> Yankī to osore rarete iru kurasumeito wa tada-me-tsuki ga warui dake no chiwawadeshit

Yankī to osore rarete iru kurasumeito wa tada-me-tsuki ga warui dake no chiwawadeshit

Kamu saat ini sedang membaca  Yankī to osore rarete iru kurasumeito wa tada-me-tsuki ga warui dake no chiwawadeshita chapter 5. Kalo kamu menyukai karya ini silahkan tinggalkan jejak komentar. Dan juga jangan lupa dukung mimin dengan cara donet se iklasnya di Trkateer mimin buat mimin makin semagat+buat dana untuk beli raw 


CHAPTER 5 

ALASAN



Keesokan paginya, saat aku berjalan menuju sekolah, di sampingku terlihat Ryugasaki-san yang tampak ceria.


Tadi malam, percakapan kami berlanjut sampai dia mengucapkan selamat malam, dan pagi ini begitu aku bangun, pesan dari Ryugasaki-san sudah yang, mengucapkan selamat pagi. 


Setelah aku memberitahunya kalo aku sedang bersiap-siap untuk pergi, dia pun memutuskan untuk pergi bersamaku.


"Seragamnya... harum."


"Ya, kan seragam mu sudah dicuci. Mungkin kau belum terbiasa karena ini berbeda dari biasanya."


"Mm... aku suka bau ini."


Meskipun dia mengacu pada bau seragam, mendengar kata "suka" membuat jantungku berdebar. 


Itulah yang terjadi ketika menjadi seorang siswa SMA.


"Oh, kalau dipikir-pikir... kamu selalu datang ke sekolah di menit-menit terakhir, kan? Apa kau ada alasan tertentu?"


Aku mencoba mengubah topik karena jantungku rasanya hampir lepas. 


Sebenarnya ini memang hal yang ingin kutanyakan. 


Aku pikir dia mungkin bangun terlambat, tapi pagi ini ternyata dia bangun lebih awal dari ku.


"... Kalo aku datang, kelas jadi hening."


"Begitu ya... Ryugasaki-san memang perhatian. Tapi, kau tidak perlu khawatir soal itu lagi. Ayo berbicara dengan aku."


"Eh, tapi... kalo begitu, kau juga akan..."


"Jangan sungkan. Aku sudah menganggapmu temanku, kok."


"Te-teman..."


Meskipun kami baru berinteraksi selama 2 hari, kami sudah makan bersama dan saling tukar kontak, jadi rasanya sah-sah saja kalo aku menyebutnya temanki.


Kalo orang-orang tahu kalo semua rumor itu salah, sikap mereka pasti akan berubah. 


Aku sendiri sebenarnya tidak terlalu mencolok, jadi kalo ada yang berkata sesuatu, aku tidak akan terlalu peduli.


Yang lebih penting sekarang adalah aku ingin berbicara lebih banyak dengan Ryugasaki-san, mengenalnya lebih dalam, dan agar dia juga mengenalku. 


Walaupun aku agak sedikit sedih membayangkan kalo teman-teman sekelas mulai mengetahui sisi imut dari Ryugasaki-san yang seperti anak anjing, tapu yang lebih penting adalah kenyamanan hidupnya.


"Selamat pagi!"


"Sela—tapi ehh!"


Saat aku menyapa Genta yang sedang berbicara dekat pintu kelas, teriakan keras langsung membalas sapaan ku. 


Teman-teman sekelas yang mendengar suara itu pun langsung menoleh, dan mereka terdiam begitu melihat Ryugasaki-san yang ada di belakang ku.


"Kalian tidak perlu terlalu kaget bengi. Ini hanya teman sekelas yang datang ke sekolah saja."


"A-aku...seperti yang diharapkan..."


"Lihat, lihat, Ryugasaki-san juga ada di sini."


Saat dia mencoba melarikan diri, aku mendorong punggungnya dan membawanya ke tempat duduk Ryugasaki-san. 


Orang-orang yang berada di jalan kami pun segera menghindar, bergerak ke bagian depan kelas seperti anak laba-laba yang berlarian.


Sebenarnya, mereka tidak perlu takut pada apa pun. 


Tapi ya sudah, ini kesempatan yang baik untuk meminjam kursi di depan Ryugasaki-san.


"Hey, Ryugasaki-san, kalau hari libur biasanya kau melakukan apa?"


"Ah, um... nonton video?"


"Wah, video apa yang kau tonton?"


"Uhm... tentang hewan..."


Aku bertanya dengan tujuan untuk mengubah suasana hati Ryugasaki-san yang tiba-tiba menjadi sedih, dan dia menjawab dengan malu-malu. 


Bukankah dia terlalu imut? 


Mungkin karena dia memiliki sifat seperti anak anjing, jadi dia menyakai hal-hal yang imut juga.


"Ah, ngomong-ngomong...apa kau tahu kalo aku tinggal di sebelah apartemen mu?"


"Mm, iya, aku pernah melihatmu waktu pulang, tapi...aku tidak bisa menyapamu."


Teman-teman sekelas kami menjaga jarak, jadi selama kami berbicara dengan suara pelan, mereka tidak akan mendengar, dan itu cukup membantu. 


Tapi, ternyata Ryugasaki-san sudah tahu... sepertinya dia sengaja mengatur waktu pulangnya agar aku tidak merasa takut, tapi rasanya aku menyesal tidak bisa lebih cepat berhubungan dengannya.


"Begitu ya, tapi mulai sekarang kita bisa banyak berbicara, kan? Apa yang kau lakukan untuk makan siang? Pasti bukan di kantin, kan?"


"Eh, makan siang... di lantai atas dekat atap... karena kalo di kantin, semua orang jadi tidak bisa makan..."


Ryugasaki-san menjawab sambil mengeluarkan roti manis dari tasnya. 


Ternyata itu yang dia makan untuk makan siang.


Siang makan roti, malamnya mungkin membeli makanan di konbini atau mie cup. 


Aku harus bilang kalo itu pola makan yang cukup buruk.


Memang, atap itu dilarang untuk dimasuki, jadi kalo di tempat yang dekat itu pasti tidak ada yang datang, tapi aku khawatir dia merasa kesepian.


"Bagaimana kalo hari ini kita makan siang di kantin bersama? Kau harus makan makanan yang bergizi."


"Tapi kalo begitu..."


"Kalo kau terus memikirkan orang lain, itu tidak akan menyenangkan. Atau... apa itu mengganggu? Aku hanya ingin makan bersama mu..."


"Tentu itu tidak mengganggu!"


"Jadi, janji ya!"


Ryugasaki-san jauh lebih baik dari yang orang-orang kira. 


Tapu, aku berharap kebaikan itu tidak hanya untuk orang lain, tapi juga untuk dirinya sendiri. 


Kalo dia mengatakan itu mengganggu, aku akan berhenti, tapi sepertinya itu bukan masalah. 


Aku akan mendukungnya.


Kalo dia bisa lebih sering tersenyum, orang-orang pasti akan memiliki kesan yang berbeda.

 

Aku berharap dia bisa menikmati kehidupan sekolahnya, dan yang paling penting, aku ingin melihat senyumnya.




Selanjutnya

Posting Komentar

نموذج الاتصال