakin semua orang akan mengatakan kalo Kohinata-san akan memberikan pertunjukan yang terbaik."
"Jika kau bertanya, mereka pasti akan menjawab seperti itu. Tapi itu bukanlah kata-kata yang tulus, itu lebih kepada kata-kata dukungan. Jika mereka benar-benar menaruh harapan padaku, tentu dari awal sudah ada pembicaraan tentang hal itu."
"Itu───"
Bagi Rin, mungkin yang dia maksud dengan 'pertunjukan terbaik' adalah sesuatu yang bisa menyaingi Sara dan Yuna. Itu adalah standar yang sangat tinggi, dan setelah melihat drama mereka dari dekat, Haruya kehilangan kata-kata. Dia mencoba untuk memutar otaknya dan menemukan kata-kata yang tepat.
"...Tapi, setidaknya Himekawa-san dan Takamori-san pasti menantikan penampilan Kohinata-san. Mereka pasti berpikir bahwa itu akan menjadi pertunjukan yang luar biasa."
"Hmm. Kau begitu yakin, ya, Akasaki-kun?"
Rin mulai berjalan keluar dari ruang rapat, dan dia mengacungkan jarinya.
"Akasaki-kun tidak mengenal Sara-chin dan Yuna-rin lebih baik daripada aku. Jadi, apapun yang kau katakan, pendapatku tidak akan berubah."
Rin menghela napas dan melanjutkan.
"Sebaliknya, aku tidak mengerti kenapa kau sangat peduli dengan pertunjukanku. Aku akan tampil di panggung. Tapi aku sudah bilang, aku tidak akan bisa menyaingi mereka berdua, kan?"
"Itu karena setelah festival ini berakhir, Kohinata-san akan mundur dari panggung, kan?"
"Ya, aku sadar bahwa aku tidak layak berdiri di samping mereka berdua. Mungkin aku akan secara perlahan-lahan menghilang dari panggung. Tapi itu bukanlah sesuatu yang bisa kau katakan, kan?"
"...."
Haruya terdiam dan Rin menghela napas ringan. Dia bergerak menuju pintu kelas dan meraih gagangnya.
"Terima kasih sudah mendengarkan ceritaku. Tapi aku bukanlah orang yang baik───"
Rin pasti akan langsung menuju latihan band. Ketika Haruya mengecek waktu, sudah tiba saatnya untuk memulai persiapan.
Haruya bertanya-tanya apakah dia harus membiarkan Rin pergi latihan sekarang? Haruskah dia membiarkan Rin yang sedang dalam tertekan seperti ini berdiri di tempat di mana pelaku intimidasi mungkin sudah menunggunya, sambil terus melihat ke belakang? Haruskah dia membiarkan Rin yang sudah menyerah pada gagasan kalo dia tidak bisa memberikan penampilan terbaik?
Pikirkan. Pikirkan. Pikirkan.
Senyuman sedih itu tidak cocok untuknya. Apa yang bisa Haruya lakukan agar Rin bisa percaya diri?
Dia menutup matanya rapat-rapat, memutar otaknya dengan penuh tenaga.
'Kau harus mendekatinya dengan tulus. Kau harus menghadapinya dengan kata-kata dari hatimu sendiri, bukan dengan meminjam kata-kata orang lain, jika tidak, dia tidak akan tergerak.'
Kata-kata guru wali kelasnya tiba-tiba melintas di benaknya....
Ketulusan. Kata-katanya sendiri. Perasaannya sendiri.
Jika diingat kembali, Haruya pertama kali mengenal Rin saat dia masih terbebani oleh tragedi yang terjadi pada masa SMP.
Dia bertemu Kohinata-san sedikit setelah mengenal Nayu-san, dan mungkin mereka menjadi dekat karena merasakan ada sesuatu yang mirip di antara mereka.
Rin selalu menceritakan hal-hal ceria padanya, dia selalu tersenyum, dan ada banyak saat ketika keceriaannya menyelamatkan Haruya.
'Onii-san, onii-san sering datang ke sini, ya? Terima kasih.'
'…Oh, ya.'
'Kita seumuran, kan? Kalau kamu punya masalah, kamu bis ceritakan saja padaku, oke?'
Bahkan setelah Haruya tahu kalo senyumannya itu palsu, Haruya tidak merasa kecewa.
Bahkan jika dia mendekati Haruya di kedai kopi hanya untuk melindungi dirinya sendiri, dia tidak bisa menyalahkannya.
Karena kenyataannya, senyumannya benar-benar telah menyelamatkan Haruya.
Selain itu, tidak ada alasan untuk berpikir bahwa sesuatu yang palsu tidak bisa mengalahkan yang asli.
Segalanya tergantung pada usaha, dan meskipun seseorang berpura-pura dan penuh dengan kemunafikan, jika dia bisa membuat orang di sekitarnya tersenyum, maka itu seharusnya dianggap tulus.
Yang paling penting, Rin telah melakukan hal-hal yang Haruya tidak bisa lakukan.
Setidaknya, Haruya tidak pernah memilih jalan untuk berusaha keras di dalam komunitasnya seperti yang dilakukan Rin sekarang.
Haruya hanya bisa mengalihkan pandangannya dari kenyataan pahit dan melarikan diri ke jalan yang lebih mudah.
Itulah Haruya Akasaki yang ada di sekolah ini sekarang.
Dia takut terhubung dengan orang lain, memblokir wajah dan suara orang dengan gangguan.
Meskipun mereka memiliki masa lalu yang serupa dengan pengalaman bullying yang mengerikan, Rin berjalan di jalur yang jauh lebih mulia.
───Karena itulah, bagi Haruya, tidak bisa diterima bahwa Rin berencana untuk meninggalkan dirinya yang sebenarnya dengan alasan yang pesimis.
"...Aku tahu aku bukan orang yang berhak mengomentari Kohinata-san. Tapi, tolong jangan tampil di panggung dengan alasan yang pesimis seperti itu! Tolong jangan berkata bahwa kau akan berhenti menjadi dirimu sendiri setelah festival berakhir!"
Sebelum dia menyadarinya, Haruya telah mengatakannya dengan suara yang tegas. Rin berhenti membuka pintu dan perlahan menoleh ke arahnya.
"...Kau mengatakan ini karena kau peduli pada Sayucchi dan anggota band lainnya?"
"Bukan! Aku hanya... aku hanya ingin melihat Kohinata-san tampil dengan sepenuh hati di panggung!"
Mungkin Rin tidak menyangka akan mendengar balasan dengan semangat seperti itu. Mata Rin melebar, dan dia terdiam sejenak.
"...Aku sudah bilang bahwa aku akan tampil dengan sepenuh hati──"
"Jika kau akan tampil dengan sepenuh hati, kau harus bisa mengatakan bahwa itu akan menjadi pertunjukan terbaik!"
Haruya menimpali kata-katanya sebelum Rin bisa menyelesaikan kalimatnya. Rin tersenyum pahit, kemudian mendengus.
"──Kalau begitu, biar aku untuk bertanya satu hal padamu, menurutku standar tertinggi adalah mereka berdua. Setelah melihat pertunjukan drama tadi, apa Akasaki-kun benar-benar berpikir bahwa penampilanku bisa melebihi mereka berdua?"
"Aku pikir begitu."
Haruya menjawab tanpa ragu dan menganggukkan kepalanya.
"Kenapa?"
"Setelah mendengar tentang bagaimana Kohinata-san menjalani hidupnya... Aku pikir itu sangat keren. Memang, Kohinata-san mungkin berusaha terlalu keras untuk menutupi dirinya sendiri. Tapi meskipun kau mengatakan itu untuk melindungi dirimu sendiri, usaha kerasnya untuk meraih ideal dan menjadi orang yang baik adalah sesuatu yang indah."
Kalau tidak, dia tidak akan selalu mendengarkan keluhanku di kedai kopi, atau selalu bertingkah ceria. Orang-orang yang tersenyum karena melihat dirinya pasti tidak sedikit.
"Bukan berarti aku orang yang baik..."
"Kau bahkan mencoba membuat festival ini menyenangkan untukku, karena kau merasa bertanggung jawab karena telah memilihku sebagai panitia, kan?"
"...."
Apakah dia merasa tertusuk atau terkejut karena Haruya mengetahuinya, mata Rin melebar.
"Aku terkejut... kau bisa menyadarinya sampai sejauh itu."
Rin menundukkan kepala sekali lagi, lalu dia mengangguk, melanjutkan dengan kata-kata.
"Memang... itu karena aku merasa telah merepotkan Akasaki-kun. Aku berpikir bahwa dengan berkencan denganku, itu bisa menjadi permintaan maaf yang cukup. Bukankah itu terlalu percaya diri?"
Itulah 'Kohinata Rin' yang sebenarnya.
Sesuatu yang cocok dengan citra dirinya di kedai kopi. Ideal yang dia kejar agar tidak dibully.
Dengan itu, dia harusnya bisa tampil di panggung dan memberikan yang terbaik. Tapi, kenyataan kalo dia bertemu kembali dengan orang yang dulu membully-nya, ditambah lagi melihat betapa hebatnya pertunjukan teater teman-temannya, menggoyahkan kepercayaannya.
"Aku tidak bisa membuat siapa pun tersenyum dengan pemikiran egois ini..."
"Kau bisa."
"Dengan dasar apa sehingga kau bisa mengatakan hal itu?"
Haruya mendekat lalu dia menunjukkan beberapa foto yang dia ambil dengan kameranya pada Rin.
"Ini adalah dekorasi yang Kohinata-san buat."
"Lalu?"
"Lihatlah, orang-orang ini semua tersenyum."
Di foto itu, beberapa pengunjung terlihat tersenyum sambil melihat dekorasi yang dibuat oleh Rin.
"...Mungkin mereka hanya terpengaruh oleh suasana festival."
"Mungkin."
Haruya melanjutkan dengan suara lembut.
"Tapi, mereka semua tersenyum. Berkat Kohinata-san yang bekerja keras sebagai panitia, festival ini bisa berjalan dengan sukses. Tentu saja, ini semua karena usaha semua anggota panitia, termasuk aku yang hanya melakukan pekerjaan kecil. Tapi, Kohinata-san juga termasuk di dalamnya."
Rin diam, menatap Haruya. Lalu Haruya melanjutkan dengan nada lembut.
"Itulah sebabnya aku pikir Kohinata-san itu keren. Tidak banyak orang yang bisa berusaha sekeras itu, meskipun hanya untuk menjaga citra mereka. Kau telah berusaha untuk meraih ideal yang tinggi, kan? Kalau begitu, tunjukkan kepada dua pengganggu itu, sama seperti bagaimana Himekawa-san dan Takamori-san membuatmu merasa putus asa dengan drama mereka, tunjukkan pada mereka dengan penampilanmu di panggung. Mau tampil atau tidak dalam situasi ini sepenuhnya adalah keputusanmu, Kohinata-san. Tidak ada yang bisa menyalahkanmu. Tapi jika kau memutuskan untuk tampil dan berusaha, jangan naik ke panggung dengan hati yang berat. Mungkin ini hanya keinginan egoisku, tapi aku tetap ingin mengatakannya. Jika kau memutuskan untuk tampil, aku ingin melihat Kohinata-san berusaha untuk hari esok. Bukan orang lain. Aku ingin melihat penampilanmu di panggung."
Kata-kata Haruya semakin bersemangat saat ia berbicara. Ia terengah-engah karena emosinya memuncak.
Rin perlahan melepaskan ketegangan dari bahunya, lalu bergumam.
"Aku tidak tahu ada seseorang yang begitu berharap padaku..."
Setelah mengucapkan itu dengan nada yang tulus, terdengar suara tepukan pipi. Rin menampar pipinya sendiri.
"...Akasaki-kun. Jadi kamu penggemar beratku ya? Kalau begitu, berusaha keras memberikan penampilan terbaik itu adalah kewajibanku sebagai idola, kan?"
Dengan itu, Rin membuka pintu. Saat dia hendak pergi, Haruya mendengar suara pelan yang berkata "Terima kasih..."
Suaranya terdengar tulus, membuat Haruya merasa sedikit canggung, tapi dia yakin bahwa Rin yang sekarang tidak akan mengalami masalah dalam penampilannya.
Entah kenapa, Haruya merasa yakin akan hal itu.
Setelah beberapa saat Rin pergi, Haruya keluar dari ruang rapat. Dan dari kejauhan, dia melihat dua siswa yang berjalan mendekat sambil mengobrol dan memegang pamflet. Mereka terlihat menikmati percakapan mereka.
Mungkin mereka adalah anggota panitia. Jika itu benar, itu bisa menjadi situasi yang berbahaya.
Haruya berpikir kalo mereka melihatnya berdebat penuh semangat dengan Rin, itu bisa menjadi momen yang sangat memalukan baginya. Apalagi ini adalah area yang dilarang bagi pengunjung, jadi Haruya berharap mereka tidak melihatnya.
"Sepertinya ruang rapat panitia ada di depan. Rin juga bekerja keras di sini, ya."
"Kami sibuk dengan latihan drama, jadi kami belum sempat datang ke sini."
Ternyata, Sara dan Yuna, dua teman Rin, datang ke sini untuk melihat-lihat di hari terakhir festival Eigasai. Melihat mereka, Haruya hanya bisa tersenyum pahit. Akan sangat merepotkan jika dia ketahuan oleh mereka di sini.
(Jika aku ditemukan oleh kombinasi Himekawa-san dan Nayy-san, ini tidak akan menjadi lelucon...)
Dengan cepat, Haruya berusaha untuk bersembunyi di dalam ruang rapat dan meletakkan tangannya di pintu.
Tapi, pada saat itu...
"───Akasaki-kun~! Akhirnya aku menemukanmu!"
Seorang siswa berlari menaiki tangga dan langsung menuju ruang rapat tempat Haruya berada.
"Uh-oh..."
Mendengar suara itu, Sara dan Yuna pun melihat ke arah Haruya.
(...Akasaki-san?!)
(...Akasaki-kun ada di sini?)
Meskipun Haruya mendapat tatapan penuh makna dari Sara dan Yuna, seorang siswa perempuan lain yang tidak tahu tentang situasi Haruya mendekatinya. Dia meletakkan kedua tangannya di bahu Haruya.
"...Terima kasih, Akasaki-kun."
"Hah? Terima kasih untuk apa...?"
Orang yang mendekati Haruya adalah Sayuki Kawada, seorang siswa perempuan yang merupakan anggota panitia dengan aura yang agak menakutkan.
"Kamu yang membuat Rin-chan kembali bersemangat, kan?"
"Apa maksudmu?"
"Tadi aku bertemu Rin-chan. Dengan melihat ekspresinya, aku yakin. Kalo wajahnya terlihat lebih cerah, jadi aku yakin Akasaki-kun yang membuatnya kembali bersemangat. Kamu juga kan sudah berjanji padaku."
Sayuki merujuk pada permintaannya beberapa hari yang lalu kepada Haruya untuk menjaga Rin.
Dengan perasaan lega yang mendalam, Sayuki menghela napas berkali-kali.
"Rin bilang dia ada di ruang rapat, jadi aku pikir kamu mungkin ada di sini, dan ternyata itu benar. Jadi terima kasih banyak."
"...Eh, iya, umm, baiklah."
"Setelah ini, aku ada latihan, tapi Akasaki-kun kau bisa terus menikmati festival Eiga, jadi kuharap kau bisa bersenang-senang."
"Tapi bukannya aku masih punya tugas untuk mengatur sound...?"
Sebagai anggota panitia, Haruya bertanggung jawab atas pengecekan sond sistem.
"Tidak masalah. Akasaki-kun sudah membawa kembali pemeran utama kita. Itu sudah merupakan tugas terbesar. Tidak ada tugas yang lebih penting dari itu."
"........"
"Jadi sekali lagi, terima kasih banyak Akasaki-kun."
Dengan lambaian tangan ringan, Sayuki mulai menuruni tangga. Haruya menghela napas dan berusaha menyelinap ke dalam ruang rapat. Tapi, kedua teman Rin yang dari tadi diam saja tidak membiarkannya pergi begitu saja.
"Akasaki-san, tadi itu..."
"Akasaki-kun, kamu yang membuat Rin kembali bersemangat, ya."
(Tentu saja mereka akan memangilku... Aku sudah tahu...)
Sara dan Yuna yang menyadari keberadaan Haruya mulai mendekat.
"...U-uh, tidak juga."
Ini buruk. Haruya harus keluar dari situasi ini secepat mungkin. Meskipun Sara sudah mengetahui identitas aslinya, Yuna belum mengetahuinya. Ini membuat tingkat ketegangannya menjadi sangat berbeda.
Terutama dengan adanya Sara di sini bersama Yuna, ini semakin membuat Haruya merasa cemas.
"...Yah, sepertinya aku harus kembali ke tugas panitiaku sekarang. Haha..."
Sambil menggaruk bagian belakang kepalanya dengan agak berantakan, Haruya mencoba meninggalkan tempat itu.
"Tunggu sebentar... Akasaki-kun."
Yang menahannya adalah Yuna. Sementara itu, Sara tampaknya terus mengamatinya dengan tenang, mungkin karena dia tahu Haruya tidak ingin menjadi pusat perhatian atau karena dia tidak ingin identitas asli Haruya terungkap.
"Eh? A-ada apa, Takamori-san?"
"Barusan, apa yang dikatakan anggota panitia tentang kamu yang membantu Rin untuk bangkit kembali... Apa itu benar, Akasaki-kun?"
"Yah, sebenarnya yang bangkit kembali adalah Kohinata-san sendiri sih..."
Haruya menjawab sambil tersenyum kecut, lalu Sara menyela dari samping.
"Meski begitu, aku tidak pernah menyadari kalo Rin-san sedang merasa terbebani..."
Dari cara Sara menurunkan bahunya dengan sedih, terlihat jelas kalo dia sangat peduli pada Rin. Yuna tampaknya merasakan hal yang sama, karena dia mengangguk dan berkata, "Ya, kami merasa sangat tidak berdaya."
"Lalu, kalau kalo kau tidak keberataan...─ Aku minta maaf, bisa kau tunggu sebentar, aku perlu bertanya pada Sara dulu."
Meskipun Haruya sudah bisa menebak ke mana arah pembicaraan ini, sebelum dia sempat merespons, Yuuna sudah berbalik dan berbisik pada Sara.
'...Sebagai ucapan terima kasih, bolehkah aku mengajak Akasaki-kun untuk ikut bersama kita?'
'Eh, umm... itu...'
Sara tampak cemas memikirkan Haruya, dan pandangannya sesekali melirik ke arahnya. Tapi, pada akhirnya, Sara mengangguk dengan tegas dan berkata, '...Ya.'
Meskipun mereka berdua tampak seperti sedang berbisik, Haruya bisa mendengar percakapan mereka dengan jelas. Ketika keduanya kembali menghadap ke Haruya, Yuna berdehem sejenak.
"Umm, kami sedang keliling bersama, dan kalo kamu tidak keberata, bagaimana kalau Akasaki-kun ikut bersama kami juga?"
Seperti yang diduga, begitulah arah pembicaraan mereka. Kalau ditanya seperti itu, tentu saja jawabannya adalah 'tidak.'
Berkeliling bersama mereka hanya akan membuat Haruya menjadi pusat perhatian di antara para siswa lain. Itu terlalu berat bagi seseorang seperti Haruya, yang lebih suka menjadi tokoh latar. Dia berusaha mencari cara untuk menghindari situasi ini.
"...Yah, sebenarnya aku masih punya tugas sebagai anggota panitia Festival Eiga. Jadi, aku rasa aku tidak bisa."
Haruya menunjuk ban pengan merah yang dikenakannya sebagai tanda anggota panitia. Namun, Yuna menggelengkan kepalanya dan berkata.
"Tapi kan tadi anggota panitia tadu sudah bilang kalo Akasaki-kun bebas untuk menikmati festival setelah ini... Itu juga sebagai tanda terima kasih karena sudah membantu Rin. Aku juga ingin berterima kasih, jadi aku pikir kita bisa keliling bersama... Jadi bagaimana?"
Yuna menggaruk pipinya sambil berkata begitu dengan pipinya yang sedikit memerah. Haruya tau meskipun bukan ide yang bagus untuk berkeliking bersama mereka tapi dia merasa dia tidak bisa menolak ajakan itu.
"Lagipula, kita kan sudah menjadi teman? Beberapa waktu yang lalu, kamu juga sudah membaca naskah drama kita. Aku hanya ingin mengucapkan terima kasih... tidak boleh ya?"
Yuna menundukkan kepalanya sedikit, menatap Haruya dengan penuh harap. Haruya kemudian mencari bantuan dengan melihat ke arah Sara. Tapi, Sara hanya menggelengkan kepala pelan, memberi tanda bahwa dia tidak akan membantu. Sepertinya, Haruya tidak punya pilihan lain selain menerima ajakan itu. Dia lalu menghela napas panjang.
"Baiklah. Tapi aku punya satu permintaan, boleh?"
"Permintaan? Apa itu? Tentu saja, aku akan mendengarkannya."
"Kalau bisa, kita jalan di tempat yang tidak terlalu ramai..."
Haruya merasa kalo mereka berada di tempat yang ramai pasti itu akan membuatnya merasa terlalu canggung karena terlalu banyak perhatian yang akan tertuju padanya. Ini adalah satu-satunya kompromi yang bisa dia minta.
"...Ah, ya. Kalau itu, aku mengerti."
"Aku juga tidak keberatan."
Keduanya menerima syarat Haruya dengan senang hati.
Dengan begitu, Haruya akhirnya akan menghabiskan waktu di festival Eigasai bersama dua gadis cantik itu.
"Selamat datang~"
Suara ceria seorang gadis bergema di seluruh ruang kelas kakak kelas.
Saat sore mulai berlalu dan waktu penutupan semakin dekat, Haruya, Sara, dan Yuuna datang memasuki kelas itu.
Karena jumlah pengunjung menurun pada jam-jam ini, tampaknya para pelayan tidak terlihat. Gadis pelayan yang pertama kali menyapa pelanggan segera menghubungi pelayan-pelayan lain yang keluar dari pintu belakang dengan penuh semangat.
"Apakah dua orang?"
Ada seorang pria mafia yang jelas-jelas tidak cocok dengan dua gadis cantik itu. Ketidakcocokan itu membuat pelayan tidak bisa tidak merasa terkejut.
"Ah, tidak, bertiga."
Ketika Yuuna menunjukkan angka tiga dengan jarinya, pelayan itu tampak sedikit bingung sesaat, tapi segera mengantarkan mereka ke tempat duduk dengan sopan.
Dia lalu segera membawa menu dan air dingin untuk tiga orang.
Ketika Haruya Melihat sekeliling ruangan, meskipun situasinya tidak ideal, Haruya merasa sedikit lega karena jumlah pelanggan yang sedikit.
Memang, jika dibandingkan dengan pengunjung dari sekolah yang lebih tinggi, lebih baik adanya. Meskipun, mungkin saja ada gosip di kalangan senpai mereka tentang hal ini, tapi itu tidak bisa dihindari.
Kesempatan untuk berinteraksi dengan senpai jarang terjadi kecuali dalam kegiatan klub, jadi lebih baik jika hanya menjadi gosip di antara teman sekelas daripada sesuatu yang lebih.
"Ngomong-ngomong..."
Haruya melihat sekeliling ruangan lagi sebelum bertanya.
"Kenapa harus ke kafe maid?"
Tema senpai mereka tingkat kali ini adalah kafe maid. Jika diibaratkan sebagai acara festival budaya, ini adalah pilihan yang sangat umum. Bahkan di kelas Haruya sendiri, kafe maid juga merupakan salah satu kandidat kuat. Tapi, meskipun ini pilihan umum, tempat seperti ini jarang dikunjungi oleh pria dan wanita bersama.
Biasanya tempat seperti ini lebih sering dikunjungi oleh sesama perempuan yang penasaran untuk melihat gadis-gadis cantik dalam kostum maid...
Yuna lalu menjawab untuk mengatasi keraguan Haruya.
"Kan Akasaki-kun yang bilang supaya pilih tempat yang sepi... Tempat seperti kafe maid ini biasanya ramai dari jam buka sampai waktu makan siang. Setelah itu, jumlah pengunjung bisa turun cukup banyak."
"Memang... itu mungkin benar."
Melihat sikap Haruya yang agak ragu, Yuna melanjutkan.
"Selain itu, warung makan dan semacamnya bisa dinikmati di festival, tapi pertunjukan drama atau kafe dengan konsep seperti ini hanya bisa didapatkan di festival budaya, kan? Jadi, aku secara pribadi juga ingin mencoba. Kalau kamu tidak suka, maaf ya."
Yuna membungkuk dengan sopan, dan Haruya merasa sangat menyesal.
"Tidak, aku yang harus minta maaf. Bukannya aku tidak menyukainya, hanya saja aku merasa agak canggung."
Ketika Haruya meminta maaf, Sara dengan penuh semangat melihat ke sekeliling.
"Lihatlah! Para senpai dalam kostum maid sangat cantik!”
Haruya dan Yuuna saling memandang dan tertawa.
"Sekarang kamu baru memperhatikannya?"
"(Memang sekarang baru diperhatikan)"
Tindakan Sara yang tidak peduli membuat suasana menjadi lebih santai.
Saat mereka membuka menu, merria bertiga lalu mengatakan apa yang akan mereka pesan..
"Aku akan memesan kue kering dan café au lait."
Pandangan Yuna beralih ke Sara di sebelahnya yang kini sedang menatap menu dengan seksama.
"Hmm... Aku akan memesan kue cokelat dan minumannya teh hojicha.”
Giliran Haruya untuk memesan.
"Kalau begitu, aku hanya mau kopi."
"Apa hanya itu yang kamu mau, Akasaki-kun?"
"Ya."
Karena dia sudah merasa kenyang setelah di bawa-bawa oleh Rin saat bekerja, perutnya sudah merasa kenyang.
"Kalo kamu khawatir tentang uangnya, Sara dan Akasaki-kun tidak usah khawatir, aku yang traktir. Seperti saat aku, Akasaki-kun juga telah membantu Rin. Aku ingin mengucapkan terima kasih dalam banyak hal, jadi kali ini, aku yang mentraktir kalian."
Yuna tersenyum.
"Eh, Akasaki-san. Apa kamu membantu Yuuna-san?"
"Ah, Sara, aku belum ceritanya? Dia adalah salah satu orang yang membantuku kembali semangat bermain basket... Itu yang membuat kami jadi teman."
"Eh, begitu ya."
Sara memandang Haruya dengan tatapan tajam seolah berkata,'Aku belum pernah mendengarnya! Kemarin kamu mengatakan kalo kamu tidak ada hubungannya dengan Yuna-san!!' Melihat itu seketika Haruya merasa gugup.
"Ah, aku sangat berterima kasih, tapi kau tidak perlu mentraktirku."
"Begitu juga aku, Yuuna-san."
Sebaliknya, Sara tampak bingung kenapa dia juga harus diperlakukan seperti ini. Menyadari itu, Yuna menjelaskan.
"Sara juga berperan sebagai Cinderella dengan sangat baik. Terima kasih untuk itu."
"...Oh, begitu."
"Ya. Karena kamu juga banyak membantuku saat latihan."
"Aku senang melakukannya. Lagipula kita kan teman? Jadi kita anggap ini saling membantu."
[TL\n: kaya sipat teman teman gua, asli kalo ada yg mau bilang makasih mereka bakalan marah, kan kita temen ngapain bilang makasih, ya gua juga gitu sih kalo ada temen yg bilang makasih ke gua gua juga marah, kita temen, dalam pertemanan gak ada kata makasih(btw ini habya berlaku buat temen deket aja ye).]
"B-begitu ya?"
Yuuna bertanya dengan tampak canggung. Haruya pun mengangguk mengikuti Sara.
“Ya! Karena kita teman, jadi kalau bisa jangan mentraktir, itu juga akan membantu aku."
Karena sifat Yuna yang sangat sopan, Haruya merasa kalo alasan tersebut mungkin tidak cukup membuatnya puas. Oleh karena itu, Haruya menambahkan kata-katanya.
"...Kalo kamu benar-benar ingin membalas budi, maka aku ingin kamu terus mendukung Kohinata-san sebagai teman, apapun yang terjadi.”
Ini hanyalah langkah berjaga-jaga. Haruya yakin tidak akan ada masalah, tapi lebih baik jika ada langkah pencegahan.
"Apa maksudmu?"
Yuuna langsung bertanya dengan penasaran.
"Ah, mungkin aku hanya terlalu khawatir, jadi lebih baik kamu terima saja kata-kataku seperti itu."
"Karena kami berteman, jadi tidak perlu khawatir soal itu."
"Ba-baiklah, aku mengerti."
Sara langsung menjawab, sementara Yuna tampak masih belum sepenuhnya mengerti maksud kata-katanya, sehingga suaranya tidak begitu tegas. Pada saat itu, pesanan mereka datang. Seorang pelayan maid membungkuk dengan hormat saat meninggalkan meja.
"Silakan menikmati!"
Dengan suara ceria dan bersemangat, Haruya secara otomatis teringat pada Kohinata-san yang di kedai kopi.
Mungkin karena ekspresinya menjadi rileks tanpa sadar, Yuuna segera menggodanya, dengan senyuman nakal yang sedikit mengejek..
"Jadi, Akasaki-kun, apa senpai itu adalah tipemu."
"Eh...?"
"Eh, apa benar begitu?"
Sara mengeluarkan suara keras dan pada saat yang sama dia mencondongkan tubuhnya ke depan.
(Apa aku sebenarnya suka dengan senpai itu!? justru aku sendiri yang malah ingin tahu hal itu.)
Haruya tidak bisa menyembunyikan kebingungannya. Ketika Sara menyadari suaranya yang terlalu keras, dia melirik sekitar sebelum dia menunduk karena malu.
"Eh, boleh tahu kenapa?"
Haruya bertanya karena dia benar-benar penasaran.
"Eh, apa itu salah? Biasanya kamu terlihat serius, tapi barusan, Akasaki-kun, ekspresimu terlihat lembut."
"Tidak, itu tidak benar. Itu... itu benar."
Haruya berpikir untuk menjawab dengan cara yang wajar dan tidak tampak aneh. Dia akhirnya menjelaskan.
“Karena aku suka kostum maid-nya.”
"Kupikir kostum maid-nya sangat bagus."
"Benar sekali~"
Yuuna dan Sara setuju dengan pendapat Haruya. Meskipun kostumnya tidak terlalu terbuka, tapi kostum Maid itu sangat imut.
Rok bergaya Gothic Lolita dengan ruffle dan kaus kaki putih hingga paha, serta headband dengan ruffle putih di kepala, adalah pakaian yang benar-benar mencuri perhatian banyak orang.
"Kalau kelas kita memilih kafe maid sebagai acara kita, kita juga bisa mengenakan kostum seperti itu, kan?"
"Pasti semua akan terlihat sangat imut."
Meski membayangkan kemungkinan itu mungkin tidak ada habisnya, jelas bahwa jika kelas mereka memilih kafe maid, pasti itu akan sangat meriah.
Sementara mereka berpikir begitu, seorang pelayan maid berkacamata mendekati meja mereka.
"Apa benar kalian suka dengan kostum maid ini? Apak kata-katamu benar-benar tidak ada kesalahan?”
Pelayan tersebut membuat mic dari tangannya dan menunggu jawaban Sara dan Yuna.
"""Eh?"""
Ketiga orang di meja itu, termasuk Haruya, mengucapkan kata yang sama.
"Sebenarnya, kebanyakan pelayan di belakang panggung akan siap. Jika kalian ingin mencoba kostum ini, kami sangat senang jika kalian mau mencobanya. Bahkan, kami sangat ingin kalian memakainya."
Mata pelayan tersebut terlihat sangat antusias.
Karena terlalu bersemangat, pelayan senpai tersebut mendekati Sara dan Yuuna dengan mata yang berbinar.
"Eh, um..."
"Bagaimana? Yuuna-san..."
Keduanya saling bertukar pandang dengan kebingungan.
"Nah, sekarang para pelanggan sudah tidak ada, apa yang kamu pikirkan?"
Seorang pelayan maid lainnya datang. Sepertinya dia teman dari pelayan berkacamata ini. Dari nada bicaranya, Haruya bisa merasakan kekesalan dalam nada ramahnya.
Ketika Haruya melihat ke sekeliling, tampaknya semua pelanggan sudah menyelesaikan pembayaran mereka. Karena itulah pelayan berkacamata merasa bebas untuk mendekati Haruya dan yang lainnya dengan ramah.
Nah, itu tidak masalah. Atau sebenarnya, ada masalah besar. Haruya berpikir begitu sendirian, ketika Sara tiba-tiba bertanya.
"Kami sudah punya waktu bebas dan sekarang kami sedang berkeliling festival Eiga, tapi kami belum mengambil foto apapun..."
"Benar..."
Di festival Eiga ini, penggunaan ponsel diizinkan hanya dengan syarat mengambil foto.
Sepertinya mereka sudah memotret beberapa gambar di dalam kelas, tapi yang dimaksud Sara adalah mereka belum mengambil foto selama waktu bebas.
Senpai yang datang untuk menghentikan Senior Kacamata melihat Sara dan Yuuna dan akhirnya mendekati mereka.
"...Oh, maaf. Tapi kalau kamu ingin mencobanya, kami tidak keberatan kalo kalia ingin memakainya. Ini layanan sebelum penutupan."
"Ya, ayo ambil fotonya~"
Senoai Kacamata sangat antusias.
Setelah berpikir sejenak, mereka berdua menatap Haruya.
(Serius, maksud kalian aku yang harus memutuskan?)
Sebenarnya, begitu mereka mulai mengatakan belum memotret selama waktu bebas, sepertinya pendapat mereka sudah diputuskan.
"Yah, kesempatan seperti ini terbatas, jadi menurutku ada baiknya kalo kalian memanfaatkan kebaikan para senpai ini..."
Setelah mendengarnya, mereka saling bertukar pandang dan mengangguk.
"Kalau begitu, bolehkah kami meminta bantuan kalian?"
"Ya. Ayo, kalian berdua datang ke sini."
Senpai itu lalu bergerak menuju pintu belakang.
Haruya yang sendirian berpikir untuk menikmati kopi, tiba-tiba...
"Ayo, kamu juga harus pakai kostum pelayan~"
Senpai berkacamata memberi Haruya isyarat cepat dengan tangannya.
Bahkan senpai yang terlihat serius itu juga berhenti dan berkata, "Itu ide bagus."
(Hei, hei? Seriussn nih?)
Meskipun dia tidak memperlihatkan banyak bagian tubuhnya yang terbuka, tapi dia masih mempunyai keengganan yang kuat untuk berpakaian seperti seorang wanita.
Ketika Sara mendengar itu, dia menatap Haruya dengan mata yang berbinar.
(Bahkan jika kau melihatku dengan tatap seperti itu, aku tidak akan memakai kostum itu, pasti!)
Entah kenapa, senpa itu juga dengan antusias mendorongnya untuk masuk di ruang ganti.
Yuuna menghela napas ringan dan ikut mendukung Senpai itu.
"Itu tidak apa-apa. Aku tidak bisa membayangkan Akasaki-kun berdandan dalam kostum wanita."
"...Tidak, itu aneh. Lagipula, aku tidak bisa berada di ruang ganti yang sama dengan..."
Suara itu perlahan menjadi lebih pelan. Wajahnya juga mulai memanas secara bertahap.
Saat dia membayangkan adegan di mana dia memakai kostum pelayan di ruang ganti yang sama membuatnya merasa sangat malu.
Sara juga tampaknya sedikit memerah.
"..Prft"
Melihat telinga Haruya yang memerah, para senpai dan Yuuna tertawa.
""Ya, itu hanya bercanda?""
Kedua senpai itu mengatakan ini secara serempak.
"Benar kan? Akasaki-kun, wajahmu memerah... Ternyata kamu ada sisi imut juga, ya."
Yuuna tertawa kecil sambil menjawab. Tampaknya dia sedang menggoda.
Haruya merasa malu dan kembali ke tempat duduknya. Lalu dia kemudian meminum kopinya seolah-olah tidak ada yang terjadi.
Saat para senpai dan Yuna melihat Haruya seperti ini, mereka mulai tertawa lagi. Kali ini, Sara juga ikut tertawa menirukan mereka.
(Ah, kenapa Sara ikut-ikutan?)
Haruya diam-diam mengutuk Sara dalam hatinya sebagai pengkhianat, dan Yuuna sekali lagi berkata.
"....Imut."
Yuuna tertawa nakal. Haruya merasa ingin mengeluh, tapi rasa imut itu membuat perasaannya goyang.
(Ah, bunuh saja aku!)
Dengan perasaan yang tak tertahan, Haruya menunggu di tempat saat Sara dan Yukina menuju pintu belakang.
Setelah mereka menuju pintu belakang, suara ribut mulai terdengar, tapi rasa malunya terlalu besar untuk mempedulikan itu.
"Hehehe, hasilnya sangat imut!"
Ketika senpai keluar dari pintu belakang, Haruya lalu melihatnya, dia melihat Sara yang bersembunyi di balik pintu.
"Ini... Ini lebih memalukan dari yang kukira."
"...Sara bukankan kamu sudah pernah memakai kostum seperti Cinderella di kelas, jadi bukankah ini lebih baik? Akulah yang merasa sangat malu dan hampir mati."
Seperti yang dikatakan Yuna, Sara mengenakan kostum mencolok untuk pertunjukan kelas. Di sisi lain Yuuna mengenakan kostum seragam militer.
Melihat Sara juga merasa malu seperti dirinya, sepertinya dia harus mengomentari itu.
"Itu satu hal!! Ini hal yang berbeda. Aku sangat malu dengan kostum itu juga oada awaknya."
"Baiklah, tapi ini benar-benar memalukan..."
"Ya, ya! Ini sudah sangat imut! Ayo keluar!"
Mungkin karena senpai yang sudah tidak sabar, dia lalu mendorong kedua junior itu untuk keluar dari balik pintu.
Keduanya tampaknya sudah menyerah dan mereka dengan takut-takut berjalan menuju Haruya.
"...Bagaimana?"
Sara terlihat gugup dan cemas, sambil menunggu pendapat Haruya.
"Bagaimana?…."
Yuua, memegang sikunya dengan tangannya, di mengenakan kostum pelayanan dengan rambut diikat ponytail, dia terlihat sangat kaku mungkin karena malu.
Keduanya terlihat sangat cocok dengan kostumnya.
Haruya benar-benar terkejut dengan hal ini, meskipun dia hanya mampu memberikan komentar biasa.
Pertunjukan kelas juga sangat bagus, tetapi jika mereka membuka maid kafe, mereka pasti akan menjadi yang terbaik.
Itu membuatkanya agak takut, kalo Kohinata-san juga ikut bergabung dengan mereka, mereka pasti benar-benar akan tak tertandingi.
"...Kalian berdua terlihat sangat cocok mengenakan itu."
Haruya merasakan tekanan dalam diam dari mereka berdua, jadi dia mengutarakan pendapat jujur nya.
"Ah, terima kasih..."
"Jadi, begitu ya..."
Sara dan Yuuna menjawab satu per satu, tapi keduanya masih lambat dalam bereaksi dan Haruya tahu kalo mereka masih gugup..
"Kan? Kan?"
Senpai berkacamata terlihat bangga seolah itu adalah prestasinya sendiri, dan suasana mulai mencair.
"Kalau begitu, mari kita ambil foto..."
Saat suasananya menjadi santai, Yuuna lalu menyerahkan ponselnya pada Haruya.
"Sepertinya lebih baik kalau kalian berdua berfoto bersama, kan?"
Karena Sara dan Yukina masih canggung dan menjaga jarak, Haruya memberi saran. Senpai juga setuju dengan pendapat Haruya dan mendukungnya mereka berkata "Itu ide yang bagus".
"Y-ya? Kalau begitu..."
Yuuna, yang tampak agak menjauh, perlahan-lahan mengambil setengah langkah mendekati Sara, mengurangi jarak di antara mereka.
"Kalau begitu, aku juga minta maaf..."
Sara sepertinya juga sudah mengambil keputusan, dan setelah berbalik ke arah Yuuna, dia meraih tangannya.
"...Eh, S-Sara... Bukankah ini terlalu dekat?"
Yuuna secara spontan mengeluh saat Sara mendekat. Ini adalah adegan dari pertunjukan ‘Dram kelas’, di mana Cinderella yang sebelumnya tidak aktif akhirnya meraih tangan pangeran di akhir cerita.
Kemungkinan Sara sudah terbiasa dengan gerakan ini tanpa disadari.
Mungkin karena lawan mainnya adalah Yuuna, dia secara alami mengambil pose tersebut.
"Ah... tidak, ini..."
Sara tidak bisa menyembunyikan kegugupannya dan wajahnya memerah, tapi dis segera melanjutkan.
"Yuuna-san, apa mungkin kau merasa malu? Bukankah itu adegan yang sudah sering kita mainkan dalam drama!?"
Jelas sekali ini adalah upaya Sara untuk menyembunyikan rasa malunya, tapi dia menatap Yuuna dengan penuh perhatian.
"...Hmph. Kamu sudah mulai berkata seperti itu, Sara... Tidak mungkin aku merasa malu."
Mungkin karena provokasi (penyembunyian rasa malu) Sara, Yuuna menggenggam tangan Sara dengan erat.
(Seperti yang diharapkan darimu, Nayu-san. Bahkan di sini kamu tidak mau kalah, ya...)
Dari samping, tampaknya mereka hanya berpacaran.
"Itulah kenapa aku tidak akan menyerah hanya dengan ini."
"...I-itu benar."
Yuuna tampaknya ragu untuk mendekat lebih jauh, sehingga mereka terjebak dalam situasi yang kaku.
───Kacha, kacha, kacha.
Sambil memperhatikan mereka berdua, Haruya menekan tombol shutter beberapa kali.
"Kenapa kamu mengambil gambar di tempat seperti ini? Akasaki-kun."
"Benar! Akasaki-san."
Keduanya, meskipun wajah mereka memerah, langsung menyela.
Senpai yang tertegun melihat betapa imutnya mereka berdua akhirnya memberikan jempolnya sebagai pujian untuk Haruya yang sedang memotret.
"Kalau kamu sangat tidak mau kalah, Akasaki-kun, Katakan yang mana yang menurutmu lebih imut."
"...Eh?"
Senpai itu memberikan tantangan yang sulit. Ketika Haruya menoleh ke depan, Sara dan Yuuna sedang bergandengan tangan dan hanya memandang ke arah Haruya.
"Siapa yang lebih imut?"
"...Si-siapa yang lebih imut?"
[TL\n: besar juga jir.]
Haruya merasa tidak nyaman. Tidak mungkin untuk memilih salah satu dari mereka.
Dia berusaha mengalihkan perhatian dengan terus menekan tombol shutter. Lalu, kedua gadis itu mulai menampilkan berbagai ekspresi, baik yang lembut maupun senyum kaku, seilsh sedang berusaha memperbaiki penampilan mereka dalam foto.
Haruya merasa lega karena bisa menyembunyikan ketidaknyamanan dengan foto.
(...Kalian berdua imut, jadi tidak mungkin aku bisa memutuskan siapa yang lebih baik.)
Setelah keluar dari kafe maid senpai kelas, Festival Eiga sudah memasuki tahap akhir.
Pengumuman tentang acara penutupan yang diadakan oleh panitia pelaksana mulai disiarkan, menyebabkan banyak siswa, termasuk tamu undangan, menuju ke panggung acara.
Acara panitia pelaksana bukanlah acara yang harus diikuti oleh semua orang, tapi karena ini adalah acara penutup festival, banyak orang yang datang hanya untuk melihatnya.
"Rin juga akan tampil, kan? Untuk acara ini."
"Kami sangat menantikan penampilan Rin-san."
Karena informasi ini mungkin telah disampaikan oleh Rin sebelumnya, siswa tahun pertama tahu bahwa mereka akan tampil sebagai band, dengan Rin sebagai vokalisnya.
Sebagai teman Rin, tentu saja mereka sangat menantikan penampilannya tersebut.
"Kalau begitu, aku harus kembali ke pos tugasku."
"Ya, maaf telah membuatmu ikut serta sampai sini."
"Semangat juga untukmu, Akasaki-san. Kami akan menonton acara penutupan juga."
Setelah berpisah dengan kedua temannya, Haruya segera menuju ke tempat panitia pelaksana.
Saat itu sudah sore, dan dia berpikir bahwa banyak tamu undangan sudah pergi, tapi sepertinya masih banyak orang yang tetap berada di sekolah, mungkin karena antusiasme terhadap acara panitia pelaksana.
Acara panitia pelaksana tahun ini diatur dengan urutan acara dari siswa tahun kedua, tahun ketiga, dan kemudian tahun pertama.
Biasanya, untuk menghindari memberi tekanan pada siswa baru, mereka tidak akan ditempatkan sebagai penutup, tetapi kali ini tampaknya keberuntungan tidak berpihak.
Ya, nasib tidak berpihak pada mereka. Di Festival Eiga, urutan acara panitia pelaksana dari tahun pertama hingga ketiga ditentukan secara acak setiap tahun.
Tahun lalu, siswa tahun pertama tampil sebagai urutan kedua, tetapi tampil sebagai penutup tentu membuat siapa pun merasa tegang, bahkan bagi mereka yang tidak tampil di panggung.
Saat Haruya keluar ke lapangan, dia melihat panggung khusus untuk acara panitia pelaksana sudah disiapkan.
Di sekeliling panggung, banyak penonton yang sudah berkumpul. Beberapa panitia pelaksana tahun kedua tampak sedang menyiapkan tiang mikrofon di tengah panggung.
(Tunggu mereka Pnita tahun kedua akan tampil dengan manzai?)
[TL\n:Manzai adalah salah satu bentuk komedi tradisional Jepang yang biasanya dilakukan oleh dua orang komedian. Dalam manzai, satu orang bertindak sebagai boke (pihak yang "bodoh" atau melakukan kesalahan) dan orang lainnya sebagai tsukkomi (pihak yang "cerdas" atau mengoreksi kesalahan tersebut).]
Haruya kaget saat melihat pamflet itu.
(Pasti akan sangat melakukan kalo aku melakukan Manzai di depan banyak orang... atau bahkan tidak bisa ditonton.)
Sepertinya tidak benar jika hanya Boke dan Tsuke yang merupakan dua orang yang akan berada di pangung, dan anggota pelaksanaan lainnya bekerja di belakang layar.
Dalam hal ini, hanya akan ada dua orang di atas panggung, dan itu terlalu kecil.
Kemungkinan besar, beberapa kelompok membentuk pasangan manzai mereka sendiri.
Kalau kelompok pertama selesai, lanjut ke kelompok kedua, dan seterusnya, dan seterusnya.
Haruya tidak tahu ada berapa kelompok, tapi dia yakin begitulah manzai berlanjut.
(Bagaimana mental mereka bisa begitu kuat? Apa mereka semua bercita-cita menjadi komedian?)
Awalnya peran panitia pelaksana biasanya adalah orang-orang yang ceria, dan ternyata siswa tahun pertama juga sangat aktif. Haruya tersenyum pahit.
Saat panitia tahun kedua sedang melakukan persiapan terakhir, Haruya menuju belakang panggung. Di sana, dia melihat beberapa siswa tahun pertama yang sudah dia kenal, termasuk Rin dan Saki Kawada.
"Oh, Akasaki-kun, kau baru kembali ya? Padahal kau bisa saja loh bersantai sedikit lebih lama lagi kalo kau mau."
"Yah, semua stan sudah tutup, jadi..."
"Ha-ha, itu benar."
Sayuki tertawa sambil menepuk punggung Haruya dengan semangat. Itu membuat punggung Haruya terasa sakit, tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa.
"Terima kasih atas yang tadi."
Rin, yang sudah selesai dengan riasan ringan, melambai dengan senyuman lembut.
"...Kohinata-san."
Mata Haruya melebar saat dia melihat Rin. Mungkin karena riasan ringan yang sudah selesai, wajah Rin terlihat lebih dewasa dari biasanya.
Dia masih memakai kaos kelas, tapi dua mungkin akan menggantikannya dengan kostum live saat giliran mereka tiba.
"Apa mungkin kamu terpesona olehku? Kau tidak bisa mengelak dari pesona imutku, ya?"
Meskipun suaranya tenang, gaya bicara Rin sama seperti biasanya. Sepertinya Rin telah mengatasi ketegangan mentalnya, yang membuat Haruya merasa lega.
"Jika kamu merasa seperti itu, sepertinya semuanya baik-baik saja."
"...Eh, oh, iya."
Rin mengangguk pelan dan membuat kepalan tangan kecil di pangkuannya.
"Yah, Akasaki-kun. Kamu pasti akan terkejut setelah mendengar penampilan live kami. Latihan kami sudah sangat bagus, jadi kamu pasti akan terkejut."
Tampaknya ini adalah saat ketika Haruya diberikan waktu luang. Yudai Kogure, yang menyaksikan latihan penyesuaian terakhir mereka, mengatakan ini kepada Haruya dengan senyuman yang menyegarkan..
"...Jadi, hasilnya sangat baik?"
"Ya! Seperti yang diharapkan dari wakil pemimpin, penampilannya saat latihan sudah sangat bagus."
"Heh, Yudai. Jangan lupakan kami yang bertugas sebagai pemain alat musik!"
Sayuki yang bertugas sebagai pemain alat musik memberi komentar pada Yudai dengan tatapan tajam.
Seperti yang diharapkan, aura menakutkan dari Kawada Sayuki benar-benar kuat.
Meskipun mereka bergaul di kelas, wajah ketua tampak tegang.
Ketika Haruya melirik ke arah Rin, tampaknya bahunya agak kaku, jelas kalo dia merasa tegang.
Yah mau bagaimana lagi ada banyak penonton yang mengelilingi panggung. Meskipun jumlah tamu berkurang dibandingkan siang hari, tetap saja jumlahnya masih besar. Tidak heran jika mereka merasa tegang.
'Oh! Ahahaha, hahaha!'
"Melakukan Manzai benar-benar memerlukan mental yang kuat~haha!"
Sorakan dan gelak tawa penonton yang menikmati penampilan manzai dari siswa tahun kedua. Suara-suara ini tampaknya semakin meningkatkan rasa tegang.
(Aku bisa membayangkan betapa besar tekanannya...)
Saat Haruya berpikir begitu, Rin dengan ragu-ragu berdiri dan mulai mempersiapkan untuk berganti pakaian.
"Belum Rin-chan. Menurutku masih terlalu dini untuk mulai bersiap."
Kata Sayuki dengan nada penasaran.
"...Aku sedikit gelisah. Aku juga ingin ke toilet sebelum pertunjukan sebenarnya di mulai."
Setelah mengatakan itu Rin menjauh dari tempatnya.
"Akasaki-kun, mengenai pekerjaan..."
Padasaat yang tepat, seseorang dari tim dokumentasi mendekati Haruya untuk memeriksa pekerjaannya.
(Bahkan jika kamu bertanya padaku...)
Meskipun Haruya ingin menjawab begutu, tapi sebagai orang yang di percayakan tugas ketua dokumentasi, Haruya tidak bisa bertindak sembarangan.
Sambil mendengarkan, dia menyampaikan apa yang ditanyakan kepada tim dokumentasi.
Sementara itu, acara manzi dari siswa tahun kedua berjalan tanpa masalah.
Musim sudah memasuki musim panas.
Festival Eiga sudah mendekati akhir, dan ketika aku menoleh ke langit, aku melihat perpaduan antara warna merah dan hitam.
Jika aku mendengarkan dengan seksama, suara serangga masih terdengar.
Alasan suara itu tak terasa mengganggu karena semua orang, termasuk tamu dan siswa, sangat terlibat dalam perayaan festival.
Meskipun jumlah orang telah berkurang dibandingkan puncaknya, tapi tetap saja masih ada lebih banyak orang daripada yang kuharapkan.
(Aku sudah memutuskan untuk siap, tapi kenapa aku tetap merasa gugup?)
Setelah mengganti pakaian di ruang ganti, Kohinata Rin memeriksa penampilannya di cermin.
Dari kaos kelas yang sedikit ceria, kini dia mengenakan kostum idola. Karena ini adalah penutup festival, tampaknya orang-orang yang bertanggung jawab atas kostum bekerja keras untuk menciptakan sesuatu yang istimewa.
Hiasan ditambahkan pada baju dan rok. Rin mengenakan topi dengan cara yang sederhana dan melihat dirinya di cermin.
(Aku harus menjadi yang terbaik. Aku harus berdiri sejajar dengan kedua orang itu. Aku sudah mendapatkan dukungan dari Akasaki-kun, jadi aku pasti bisa melakukannya. Setidaknya hari ini... aku memutuskan untuk menjadi Kohinata Rin.)
Dia mengepalkan tangan kecilnya di depan dadanya dan terus menarik napas dalam-dalam.
Setelah memberi semangat pada dirinya sendiri sekali lagi, Rin meninggalkan ruang ganti. Begitu dia keluar, hawa panas yang lembab menyambutnya.
"...Hai, hai~. Apa kabar~? Kita akan melanjutkan~"
Tiba-tiba, suara ceria terdengar di telinganya. Sepertinya acara manzai tahun kedua masih berlangsung.
Masih ada waktu tersisa hingga pertunjukan sebenarnya.
Setelah itu, sepertinya ada pertunjukan tari dari siswa tahun ketiga, diikuti oleh penampilan live dari siswa tahun pertama.
Rin melihat kelompok panitia tahun pertama dari jauh.
Kelompok-kelompok di sana tampaknya sedang berdiskusi.
Beberapa membahas bagaimana kegiatan mereka selama festival, berbagi pengalaman tentang pertunjukan kelas mereka, dan beberapa mungkin berdiskusi tentang tugas akhir dan pembersihan.
Karena rasa gugup yang tak kunjung hilang ketika mendekati panggung, Rin merasa tergerak untuk berjalan-jalan di tempat yang tidak terlalu ramai.
Ruang ganti adalah tempat yang tidak ada orang yang melihat, tetapi dia merasa gelisah jika tidak bergerak, jadi dia memilih untuk menghirup udara segar sambil berjalan-jalan di luar.
Saat itu, suara keramaian mulai menghilang dan suara serangga menjadi lebih jelas. Namun, karena tempat ini sepi, hal ini malah membuatnya lebih cemas.
"───Eh, apa itu pakaianmu, Kohinata?"
"Wow. Keren banget... Kamu tampil dengan kostum seperti itu?"
Tiba-tiba, Rin bertemu dengan dua siswi yang tampaknya baru saja selesai menggunakan toilet, dengan senyum sinis di wajah mereka.
"...."
Kaki Rin secara otomatis membeku. Meskipun dia sudah memutuskan untuk siap, dia berharap setidaknya hari ini bisa menjadi Kohinata Rin.
Tapi, saat menghadapi kedua gadis itu, detak jantungnya semakin cepat. Tubuhnya secara naluriah ingin menyusut.
"Ahaha. Tidak ada yang berubah, ya? Meski kamu sekarang berdandan cantik dan sudah berganti pakaian, kamu tetap sama. Meskipun kamu menjadi panitia acara dan mendapat perlindungan dari pria itu, esensi dirimu tidak berubah. Tidak peduli seberapa banyak kamu berusaha untuk mengubahnya, kamu tetap sama. Mungkin sekarang kamu memiliki posisi di sekolah, tapi itu hanya ilusi. Kamu akan tetap di bawah kami."
"Kalau begitu, sepertinya kamu tidak paham. Akan ku ajari kau. Sekarang hanya kamu di sini, dan tidak ada orang lain yang melihat panggungnya."
Langkah kaki mendekat.
"Hah, hah, hah, hah─────"
Rin membeku di tempat, memeluk kepalanya.
"Ahaha. Katanya kamu sudah berubah? Tanpa pria itu di sebelahmu atau tanpa perlindungan darinya, kamu segera menunjukkan kelemahanmu."
Dia mendekatkan mulutnya ke telinga Rin.
"Kalau kamu mau, aku bisa membocorkan cerita tentang bagaimana kamu di bully dulu. Di sini banyak anak pintar, mungkin mereka tidak akan membully mu setelah ketahuan, tapi mungkin ada orang yang membencimu karena kamu menggoda pria. Setelah aku membocorkannya, apakah Kohinata-chan akan bisa menunjukkan dirimu yang kuat? Apakah kamu bisa bertahan seperti kamu yang sekarang?"
Ahaha. Ahaha. Ahahaha.
Suara tawa yang jelek dan kejam yang sering didengar Rin di masa lalu menggema di telinganya.
Dia tidak bisa bersuara, dia merasakan sedikit tarikan pada rambutnya.
"....!"
Tanpa bisa bersuara, seluruh tubuhnya Rin membeku karena ketakutan.
Bukannya mereka menarik rambu Rin dengan keras. Itu hanya tarikan ringan dengan kekuatan lemah.
Tapi, itu cukup untuk membangkitkan trauma masa lalunya. Rin merapatkan tubuhnya, tubuhnya secara naluri melakukan pertahanan... instingnya muncul.
Dia sudah menerima berbagai perlakuan dari mereka selama masa SMP. Salah satunya adalh menarik rambut.
(....Ah, topeng mudah sekali terlepas.)
Sifat dasar seseorang tidak akan mudah berubah.
Kata-kata itu terasa berat di hatiku. Aku adalah korban bullying sejak awal.
Tidak peduli seberapa keras aku berusaha, aku tidak bisa lari dari para pengganggu.
Itulah sifat dasarnya, dan berusaha melawan adalah hal yang sombong.
Satu-satunya yang benar adalah berusaha untuk tidak menonjol. Hatiku yang sudah mantap kini hancur berkeping-keping.
"Lihatlah. Kohinata...itulah sifat dasar mu, kan?"
Sambil tersenyum, mereka mengarahkan kamera Hp mereka ke arahku. Di layar, tampak diriku yang merosot dalam keputusasaan dan kebingungan. Wajahku pucat.
Ekspresi yang sudah sering kulihat saat SMP. Wajah yang sudah sangat familiar.
Mereka berdua kemudian berdiri dengan sengaja dan mengatakan dengan suara ceria.
"Kegiatan panitia tahun pertama itu adalah pertunjukan langsung, dan kalau kamu yang memakai kostum itu, berarti kamu menjadi centernya, kan? Kami menantikan penampilanmu. Semangat, ya~"
Setelah meninggalkan kata-kata itu, mereka pergi.
Panas lembut yang menyelimuti tubuhku menghilang, dan tubuhku benar-benar terasa dingin hingga ke dalam.
Keduanya meninggalkan Rin dan melanjutkan percakapan mereka.
"...Kalau begini, acara pertunjukan langsung akan sukses tanpa ada kesenangan. Jadi, menghancurkan semangatnya adalah kesuksesan. Untung saja kita bertemu denganya di tempat yang tidak terlihat orang."
"Jangan-jangan, kita terlalu jahat, ya?"
"Haha, sudah terlambat untuk itu. Tapi, yah, ini pasti akan menjadi semakin menarik, kan?"
Karena tidak suka Rin sukses dengan pertunjukan langsung-nya, mereka tampaknya menyabotase Rin.
Efeknya begitu besar hingga membuat hati Rin hancur total. Setelah Rin menghilang, ia mengirimkan pesan.
Berbeda dengan orang-orang yang sedang bersenang-senang di festival, hati Rin sudah benar-benar dingin.
'...Maaf. Aku tidak bisa tampil di pertunjukan langsung. Aku benar-benar minta maaf.'
Hanya permintaan maaf yang bisa kukatakan. Tapi, aku sudah menyadari tempatku.
Jika aku melihat sosok mereka di atas panggung, aku pasti tidak akan bisa bernyanyi.
Tepat pada saat ketika Rin sudah mengirimkan pesan kepada seluruh kelompok panitia tahun pertama.
"Eh, tunggu sebentar, apa maksudnya ini!?"
Sayuki menatap layar Hp-nya dengan cemas dan bersuara keras. Dia menunjukkan layar Hp-nya kepada orang-orang di sekitarnya.
ketika mereka meliat layar, ada pesan dari Rin yang hanya menyampaikan bahwa dia tidak bisa tampil di pertunjukan langsung.
"Kupikir dia akan kembali sedikit terlambat, tapi apa yang sebenarnya terjadi?"
Sambil menggaruk kepalanya dengan kasar dia mulai menelepon Rin. Sebelum terhubung, dia memberi instruksi pada Haruya.
"Akazaki-kun, tolong cari Rin. Aku rasa hanya kamu yang bisa melakukannya."
Sayuki sepertinya sudah memberitahukan kepada anggota lain tentang usaha Haruya untuk membuat Rin kembali semangat dan memperbaiki ekspresi Rin menjadi cerah lagi. Semua anggota panitia tahun pertama mengangguk dengan serius.
"Kalau untuk mengulur waktu, serahkan saja padaku. Dalam skenario terburuk, jika Kohinata-san tidak kembali, tolong hubungi aku, ya."
Pemimpin panitia mengatakan itu dengan senyuman ceria. Dia tersenyum, mengatakan bahwa mendukung wakil pemimpin adalah bagian dari perannya.
Komentar tentang kebalikannya peran ini tampaknya tidak perlu dipertanyakan di sini.
"...Aku mengerti. Aku memintamu untuk melakukan sisanya. Hanya saja, jangan terlalu berharap terlalu banyak."
Tempat di sini sangat luas. Sekalipun Haruya mencoba mencarinya, jika dia tidak dapat menghubunginya, dia tidak akan dapat menemukannya.
Selain itu, setelah pertunjukan Manzai siswa tahun kedua selesai, persiapan pertunjukan tari tahun siswa ketiga dimulai. Waktu yang tersisa pun sangat terbatas.
"Tidak ada salahnya jika kamu hanya bisa memberikan waktu. Terima kasih atas usahamu. Kawada-san."
"Aah, aku tidak bisa menghubunginya. Rin-chan, apa yang terjadi? Ah, karena aku ditugaskan untuk megurlur waktu, jadi aku akan pergi dulu."
Haruya melambaikan tangan dengan santai sebelum meninggalkan tempat itu.
Dia menjauh dari sorotan lampu yang menerangi pertunjukan tari para senpainya dan menuju jalan yang sepi.
Maka dimulailah pencarian Haruya untuk Kohinata Rin.
Di tengah keramaian Festival Eiga, mencari satu orang tertentu adalah tugas yang sangat sulit.
Terlebih lagi, jika sekolah memiliki area yang luas, tantangannya menjadi semakin besar.
Tapi, saat ini adalah waktu acara panitia, sebagian besar stan sudah tutup, dan orang-orang berkumpul di panggung untuk menikmati acara terakhir.
Kehadiran tamu dan siswa di dalam gedung sekolah pun berkurang, yang sebenarnya menguntungkan.
Dengan begitu, kemungkinan Rin tersembunyi di kerumunan manusia cukup kecil. Pasti dia akan mudah untuk terlihat dari jauh jika ada siswa di sekitar.
Tapi, dengan adanya batasan waktu, tempat yang bisa Haruya jangkau juga saangat terbatas.
Lalu, apa yang harus dilakukan?
Mudah saja yang harus dilakukan adalah membaca sifat dasar seseorang.
Kenapa Rin tiba-tiba memutuskan untuk mundur dari pertunjukan langsung di saat-saat kritis seperti ini?
Haruya yakin alasan terbesarnya adalah karena Rin bertemu dengan dua orang yang mengganggunya.
Haruya tidak bisa memikirkan alasan lainnya selain itu. Jika ini hanya masalah kesehatan mendadak, dia pasti akan melaporkannya.
Karena Rin hanya meminta maaf dan memutuskan kontak tanpa menjelaskan penyebabnya, bisa disimpulkan bahwa dia sedang tertekan secara mental.
Alasan kenapa Rin tertekan secara mental, jawabanya sudah pasti itu terkait dengan kedua orang pengganggu tersebut.
Ketika seseorang tertekan secara mental dan ingin sendirian, ke mana mereka biasanya pergi?
Hal pertama yang muncul di pikiran Haruya adalah toilet. Jika Rin sendirian, mungkin dia bisa bersembunyi di toilet dan tidak akan ditemukan. Tapi, jika Rin bersembunyi di toilet, Haruya yang merupakan pria tidak bisa melakukan apa-apa.
Haruya juga memprediksi bahwa Rin tidak mungkin bersembunyi di toilet. Dia sangat bertanggung jawab.
Biasanya, jika seseorang menghadapi pengganggu, mungkin mereka akan mundur dari acara panitia. Tapi Rin sudah menyatakan dengan tegas kalo dua akan tampil di pertunjukan langsung.
Sekarang, dia malah mengatakan kalo dia tidak akan tampil. Pasti ada sesuatu yang sangat serius yang dilakukan oleh kedua orang tersebut.
Dengan kemarahan memenuhi kepalanya, Haruya terus berpikir. Tempat yang kemungkinan besar akan dikunjungi Kohinata-san...
Rin memiliki rasa tanggung jawab yang kuat, tetapi pada saat yang sama, dia mungkin memiliki kepribadian yang mudah merasa bersalah.
Jadi, dia pasti berada di tempat yang bisa melihat panggung pertunjukan langsung dari kejauhan.
Haruya bisa membayangkan Rin yang sendirian, dikuasai rasa bersalah, melihat panggung dari kejauhan.
Apa itu ruang kesehatan? Atau perpustakaan? Atau nungkin di balkon kelas di suatu tempat...?
Saat Haruya mempersempit pilihannya, percakapan yang pernal lakukan mereka di kedai kopi tiba-tiba terlintas di benaknya.
'Oh, onii-san. Hari ini kau membaca buku? Biasanya onii-san membaca manga, kan?'
'Ah, ya. Akhir-akhir ini aku cukup tertarik membaca novel. Kuping rasanya tidak buruk menyentuh tulisan.'
Awalnya, Haruya membaca manga shoujo di kedai kopi, tapi karena hampir ketahuan Rin, dia mulai membaca novel cinta. Rin dengan penuh semangat merespons dengan matanya yang bersinar.
'Wah, aku sangat mengerti... Maksudku, aku paham! Terutama perpustakaan atau ruang baca, rasanya sangat menenangkan, dan saat merasa kesepian atau tertekan, aku sering pergi ke sana.'
Haruya ingat Rin mengatakan hal tersebut pada waktu yang sangat tepat. Lokasi perpustakaan ada di lantai tiga, dan dia bisa melihat panggung pertunjukan langsung dari atas.
Selain itu, perpustakaan sudah tidak ada kegiatan dan kini menjadi ruang kosong tanpa siswa atau tamu. Kondisinya benar-benar sesuai.
Haruya kemudian segera berlari menuju perpustakaan.
Perpustakaan sepi dan merupakan tempat yang sangat cocok untuk seseorang yang ingin sendirian.
Rin pasti berada di perpustakaan, sendirian, dilanda rasa bersalah dan memutuskan untuk mundur dari pertunjukan langsung.
Tidak jelas apa yang telah dilakukan oleh dua orang pengganggu itu pads Rin. Tapi, bisa dipastikan kalo mereka telah melakukan sesuatu yang memicu trauma masa lalu Rin.
Jika tidak, tidak ada penjelasan untuk mengapa mental Rin yang sebelumnya pulih kini kembali terguncang.
Kedua pengganggu itu mungkin merasa iri karena Rin hampir sukses dengan pertunjukan langsung-nya. Mereka merasa tidak nyaman jika seseorang yang mereka bully mendapatkan pengakuan dari banyak orang dan mendapatkan perhatian di panggung yang glamor.
Meskipun ada ketidakpuasan pribadi, melakukan tindakan jahat untuk menjatuhkan orang lain adalah hal yang sangat menjijikkan.
Membayangkan Rin yang hancur karena kebencian itu, dan dua orang pengganggu yang tersenyum puas dengan kekacauan yang mereka buat, membuat kemarahan Haruya semakin memuncak. Sifat dasar manusia memang tidak mudah berubah.
Tapi, apakah itu berarti berusaha berubah adalah hal yang salah? Apakah itu sia-sia?
Memang, Rin merasa perbedaan antara Sara dan Yuuna terlalu besar, sehingga dia berusaha mendapatkan gelar yang jelas untuk membuktikan dirinya.
Panitia. Wakil pemimpin. Bintang dalam acara.
Rin berusaha menunjukkan keunggulannya dan membuktikan bahwa dia tidak kalah dari Sara atau Yuuna dengan gelar-gelar ini.
Mungkin ada yang berpikir bahwa ini adalah balasan atas tindakan egois dan jelas-jelas ambisiusnya.
Tapi, meskipun seberapa besar kebohongan dan keegoisnya, orang yang telah berusaha keras seharusnya mendapatkan hasil yang sesuai.
Harapan Haruya adalah bahwa ini adalah kebohongan. Rin telah menjalankan tanggung jawabnya dengan gelar tersebut.
Meskipun awalnya dia mungkin bingung dengan pekerjaan yang belum dikenal dan anggota panitia yang mirip dengan orang yang pernag membully-nya, dia akhirnya menjadi ceria di panitia seperti di kelas.
Dia tidak lari dari tanggung jawab dan melakukan pekerjaannya. Tapi, Haruya tidak ingin akhir yang buruk karena kebencian.
─── Tidak perlu berubah. Rin yang apa adanya sudah cukup. Menyatakan hal itu penting. Tapi, saat ini, mengakui usaha Rin untuk berubah terasa lebih penting.
Haruya naik tangga menuju perpustakaan. Dia melihat pintu perpustakaan sedikit terbuka. Meski ruangan itu gelap, dia bisa melihat seorang siswa bertubuh kecil yang berdiri dekat jendela.
Sepertinya, dia telah menemukan tempat yang benar.
Haruya menghela napas lega sebelum memutuskan untuk menemui Rin.
Sekarang, tantangan sebenarnya dimulai.
Di dalam perpustakaan, suasananya berat, dan mungkin kegelapan pribadiku menambah kesan tersebut.
Ku pikir sensei akan datang kalo aku menyalakan lampu, jadi aku tetap di tempat tanpa menyalakan lampu. Bau kertas tua dan keheningan khas perpustakaan menenangkan pikiranku.
...Maaf. Aku benar-benar merasa bersalah pada semua orang.
Sambil melihay keluar jendela, Kohinata Rin merasa meminta maaf kepada semua anggota panitia, terutama mereka yang telah bekerja keras untuk pertunjukan langsung.
Tapi mau bagaimana lagi, tidak ada yang bisa dilakukan.
Pada akhirnya, aku kembali menghadapi kenyataan bahwa sifatku tidak berubah.
Rasa dingin sudah meresap jauh ke dalam hatiku. Kenyataan yang tidak ingin kulihat. Masa lalu yang kelam dan berat.
Kenapa kedua orang itu muncul saat ini? Kenapa aku harus terus dibully?
Banyak pertanyaan muncul dan perlahan merusak diriku. Tidak ada luka fisik yang tersisa.
Meskipun aku pernah mengalami perundungan yang kejam di SMP, mereka tidak pernah melakukan kekerasan fisik padku. Tapi, luka dalam yang tertinggal di dalam hatiku tetap ada. Rasanya seperti meradang dan sakit, seolah-olah aku akan hancur.
'────Aku bisa membuat pertunjukan langsung ini menjadi yang terbaik.'
Maaf, aku tidak bisa melakukannya.
'Aku ingin melihat Kohinata-san yang melangkah ke hari esok!'
Maaf, aku tidak bisa menunjukkannya.
Sampai sekarang, aku telah berpura-pura tegar dan menghias diriku sendiri.
Tapi pada akhirnya, segalanya berjalan mundur. Aku penuh dengan kebohongan, dan sekarang aku kembali menjadi anak yang di-bully seperti dulu.
Semua topengku terlepas, dan aku kembali menjadi diriku yang kosong dan tanpa makna...
(Tidak, tidak, tidak...)
Aku tidak mau. Tidak mau. Tidak mau. Aku tidak menyukainya. Aku sangat membencinya. Tapi di dalam diriku, hanya ada kegelapan yang tak terhitung banyaknya.
──Semua ini dimulai saat aku berada di kelas dua SMP. Aku pada awalnya adalah gadis pendiam yang suka membaca, memakai kacamata, dan memiliki beberapa teman dekat.
Aku hanyalah gadis biasa yang bisa kamu temukan di mana saja. Tapi, suatu saat, aku secara tidak sengaja membuka pintu nerakaku sendiri.
Itu adalah tentang cinta. Ketika memasuki masa pubertas, membahas tentang laki-laki yang disukai menjadi hal yang biasa.
Teman-temanku tiba-tiba mulai berdandan, dan aku ikut terpengaruh untuk berdandan juga.
...ku hanya ingin menyamakan diri dengan teman-temanku. Aku hanya ingin berbagi topik yang sama dengan teman-temanku agar kami bisa semakin dekat.
Itulah awal dari semua masalah. Aku tidak berdandan untuk menarik perhatian orang lain. Aku tidak berdandan untuk menarik perhatian laki-laki.
Awalnya, obrolan tentang fashion dan cinta terasa menyenangkan, tapi lama-kelamaan teman-temanku menjauh dariku.
Rupanya, laki-laki yang disukai oleh teman-temanku mulai menyukaiku.
Mereka mulai merasa canggung dan mulai menjauh dariku. Meskipun aku menolak pengakuan dari laki-laki itu, aku malah disalahkan karena dianggap dan mereka berkat. 'Apa kamu mengasihani ku?'Aku benar-benar terjebak...
Tapi, aku tidak bisa membenci fashion itu sendiri. Mungkin karena aku tidak memiliki banyak hobi. Aku semakin terobsesi dengan make-up dan pakaian untuk membuat diriku terlihat lebih cantik.
Saat aku mengira teman-temanku telah meninggalkanku, seorang siswi nakal mulai memperhatikanku.
Para pelaku utama adalah dua orang pengganggu yang sama.
Setelah kami berada di kelas yang sama, mereka mulai menyembunyikan buku pelajaran dan sepatu dalam ruangan, serta memanggilku ke toilet dan mencengkram bajuku. Ingatan terburuk. Masa lalu yang ingin kulupakan.
Dua orang yang menjadi penyebab semua ini sekarang tersembunyi di tengah keramaian itu.
Dengan dorongan Akasaki-kun, kupikir semuanya akan baik-baik saja dan memperkuat tekadku, tapi begitu aku menghadapi keduanya, segalanya menjadi kacau.
...Maaf. Aku benar-benar... maaf.
Saat aku meminta maaf dalam hati untuk entah keberapa kalinya, tiba-tiba mataku menjadi basah oleh air mata.
───Tapi, mungkin ini akan berakhir seperti ini───
"Tak mau... aku tak mau"
Perasaan seperti itu keluar dari mulutku. Aku benci jika harus mundur dan merepotkan semua orang, dan aku sendiri tidak tahu apa yang sebenarnya aku inginkan, jadi semuanya terasa rumit.
"...Nah. Aku datang menjemputmu, Kohinata-san."
Lalu, sebuah suara lembut tiba-tiba mencapai telingaku. Saat aku berbalik, Akasaki-kun sedang berdiri di sana.
Dengan rambut depan yang panjang dan ruangan yang gelap, aku hampir mengira dia adalah hantu dari film horor.
Berbagai pertanyaan dan keinginan untuk melarikan diri bergejolak dalam pikiranku.
"Bagaimana kalau kita berbicara sebentar?"
Akasaki-kun berdiri dan mengajukan tawaran itu.
───Aku harus melarikan diri.
Dia datang untuk membawaku kembali. Secara refleks, tubuhku bersiap untuk melarikan diri.
"Jangan khawatir, aku ada di pihakmu Kohinata-san."
Dia mengatakan itu dan mendekat ke sisiku. Anehnya, suaranya memberi rasa nyaman, dan aku membuang keinginanku untuk melarikan diri.
(...Apakah Akasaki-kun bisa membawaku keluar dari neraka ini?)
Entah kenapa, aku merasa ingin bergantung padanya.
Saat Haruya menemukan Rin dan menghadapinya, Haruya dapat melihat kalo Rin sangat lemah sehingga dia tampak seperti akan hancur kapan saja.
Jika melihat pakaian yang dikenakannya, itu adalah pakaian idola dengan berbagai dekorasi di seluruh bagian.
Tatapan matanya yang basah oleh air mata menunjukkan bahwa dia sangat terganggu secara mental.
Segera setelah melihatnya, keyakinan Haruya kalo ke dua orang itu adalah penyebabnya semakin kuat.
"Ayo kita bicara. Kohinata-san, jangan khawatir. Aku ada di pihakmu."
"...."
Rin terkejut. Ekspresinya tampak agak kaku, mungkin karena dia waspada. Tapi sepertinya dai aian mendengarkan Haruya dan dia diam-diam mendesak Haruya untuk melanjutkan.
Haruya berbicara sambil melihat ke bawah panggung dari jendela.
"Sepertinya saat ini siswa tahun ketiga sedang tampil menari. Karena banyak yang meminta encore, sepertinya penampilannya lebih lama dari jadwal."
"...Jadi, ada apa dengan itu? Akasaki-kun kamu datang kesini untuk membawaku kembali, kan?"
"Sudah kubilang kalau aku berada di pihak Kohinata-san. Kalo kau ingin tampil di pertunjukan langsung, aku akan membawamu kembali ke sana. Tapi kaalo kau tidak ingin tampil, aku akan membiarkanmu tetap di sini."
"...Aku merasa bersalah. Tapi... aku rasa aku tidak bisa tampil..."
"Apa yang dikatakan kedua orang itu padamu?"
"...."
Rin tidak menjawab.
Hanya untuk sesaat, bahunya bergetar sedikit, dan itu adalah tanda.
"Begitu."
"...Ya. Mereka bilang sifatku yang sebenarnya tidak akan berubah."
"Begitu."
"Eh, bagaimana kau bisa tahu tempat ini?"
"Ini hanya tebakan. Aku beruntung."
Haruya tidak sepenuhnya berbohong. Kalo Haruya tidak mengingat percakapannya dengan Rin di kedai kopi itu, dia mungkin tidak akan bisa menebak tempat ini di percobaan pertama.
Lagipula...
"Kalau kau benar-benar bersembunyi di toilet, aku mungkin tidak akan bisa menemukanmu."
"...Ya."
Rin menoleh dengan wajah sedikit canggung.
"Aku tidak bisa tampil di pertunjukan langsung... Kau sudah menebak alasannya, kan?"
"Ya."
"Apa aku boleh tetap di sini meskipun aku tidak akan kembali?"
...Waktunya hampir tiba.
Penampilan siswa tahun ketiga berakhir, dan sekarang giliran acara tahun pertama. Haruya memberanikan diri untuk berbicara.
"Seperti yang aku katakan sebelumnya, aku berada di pihak Kohinata-san. Tapi...Sebenarnya aku berpikir kalk Kohinata-san mungkin ingin tampil di pertunjukan langsung."
"T-tidak mungkin!"
Suara tegang yang keluar dari mulutnya sangat menyakitkan dan penuh kesedihan.
Haruya sedikit terkejut, tapi tetap berbicara dengan nada lembut.
"Kalau begitu, mengapa kau bersembunyi di perpustakaan?"
"...."
Rin tersentak.
"Kenapa kau memilih tempat seperti perpustakaan, yang seharusnya tidak bisa ditemukan, alih-alih tempat yang benar-benar tersembunyi? Bahkan kamu menunjukkan dirimu di depan jendela seolah menyuruhku untuk menemukanmu."
Jawabannya sudah jelas.
"Karena aku penasaran dengan bagaimana kondisi panggung..."
Ya. Tentu saja, mungkin dia juga penasaran dengan panggung setelah dia meninggalkannya. Tapi, Haruya merasa itu bukan satu-satunya alasannya.
"Apa sebenarnya Kohinata-san ingin seseorang menemukannya?"
"...T-tidak."
Dengan rasa cemas di wajahnya Rin, Haruya segera menekannya lebih lanjut.
"Jika mereka mengatakan kalo esensimu tidak berubah dan kau berpikir kalo kau bukan orang yang seharusnya berdiri di atas panggung itu, maka... aku ingin Kohinata-san kembali. Namun, jika kau hanya tidak bisa keluar karena takut pada kedua orang itu...Aku pasti akan menghilangkan kekhawatiranmu."
"...Aku pernah dikuatkan oleh Akasaki-kun dan memperkuat tekadku. Tapi, itu tidak berhasil... Kenyataan kalo sifat seseorang tidak berubah dengan mudah membuatku benar-benar patah semangat."
"Memang benar kalo sifat seseorang tidak akan berubah dengan mudah. Tapi aku pikir Kohinata-san saat ini adalah orang yang bisa dibanggakan. Aku tidak sendirian dalam hal ini. Himikawa-san dan Takamori-san juga pasti berpikir begitu. Dan bahkan jika mereka tahu sifat sebenarnya dari Kohinata-san, mereka tidak akan kecewa. Setidaknya aku tidak."
"...Kenapa kau bisa yakin begitu? Sebenarnya, aku sangat lemah. Aku hanya berpura-pura kuat karena keinginan untuk terlihat kuat. Jika Sara-chin dan Yuna-rin mengetahui diriku yang sebenarnya, mereka akan menjauh... Mereka akan meninggalkanku."
Karena masalah mental yang cukup serius, Rin mengatakan ini dengan lemah. Tapi, Haruya dapat dengan tegas membantah hal itu.
"Ini adalah satu-satunya hal yang bisa aku pastikan. Bahkan jika Himikawa-san dan Takamori-san mengetahui latar belakang Kohinata-san yang di-bully, mereka tidak akan kecewa. Mereka tidak akan menjauh."
Bahkan bagin Haruya, yang pernah menjalin hubungan jangka pendek dengannya di kedai kopi, dia tidak merasa kecewa dengannya. Bahkan setelah mengetahui kalo Rin berusaha tampil baik, dia tidak ingin menjauh atau memutuskan hubungan mereka.
Tentu saja dia terkejut, tapi tidak lebih dari itu. Meskipun dia merasa seperti itu, dia tidak percaya bahwa gadis-gadis yang terlihat selalu rukun di sekolah dengan Rin akan meninggalkan Rin karena hal seperti itu.
Selain itu, Haruya tahu betul tentang kepribadian Sara dan Yuuna. Oleh karena itu, dia bisa dengan tegas mengatakasn kalo dia, Sara, dan Yuuna tidak akan meninggalkan Rin.
"Aku yakin Kohinata-san juga mengetahui. Bukankah kau tahu banyak tentang mereka berdua."
Bahkan Haruya tahu.
Misalnya, dalam kasus Sara... dia adalah orang baik, meskipun dia berperilaku seolah ingin dibenci, sebenarnya dia memiliki niat baik, dan dalam kasusnya Yuuna dia adalah orang yang sensitif dan mudah merasa rendah diri kalo dia tidak bisa menjaga temannya dengan baik.
"Himikawa-san mungkin memiliki sifat yang suram karena masalah keluarganya, tetapi jika Kohinata-san melihat dia berusaha keras untuk tampil ceria, apakah Kohinata-san akan kecewa?"
───Dia menggeleng kepalanya.
"Takamori-san mungkin memiliki trauma karena masalah klubnya, tapi jika dia berusaha keras untuk menyembunyikannya dan tetap ceria, apa Kohinata-san akan kecewa?"
───Dia juga menggelengkan kepalanya.
Itu hanya contoh dari keduanya, tapi hal yang sama berlaku untuk Kohinata-san. Tidak mungkin mereka akan kecewa atau menjauh darinya.
Jadi, Haruya melanjutkan.
"Jika alasan kau mundur adalah karena merasa tidak memenuhi syarat untuk berdiri di panggung itu... atau karena dikatakan kalo sifatmu yang sebenarnya tidak berubah karena kau di-bully... aku ingin kau kembali."
"...Kenapa?"
"Karena aku tidak ingin melihat masa depan di mana Kohinata-san hancur karena kebencian, sementara kedua orang itu dengan santainya tertawa. Jika kau khawatir tentang kedua orang itu, aku akan memastikan semuanya baik-baik saja. Jika kau mengikuti latihan seperti biasa, mereka tidak akan bisa membuatmu kalah."
"...Tapi. Mungkin kalau aku melihat kedua orang itu, kakiku akan mati rasa dan aku tidak akan bisa bergerak. Meskipun Sara-chin dan Yuna-rin tidak akan kecewa setelah mengetahui masa laluku. Aku yakin aku tidak bisa melakukan itu lagi. Aku sudah merasakannya kalo aku tidak bisa bernyanyi lagi. Jadi..."
Dengan penuh kesedihan, dia terjatuh di tempat. Dengan mata yang penuh air mata, dia berkata dengan segenap hatinya.
"Maaf... aku hanya bisa merepotkan semua orang."
Melihat Rin yang membungkuk, Haruya merasa lega. Dia menyadari bahwa ketidakmampuannya untuk tampil di pertunjukan langsung karena khawatir tentang kedua orang itu, bukan berarti dia tidak benar-benar ingin tampil, tapi dia hanya merasa tidak bisa.
"Kalau begitu, Jika kau merasa tidak ingin melihat kedua orang itu, saat itu, lihatlah jembatan penghubung di lantai dua. Pasti itu akan membantumu."
"Eh...?"
Haruya menarik tangan Rin yang lemah dan membantunya berdiri. Ketika dia melihat ke arah venue melalui jendela, beberapa anggota panitia tahun pertama sudah naik ke panggung dengan alat musik.
"Terakhir, Kohinata-san, apakah kau ingin tampil di pertunjukan langsung ini?"
Setelah beberapa saat dalam keheningan, Rin akhirnya membuka mulutnya.
"Sebenarnya aku ingin... tapi aku tetap takut."
"Jika kau merasa cemas saat berdiri di panggung, Jika kau merasa tidak ingin melihat kedua orang itu, saat itu, lihatlah jembatan penghubung di lantai dua. Kecemasanmu pasti akan menghilang."
"...Benarkah? Dan satu hal lagi, aku ingin bertanya, apa semua orang marah padaku...?"
"Aku rasa tidak. Kalo mereka marah, aku juga akan dimarahi."
"Kenapa Akasaki-kun melakukan sejauah ini untukku? Lagipula, aku yang memintamu untuk ditunjuk sebagai panitia."
"Kan sudah ku bilang? Aku ingin melihat pertunjukan langsung Kohinata-san."
Saat Haruya mengatakan itu, mata Rin melebar dan dia memalingkan wajahnya sejenak. Setelah itu, dia tersenyum dan berkata.
"Ah, Akasaki-kun, kamu penggemar beratku ya? Kalau ternyata jembatan penghubung di lantai dua tidak menghilangkan kecemasanku, aku akan membencimu seumur hidupku."
"Ah, serahkan saja padaku."
"Ya. Aku mengerti..."
Dengan penuh keyakinan, Rin mengepalkan tangannya.
"Latihanku...kupikir kamu hanya melihatnya di karaoke, tapi ini luar biasa, jadi bersiaplah. Akasaki-kun."
"Ya, aku akan menantikannya."
Saat wajahnya kembali cerah Rin kemudian "Aku harus segera pergi," sambil menuju ke posisinya.
Haruya menghubungi panitia untuk memberi tahu bahwa Rin sudah ditemukan.
Kemudian, Haruya menghubungi seseorang melalui Hp-nya, dia memutuskan untuk menelepon daripada mengirim pesan karena ini masalah mendesak.
"Ah, halo ini───Sebenarnya..."
Setelah menyampaikan pesannya, Haruya akhirnya meninggalkan perpustakaan.