Kamu saat ini sedang membaca Eromanga no Akuyaku ni Tensei Shita Ore ga, Netoranakute mo Shiawase ni Naru Houhou volume 1, chapter 6. Kalo kamu menyukai karya ini silahkan tinggalkan jejak komentar. Dan juga jangan lupa dukung mimin dengan cara donet se iklasnya di Trkateer mimin buat mimin makin semagat+buat dana untuk beli raw
PERAN SANG PENJAHAT
Hari festival olahraga. Suasana riuh meningkatkan semangat.
"Gouda-kun, sebentar lagi giliranmu di bagian komentator."
"Ya, aku ke sana, Kurobane."
Hari itu aku juga punya pekerjaan sebagai bagian dari komite eksekutif.
Aku tidak hanya harus mengangkut barang, tapi aku juga ditugaskan untuk menangani komentator.
Sepertinya Akio Gouda sudah cukup berguna...dan dapat diandalkan untuk didelegasikan tanggung jawab tersebut.
"Halo, Gouda. Ayo kita berikan yang terbaik hari ini."
"Selamat pagi, Gouda-kun. Bagus sekali cuacanya cerah."
"Go-Gouda-senpai... Hari ini adalah hari yang baik untuk... Tidak, tunggu! Hari ini aku juga akan mengandalkanmu!"
Mungkin karena kami bekerja sama selama periode persiapan, aku bisa berteman dengan anggota komite eksekutif lainnya.
Mereka tidak begitu takut padaku lagi, kalk mereka berbicara seperti itu.
Perubahan dalam hubungan kami ini membuatku merasa sedikit bahagia.
Aku membalas sapaan sambil menuju tenda tempat peralatan transmisi dipasang.
Agak sulit untuk mengangkut semua itu.
Aku menarik napas dalam-dalam sebelum duduk di meja transmisi.
Aku tidak terlalu gugup.
Ketenangan semacam itu juga berkat manfaat tubuh curangku.
"Sekarang akan dimulai lomba pertama, lari 100 meter. Para peserta, silakan berkumpul di pintu masuk."
Aku mendekati mikrofon dan berbicara dengan suara tenang.
Suaraku yang dalam bergema melalui pengeras suara dan terdengar di seluruh lapangan.
Ketika aku marah, suaraku bisa sangat menakutkan, tapi kalo aku berbicara secara normal, sebenarnya aku memiliki suara yang cukup menarik.
Karena sejak aku jadi Akio Gouda, aku cenderung terlihat mengintimidasi dan sedikit bicara, mungkin tidak banyak yang menyadarinya.
"Wow, suara yang mengesankan sekali..."
"Eh? Siapa itu? Suara siapa itu?"
"Suara yang begitu menggoda...pasti dia pria yang tampan~!"
Sepertinya tidak ada yang menyangka Akio Gouda akan melakukan pekerjaan seperti ini, karena para gadis mulai heboh di mana-mana.
Teman-teman komite eksekutifki, yang mengetahui hal itu, menutup mulut mereka untuk menahan tawa.
Beberapa Senpai menepuk bahuku.
Sebelum terpilih menjadi komite eksekutif festival olahraga, aku tidak akan pernah diperlakukan seperti itu.
Mereka mungkin berpikir kalo sekarang, dengan hubungan yang telah kami bentuk, sudah aman untuk sedikit lebih akrab.
Kami benar-benar telah menjadi teman.
"Dan dimulai! Tim mana yang akan meraih kemenangan dalam lomba lari 100 meter ini dan mendapatkan momentum menuju posisi pertama? Pelari pertama penuh energi! Semua memiliki sikap yang baik!
Apa kalian siap untuk bersorak? Dan pelari pertama...sudah mulai!"
Aku sedikit terbawa suasana dan akhirnya melakukan sesuatu seperti siaran langsung.
Ketika aku melihat teman-teman di sekitarku, aku benar-benar sangat senang. Aku bisa bekerja dengan perasaan puas.
Lomba lari 100 meter selesai, kemudian diikuti oleh lomba melempar bola ke keranjang dan tarik tambang.
Saat melakukannya, aku merasakan campuran nostalgia dan antusiasme.
Setelah menyelesaikan bagian pekerjaan komentatorku, aku kembali ke tempat di mana kelasku menunggu. Itu adalah upaya yang baik.
"Selamat datang kembali, Akio-kun. Kau hebat."
"Narasimu benar-benar lucu. Aku rasa kau cukup bagus."
Himari dan Haaya menyambutku dengan senyuman.
Haaya dengan gaya rambut kuncir 2 seperti biasa, tapi Himari mengikat rambut merah mudanya menjadi ekor kuda.
Dipadukan dengan seragam olahraga, dia terlihat segar dan berbeda.
Tapi, tidak hanya mereka yang menyambutku.
"Kerja bagus, Gouda-kun. Dari persiapan hingga hari ini, kau benar-benar sangat membantu."
Kurobane memujiku dengan kata-kata ramah.
Aku menjawab dengan 'terima kasih'.
Orang yang paling akrab denganku selama festival olahraga ini adalah dia.
Bekerja bersama sebagai bagian dari komite eksekutif, aku kira kami telah mengembangkan rasa persahabatan.
Sekarang aku merasa cukup nyaman berbicara dengannya.
"Kurobane, kau juga bekerja keras membuat program, kan?"
"Tidak, aku tidak melakukan sebanyak yang kau lakukan, Gouda-kun..."
"Apa yang kau katakan? Kau bertanggung jawab mengoordinasikan semuanya untuk setiap acara. Berkat itu, semuanya berjalan sangat lancar. Itu menunjukkan kalo kau juga sangat membantu."
"Gouda-kun..."
Matanya di balik kacamata menatapku, seolah dia menyerap ku dengan tatapannya, sebesar itu.
"Terima kasih. Ya, aku senang mendengarnya."
Rambut hijaunya bergerak lembut.
Senyumnya yang begitu menggemaskan membuatku merasa sedikit bergetar... Tidak diragukan lagi, dia adalah salah satu heroin.
"Apa kau yang jadi komentator tadi, Gouda-kun?"
"Kau mengejutkanku. Ada yang berbeda dengan suaramu."
"Aku juga berpikir begitu. Kau punya suara yang sepertinya bagus untuk bernyanyi karaoke."
Beberapa teman sekelas mendekat untuk berbicara denganku.
Sesuatu yang belum lama ini tidak terpikirkan.
Haaya adalah berandalan seperti ku, dan Himari adalah siswa teladan yang tahu bagaimana memperlakukan semua orang tanpa pandang bulu.
Kalo kedua orang ini mendekatiku untuk berbicara adalah sesuatu yang luar biasa dan istimewa.
Sampai saat itu, tidak ada teman sekelas lain yang mendekat.
Mungkin ada semangat persahabatan khas festival olahraga, tapi aku rasa yang paling berpengaruh adalah kehadiran Kurobane.
Kurobane yang tenang, yang akrab dengan Akio Gouda.
Rasa aman itu sepertinya telah mengurangi rasa takut yang dirasakan orang lain terhadapku.
...Aku senang telah mendaftar untuk komite eksekutif.
Aku sangat senang bisa bekerja sama dengan Kurobane.
"Fufufu, aku senang, Gouda-kun."
"Sepertinya kamu sedang menjalani masa mudamu, Gouda!"
2 gadis mengamati sambil tersenyum saat teman-teman sekelas mengelilingiku.
Tatapan hangat mereka membuat saya merasa sedikit malu, jadi aku memutuskan untuk fokus berinteraksi dengan teman-teman.
Seiring berjalannya acara, aku ikut bergabung dengan semua orang untuk bersorak.
Rasa persatuan itu sangat menyenangkan sehingga suara ku penuh energi saat mendukung teman-teman.
"Aku akan pergi ke toilet sebentar."
"Eh!? Apa kau ingin melakukan... sesuatu di toilet?"
Aku hanya pergi ke toilet. Aku memukul ringan kepala Himari, yang sepertinya pikirannya dipenuhi pikiran-pikiran merah muda, dan aku bergegas pergi ke toilet gedung sekolah di sela-sela acara.
"Kenapa kau begitu akrab dengan Gouda!?"
Saat kembali dari istirahat ke toilet, aku mendengar teriakan Nosaka.
Ada apa?
Saat aku melihat di belakang gedung, jauh dari lapangan, aku melihat Nosaka dan beberapa pria yang sepertinya adalah teman-temannya.
"Kenapa kau menanyakan itu...? Bagaimana menurutmu?"
"Gouda lebih menyenangkan dari yang aku kira, dia berusaha keras, dan kalo diajak bicara, dia tidak semenakutkan itu."
"Haaaaaaaahhh!!!"
Teriakan Nosaka bergema di seluruh halaman belakang gedung sekolah.
Dengan volume suara seperti itu, dia bisa saja menyemangati teman seteman sekelas kami.
Meskipun festival olahraga sudah dimulai, dia hanya menyelinap ke sana kemari, tidak pernah sekali pun mengangkat suara untuk mendukung.
Dan begitu aku menemukannya, dia malah mengatakan ini...
"Apa kalian lupa semua yang kuajarkan!? Pria itu bajingan! Dia kriminal! Berbicara dengan orang seperti itu hampir sama dengan menjadi kriminal juga!"
Meskipun nada Nosaka marah, anak-anak lain sepertinya tidak terlalu khawatir.
Sebaliknya, mereka memiliki ekspresi agak tidak nyaman, seperti antara bingung dan pasrah.
"Bukan berarti aku lupa atau apa. Tapi hei, desas-desus buruk tentang Gouda sudah basi, kan? Memang ada hal-hal yang terdengar hampir seperti kejahatan, tapi tidak ada bukti kalo itu benar. Akhir-akhir ini, Gouda telah berusaha keras untuk kelas. Dia tidak bisa lagi dilihat sebagai orang yang sama seperti dulu, hanya karena desas-desus."
"Ya, aku juga berpikir begitu. Pada akhirnya itu hanya desas-desus. Dulu dia terlihat agak mengintimidasi tapi sekarang dia tenang. Kalaupun ada dia hanya semangat ketika Shiratori-san berbicara dengannya."
"Hei, bukankah agak buruk kau menyebut kami kriminal juga...? Apa kau cemburu karena Shiratori-san dekat dengan Gouda? Dan karena itu kau bereaksi seperti ini?"
"A-apa yang kau katakan...!?"
Nosaka terdiam mendengar apa yang dikatakan salah satu anak laki-laki.
Untuk Nosaka, itu tepat sasaran.
Tapi, sepertinya anak laki-laki yang mengatakannya tidak bermaksud untuk mengenai kebenaran.
"Kau cemburu hanya karena dia berbicara sedikit dengan anak laki-laki lain... Nosaka, betapa tidak dewasanya kau."
Meskipun begitu, kata-kata selanjutnya itu sepertinya tidak sampai ke telinga Nosaka.
Wajahnya dipenuhi amarah.
"Bajingan! Beraninya kau mengatakan itu!?"
"Guh!"
Nosaka mencengkeram kerah kaus anak laki-laki itu.
Teman-temannya, terkejut dengan tindakan mendadak itu mereka sempat terpaku sesaat tapi begitu mereka mendengar erangan tercekik dari yang lain mereka berlari untuk memisahkan mereka.
"Hei, Nosaka! Ada apa denganmu!?"
"Itu hanya lelucon, jangan terlalu serius!"
Mereka pasti teman-teman yang cukup perhatian.
Mereka mencoba menenangkan Nosaka yang kalap.
Tapi karena mereka tidak berhasil menenangkannya, mereka tidak punya pilihan selain menahannya beramai-ramai.
Ditahan oleh semua orang, Nosaka sempat menggerutu sebentar. Apa dia hewan atau apa...?
Setelah beberapa saat, dia terlihat tenang.
Ketika mereka melepaskannya, dia menundukkan kepalanya tanpa bergerak.
Meskipun mereka berbicara kepadanya dengan khawatir, dia tidak menjawab.
"...Apa aku benar-benar mengenainya?"
Anak laki-laki yang dicengkeram kerahnya bergumam.
"..........!!"
Nosaka berlari pergi seolah melarikan diri dari sesuatu.
Suasana yang tersisa di antara anak-anak laki-laki yang tetap di sana dipenuhi kebingungan.
"Jangan bilang... dia juga kabur dari festival olahraga?"
Kalo itu terjadi, acara-acara yang akan diikuti Nosaka akan tidak lengkap.
Seseorang harus dicari untuk menggantikannya...
Melihat pemandangan itu, itulah satu-satunya kekhawatiranku.
Yah, pada akhirnya, kekhawatiran itu tidak beralasan.
Nosaka memang ikut serta dalam acara-acara tersebut.
Meskipun dia tampak menjaga jarak dengan kelompok teman-temannya, aku lega mengetahui kalo dia tidak menambah pekerjaan kami.
"Akio~, ayo makan siang~!"
"Ya, sebentar lagi."
Dan begitu saja, sesi pagi berakhir dan tiba waktunya makan siang.
Semua orang makan di mana pun mereka mau.
"Di mana Himari?"
Meskipun Haaya yang memanggilku, aku tidak bisa melihat rambut merah muda mencolok itu di mana pun.
Akhir-akhir ini, Himari selalu bersama Haaya, jadi tidak melihatnya membuatku merasa kosong.
"Hari ini dia bilang dia akan makan dengan beberapa teman. Yah, sesekali tidak apa-apa, kan?"
Haaya tersenyum nakal.
Apa dia pikir dia bisa memilikiku sendirian?
Tidak, aku merasa ada niat lain di baliknya.
"Hei, Haaya, apa Himari punya urusan yang belum selesai atau semacamnya?"
"Eh? Ti-tidak, aku tidak tahu apa-apa..."
Haaya mengalihkan pandangannya dan mulai memainkan rambutnya yang diikat di satu sisi.
Betapa mudahnya dia dibacanya dia.
Sepertinya dia tidak berniat memberitahuku apa pun.
Itu bukan sesuatu yang harus aku paksa untuk diketahui.
Kalo terjadi sesuatu, dia akan datang meminta bantuanku.
"Baiklah, kalo begitu kita makan saja. Hanya kita berdua."
"Ha-hanya kita berdua... Hehehe♥"
Aku melebih-lebihkan bagian 'kita berdua'. Hanya dengan itu, gadis berambut pirang itu tersipu.
Hehehe, betapa mudahnya membuatnya tersipu.
"Ada apa, Akio? Wajahmu terlihat lebih ramah sekarang?"
"Oh, ya?"
Apa itu aneh? Aku pikir aku tersenyum dengan wajah penjahat...
Sepertinya aku masih belum tahu cara mengendalikan tubuh Akio Gouda.
Karena itu, meskipun aku mencoba bersikap ramah kepada orang lain, mereka akhirnya takut padaku.
Ya, ini semua salah Akio Gouda.
Dari lubuk hatiku yang terdalam, aku merasa ada sesuatu di dalam diriku yang bergumam 'Diam!' Aku sama sekali tidak terkejut dan pergi bersama Haaya ke ruang kelas kosong seperti biasa.
"Ini dia♥"
Hari ini juga bekal buatan rumah Haaya.
Sejujurnya, aku sangat menyukainya.
Sejak aku mencicipi rasa bekalnya, aku tidak lagi ingin membeli roti di kantin sekolah.
"Terima kasih seperti biasa. Itadakimasu."
"Itadakimasu."
Saat membuka tutup kotak beka, pemandangan itu sudah membuatku senang hanya dengan warnanya.
Meskipun seharusnya dingin, rasanya memberiku sensasi hangat.
Aku tidak bisa mengatakannya, tetapi dalam hal kemampuan memasak, Haaya lebih baik daripada Himari.
Dia juga membantuku membersihkan apartemen, dia adalah gadis yang jauh lebih rumahan dari yang terlihat.
"Fufufu♥"
"Ada apa?"
Saat makan, aku menyadari Haaya menatapku sambil tersenyum bahagia.
"Yah, aku hanya berpikir kau makan dengan nikmat, tahu?"
"Tentu saja, karena bekal buatmu enak. Kalk kau bisa memasak dengan baik, kau bisa menikah kapan saja, kan?"
"Menikah!?"
Sepertinya Haaya terkejut, dan melemparkan bekal-nya sendiri ke udara. Eh!?
"Wah, apa yang kau lakukan?! Kalo kau menjatuhkannya, bekal yang susah payah disiapkan itu akan hancur."
Aku berhasil menangkap bekal yang dilempar Haaya ke atas.
Untungnya tidak terbalik, jadi isinya tidak tumpah.
"Tangkap yang bagus... Tidak, tunggu! Ini salahmu karena tiba-tiba mengatakan sesuatu yang aneh!"
"Eh? Sesuatu yang aneh?"
"Ya... 'Menikahlah denganku' dan itu..."
"Aku tidak mengatakan itu."
Jangan salah paham. Meskipun, sejujurnya, aku akan senang jika gadis seperti Haaya menikah denganku.
".........."
".........."
Keheningan aneh menyelimuti kami.
Aku sedikit menggaruk kepalaku lalu menarik Haaya mendekat.
"...Aku tidak bilang menjauhlah."
"Ah, Akio...♥"
Selama makan siang, aku berhasil memuaskan 2 dari 3 keinginan dasar manusia.
Aku merasa cukup tenang, jadi kupikir aku bisa melanjutkan sisa hari ini tanpa masalah.
★★★
"Aku hanya bisa mengandalkanmu, Kurobane-san. Semuanya berjalan sesuai rencana─────"
Aku merasa tenang, dan setelah berpisah dari Haaya, aku kembali ke tempat pertemuan kelas.
Di jalan, aku melihat Nosaka dan Kurobane bersama.
Aku tidak memikirkan apa pun tentang itu, jadi aku mengabaikan mereka dan melanjutkan perjalananku.
Kurasa setiap orang punya hubungan masing-masing.
Aku tidak sebodoh itu untuk ikut campur dalam percakapan antara seorang anak laki-laki dan perempuan yang sedang berduaan.
"Ah, Gouda-kun sudah kembali."
"Gouda, aku sangat mengandalkanmu di lari estafet sore nanti."
"Kita berada dalam posisi di mana kita bisa berambisi untuk menang. Sungguh, aku mohon padamu~"
Teman-teman sekelasku menyambutku dan memberiku semangat.
Hari ini penuh dengan hal-hal yang membuatku gugup, jadi tanpa sadar aku menggaruk kepalaku dan melihat ke arah lain.
"Ayo terus berikan yang terbaik sore ini!!"
" "Ooooh!!" "
Ketika semua orang berkumpul, kami membentuk lingkaran dan berteriak bersama.
Meskipun aku bertanya-tanya apa gunanya melakukan hal seperti itu, pada akhirnya, aku merasakan rasa persatuan, seolah antusiasme semua orang menular!! Sekarang aku merasa termotivasiii!!
Melalui festival olahraga ini, aku bisa lebih dekat dengan teman-teman sekelasku.
Mereka mengundangku untuk menjadi bagian dari kelompok tanpa aku harus memohon, dan itu membuatku sangat bahagia, sampai-sampai aku hampir menangis.
Ini rahasia, tapi sebelumnya aku bahkan tidak bisa masuk ke dalam kelompok kelas.
"Gouda-kun, sepertinya kau sangat bahagia."
"Yah, begitulah. Perasaan menjalani masa muda ini tak tertahankan."
Kurobane terkekeh. Aku sadar kalo apa yang aku katakan terdengar aneh dan abstrak.
Sederhananya, aku tidak tahu bagaimana mengungkapkan perasaan ini dengan kata-kata.
Aku pikir 'masa muda' mencakup bahkan ketidaknyamanan yang menyenangkan yang kurasakan.
"Sore nanti kita ada lari estafet antar kelas. Ada banyak yang dipertaruhkan dengan tempat pertama, jadi aku juga akan mendukungmu dengan sekuat tenaga."
"Tentu. Aku percaya pada dukunganmu. Aku juga akan memberikan yang terbaik."
Jawabku, sambil membuat gestur otot untuk menunjukkan kepercayaan diriku.
Melihat ototku, Kurobane berkata 'Kami sangat mengandalkanmu', sambil menyentuh lenganku.
"Eh!? Keras sekali! Wow...! Jadi ototmu sebesar dan sekeras ini, Gouda-kun!"
"Kurasa kau lebih lembut. Apa kau tidak pernah menyentuh otot anak laki-laki?"
"Yah... tidak terlalu sering, sebenarnya... Tapi ototmu sangat keras. Dan jujur saja itu terlihat... agak menjijikkan. Lihat, bahkan bergetar."
"Me-menjijikkan?"
Tidak pernah ada yang mengatakan ototku menjijikkan.
Kurasa ada gadis yang tidak menyukai tubuh atlet, jadi tidak aneh jika beberapa menganggapnya menjijikkan.
Tapi, meskipun menyebutnya menjijikkan, Kurobane terus menyentuh lenganku.
Kacamatanya berkilauan, dan dia melingkarkan kedua tangannya di lenganku, seolah ingin memastikannya.
"Tebal... Dengan ukuran tanganku, aku tidak bisa melingkarinya."
"Tanganmu memang kecil, Kurobane. Bahkan kalo kau merentangkan jari-jarimu, kau tidak akan bisa melingkari lenganku."
"Tapi, sedikit demi sedikit, itu menjadi kebiasaan. Anehnya, aku tidak merasa tidak nyaman dengan sensasinya... Ah, bergerak lagi."
Katanya sambil terus menguji elastisitas lenganku dengan tangan kecilnya.
Matanya berkilauan karena penasaran, dan dia terus menekan ototku dari berbagai sudut.
"Kurobane, apa kau punya fetish otot?"
"Eh!? Ah, tidak, kurasa bukan itu..."
Sepertinya dia terlalu bersemangat.
Dia tersipu dan menyentuh pipinya karena malu.
"Maaf... Ini pertama kalinya aku menyentuh sesuatu seperti ini, dan rasa ingin tahu menguasaiku..."
"Jangan khawatir. Apa ayahmu kurus?"
Aku kembali membuat gestur otot, mengangkat lenganku dengan kuat.
Aku pikir Kurobane akan senang, tetapi dia menundukkan kepalanya.
"Aku...tidak tahu, karena aku tidak punya ayah..."
"Ah, maaf..."
Itu adalah bom yang tak terduga.
Meskipun aku tidak tahu, aku mengatakan sesuatu yang tidak peka.
Informasi seperti ini tidak ada dalam cerita aslinya.
Yah, dalam manga bakep, tidak umum untuk mengungkapkan komposisi keluarga.
Apalagi kalo itu ayah.
"Rino-chan, aku juga akan berpartisipasi dalam lari estafet, jadi dukung aku dengan baik, ya?"
"Kyaa! Ah, aku tahu, kau tidak perlu mengatakannya!"
Tepat ketika situasinya menjadi tidak nyaman, Himari tiba-tiba muncul dan memeluk Kurobane dari belakang.
Dia terkejut, tapi karena itu temannya, dia dengan cepat tersenyum.
Aku terselamatkan. Berkat Himari, suasana tegang itu hilang.
Melihat Himari mengedipkan mata padaku, aku benar-benar merasa dia telah membantuku.
Aku berterima kasih pada Himari yang perhatian... Tapi, saat memeluk Kurobane, dadanya yang sangat berkembang menonjol.
Seperti yang diharapkan, seragam olahraga seorang gadis adalah sesuatu yang berbahaya bagi seorang anak laki-laki di masa pubertas.
Terima kasih banyak, Himari!
"Peserta lari estafet per kelas, harap berkumpul di pintu masuk."
"Sepertinya akhirnya tiba saatnya kita yang paling besar."
"Benar. Ayo kita menjadi protagonis kemenangan."
Mengikuti senyum menantang Himari, aku mencoba mengangkat sudut mulutku.
Aku harap itu tidak menghasilkan wajah jahat, karena Kurobane tidak tampak takut.
"Teman-teman, berikan yang terbaik!"
Saat kami menuju pintu masuk, Kurobane menyemangati kami.
Untuk menyampaikan kalo kami akan melakukannya, aku mengangkat tinjuku.
Kemudian, Himari dan aku memimpin tim kami menuju tempat pertama dalam lari estafet, baik dalam kategori putra maupun putri.
Aku tidak banyak berkomentar tentang bagaimana kompetisinya.
Satu-satunya hal yang bisa kusebutkan adalah tubuh mengesankan Akio Gouda bersinar bahkan dalam lari estafet, dan kaki indah Himari bersinar seperti tidak pernah sebelumnya.
Dan juga! Aku pikir luar biasa melihat seorang gadis cantik dengan kuncir kuda berlari!
"Ohhh! Luar biasa, Gouda, kau menyalip semua orang!"
"Penyalipan itu sangat mendebarkan!"
"Shiratori-san juga luar biasa!"
"Ya! Kaki itu, sangat indah dan kuat, sungguh..."
"Idiot! Bukan itu maksudnya, mereka bilang dia cepat! Apa yang akan kau lakukan kalo mereka tahu kita juga menatap kaki indahnya itu?"
"Aku, sebenarnya, lebih tertarik pada gerakan dadanya..."
"Kalo begitu diam!!"
Setelah lari estafet, teman-teman sekelas kami mengepung dan memberi selamat kepada kami.
Itu sangat menyenangkan, tapi mereka yang menatap Himari dengan mata keranjang, berkumpullah di belakang gimnasium nanti, ya?
"Kau keren sekali, Akio. Semua orang memberi selamat padamu."
Ketika aku berpisah dari kelompok teman sekelas, entah kenapa, Haaya cemberut.
Di tangannya ada roti anko yang sedikit lebih mahal.
Itu adalah hadiah dari lomba makan roti.
Haaya memenangkan lomba makan roti sebelum lari estafet, dan dia melakukannya dengan mengesankan, dengan gerakan hampir artistik saat mengambil roti.
Tapi, karena kompetisi besar, lari estafet antar kelas, dimulai segera setelah itu, sepertinya Haaya tidak menerima terlalu banyak pujian.
Aku juga sedang menunggu untuk berpartisipasi dalam lari, jadi aku tidak bisa mengatakan apa pun padanya.
"Hebat kau mendapat tempat pertama, Haaya. Baiklah, baiklah, aku akan banyak membelaimu."
"Yei♥"
Sepertinya Haaya sudah dalam suasana hati yang baik.
Dia sangat mudah disenangkan dan tetap menggemaskan!
Berkat kerja Himari dan diriku, dan juga penampilan luar biasa Haaya, kami berhasil menyelesaikan festival olahraga dengan kemenangan, dengan cara terbaik.
Hari ini adalah hari yang luar biasa.
Aku bergaul dengan baik dengan semua orang, aku bisa menonjol di festival olahraga, dan itu, tanpa diragukan lagi, adalah salah satu pengalaman masa muda terbaik.
─────Kalo aku bisa mengakhiri hari di sini, aku tidak akan meminta apa pun lagi, tapi ada seseorang yang tidak akan membiarkanku mengakhirinya semudah itu.
★★★
Festival olahraga berakhir dan, segera, pembersihan dimulai.
"Hati-hati jari kalian terjepit! Semuanya, angkat pada hitungan ketiga."
Tenda yang kami gunakan sebagai tempat untuk para pendukung harus dikumpulkan oleh setiap kelas.
Sebagai anggota komite eksekutif, aku yang memberikan instruksi.
"Pada hitungan ketiga...! Ringan sekali!"
"Lebih mudah karena kau yang memegangnya, Gouda-kun."
"Benar. Seperti yang terlihat, kau terlihat sangat kuat."
Kupikir, sepanjang festival olahraga, suasana kelas menjadi lebih santai.
Kami meningkatkan kekompakan dan memperpendek jarak dengan teman-teman kami.
Tentu itu adalah salah satu tujuan dari festival olahraga.
"Itu dia! Aku akan mengurus pembersihan pintu masuk, jadi, jika kalian mau, kalian bisa pergi berganti pakaian."
Ketika aku mengatakan itu, teman-teman sekelasku menjawab dengan 'Ya!' yang riang.
Aku tidak merasakan ketakutan terhadapku dalam suara mereka.
Hal-hal kecil itu membuatku senang.
"Gouda-kun cukup rajin, ya?"
"Ya. Dia selalu mengurus hal-hal yang rumit, selalu memimpin. Pendapatku tentangnya sedikit berubah."
"Dan suaranya yang terbaik. Hanya dengan mendengar suara Gouda-kun, aku bisa makan 3 piring nasi."
".........."
Terutama para gadis berbicara dengan bersemangat, dan tampak bahagia.
Pasti mereka merasa lega setelah menyelesaikan pekerjaan berat.
Sambil melihat teman-teman sekelasku pergi, aku menuju pintu masuk.
Di sampingku, Kurobane berjalan bersamaku.
"Kurobane, kau bisa pergi duluan, tahu?"
"Eh? Apa kau tidak tahu? Sebenarnya, aku anggota komite eksekutif festival olahraga, sama sepertimu, Gouda-kun."
Kurobane tersenyum bercanda.
Sejak aku bergabung dengan komite eksekutif, aku bisa melihat sisi dirinya yang tidak kuketahui.
"Aku tahu. Meskipun begitu, kupikir ada cukup staf, jadi kupikir bersamaku saja sudah cukup."
"Aku juga ingin melakukan pekerjaanku di komite sampai akhir. Biarkan aku mengikuti jejakmu, Gouda-kun."
Sepertinya dia tidak berniat menghindari pekerjaan.
Itu bukan sesuatu yang harus aku tolak secara paksa, jadi aku mengangguk dan berkata 'mengerti'.
"Kalo begitu, kami juga akan mengikuti kalian."
"Eh?"
Mendengar suara di belakangku, aku berbalik dan melihat Haaya dan Himari mengikuti kami.
Kuncir samping pirang dan kuncir kuda merah muda bergerak dengan riang.
"Kalian bukan dari komite eksekutif. Kalian sudah mengumpulkan tenda, jadi kalian bisa pergi berganti pakaian duluan."
Mendengar kata-kataku, entah kenapa, Haaya membuat suara kemenangan dengan hidungnya dan berkata 'Fufun' dengan bangga.
"Tenang saja. Kami adalah tim sukarelawan."
Aku tidak yakin kenapa aku harus tenang.
Haaya, seolah itu sudah cukup, mengangkat dadanya.
Tapi, dengan seragam olahraga yang begitu tipis, dia tidak bisa menyembunyikan lekuk tubuhnya!
"Kalo sudah ada cukup orang, kami akan tetap di sini mengamati figurmu, Akio-kun."
"Figurku...sehebat itukah?"
Aku hanya membawa barang. Aku ingin bertanya ada apa dengan selera estetika Himari.
...Yah, aku rasa itu berarti dia menyukaiku.
Memikirkannya sendiri membuatku sedikit malu.
"Ayolah, Gouda-kun, tidak seburuk itu. Biarkan Himari-chan melakukan apa yang dia suka."
"Kurobane, apa kau memihak Himari?"
'Itu bukan masalah bagiku', katanya sambil menggaruk kepalanya.
Himari dan Haaya, keduanya, bertepuk tangan dan berkata 'Kami berhasil!'
Aku selesai membersihkan sambil diperhatikan dan disemangati oleh dua gadis tercantik di sekolah, yang pasti termasuk yang terbaik.
Permainan memalukan macam apa ini?
"Yang membuatku paling gemas adalah melihatmu sangat malu, Akio-kun♥."
"Kami juga bisa menikmati keseruan mendukungmu. Cara wajahmu berangsur-angsur memerah adalah yang terbaik...♥"
"Cih. Kalian akan tahu akibatnya nanti."
" "~~~~~♥" "
Sungguh, apa yang mereka pikirkan?
Tertulis jelas di wajah mereka.
Kurobane terlihat sangat terkejut hingga kehilangan kata-kata.
Setelah kami selesai membersihkan, kita akan bubar.
Kalk kalian tidak memiliki kegiatan klub atau semacamnya, kalian bisa pulang.
Himari dan yang lainnya berganti pakaian di ruang ganti perempuan, jadi kami berpisah untuk sementara waktu.
Aku kembali ke ruang kelas terlebih dahulu.
Mungkin semua orang sudah pulang, tapi kalo masih ada gadis di sini, apa yang harus kulakukan?
Kami para laki-laki berganti pakaian di ruang kelas, jadi akan canggung jika ada gadis.
Yah, kalo perlu, aku bisa menggunakan ruang ganti laki-laki.
Memikirkan semua ini, aku membuka pintu ruang kelas.
" "Ah..." "
Yang mengejutkan, beberapa teman sekelas masih berada di ruang kelas.
Melihatku, semua orang membeku.
Aku pikir mungkin hanya ada beberapa dari mereka, tapi...
Bukankah ini hampir semua?
Ketika aku melangkah ke ruang kelas, teman-teman sekelasku mundur selangkah.
Ada apa?
Aku menggaruk kepalaku, bingung.
Ini tidak jauh berbeda dari apa yang terjadi sebelumnya, tapi suasananya benar-benar berbeda dari sebelumnya, ketika kami semua menikmati festival olahraga bersama.
"Teman-teman! Kita tahu kalo Himari-chan tidak akan pernah melakukan hal seperti itu!"
Salah satu gadis mengangkat suaranya.
Setelah mengamati lebih dekat, sepertinya kelompok-kelompok itu terbagi antara laki-laki dan perempuan.
"Kita tahu kalo Shiratori-san adalah seorang siswa teladan. Tapi bagaimana kau menjelaskan ini?"
"Itu... itu..."
Anak laki-laki itu terlihat bingung.
Menanggapi keraguannya, gadis yang berbicara itu juga ragu-ragu dalam kata-katanya.
"Hmm, apa yang terjadi di sini?"
Aku pikir mungkin aku tidak seharusnya terlibat dalam kekacauan kelas (?) ini, tapi ketika nama Himari disebutkan, aku tidak bisa menahan diri untuk tidak mendengarkan.
"K-k-k-k... Kuahahahahaha!"
Jawaban atas keraguanku adalah tawa yang tidak menyenangkan.
Sepertinya semua orang di kelas terkejut, dan dengan cepat menjauh dari orang yang tertawa.
Berkat itu, aku bisa mengidentifikasi orang yang menciptakan suasana buruk ini.
"Ada apa, Nosaka? Apa aku mengatakan sesuatu yang aneh?"
"Tidak, tidak... Kupikir kau tidak menyadarinya dan berpura-pura tidak bersalah. Gouda, aku sudah menemukan tindakan mengerikanmu."
Nosaka mendekatiku sambil tersenyum arogan.
Langkahnya dipenuhi kepercayaan diri yang tidak perlu.
"Apa kau tidak tahu kalo kau dikeluarkan dari kelompok kelas? Baru saja, dengan foto ini, aku menunjukkan kepada semua orang sifat aslimu, Gouda!"
Nosaka menunjukkan layar Hp-nya kepadaku.
"Oh...?"
Di layar Hp itu, muncul aku dan Himari.
Gambar itu menunjukkan saat aku memberinya uang kepada Himari.
"Lihat! Ini buktinya!!"
Nosaka mengangkat Hp-nya dan mengatakannya dengan lantang.
Ekspresinya menunjukkan semacam ekstasi, seolah dia yakin telah menang.
"Bukti apa?"
Aku memiringkan kepalaku, bingung.
Tiba-tiba mereka mengatakan 'Ini buktinya!!' dan aku tidak mengerti apa yang sedang terjadi.
Apa reaksiku begitu tak terduga?
Nosaka memasang wajah terkejut sejenak, tapi dengan cepat mendapatkan kembali ketenangannya dan bersikap marah.
"Jangan berpura-pura bodoh sekarang! Kalo kau pikir kau masih bisa lolos dengan bukti ini, aku akan menunjukkan apa yang telah kau lakukan salah!!"
Nosaka berbalik ke arah teman-teman sekelas dan, dengan gestur berlebihan, mulai memberikan semacam penjelasan.
"Gouda adalah tipe orang yang memanfaatkan perempuan lain! Dia menggunakan uangnya untuk mencuri hati Himari-ku! Ini buktinya! Foto tanpa diedit! Kebenaran! Siapa pun yang tidak percaya ini, harus dianggap sebagai penjahat seperti Gouda!"
Begitu. Setelah mendengar itu, akhirnya aku mengerti apa yang Nosaka maksud.
"Shiratori-san...? Akhir-akhir ini dia sangat dekat dengan Gouda, bukan?"
"Benar, apa mungkin hubungan mereka dibeli dengan uang?"
"Teman-teman, apa yang kalian katakan?! Tidak mungkin Himari-chan dibeli! Dan, selain itu, dia tidak lagi... dengan Nosaka-kun─────"
"Gouda, ini bukan satu-satunya bukti yang kumiliki!"
Nosaka mengutak-atik Hp-nya dan menunjukkan foto lain kepadaku.
Kali ini, itu menunjukkan saat aku memberikan uang kepada Haaya.
Mungkin karena ini orang kedua, seluruh kelas mulai bergumam gelisah.
Ini tidak benar. Kalo aku diam, situasinya mungkin akan menjadi aneh. Aku harus menjawab sesuatu.
"Ya. Memang benar foto itu menunjukkan apa yang terjadi."
Dengan suara tenang, aku mengangguk sedikit.
Konfirmasiku membuat kelas mulai bergumam gelisah.
"Hahaha... Kau mengakuinya? Aku tahu itu benar! Gouda, kau selalu menjadi pria seperti itu! Kau yang terburuk! Kau pikir perempuan bisa dibeli dengan uang!"
"Foto itu menunjukkan saat aku memberi mereka uang untuk bahan-bahan bekal."
"...Eh?"
Mengabaikan reaksi Nosaka, aku melanjutkan kata-kataku.
"Akhir-akhir ini, Himari dan Haaya membuatkanku bekal makan siang, jadi wajar kalo aku memberi mereka uang untuk bahan-bahannya, kan?"
"Eh, u-u... uang untuk bahan-bahan?"
Sepertinya dia ingin bertanya 'Apa itu bahan-bahan?', tapi dia tidak mengatakannya.
Apa aku harus menjelaskannya dari sana?
"Keduanya khawatir tentang kesehatanku dan membuatkanku bekal. Nasi, lauk, semuanya ada harganya, tahu? Apa kau tahu kalo harga minyak zaitun juga naik cukup banyak akhir-akhir ini?"
Kenaikan harga memang sulit... Meskipun ini adalah dunia manga bokep, tidak perlu membawa kenyataan sampai ke detail seperti itu.
"Ah, jadi itu uang untuk bahan-bahan bekal..."
"Wah, Gouda-kun, kau benar-benar membayar bahan-bahan bento."
"Pacarku bahkan tidak memikirkannya..."
Sepertinya sebagian besar gadis akhirnya yakin.
Apa kesalahpahaman ini sudah selesai?
"I-itu bukan argumen yang bagus, kau tidak akan menipuku! Karena... Himari membuatkanku bento, tapi aku tidak pernah membayarnya!"
Dengan pernyataan arogan Nosaka, sebagian besar gadis merasa tidak nyaman.
Bahkan beberapa anak laki-laki tampak mundur.
"...Eh?"
Kali ini, aku benar-benar bingung.
Bukannya aku cemburu karena Nosaka menerima bento dari Himari.
Bagaimanapun, mereka adalah teman masa kecil, dan lebih dari itu, di masa lalu mereka adalah sepasang kekasih.
Tidak aneh kalo mereka memiliki acara semacam itu bersama.
Tapi yang mengejutkanku adalah Nosaka tidak pernah membayar apa pun kepada Himari untuk bento buatannya.
Jadi, apa biaya bahan-bahannya ditanggung sepenuhnya oleh keluarga Shiratori?
Apa yang akan dipikirkan ibu Nosaka tentang itu?
"Ini... Nosaka?"
"Ada apa? Apa kau terkejut karena aku menemukan kebohonganmu? Itu yang kau dapatkan karena berbicara tanpa memikirkan koherensi dari apa yang kau katakan."
"Tidak... Apa yang kau lakukan dengan uang makan siang ketika Himari membuatkanmu bekal?"
"Eh? Kalo Himari membuatkanku bekal, maka aku tidak perlu mengeluarkan uang untuk makanan, jelas."
Jawaban Nosaka membuatku kehilangan kata-kata.
Keheningan para gadis di kelas spertinya memberikan tekanan yang lebih besar daripada milikku, dan itu bukan hanya kesanku.
Apa yang harus aku lakukan?
Ide dan logikaku sepertinya sangat berbeda darinya... Mungkin, tidak peduli apa yang kukatakan, Nosaka tidak akan mendengarkanku.
Bagaimanapun, dia memiliki wajah 'aku tidak salah' itu.
"Hei, apa kau ingin kami mengatakannya untukmu?"
"Tidak, terima kasih, tapi aku tidak ingin terus membuat kalian kesulitan."
Gadis-gadis di kelas sepenuhnya berada di pihakku.
Tapi, aku tidak bisa membiarkan orang luar ikut campur dalam kekacauan ini dengan Nosaka.
Tepat ketika aku sedang memikirkan apa yang harus aku lakukan, pintu ruang kelas terbuka dengan keras.
"Eh...? Apa yang terjadi?"
Yang muncul adalah kepala merah muda.
Sosok Himari, jelas berusaha menahan amarahnya sambil menatap lantai, ada di sana.
Dia memasuki ruang kelas tanpa menunjukkan wajahnya.
Fakta kalo dia tidak menunjukkan dirinya bahkan lebih menakutkan...
"Himari, bagus kau datang!"
Nosaka, dengan ekspresi gembira, berlari ke arahnya.
Aku terkejut kalo dia mampu mendekatinya dalam keadaan seperti itu.
Himari, untuk mencegah Nosaka mendekat, mengangkat ponselnya dan mengarahkannya ke arahnya.
Di layar, gambar yang sama yang ditunjukkan Nosaka sebelumnya ditampilkan. Aku memberikan uang kepada Himari.
"Jadi kau sudah melihatnya! Maaf aku tidak menyadarinya sebelumnya... Himari, kau melakukan apa yang dikatakan Gouda itu karena dia memberimu uang, kan? Sementara aku di sini, semua ini terjadi... Aku benar-benar minta maaf."
"Kalo kau benar-benar merasa sangat menyesal, bisakah kau meminta maaf di sini dan sekarang?"
"...Eh?"
Ketika Himari mengangkat kepalanya, matanya benar-benar dingin.
Aku tidak tahu bagaimana menggambarkannya... Entah bagaimana, sepertinya dia akan melakukan sesuatu.
"Mengirim gambar seperti ini di grup kelas... Aku hanya bisa merasakan kejahatan di dalamnya. Kau mungkin bahkan tidak tahu apa artinya ini, kan? Kalo kau tahu, kau tidak akan mengatakan hal-hal itu."
"Himari...?"
Mata Himari yang memanjang memelototi ke arah Nosaka.
Bahkan aku, yang hanya mengamati dari samping, merasa sedikit terintimidasi oleh intensitas tatapannya.
"Ah... Eh...?"
Setelah terkena tatapan yang begitu tajam, Nosaka tidak bisa mengatakan sepatah kata pun.
Matanya terbuka karena terkejut dan mulutnya bergerak tanpa mengeluarkan suara apa pun.
"...Ini adalah kesalahanku. Kupikir, bahkan kalo kau melakukan sesuatu, itu tidak akan menjadi masalah besar, Junpei-kun. Akio-kun, aku sangat menyesal telah menyebabkan masalah bagimu."
Kata Himari, menundukkan kepalanya dalam-dalam dengan permintaan maaf yang tulus.
"Eh!? Kenapa kau membungkuk kepada pria seperti dia!?"
"Diam. Kalo kau terus berbicara buruk tentang kami... tentang Akio-kun, aku tidak akan memaafkanmu."
Jawab Himari dengan tatapan yang begitu intens sehingga membuat Nosaka kehilangan kata-kata.
"Teman-teman, karena kita sudah sampai di sini, biarkan aku menjelaskannya. Foto ini hanya menunjukkan kalo aku menerima uang untuk bahan-bahan bekal yang aku buat untuk Akio-kun."
"Itu... itu adalah kebohongan Gouda─────"
Nosaka mencoba menyanggah, tapi Himari membungkamnya dengan tatapan. Itu sudah otomatis baginya.
"Tapi, Shiratori-san, kenapa kau membuat bekal untuk Gouda? Bukankah kau pacar Nosaka?"
Seorang anak laki-laki dari kelompok itu mengajukan pertanyaan langsung.
Himari, tanpa terpengaruh, menjawab dengan tenang.
"Oh, apa kalian tidak tahu? Aku bukan lagi pacar Junpei-kun. Kami sudah lama putus, dan dia sepenuhnya setuju."
Anak laki-laki yang mengajukan pertanyaan itu berseru 'Eh!?' menunjukkan keterkejutan, dan menatap Nosaka.
Dia hanya memalingkan pandangannya, jelas tidak nyaman.
Dia masih belum mengatakan yang sebenarnya... Anak laki-laki itu juga pasti menyadari siapa yang mengatakan yang sebenarnya, karena dia menghela napas, seolah kecewa 'Apa kau berbohong selama ini?'
"Kalian para gadis sudah tahu, kan? Sepertinya masih banyak anak laki-laki yang tidak tahu. Apa kalian ingin aku menjelaskan kenapa aku putus dengan Junpei-kun?"
"Tunggu, jangan lakukan itu, Himari!"
"Bukankah itu yang kau capai dengan kebohonganmu? Hal-hal ini selalu terungkap, dan sekarang kau memintaku untuk menghentikannya, hanya karena kau peduli dengan citramu, itu sangat egois. Ini yang pantas kau dapatkan."
Himari bersikap serius. Dia memiliki tatapan yang tegas. Tidak ada yang bisa menghentikannya.
Dan kemudian, Himari menjelaskan kepada seluruh kelas. Kapan dia putus dengan Nosaka, dan detail 'pengalaman' pertamanya...
Karena Himari telah membuat keputusan itu, satu-satunya yang bisa aku lakukan adalah mengamati.
Aku mengawasi Nosaka, khawatir dia akan ikut campur, tapi dia tampak sangat terkejut di hadapan tatapan tajam Himari sehingga dia tidak bisa melakukan apa pun.
"─────Dan, itu saja. Sekarang kalian mengerti kenapa aku putus dengannya?"
Himari selesai bercerita dengan ekspresi berseri-seri di wajahnya tentang bagaimana dia putus dengan Nosaka.
Teman-teman sekelas mendengarkan dalam diam ceritanya.
Seperti yang diharapkan, anak laki-laki dan perempuan di masa remaja cukup tertarik dengan kisah 'pertama kali'.
...Taoi, plot yang diharapkan tidak pernah tiba.
"Apa dia takut pada payudara besar...? Apa ada yang benar-benar mengatakan itu? Sungguh rendahan."
"Tidak bisa ereksi dan menyalahkan tubuh pacarmu... menjijikkan."
"Dia bilang 'Dengan teknikku, aku langsung membuatnya basah!', tapi... dia bahkan tidak menyentuhnya... Serius, dia perjaka, ya?"
"Tidak mungkin... Nosaka-kun, sungguh, tidak mungkin."
Teman-teman sekelas mengungkapkan pendapat mereka tanpa ragu, dan setiap kata sepertinya menusuk hati Nosaka tanpa ampun.
"...Jadi masih ada orang seperti dia..."
"Ada apa? Sekarang setelah kebenaran terungkap, kau seharusnya tidak punya apa pun untuk membantah, Junpei-kun."
Nosaka, yang tadinya menunduk, mengangkat kepalanya dengan marah.
Tatapannya, masih penuh keputusasaan terhadap Himari, dipenuhi darah.
"Himari, kau ditipu...! Dia memanfaatkan jarak antara kita untuk memisahkan kita! Karena... karena Gouda itu jahat!!"
"Apa hanya itu yang kau miliki untuk membantah? Kalo begitu, tidak ada lagi yang perlu dikatakan."
"Apa kau masih bisa mengatakan itu setelah melihat ini?"
Nosaka mengutak-atik Hp-nya dan memutar sebuah video.
Di dalamnya terlihat seorang anak laki-laki memukuli beberapa siswa laki-laki dan mengambil uang serta barang-barang mereka.
Itu jelas merupakan kasus pemerasan.
Dan wajah orang yang melakukan pemerasan itu... adalah wajahku.
"Meskipun benar kalo uang untuk bahan-bahan itu benar, dari mana uang itu berasal? Bukankah itu kau ambil dari orang-orang yang tidak bersalah dan baik seperti dalam video ini, Gouda?"
Sudut bibir Nosaka terangkat membentuk senyum miring.
"Kalian mengerti sekarang? Gouda adalah orang berbahaya! Seseorang seperti dia seharusnya tidak berada di sekolah ini! Kita harus mengusirnya agar dia tidak pernah muncul lagi di hadapan kita!!"
Sambil menunjukkan video di ponselnya, Nosaka berbicara dengan berapi-api kepada teman-teman sekelasnya.
Menghadapi bukti baru dalam bentuk video ini, semua orang mulai ragu lagi.
"Aku... tidak percaya Akio-kun mampu melakukan hal seperti itu─────"
"Dan bisakah kau menjaminnya dengan pasti? Bahkan kau, Himari, tahu rumor tentang Gouda! Tidak aneh jika dia menggunakan kekerasan untuk mendapatkan uang!"
Akio Gouda tidak akan pernah melakukan hal yang menyedihkan seperti pemerasan.
Aku tahu itu lebih baik dari siapa pun.
Tapi, meskipun aku, yang terlibat, menyangkalnya, itu tidak akan cukup bukti bagi orang lain untuk mempercayaiku.
Meskipun anak laki-laki dalam video itu sangat mirip denganku, aku tidak bisa memikirkan cara untuk membuktikannya.
"Tidak mungkin!! Akio tidak akan pernah melakukan pemerasan!!"
Yang menghilangkan keraguan yang mulai memenuhi ruangan adalah teriakan marah Haaya.
Begitu masuk ke kelas, dia langsung menuju Nosaka dengan langkah cepat dan merebut Hp yang masih memutar video.
"Ke-kembalikan─────"
"Diam! Aku hanya akan melihat 'bukti' yang kau bawa itu, jadi jangan menghalangi!"
Nosaka terdiam, terintimidasi oleh sikap garang si gyaru pirang itu.
Memanfaatkan itu, Haaya mulai mengamati dengan saksama video di mana aku seharusnya melakukan pemerasan.
"...Ini bukan Akio."
Haaya mengatakannya dengan suara pelan, tapi dengan penolakan yang jelas dan tegas.
"Apa!? Jangan melindunginya hanya karena kau temannya!"
"Pria ini lengannya kurus. Dan tubuhnya juga. Lihat Akio, jauh lebih lebar."
Mengikuti petunjuk Haaya, semua orang mulai membandingkan tubuh subjek video dengan tubuhku dalam diam.
Meskipun gambar dari Hp tidak begitu jelas, keduanya mengenakan kaus lengan pendek tipis, jadi mudah untuk melihat perbedaannya.
"...Benar. Lengan dan tubuh Gouda-kun terlihat lebih berotot dan kekar."
Sebagai hasilnya, mulai tercipta suasana di mana tidak ada lagi yang percaya bahwa pria dalam video itu adalah aku.
"Sekarang setelah aku pikir-pikir, bukankah kau pernah bilang sebelumnya kalo ada aplikasi untuk mengubah wajah seseorang di foto dan video, Junpei-kun...?"
Benarkah...?
Nosaka mulai memalingkan wajahnya ketika dia menerima tatapan penuh kecurigaan itu.
"Kau tidak masuk kelas selama beberapa hari... Jangan bilang itu untuk membuat video ini?"
"Ti-tidak, itu hanya bicara omong kosong, tentu saja aku tidak akan melakukan hal seperti itu!!"
Himari menyipitkan matanya dengan curiga.
Tidak mungkin kebohongan bisa berhasil pada teman masa kecil.
Tidak, sebenarnya, meskipun tidak begitu, seseorang yang sejelas dia akan tetap ketahuan.
"Video palsu? Apa kau benar-benar akan sejauh itu hanya agar dia dikeluarkan...?"
Keraguan sederhana mulai berubah menjadi kepastian saat melihat ekspresi Nosaka.
"Tidak ada yang akan percaya pada kata-kata orang yang telah menutupi segalanya dengan kebohongan. Tolong, jangan terus membuat lebih banyak kesalahan."
"Hi-Himari... Aku..."
Nosaka mencoba mengatakan sesuatu lagi, tapi menyadari suasana di antara teman-temannya, dia menutup mulutnya.
"Nosaka-kun..."
Kurobane, yang datang terlambat, tapi sepertinya langsung memahami situasinya, menatap Nosaka dengan ekspresi kasihan.
Mungkin dia menyadari tatapan itu, karena tiba-tiba dia bereaksi lagi seolah-olah dia telah menemukan secercah harapan.
"Ku-Kurobane-san! Bu-bukti! Tunjukkan kepada semua orang bukti kejahatan Gouda!"
"Sudah kubilang tidak ada hal seperti itu... Berapa kali kau ingin aku mengulangi hal yang sama? Lagipula, aku tidak tahu apa-apa tentang gambar atau video ini."
"Ini kejutan! Mengeluarkan bukti definitif pada saat yang tepat! Agar dampaknya total...!
Tapi itu tidak cukup. Hei, bukankah aku memintamu untuk membantuku mengungkap kejahatan Gouda?"
Kurobane berjalan dengan tenang ke tempatku dan menundukkan kepalanya.
"Maaf, Gouda-kun. Aku ingin semuanya diselesaikan secara damai jika memungkinkan...tapi aku malah menyebabkan situasi terburuk yang mungkin terjadi. Aku benar-benar minta maaf."
"Apa yang kau bicarakan?"
Ketika aku meminta penjelasan, Kurobane mengangkat kepalanya dan menceritakan apa yang diminta Nosaka kepadanya.
Kalo Nosaka telah berkata 'Mungkin Himari diancam oleh Gouda, jadi bantu aku mengumpulkan bukti'.
Kalo dia pergi untuk mengkonfirmasi dengan Himari, dan ketika mendekatiku melalui komite eksekutif festival olahraga, dia mencoba mencari tahu niat asliku, tapi dia menyimpulkan kalo tidak ada yang seperti yang dikatakan Nosaka.
Kalo, meskipun dia mengatakan itu kepada Nosaka, dia sama sekali tidak mempercayainya.
Bahkan, dia memintanya untuk menyebarkan kejahatan Akio Gouda yang dibuat-buat selama festival olahraga.
Kalo tidak peduli berapa kali dia menolak atau mencoba menjelaskan,
Nosaka tidak mau mendengarkan.
"Aku berharap, kalo dia tidak menemukan ancaman apa pun, dia akan menyerah...tapi aku tidak pernah membayangkan dia akan melakukan hal seperti ini. Karena dia adalah teman masa kecil Himari-chan, aku tidak ingin terlalu menyakitinya...tapi tidak ada pilihan lain."
Kurobane tiba-tiba mengutak-atik Hp-nya.
Kemudian mulai terdengar suara teredam.
『Kita akan menyebarkan kejahatan Gouda. Orang itu selalu memiliki reputasi buruk. Bahkan kalo kita melebih-lebihkan sedikit, tidak ada yang akan menyadarinya. Aku akan mengurus para pria, jadi Kurobane-san, kau urus untuk memberitahukannya kepada semua gadis.』
Itu adalah suara Nosaka. Rupanya, Kurobane telah merekam sebagian dari apa yang dia minta.
"Tu-tunggu... ini... itu... maksudku..."
Suara Nosaka bergetar. Bukan hanya suaranya, seluruh tubuhnya bergidik terlihat.
"Jadi, rumor tentang Gouda disebarkan oleh Nosaka?"
Seseorang mengatakannya dengan suara rendah.
Kalimat itu menyebar seperti gelombang di antara yang lain.
"Ti-tidak, bukan itu─────!"
"Memang kau tidak bisa dipercaya lagi. Kalo seseorang mampu melakukan ini, jelas kalo Himari-chan ingin putus dengannya."
Penyangkalan Nosaka benar-benar diabaikan.
Tidak ada yang mendengarkannya.
Seluruh suasana di kelas telah berubah menentangnya.
Tidak ada yang mau memperhatikannya.
Dia punya banyak kesempatan untuk mundur, tapi tidak pernah mau mendengarkan.
Dan sekarang, semua itu kembali padanya.
"Ini bukan lagi lelucon. Orang itu sakit kepala, kan?"
"Tch!!"
Nosaka memelototi orang yang telah menghinanya, tapi segera dia sepertinya menyadari kalo semua teman sekelasnya telah berbalik menentangnya, dan dia menunduk.
Himari maju selangkah. Kemudian, dia tersenyum manis dan menyatakan.
"Kau akan meminta maaf kepada kami, kan? Kalo kau melakukannya sekarang, aku akan melupakan semua ini."
Hanya dengan meminta maaf, dia akan memaafkannya.
Bagi yang lain, itu terdengar murah hati, tapi untuk Nosaka pasti itu adalah penghinaan yang tak tertahankan.
Nosaka mengatupkan bibirnya dan, pada akhirnya, berbicara dengan suara rendah.
"Kenapa... kenapa kau membuatkan bekal untuk seseorang seperti Gouda?"
Mungkin itu adalah upaya terakhirnya untuk melawan.
Tapi Himari menjawab seolah-olah itu adalah pertanyaan sederhana.
"Sudah kubilang, kan? Sekarang aku suka Akio-kun. Apa anehnya aku menyiapkan bekal untuk orang yang kusukai untuk menunjukkan perasaanku?"
Ruangan itu terdiam sesaat, dan segera meledak dalam lautan suara gembira.
Dia menyadari kalo hati gadis yang selalu disukainya tidak lagi menjadi miliknya sama sekali.
Keputusasaan tercermin di wajah Nosaka. ...Itu adalah ekspresi yang telah kulihat berkali-kali dalam cerita aslinya.
"U... uuuh... uuugh... uuhgwaaaaa...!!"
Itu mungkin ekspresi rasa sakit terbesar yang bisa dikeluarkan Nosaka.
Tapi, itu dengan mudah ditutupi oleh suara-suara bersemangat dari yang lain.
"Kalo begitu, minta maaf. Kau membuat Akio-kun tidak nyaman, dan bahkan menyeret seluruh kelas... Kau mengerti kalo kau harus meminta maaf, kan?"
Nosaka terdiam beberapa saat, tanpa bergerak.
Semua orang menunggu dalam diam permintaan maafnya, tanpa mengatakan apa pun.
Mungkin itu tekanan yang terpancar dari Himari, atau mungkin karena postur kaku Nosaka, tapi tidak ada yang berani mengatakan apa pun kepadanya.
"Aku..."
"Aku tidak butuh permintaan maafmu."
Saat Nosaka membuka mulutnya, aku maju dan mengucapkan kata-kata itu kepadanya.
"Akio-kun? Kenapa...?"
Himari memiringkan kepalanya dengan bingung.
Aku, di samping, tahu kalo Nosaka telah merusak kehormatan Himari dan Haaya.
Situasi ini sangat serius sehingga bahkan membuat teman-teman sekelas kami tidak nyaman.
Meminta maaf adalah hal yang benar untuk dilakukan.
Itulah cara yang benar untuk melakukan sesuatu.
"Aku tidak ingin melihat pria ini meminta maaf."
Terlepas dari segalanya, aku ingin menyangkal suasana itu.
Nosaka telah melakukan sesuatu yang mengerikan.
Dia melakukan tindakan terendah dengan mencoba menyakiti orang lain.
Aku tidak bisa membenarkannya dengan cara apa pun.
"Hei, Nosaka, tidakkah kau malu dengan apa yang baru saja kau lakukan?"
".........."
Tapi, kata-kata yang telah aku ucapkan saat itu, ‘melindungi Himari', seharusnya tidak bohong.
"Kau kalah melawan seseorang yang kau kira adalah penjahat. Apa kau tahu di mana kau salah?"
".........."
"Hei, jangan menundukkan kepalamu."
Aku meraih kerah kemeja Nosaka dan memaksanya untuk mengangkat kepalanya.
Teman-teman sekelasku terkejut dengan sikap kasar itu, tapi Himari dan Haaya dengan cepat turun tangan untuk menenangkan situasi.
"Jangan memasang wajah yang mengerikan seperti itu."
Wajah Nosaka benar-benar hancur karena air mata dan ingus.
Mungkin dia marah melihat wajahnya yang menyedihkan, tapi ekspresi putus asanya berubah.
"Tidak... tidak "Kamu tidak berhak berbicara seperti itu!"
"Aku tidak peduli. Aku selalu menjadi penjahat. Aku tidak punya kewajiban untuk mendengarkan permohonanmu."
Aku tersenyum padanya dengan senyum mengejek.
Terlepas dari wajahku yang mengancam, Nosaka tidak ragu untuk menatapku dengan marah.
Kalo Nosaka meminta maaf, mungkin situasinya akan terselesaikan.
Tapi, karena kesalahpahaman Himari dan Haaya sudah diklarifikasi, permintaan maaf Nosaka hanya akan memiliki tujuan untuk menutup topik ini sekali dan untuk selamanya.
Itu bukan sesuatu yang akan dilakukan Akio Gouda hanya untuk menghancurkan semangat Nosaka.
Satu-satunya hal yang seharusnya membuat Nosaka putus asa adalah fakta sederhana kalo Himari sekarang menjadi milikku.
Tidak ada gunanya menekannya lebih jauh untuk alasan lain, itu tidak pantas untuk seorang penjahat.
"Kenapa kau kalah melawan penjahat sepertiku? Kalo kau tidak tahu alasannya, aku akan memberitahumu."
Mata Nosaka tidak mati. Aku melanjutkan kata-kataku.
"Karena kau tidak melihat Himari sebagai pribadi. Dia bukan hanya teman masa kecil yang cantik dan nyaman yang selalu memperlakukanmu dengan baik. Meskipun sepertinya dia bisa melakukan segalanya, di balik itu ada banyak usaha. Meskipun dia terlihat baik, kata-kata yang sensitif dapat menyakitinya dan dia bisa menangis... Dia tidak sempurna, dia gadis biasa."
"Ugh..."
"Jangan membuat kesimpulan terburu-buru. Jangan menilai orang hanya karena mereka penjahat atau teman masa kecil. Prasangka itulah yang selalu membuat orang menggunakan keadilan yang salah, menjadi idiot."
"Aku... aku..."
Kemarahan Nosaka mulai menghilang dari wajahnya.
Pada saat itu, aku juga tidak bisa berhenti.
"Kalo kau benar-benar menganggapnya sebagai teman masa kecilmu, maka kau seharusnya sudah tahu bagaimana perasaan Himari sekarang. Dan kau masih berpikir semua ini baik-baik saja? Siapa orang yang paling penting bagimu, Nosaka? Ayo, katakan!"
Nosaka meraih pergelangan tanganku.
Meskipun dia tidak bergerak, aku merasakan tekadnya dengan jelas.
"Orang... orang yang paling penting bagiku adalah Himari Shiratori! Sejak kami kecil, itu tidak pernah berubah!!"
Kata-kata Nosaka mengejutkanku.
Kemudian, ekspresinya dengan cepat berubah bentuk.
"...Maaf. Aku tidak menyadari bahwa aku telah menyakiti Himari begitu banyak... Aku pikir Himari akan selalu memahami segalanya, jadi aku hanya memanfaatkannya... Benar-benar... aku sangat menyesal!"
Saat melepaskan cengkeramanku pada pakaiannya, Nosaka berlutut di tanah.
Dia menangis, dan hanya dengan itu, ekspresinya mirip dengan yang ada di cerita aslinya.
Tapi, wajahnya tidak diwarnai dengan keputusasaan.
Itu adalah wajah yang penuh dengan penyesalan yang terlambat, akhirnya ditujukan kepada orang yang telah dia abaikan selama ini.
★★★
"...Sebenarnya, aku seharusnya melakukan yang lebih baik."
Setelah skandal yang disebabkan Nosaka setelah festival olahraga, Himari bergumam seolah-olah dia sedih.
"Aku mendengar dari Rino-chan bahwa Junpei-kun bertingkah aneh. Aku pikir aku tidak bisa melakukan banyak hal tentang itu, jadi aku memutuskan untuk memberinya waktu untuk memahaminya perlahan."
'Aku pikir aku bisa melakukannya dengan lebih halus...' katanya, menundukkan pandangannya.
Himari Shiratori dan Junpei Nosaka adalah teman masa kecil.
Sejak kecil, mereka akrab, dan hubungan mereka berlanjut karena kebiasaan.
Itulah hubungan dalam cerita aslinya.
Tapi, Himari juga tidak memiliki kesan buruk tentang Nosaka untuk menolak pengakuannya.
Meskipun dia mengatakan kalo dia tidak melihatnya sebagai seorang pria, mungkin di lubuk hatinya dia mempercayai Junpei Nosaka cukup untuk tidak mengakhiri hubungan teman masa kecil yang telah mereka pertahankan begitu lama.
"Maaf karena tidak menyadarinya..."
"Apa yang kau katakan? Aku pikir aku bertindak tanpa kau sadari, Akio-kun. Dan untuk itu, bagiku itu adalah kesuksesan."
Himari mengatakan itu dengan senyum riang.
Mungkin itu salah satu hal yang membuat kekuatannya.
"Tapi, aku juga menyadari kalo Nosaka melakukan sesuatu di balik semua ini. Meskipun begitu, aku pikir kalo aku terlibat, itu bisa menjadi lebih rumit, jadi aku mengabaikannya. Aku tidak menyadari bahwa aku menempatkan beban padamu..."
Aku pikir yang terbaik adalah tidak terlibat lebih jauh dengan Nosaka.
Baginya, aku hanyalah seorang pria yang telah mencuri pacarnya, dan aku tahu bahwa tidak ada gunanya mencoba berbicara dengannya.
Aku pikir satu-satunya hal yang bisa kulakukan adalah memberinya ruang, karena dengan begitu hatinya bisa sembuh.
Aku tidak peduli kalo dia melakukan sesuatu terhadapku.
Tapi kalo dia mencoba menyakiti wanitaku, itu adalah masalah lain.
Mengira karena dia adalah protagonis dari cerita aslinya, dia tidak akan melakukan hal buruk apa pun pada pahlawan wanita adalah kecerobohanku.
"Fufufu, kau bodoh."
Himari tersenyum. Mengamati seseorang dengan tatapan yang sama seperti seorang ibu melihat putranya, mungkin karena aku sedang dalam proses refleksi.
"Akio-kun, bukan berarti kau tidak melakukan apa pun. Kau menghadapi hidupmu sendiri dengan benar, kan? Dalam hal kelas dan komite eksekutif festival olahraga. Justru karena cara jujurmu menghadapi berbagai hal itulah semua orang menjadi sekutumu."
Apa yang dilakukan seseorang menunjukkan siapa dia.
Aku menganggap serius festival olahraga.
Sementara itu, Nosaka melakukan kampanye melawanku di belakang layar.
Meskipun aku pikir dia melakukannya secara diam-diam, beberapa teman sekelas mulai curiga.
"Tidak ada gunanya mencoba menghancurkan hidup orang lain. Bahkan jika kau melakukannya, kau tidak akan menerima pengakuan untuk itu... Aku pikir dia akan menyadari itu."
Sepertinya, Nosaka selalu menjadi orang yang arogan, dan bukan kebohongan bahwa Himari tidak bisa melihatnya sebagai seorang pria.
Tapi, meskipun begitu, dia mungkin memiliki perasaan yang tidak dapat dijelaskan dengan memilikinya di dekatnya sebagai teman masa kecil.
Sungguh, persahabatan masa kecil adalah sesuatu yang rumit.
"Himari-chan, Gouda-kun benar-benar akrab, kan?"
Kurobane duduk di samping Himari.
Aku begitu asyik berbicara dengan Himari sehingga aku hampir lupa, tapi ini adalah karaoke.
Semua orang dari kelas datang ke sini untuk merayakan setelah festival olahraga.
"Yah, ya. Anehnya kami dekat."
Meskipun kami juga dekat dalam aspek lain.
Itu tidak akan aku katakan, tentu saja.
"Sungguh, terima kasih. Berkatmu, Rino-chan, kami bisa berhasil".
"Tapi pada akhirnya aku tidak bisa menghentikan Nosaka-kun... Maaf, Himari-chan."
"Apa yang kau katakan? Orang yang harus meminta maaf adalah aku. Aku membuatmu melakukan sesuatu yang begitu ceroboh, maaf."
Aku melihat keduanya saat mereka saling meminta maaf.
Interaksi antara gadis-gadis cantik ini adalah kesenangan sejati bagi mata. Teh oolongnya lezat.
"Meskipun, bagaimanapun, kau merekamnya dengan sangat baik. Berkatmu, aku bahkan bisa melembutkan rumor negatif tentangku, Kurobane."
"Tidak, mata Nosaka-kun terlalu menakutkan... Aku merasakan begitu banyak bahaya sehingga tanpa menyadarinya aku mulai merekam video. Gambarnya tidak bagus, tapi setidaknya audionya tertangkap."
Sepertinya kemampuan deteksi bahaya Kurobane cukup tinggi.
Merekam video dengan ponsel pintar dalam sekejap bukanlah sesuatu yang bisa dilakukan dengan mudah.
"Tapi, Kurobane, apa kau baik-baik saja? Bukankah kau jatuh cinta pada Nosaka?"
"Eh? Siapa yang mengatakan omong kosong seperti itu?"
Matanya di balik kacamata kehilangan semua emosi.
Ah, itu adalah mata yang benar-benar marah.
"Ah, maaf. Aku hanya punya ide yang salah. Lupakan saja."
Sebenarnya, aku tahu itu dari cerita aslinya, tapi aku tidak bisa mengatakan itu.
Aku mencoba menyembunyikannya dengan menyesap teh oolong.
"Begitu. Memang benar kalo sebagai teman masa kecil Himari-chan, aku berbicara lebih banyak dengannya daripada dengan anak laki-laki lain, tapi aku tidak memiliki minat romantis padanya, jadi jangan membuat prasangka yang aneh , oke?"
"Y-ya. Aku mengerti".
Matanya tidak tersenyum.
Kalo aku mengatakan hal yang sama lagi, sepertinya itu tidak akan berjalan dengan baik.
Ketika dia marah, dia sangat mirip dengan sahabatnya... Aku harus berhati-hati.
Bagaimanapun, sepertinya ada beberapa perbedaan dengan cerita aslinya.
Haruskah aku membiarkannya berlalu, berpikir kalo kenyataan berbeda dalam beberapa cara?
Atau mungkin ada beberapa faktor yang mengubah jalannya cerita aslinya...?
Tergantung pada bagaimana aku melihatnya, tindakanku mulai sekarang bisa berubah.
"Akio! Sekarang giliranmu!"
Haaya memberiku mikrofon.
Aku hampir melupakannya, tapi kami datang ke sini untuk bernyanyi karaoke.
"Oh, sepertinya selanjutnya adalah Gouda-kun!"
"Bagaimana suaranya saat bernyanyi?"
"Dia akan bernyanyi dengan suara seksi itu... Ay, aku merasa sedikit geli."
Teman-teman sekelas menatapku dengan harapan.
Itu bukan ketakutan atau kecemburuan, tapi suasana yang bersahabat.
Lagu mulai diputar. Itu adalah lagu pertama yang kunyanyikan setelah bereinkarnasi sebagai Akio Gouda.
"Akio, apa kau mau bernyanyi denganku?"
Haaya menawariku bantuannya dengan senyum.
Aku menolak tawarannya dengan lembut.
"Aku baik-baik saja."
Aku membuka mulutku dan mulai bernyanyi.
Aku tidak memiliki keraguan yang sama seperti pertama kali.
Itu sudah menjadi lagu yang telah kudengar berkali-kali.
Sedikit demi sedikit aku mulai terbiasa dengan dunia ini.
Aku tidak akan mengatakan kalo aku bernyanyi dengan baik, tapi setidaknya sekarang aku bisa menikmatinya.
Ketika aku selesai bernyanyi, aku disambut dengan tepuk tangan meriah dari teman-teman sekelas.
Aku merasa seolah-olah mereka menyambutku di dunia ini.