Kamu saat ini sedang membaca Man'nen o ikiru heiwa shugi vu~anpaia, itsunomanika sekai saikyō ni ~ ore ga maō-gun shiten'nō de aratana shiso? Dare to machigatten no?~, chapter 7. Kalo kamu menyukai karya ini silahkan tinggalkan jejak komentar. Dan juga jangan lupa dukung mimin dengan cara donet se iklasnya di Trkateer mimin buat mimin makin semagat+buat dana untuk beli raw
"Alto-samaaaa..."
Eleanor terisak.
"Dari sudut pandang Alto-sama, saya ini tak ubahnya makhluk rendahan, bukan? Mungkin saja saya tak ada bedanya dengan lich di sana. Pada akhirnya, kami ini hanyalah makhluk biasa di mata Alto-sama…"
"Eh, aku tidak sampai mengatakan sejauh itu."
Kenapa suasananya jadi seolah-olah aku baru saja menghina dia?
Padahal aku cuma bertanya siapa yang lebih kuat, kan?
"Tapi! Tapi Alto-sama!" Eleanor berseru dengan penuh semangat.
"Saya adalah calon Vampire Queen! Tidak mungkin saya kalah dari undead lainnya! Saya tidak selemah itu!"
"Oh begitu, ya?"
...Berarti, yang lain memang lemah, dong?
Yah, aku jadi menyesal sudah bersikap terlalu lembut tadi.
"...Meskipun saya baru mengalahkan lich itu dan menjadi ketua pasukan dalam 10 tahun terakhir ini,"
Eleanor menambahkan pelan.
...Itu baru-baru saja.
Tapi tetap saja, mengalahkan seorang lich saat masih anak-anak itu luar biasa.
Saat aku masih anak-anak, aku tidak bisa menang melawan lich.
Memang, calon ratu itu levelnya beda.
"Eleanor-sama memiliki bakat yang luar biasa," kata si Lich. "Dia benar-benar ratu di antara para ratu. Saya belum pernah melihat kemampuan seperti beliau sebelumnya."
"Oh, begitu ya," jawabku.
Jadi Eleanor sehebat itu.
Kalau begitu, seribu tahun dari sekarang dia mungkin lebih kuat dariku, ya.
Untuk sekarang, kalo dilihat dari segi kekuatan...
Aku > Eleanor > Lich > anggota pasukan lainnya...kurang lebih seperti itu, mungkin?
Sudah 1000 tahun aku tidak menilai kekuatanku secara objektif, tapi ternyata aku benar-benar punya kekuatan layaknya vampir dewasa.
Padahal aku ini sempat merasa lebih lemah dari rata-rata, tapi sepertinya tidak buruk-buruk amat.
"Baiklah, kalo begitu aku mau kembali ke kamar—"
"...Tunggu. Kau benar-benar kuat, ya?"
Suara berat menyela, dan Ogre King (zombie) maju ke depan.
Kulitnya merah, tubuhnya penuh otot, dan ia memakai zirah sederhana.
Secara keseluruhan, dia sangat besar—tiga kali ukuran tubuhku.
"Beraninya kau!"
Eleanor marah dan langsung siap menyerang.
Tapi aku menahannya dengan isyarat tangan.
"Ak—aku tidak tunduk pada orang lemah!"
Teriaknya sambil mengayunkan kapaknya ke tanah, membuat tanah retak.
Para anggota pasukan langsung menjauh dalam panik.
Makhluk yang bisa terbang seperti Lich perlahan mundur ke belakang.
"Kalo begitu, mau coba sebentar?"
Aku berkata dengan nada percaya diri.
Padahal, aku ini pendukung perdamaian, dan sebisa mungkin tidak mau bertarung dengan orang kuat.
Tapi... bukankah dia ini lebih lemah dari Eleanor?
Kalo begitu, seharusnya tidak masalah!
"Oke!"
Ogre King mengangkat kapak besarnya.
"Tidak perlu Alto-sama turun tangan untuk melawan makhluk seperti dia...!"
"Sudah, serahkan saja padaku."
Aku mendorong Eleanor pelan agar dia mundur.
Isyaratku sampai, dan Eleanor pun mundur sedikit.
Aku mengambil palu yang disebut Mjölnir dari Saku Dimensi milikku.
◇
Ogre King langsung menyesali ucapannya.
Sebab Alto mengeluarkan senjata legendaris: Mjölnir.
Itu adalah salah satu palu terkuat yang ada.
Energi magis luar biasa dari palu itu membuat seluruh pasukan gemetar.
Bahkan lutut Eleanor-sama pun sampai gemetar!
"Ayo, duel kapak," kata Alto sambil tersenyum.
"Saya mohon maaf!!!!"
Ogre King langsung melempar kapaknya dan bersujud.
Tidak mungkin dia menang melawan seseorang yang mengangkat Mjölnir dengan santai, seolah itu hanya kapak untuk membelah kayu.
Padahal Mjölnir ini tidak bisa dipegang oleh orang biasa.
Karena palu ini selalu membara dan menyala.
Untuk bisa menyentuhnya, seseorang harus memakai sarung tangan khusus, atau melindungi diri dengan kekuatan sihir yang sangat besar.
Tapi Alto memegangnya dengan tangan kosong.
Cukup menyentuh palu itu saja, monster biasa bisa langsung musnah.
Senjata di level seperti itu.
Dan Alto mengeluarkannya begitu saja, dan menggenggamnya dengan santai.
Itu menandakan betapa mengerikannya dia.
Ogre King bahkan sempat berpikir: "Mungkin dia lebih kuat dari Raja Iblis..."
"...Ah, ya ya, tidak apa-apa kok."
Alto tersenyum kaku, sedikit bingung.
"Alto-sama! Alto-sama!" Eleanor berseru panik.
"Tolong simpan senjatanya! Kami bisa terbakar! Kami semua akan terbakar!"
"Eh? Ah, maaf."
Alto buru-buru menyimpan Mjölnir.
"Ya, tapi masa sampai terbakar juga? Itu agak berlebihan."
"Tidak, tidak! Mungkin untuk Alto-sama itu biasa saja, tapi bagi kami...!"
Eleanor hampir menangis saat berkata begitu.
◇
"Baiklah, kali ini sungguhan. Aku akan kembali ke kamarku. Kalian semua... ya, semangatlah."
Aku berkata dengan santai.
Entah kenapa, Ogre King masih bersujud dan tidak bangun-bangun.
"Ini perintah dari Alto-sama! Latih dirimu sampai hampir mati! Asah kemampuan dan siapkan dirimu untuk pertempuran! Mulai latihan!"
Eleanor berteriak, dan para anggota pasukan pun kembali berlatih.
Yah... ucapanku dipelintir.
Atau mungkin lebih tepatnya, diperbaiki?
Padahal yang kumaksud dengan 'semangatlah' itu ya benar-benar sesantai itu.
"Aku akan mengantar Alto-sama ke kamar."
Eleanor berkata sambil berlari kecil ke sampingku.
Hmm, aku jadi berpikir... dia lumayan manis juga.
Kami berjalan kembali melewati jalan yang sama, menyapa orang-orang...atau lebih tepatnya, beberapa dari mereka justru menghindari tatapan.
Suasana harian seperti itu terus berlangsung sampai kami tiba di kamarku.
"Eleanor, kau kembali ke kamarmu juga."
"!?"
Entah kenapa, Eleanor terlihat sangat yakin kalo dia akan ikut masuk ke kamarku.
Tapi aku dengan tenang mencegahnya.
"Apa saya telah berbuat kesalahan…?"
"Tidak, aku hanya ingin beristirahat sendirian."
"Ba—baik, saya mengerti. Kalo begitu, saya akan pergi untuk sementara."
Eleanor berbalik dan melangkah pergi.
Mungkin dia kembali ke tempat anggota pasukan.
Aku masuk ke kamar, menutup pintu rapat-rapat, dan menarik napas panjang.
Hari ini sungguh hari paling membingungkan dalam hidupku.
Aku ingin cepat makan malam, lalu tidur lebih awal.
Sambil berpikir begitu, aku melangkah ke arah tempat tidur.
...Dan di sanalah seseorang sedang tidur.
Kenapa begini!?
Bagaimana dengan keamanan kamarku!?
Bukankah ini kamar pribadiku!?
Pertanyaan tak berujung bermunculan di benakku, tapi aku menenangkan diri dan mengamati orang yang tidur itu dengan lebih saksama.
Seorang gadis berambut hitam panjang. Usianya terlihat sekitar 15 tahun, tapi karena dia monster, umur aslinya tidak diketahui.
Rasnya pun tidak jelas.
Dia mengenakan pakaian gothic lolita, seluruh auranya sangat suram dan kelam.
Kalo 'keputusasaan' bisa menjelma jadi manusia, ya mungkin seperti ini.
Tubuhnya ramping, payudaranya juga kecil.
...Tunggu, aku merasa pernah melihat dia sebelumnya.
"Rosanna!?"
Ucapanku membangunkan gadis itu.
Dia membuka matanya dengan pelan.
"Selamat pagi, Alto. Ini aku."
Gadis berambut hitam panjang—Rosanna—mengusap matanya dan duduk.
"Sudah lama, ya. Apa kau baik-baik saja?"
Aku duduk di ujung ranjang dan bertanya.
"Aku mengantuk, tapi aku baik-baik saja."
"Begitu, ya. Ngomong-ngomong, kau ada di istana ini... berarti sekarang apa kau bagian dari pasukan Raja Iblis?"
Rosanna mengangguk pelan.
Yah, dia memang lemah, jadi masuk kelompok seperti itu bisa melindunginya.
"Benar-benar sudah lama, ya." Aku tersenyum. "Kau datang untuk menemuiku, bukan?"
"Iya. Aku ingin bertemu denganmu."
Rosanna merentangkan kedua tangannya.
Sepertinya itu isyarat untuk pelukan.
Aku naik ke tempat tidur, memeluknya sebentar, dan menepuk-nepuk punggungnya.
Rosanna memeluk balikku erat.
"Tunggu, apa kau jadi lebih kuat?"
"Iya. Dalam 200 tahun ini, kekuatanku bertambah."
"Oh ya? Baguslah. 200 tahun lalu kau sempat dibully oleh manusia."
Aku melepaskan pelukan dan duduk kembali.
Rosanna dulu adalah monster yang sangat lemah, sampai dia pernah hampir dibunuh oleh manusia.
Dan aku menyelamatkannya dengan gagah.
Meskipun aku vampir yang lebih lemah dari rata-rata, tapi masih jauh lebih kuat dari manusia biasa.
"Waktu itu, aku benar-benar pasrah akan mati…"
"Untung aku sedang jalan-jalan!"
Saat itu aku sedang terbang santai melihat laut, dan kebetulan melihat beberapa manusia sedang mencoba membunuh Rosanna.
"Alto itu keren, kuat, dan luar biasa."
"Wahaha! Kalo aku dipuji begitu aku jadi malu juga!—eh, tunggu sebentar."
Sesuatu terlintas di pikiranku.
"Jangan-jangan... setelah kau masuk pasukan Raja Iblis, kau menceritakan tentangku pada mereka?"
"Iya. Aku bilang kau vampir terkuat di dunia," Rosanna tersenyum polos.
"Tapi itu kan memang kenyataan, jadi tidak apa-apa, kan?"
KAUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUU!!!