> FESTIVAL KEMBANG API

FESTIVAL KEMBANG API

 Kamu saat ini sedang membaca Ossananajimi no Imouto no Kateikyoushi wo Hajimetara volume 2 chapter 15. Kalo kamu menyukai karya ini silahkan tinggalkan jejak komentar. Dan juga jangan lupa dukung mimin dengan cara donet se iklasnya di Trkateer mimin buat mimin makin semagat+buat dana untuk beli raw







Hari yang dijanjikan datang dengan cepat.


"Baiklah. Ternyata aku berhasil mengingatnya."


Meskipun tidak sebaik yang dibuat oleh profesional, aku merasa bisa mengenakan yukata dengan cukup baik meski dengan susah payah.


"Tapi, sulit sekali untuk bergerak..."


Bahkan hanya bergerak di dalam rumah, aku merasa terbatas dan tidak nyaman. Apalagi jika harus keluar dan mengenakan geta, pasti akan semakin sulit untuk bergerak.


[TL\n:Geta (下駄) adalah sandal tradisional Jepang yang terbuat dari kayu, dengan bentuk yang unik menyerupai sandal platform. Sandal ini memiliki dua atau satu "gigi" (potongan kayu vertikal) di bagian bawah sol, yang membuat pemakainya sedikit terangkat dari tanah. Geta biasanya dikenakan bersama pakaian tradisional Jepang seperti yukata atau kimono kasual, namun juga bisa dipakai dengan pakaian sehari-hari dalam konteks tertentu.]


Yah, semoga aku bisa terbiasa sedikit demi sedikit.


"Bagaimana dengan Aisha, ya?"


Dia terlihat rapuh meskipun terlihat kuat...


"Wajar kalo Manami mengirim pesan kepadaku..."


Aku mengingat isi pesannya.


"Hari ini, pegang tanganku erat-erat saat berjalan! Jika perlu, kita bisa berpelukan!"


Aku harus bersiap untuk menjadi penopang.


Sambil memikirkan itu, aku tiba di halte bus tempat kami bertemu.


Di depan stasiun pada hari festival kembang api biasanya sangat ramai, jadi kami sepakat untuk bertemu di dekat rumah. 


Meskipun aku bisa menjemputnya di rumah, Manami mencegahku karena itu tidak memiliki suasana yang menarik.


"Dia belum datang, ya?"


Jarang sekali Aisha terlambat hingga detik-detik terakhir.


Meskipun masih ada jarak lebih dari 10 menit dengan bus menuju stasiun, tapi di sana-sini aku melihat beberapa pria dan wanita yang mengenakan yukata, serta beberapa kelompok orang.


"Huuh..."


Anehnya, itu membuatku merasa sadar.


Pergi ke festival musim panas bersama laki-laki dan perempuan memiliki arti khusus, terutama di sekolahku.


Itu adalah acara di mana pasangan yang baru lahir selama liburan musim panas hampir selalu muncul, dan jika tidak berpasangan, banyak orang datang dalam kelompok.


Pembicaraan setelah liburan musim panas biasanya akan berpusat pada kombinasi pasangan yang terlihat di sini.

 

"Rumor dan segala macam hal, sudah tidak bisa kukatakan lagi..."


Tentu saja, kalo Aisha ada di festival musim panas dengan seseorang, mungkin seluruh angkatan, atau bahkan seluruh sekolah, akan memperhatikannya.


"Semester baru pasti akan menakutkan..."


Kalo ini cara kami untuk berpacaran, aku bisa menerima dengan lapang dada, tapi tidak begitu.


Malah, ada kemungkinan bahwa aku, teman masa kecilnya, dipilih oleh Aisha sebagai penghalang pria yang tepat untuknya.


Bahkan, jika dipikir-pikir, itu lebih alami.


Meskipun aku berharap sebaliknya...


"Yah, aku sudah bilang akan pergi, jadi mau bagaimana lagi."


Akan bodoh jika sudah membeli yukata tapi tidak mengenakannya.


Hmm... Baiklah.


Aku harus memantapkan tekadku.


Meskipun bukan sesuatu yang besar, setidaknya hari ini aku harus bersenang-senang dan berusaha memenuhi keinginan Aisha dalam bentuk apa pun.


Meskipun itu hanya untuk menghindari pria, musim panas ini di mana kami bisa berbicara seperti dulu adalah yang paling memuaskan dalam beberapa tahun terakhir.


Kalo itu bisa menjadi ungkapan terima kasih, maka itu sudah lebih dari cukup.


"Bahkan, aku sampai menolak ajakan Akihito dan Hayato..."


Pesan-pesan itu penuh dengan nada kesal.


"Aku ingin mendengar tentang pembicaraan kemarin, tapi inilah jawabannya."


Ada banyak hal yang ingin kukatakan kepada Akihito, tapi rasanya itu akan sia-sia karena dia pasti akan hanya tersenyum sinis. Jadi, aku hanya menghubunginya dengan minimal.


Ngomong-ngomong, tahun lalu, Akihito memaksaku melakukan hal-hal seperti menggoda perempuan.


Aku ingat bagaimana dia berhasil bergaul dengan kelompok gadis dan kembali dengan senang hati.


Aku hanya mengikuti saja.


Tahun ini juga mungkin dia berencana melakukan hal yang sama...


"Sudah waktunya bagimu untuk memilih pasanganmu."


Hanya itu yang kukirim sebagai balasan.


Rasanya seperti membalas sedikit. Meski sedikit menakutkan, tapi tidak masalah.


Selanjutnya adalah Hayato dan Makoto.


Mereka mengajakku pergi bersama Akitsu dan mengundang Aisha bersamaku.


Tapi aku menolak dengan sendirinya.


Aisha berkata kalo di ingin pergi ber-2 saja denganku.


Seharusnya itu diperbolehkan, kan?


Begitu aku menolak, entah kenapa aku menerima pesan ini.


"Begitu ya. Semangat ya!"


"....Semangat untuk apa?"


Saat aku memikirkan itu, tiba-tiba waktunya sudah dekat.


Ketika aku mengangkat wajah, aku melihat sosok Aisha di tikungan.


"......"


Ada apa ini?


Kenapa aku tiba-tiba merasa berdebar seperti ini...?


Jantungku berdebar kencang, dan aku berusaha sekuat tenaga untuk menenangkannya.


Tidak bisa, detak jantungku justru semakin cepat seiring Aisha mendekat.


"Apa sih...?"


Aisha, dengan yukata dan rambut yang diikat, mengatakannya dengan wajah yang memerah. 


Melihat penampilannya, aku tidak bisa menatap langsung dan malah mengalihkan pandangan.



◇【 POV AISHA】



Ada yang aneh.


Kouki tidak mau melihat ke arahku.


"Hey."


"Oh..."


Kenapa? Kouki bilang dia akan terpaku saat aku mengenakan yukata!


Apa yang harus kulakukan, Manami!?


"Kembang api, di mana kita akan melihatnya?"


Bagaimanapun caranya, aku harus memulai percakapan.


Hari ini, aku harus bisa mengungkapkan perasaanku.


Supaya tahun depan tidak ada gadis lain yang pergi melihat kembang api bersama Kouki!


"Hmm... mungkin tempat yang aman, tempat tersembunyi, atau langsung ke lokasi, mana menurutmu yang lebih baik?"


"Begitu ya... Aku tidak ingin pergi ke lokasi dengan pakaian ini."


Yukata memang sulit untuk bergerak.


Manami bilang aku bisa menggenggam Kouki dengan santai, tapi jujur saja, situasi ini jauh dari itu.


Apalagi kalo orang-orang semakin banyak, suasana itu tidak akan bisa terbangun...


"Benar juga. Kalo begitu, kita bisa memanfaatkan keunggulan sebagai warga lokal...eh, tidak bisa."


"Eh? Kenapa?"


"Kalo kita mencari tempat yang sepi, pasti itu akan dilihat oleh orang-orang dari sekolah kita."


"Oh, begitu..."


Kouki tidak ingin terlihat oleh orang lain saat kami bersama.


"Kalo orang melihat kita bersama, Aisha akan kesulitan, kan?"


"Eh? Aku?"


Sebenarnya aku tidak masalah dengan itu.


Ketika aku berpikir begitu, Kouki tampak ragu sejenak sebelum mengatakan. 


"Ya, di mana pun kita berada, pasti akan ada yang melihat... Apa kau baik-baik saja?"


Itu artinya...!


"Ya, aku baik-baik saja."


"Begitu."


Kouki mulai berpikir lagi setelah aku menjawab dengan terburu-buru.


Apa dia memang tidak ingin dilihat orang?


Apa dia merasa tidak nyaman jika ada yang bilang kalo kami berpacaran?


Saat aku memikirkan itu, Kouki tiba-tiba menatapku dan berkata. 


"Kalau begitu, ayo kita manfaatkan hak istimewa sebagai warga lokal sepuasnya."


"Boleh?"


Hanya dengan Kouki mengangkat wajahnya, aku merasa jantungku berdebar kencang.


Mungkin ini terlalu berlebihan, tapi Kouki terlihat seperti telah memantapkan keputusan, dan itu membuatku jantungku berdebar kencang.


Mendengar kata-kataku, Kouki memalingkan wajahnya dan menjawab:


"Kalo tidak boleh, aku tidak akan datang."


"Syukurlah."

 

Ku pikir Kouki menghindariku atau dia tidak ingin orang melihat kami bersama, tapi hari ini sepertinya tidak begitu.


Mungkin dia hanya menyerah, tapi itu tidak masalah. 


Seperti yang dikatakan Manami, akan lebih baik untuk menciptakan keadaan yang sudah terjadi seperti ini!


Hari ini aku pasti akan bisa berhasil...!


"Kalo begitu, kita tidak perlu peduli dengan sekitar kita dan kita harus bersenang-senang saja."


"Ya!"


Bagus, Kouki hari ini baik-baik saja.


Sekarang, hanya aku yang perlu berusaha.


"Apa tidak apa apa kalo kita turun di di halte bus ke 2 sebelum kita sampai di tempat festival?"


"Ya. Tapi, apa kita bisa turun?"


Biasanya, semua orang akan naik sampai pemberhentian terakhir, tapi jika sedikit menyimpang dari jalan, stan makanan sudah mulai muncul di sekitar situ.


Ini juga merupakan pengetahuan khas kami sebagai warga lokal.


Hanya saja, hari ini bus mulai ramai, jadi aku tidak yakin apakah kami bisa turun.


"Yah, kalo kita bisa turun, tidak apa-apa."


"Begitu."


Karena kami duduk di kursi ber-2, bahuku bersentuhan dengan Kouki. Kouki tampaknya tidak keberatan, jadi kalo bisa, aku ingin lebih dekat lagi dengannya.


"Apa kita akan melihat apa yang terjadi di panggung?"


"Ah, benar, ada panggung."


Setiap tahun pada hari festival kembang api, ada panggung di sekitar stasiun di mana para siswa lokal dan sukarelawan menampilkan pertunjukan.


Tahun lalu, Manami tampil di panggung untuk mendukung pertunjukan baton twirling.


"Ada apa saja tahun ini?"


Kouki secara alami mendekatkan bahunya padaku.


Seandainya kerumunan semakin banyak, pasti dia akan tetap seperti ini sampai batas terakhir. 


Sambil berpikir begitu, tampaknya harapanku terkabul, dan akhirnya situasinya menjadi tidak memungkinkan untuk turun di pemberhentian terakhir.


Hari ini benar-benar, keberuntungan sepertinya mendukungku...! 


Sambil memikirkan itu, aku terus mencari informasi tentang festival bersama Kouki.

 


"Tiba-tiba..."


Begitu kami turun dari bus.


"Kau pengkhianat."


"Apa maksudnya?"


Sepertinya Akihito kebetulan lewat di depan pemberhentian bus saat kami turun.


"Ngomong-ngomong, kombinasi seperti ini."


Hari ini ada Akihito, Hayato, dan Makoto. Ini adalah kombinasi langka yang tidak bisa kami lihat di sekolah.


"Apa...eh...selamat?”


Hayato mengucapkan itu dengan bingung, sepertinya dia salah paham.


"Kalo kalian menolak undangan kami, itu berarti..."


"Eh? Kau menolak undangan mereka?"


Aisha mengetahuinya.


Makoto yang menyaksikan situasi itu segera mengatupkan ke-2 tangan dan minta maaf, tapi itu sudah terlambat.


"Ini masih tidak seperti yang kalian pikirkan."


Aku mengatakan itu, tapi mereka tidak mendengarkan.


"Biarkan saja seperti itu."


"Baru saja, dia bilang 'masih'..."


"Waktu kita bertemu selanjutnya..."


Mereka masing-masing mengatakan sesuatu, tapi aku merasa apapun yang kukatakan sekarang hanya akan memperburuk keadaan, jadi aku memilih untuk diam.


"Aku kira Hayato dan yang lain akan pergi bersama Akitsu."


"Aku rasa dia sekarang sedang di panggung."


Makoto menjawab.


Oh, jadi seperti itu, grup band tiup.


"Ngomong-ngomong, Kanou sedang berlatih, dan Higashino juga harus mengawasi sebagai anggota OSIS, jadi mereka tidak bisa ikut."


"Oh, begitu."


Jadi, hanya Aisha yang ada di sini.


Nah, dengan ke-3 orang ini bersamaan, mereka justru akan lebih mungkin didekati oleh perempuan lain, dan mengingat ada Akihito di sini, rasanya mereka tidak akan berniat pergi ber-3 seperti ini.


"Yah, nikmati saja."


"Aku menantikan semester baru ini."


Setelah mengucapkan itu, ke-3 orang itu menghilang ke keramaian. 


Aku merasa sangat takut menghadapi semester baru...


"Jadi, kau diundang ya."


"Ya, bisa dibilang begitu."


Aku tidak bisa bertanya apakah lebih baik kalo kita bersama mereka di sini. Kalo dia bilang iya, aku tidak yakin kalo aku bisa bangkit kembali.


"Sekarang, karena kita sudah terlihat, rasanya jadi lebih lega."


"Ya, benar."


Aisha juga tersenyum.


"Aku juga merasa sedikit lega."


"Kalo begitu, bagus..."


Eh?


Kenapa dia tiba-tiba memelukku? Tidak, dia tidak memelukku, tapi melingkati tangannya pada lenganku.


"Tidak boleh...?"


"Eh...umm..."

  

Apa ini? Jantungku berdebar. Eh, apakah ini sensasi...? Tidak, tidak, jangan berpikir tentang itu.


"Kalo tidak boleh, aku akan melepaskan..."


"Tapi, tidak apa apa!"


"...Hahaha."


Begitu aku tanpa sadar berteriak, Aisha semakin mengeratkan pelukannya.


Tentu saja, itu membuat sensasi lembut itu semakin terasaterasa....tapi tidak, jangan berpikir, rasakan! Tidak, itu malah lebih buruk.


"Kouki?"


"Ah...ya?"


"Ayo, kita pergi ke stan makanan."


"Baiklah."


Aku berhasil dengan susah payah membalas dengan minumum, dan kami mulai berjalan di jalanan di depan stasiun yang dipenuhi stan makanan sambil bergandeng lengan.



"Lihat! Permen apel!"


"Apa kau mau membelinya?"


"Hmm...setelah kita berkeliling!"


Aisha yang bilang sudah melupakan segalanya terlihat kuat. Meskipun ada sedikit kesan kekanak-kanakan, sentuhan di lenganku dan penampilannya yang cantik dengan yukata cukup menutupi suasana kekanak-kanakan itu dengan pesonanya yang luar biasa.


"Kouki, kau mau makan apa?"


"Hmm...sepertinya yakitori enak."


"Itu bisa jadi pilihan yang baik!"


Aisha terlihat sangat senang di festival, tapi dia tidak melepaskan lengan kami. 


Aku bisa mengerti kenapa orang-orang yang lewat terpesona oleh Aisha, tapi sepertinya tidak ada yang berani untuk berbicara dengannya karena melihat kami sedekat ini.


"Di sana ada yakitori!"


"Tapi kan kita mau berkeliling dulu?"


"Ini boleh!"


Pada akhirnya, aku terbawa arus saat Aisha menarik tanganku, dan kami mulai membeli makanan satu per satu dalam tur makan kami.


"Itu juga!?"


"Ya! Itu juga bagus!"


Awalnya dia bilang mau berkeliling, tapi sekarang...


"Kita membeli terlalu banyak..."


"Ya, sepertinya begitu..."


Sambil berjalan sambil makan, jumlah makanan yang kami beli mulai melebihi jumlah yang bisa kami makan, dan pada akhirnya, penjual di stan melihat kami dan memberikan kantong plastik.


Di dalam kantong itu ada baby castella, gula-gula kapas, yakisoba, dan takoyaki.


Sementara itu, di ke-2 tangan Aisha ada es serut dan pisang cokelat, sedangkan di tanganku ada permen apel.


"Ayo kita makan satu-satu."


"Benar..."


Dari mana kita harus mulai? Seandainya bisa...


"Ini."


"Eh?"


Aisha menyodorkan pisang cokelat kepadaku.


Karena ke-2 tanganku penuh, tentu saja dia mengarahkannya ke mulutku.


"Kalo kau tidak memakan ini, kau tidak bisa memegang sendok es serut."


"Ah, benar juga."


"Ah~n."


"Hmm..."


Tidak, bukan "Ah~n."

 

Memegang sendok dan disuapi itu berbeda. Tapi dia sudah memasukkannya ke mulutku.


"Bagaimana?"


"Enak..."


Tidak ada yang salah dengan pisang coklat.

  

"Fufu. Begitu."


Setelah mengatakan itu dan, Aisha dengan gerakan alami menggigit pisang cokelat yang dia pegang.


"Eh? Kenapa?"


"Jangan berbicara sambil mengunyah."


Tatapan Aisha yang mengenakan yukata sambil menggigit pisang cokelat tidak menunjukkan ketajaman seperti biasanya. Dia terlihat benar-benar menikmati momen ini dengan kepolosan.


"Hmm!"


"Ada apa?"

Setelah menghabiskan pisang cokelat, Aisha tiba-tiba mengulurkan mulutnya. 


Rasanya aneh melihatnya melakukan itu, jadi aku berharap dia tidak melakukannya lagi...


"Selanjutnya itu!"


"Ah, baik..."


Aisha menatap permen apel dengan serius, lalu sekali lagi mengulurkan mulutnya, meskipun tangannya sudah kosong, sepertinya dia tidak berniat untuk menggunakan tanganya.


"Ini."


"Hmm!"


Pada titik ini, rasanya bodoh jika terus menyadari semua ini.


Melihat Aisha yang dengan lahap menggigit permen apel yang terlihat enak, aku berpikir seperti ini.


Aisha saat ini seperti Manami… 


Aisha saat ini seperti Manami… 


Baiklah.


Entah kenapa, aku terus mengulang itu dalam hatiku untuk membenarkan diriku dan berusaha menjaga ketenangan pikiranku.


 



◇【POV AISHA】KETEGUHAN HATI



"Ayo kita pergi sekarang."


"Ah, sudah waktunya ya."


Aku bisa melihat aliran orang-orang yang secara bertahap berkumpul di taman besar yang lebih dekat dengan festival. 


Kami juga harus segera bergerak, atau kami tidak akan mendapatkan tempat.


"Di mana kita akan menonton?"


Aku bertanya pada Kouki. 


Mungkin dia sudah memikirkan tempat yang tidak akan dilihat orang lain. 


Aku tahu beberapa lokasi yang bagus, dan aku rasa menyusun rencana bersama itu akan menyenangkan.


Tapi, saran yang Kouki keluarkan adalah sesuatu yang tidak terduga.


"Kalo Aisha tidak keberatan..."


"Eh?"


Kouki menggaruk pipinya yang tampak kikuk dan menghindari tatapanku. 


Ekspresi ini yang dia tunjukkan kadang-kadang cukup imut, dan aku menyukainya. 


Tapi sekarang, saat dia bersikap seperti itu...rasanya membuatku berdebar-debar dan menganggapnya licik karena dia melakukan itu.


"Ada tempat yang pasti bisa membuat kita melihat dengan jelas, dan juga pasti akan dilihat oleh banyak orang."


"Itu berarti...?"


Aku merasakan detak jantungku meningkat.


Jika dugaanku benar, kata-kata Kouki ini hampir memiliki makna yang sama dengan pengakuan cinta.


Detak jantungku berisik.


Sebelum aku bisa tenang, Kouki mengungkapkan jawabannya.


"Rooftop sekolah, dibuka untuk umum, kan?"


"Y-ya..."


Benar.


Sekolah kami berada dekat stasiun, dan tentu saja, rooftop adalah tempat terbaik untuk melihat langit hampir tanpa penghalang. 


Ini adalah lokasi terbaik untuk melihat festival.


Setiap tahun pada hari ini, rooftop dibuka meskipun selama liburan musim panas.


Dan yang terpenting...tempat itu secara tidak resmi dikenal sebagai tempat khusus untuk pasangan di kalangan siswa.


──Tempat Khusus untuk Pasangan


Berkat kabar ini, atap sekolah yang jelas-jelas merupakan salah satu tempat terbaik menjadi lokasi unik yang berbeda dari tempat-tempat lain yang diperebutkan.


"Apa kau yakin?"


Ini adalah ajakan yang tidak terduga. 


Hatiku belum siap.


Lebih tepatnya, pikiranku belum bisa mengikutinya.


Ini berarti secara praktis kami berpacaran, kan? 


Manami!?


"Kalo Aisha tidak keberatan..."


Melihat Kouki yang lagi-lagi mengalihkan tatapannya dengan ekspresi ragu membuatku semakin berdebar. 


Saat ini, ekspresi itu terasa sangat curang...


"Oke! Ayo kita pergi!"

"Oke. Kalau begitu, ayo kita berangkat."


"Ya..."

 

Entah kenapa, aku mulai merasa malu untuk terus bergandengan tangan denganya, tapi aku tidak ingin melepaskannya, jadi aku menggenggam lengan baju Kouki dan mengikutinya.


Kouki yang mengenakan yukata terlihat sangat keren. 


Seperti yang Manami katakan, aku benar-benar merasa kalo aku lengah sedikit saja, dia bisa saja diambil orang.


"Apa kau tidak kesulitan berjalan?"


Karena aku tidak sengaja menggenggamnya terlalu keras, sepertinya aku kehilangan keseimbangan. 


Kouki mengulurkan tangannya.


"Ah...terima kasih..."


Aku meraih tangan Kouki dan mulai berjalan, berpikir kalau aku sungguh licik.


Kalo Kouki sudah berusaha sampai sejauh ini, sekarang giliran ku untuk berusaha...!



"Ternyata sudah cukup banyak orang."


"Benar..."


Di jalan menuju sekolah, seperti yang sudah kami duga, hampir semua orang berpasangan laki-laki dan perempuan, menciptakan suasana yang canggung.


"Sepertinya tidak ada yang kita kenal...syukurlah."


"Benar. Semua anggota kita yang namanya sering muncul......"


Akahito adalah seorang yang suka bersenang-senang.


Hayato memang populer, tapi sepertinya dia tidak berniat untuk memiliki pasangan.


Makoto juga menarik perhatian, meski tidak sepopuler Hayato, tapi dia juga tampaknya tidak memiliki pasangan.


"Bagaimana dengan para gadis?"


"Ya..."


Mereka semua memang sibuk dengan urusan mereka masing-masing. 


Menurut Aisha, mereka sepertinya tidak memiliki waktu untuk itu.


Setelah melanjutkan percakapan yang canggung, akhirnya kami tiba di sekolah.


"...Ayo pergi."


"Ya..."


Kami merasa seolah harus bergandeng tangan agar tidak terlalu mencolok di antara lautan pasangan. 


Untungnya, Aisha sepertinya merasakan hal yang sama dengan ku dan segera menggenggam tanganku.


Bahkan di sekolah yang sama, saat datang dengan yukata di malam hari, semuanya terasa sangat berbeda.


"Sepertinya, hanya pasangan yang ada di sini."


Setelah kami naik ke rooftop dan melihat sekeliling, ternyata benar seperti yang dikatakan Aisha; sekeliling dipenuhi pasangan, bahkan kami yang tidak saling berdekatan malah menjadi sorotan.


"Ah! Lihat!"


"Whoa. Kita tepat waktu."


──DONG


Kembang api pertama meledak, dan sorakan bergema di sekitar kami.


"Indah..."


Saat Aisha mengangkat wajahnya dan melihat ke langit, aku tidak bisa menahan diri untuk tidak terpesona padanya.


Aku teringat kalimat bodoh dan memalukan yang terlintas di benakku, kalo Aisha lebih cantik, dan aku berusaha menghilangkannya dengan menggeleng-gelengkan kepalaku, yang justru membuat Aisha merasa aneh.


Kami ber-2 terdiam, terpaku pada kembang api yang berkilau di langit malam. 


Sesekali, aku melirik Aisha, tapi hari ini, dia terlihat sangat menawan.



 


◇【 POV AISHA】


Melihat pemandangan sekolah yang sudah biasa dan Kouki yang mengenakan yukata sekali lagi, aku berpikir.


Aku benar-benar mencintai Kouki.


Aku ingin pergi ke sekolah bersama Kouki, menghabiskan waktu istirahat bersamanya, dan makan siang bersama Kouki.


Jika itu membuat Kouki senang, aku ingin membuatkan bento setiap hari untuknya.


──DONG


Kembang api terus menerus meledak tanpa henti.


"Indah...."


Kouki tiba-tiba menatapku dan mengatakan itu, membuatku merasa sedikit aneh dan wajahku terasa panas.


"Aku ingin terus seperti ini selamanya..."


Kembang api sudah memasuki tahap akhir.


Kembang api besar dan megah meledak satu sama lain.


Manami juga ikut bersenang-senang, kami ber-3 pergi bersama, atau hanya be-2...kencan, dan sebagainya.


Aku ingin selalu bersama seperti itu selamanya.


Saat berpikir begitu, kata-kata itu secara alami terucap dari bibirku.



".....Aku mencintaimu Kouki."


──DONG! DODON!



Kata-kata yang terucap pelan itu pasti tenggelam dalam suara kembang api, tidak sampai ke Kouki.


Tapi itu baik-baik saja.


"Aisha? Apa kau tadi mengatakan sesuatu?"


Syukurlah, dia tidak mendengar itu dengan jelas.


"Fufu. Tidak ada."


"Begitu..."


Kouki menatap langit malam yang masih menyimpan sisa-sisa suara kembang api dengan ekspresi bingung.


Jika aku mengungkapkan perasaanku di sini, mungkin Kouki akan menerimaku. Ya.


Aku cukup percaya diri tentang hal itu.


Rasanya suasananya memang mengarah ke situ. Mungkin. Pasti.


Eh? Apa aku baik-baik saja? Hanya aku?


Tidak, tidak, jika tidak, dia tidak akan mau datang ke tempat seperti ini bersamaku.


Tapi──


"Kalo terus begini, ini tidak baik..."


Aku berbisik pelan agar Kouki tidak mendengarku.


Pertama-tama, aku tidak bisa melihat masa depan hubungan kami kalo kami hanya berpacaran tanpa adanya kelanjutan.


Saat ini baik-baik saja.


Suasananya juga mendukung.


Dengan banyaknya pasangan di sekitar, kami tidak bisa menghindar dari perhatian. 


Jadi, saat ini semua berjalan dengan baik.


Tapi, mungkin, mulai besok, kami akan saling mengirim pesan yang canggung.


Dari sana, jarak kami akan perlahan menjauh, dan tanpa sadar...


"Aku tidak suka itu..."


Sekalipun aku tidak bisa bersama Kouki di masa depan, aku tidak ingin berakhir di hubungan di mana kami tidak bisa berbicara lagi.


"Sebelum kamu menembaknya, pastikan kalo Kooki-nii benar-benar berminat untuk itu...!"


Selama liburan musim panas ini, Manami-lah yang telah menyiapkan semua ini untukku.


Aku bisa berusaha keras hanya dengan diundang ke sini hari ini.


Bahkan itu pun sudah sangat sulit.


Jujur saja, aku rasa kami masih belum bisa berkomunikasi ber-2 tanpa bantuan Manami.


Aku harus menyalahkan diriku sendiri yang telah menghindar selama lebih dari 10 tahun meski kami begitu dekat.


"Menciptakan hubungan yang tidak canggung setelah berpacaran, tanpa bantuan Manami...!"


Jadi, untuk saat ini aku akan puas dengan ini.


Aku merasa seolah telah benar-benar bebas dari beban.


Kouki menatap ke langit dengan ekspresi yang tidak bisa kutebak.


Mungkin karena aku sudah mengucapkan perasaanku dengan jelas.


Sisi wajah Kouki yang melihat ke langit malam ini tampak lebih tampan dari sebelumnya, membuatku teringat lagi perasaanku saat ini.



Selanjutnya

Posting Komentar

نموذج الاتصال