> JANJI KENCAN DAN JAWABAN KEDUA

JANJI KENCAN DAN JAWABAN KEDUA

 Kamu saat ini sedang membaca Ossananajimi no Imouto no Kateikyoushi wo Hajimetara volume 3 chapter 13. Kalo kamu menyukai karya ini silahkan tinggalkan jejak komentar. Dan juga jangan lupa dukung mimin dengan cara donet se iklasnya di Trkateer mimin buat mimin makin semagat+buat dana untuk beli raw



"Bagaimana kalo Onee-chan dan Kouki-nii pergi ke agen perjalanan dan memutuskan tujuan liburan, sekalian?"


Itulah ucapan Manami yang membuat aku dan Aisha akhirnya menuju agen perjalanan di depan stasiun.


Memang, setelah beberapa kali bekerja paruh waktu, aku mulai memiliki uang yang cukup, dan ini terasa seperti waktu yang tepat, jadi kami ber-2 datang ke depan toko. Tapi...


"Eh... kita tidak masuk?"


"... K-Kouki, kau masuk dulu."


Di dalam bus, Aisha yang awalnya semangat mengatakan, "Yang itu bagus, yang ini juga bagus," Tapi semakin dekat dengan tujuan, dia mulai semakin diam.


"Apa kau baik-baik saja...? Kalo kau merasa tidak enak badan atau apa, kita bisa datang di lain waktu—"


"Itu tidak boleh!"


"Eh...?"


"Tidak boleh... tapi pokoknya... Kouki, kau masuk dulu!"


Wajah Aisha terlihat tegang dan sedikit memerah, dan dia terus menggenggam lenganku, seolah enggan melepaskannya. Yah, aku mengerti perasaannya... aku juga merasakannya, intinya dia pasti sedang gugup.


Melihat ke dalam, ada satu kelompok wanita, sisanya pasangan... atau lebih tepatnya, sepertinya pasangan suami istri. 


Entah kenapa, suasananya terasa cukup tegang.


Taou, karena kami sudah sampai sejauh ini, kami harus masuk.


"Yuk, kita masuk."


"...!"


Aisha mengangguk kecil, dan aku memutuskan untuk membuka pintu.


"Selamat datang, terima kasih telah datang."


Begitu pintu dibuka, seorang staf wanita langsung datang dan memandu kami.


Karena Aisha sepertinya sangat gugup, dia hanya menggenggam tanganku dengan erat, jadi aku yang memimpin dan duduk di kursi terlebih dahulu. 


Staf yang mengantarkan kami tersenyum melihat kami ber-2.


"Apakah tujuan perjalanan, tanggal, dan anggaran sudah ditentukan?"


Setelah disajikan teh dan mengisi nama serta data lainnya, kami mulai merasa sedikit lebih tenang dan masuk ke topik utama.


"Uhm... saya ingin pergi ke ryokan dengan pemandian air panas di daerah Izu, dan untuk anggarannya, saya sedang menabung, jadi saya ingin tahu kira-kira berapa banyak yang dibutuhkan."


Karena Aisha masih terlihat terlalu gugup untuk berbicara, aku menjelaskan.


Aku sudah punya gambaran anggaran setelah melihat brosur, tapi ada beberapa promo dan hal lain yang membuat aku agak bingung tentang berapa banyak yang akan dibutuhkan pada akhirnya.


Oh iya, brosur yang dibawa Manami terlalu tersebar di berbagai daerah, jadi satu-satunya tujuan yang realistis bagi kami adalah Izu.


"Begitu ya. Apakah Anda ingin menginap selama satu malam?"


Ketika ditanya lagi seperti itu, aku jadi merasa ragu apa ini keputusan yang tepat... Aku juga mulai mengerti kenapa Aisha jadi tidak bisa berbicara.


"... Ya."


"Jika begitu, kami memiliki paket kampanye untuk pelajar, satu malam dengan harga mulai dari 10 ribu yen per orang... jika dihitung dengan biaya tambahan yang mungkin muncul pada hari itu, sekitar 15 ribu yen per orang sudah cukup untuk mendapatkan tempat menginap. Tempat-tempat seperti ini... dan ini..."


"Wah..."


Kami melihat berbagai pilihan ryokan melalui brosur dan selebaran yang dibuka di depan kami.


Ternyata harganya lebih murah dari yang aku kira, dan banyak pilihan yang tersedia.


"Untuk makan malam dan sarapan, kami akan menyediakan kamar bergaya Jepang dengan pemandangan laut. Kamar ini juga memiliki pemandangan yang indah dari pemandian air panas terbuka, sangat direkomendasikan."


Akhirnya, Aisha mulai tertarik dan sedikit mendekat.


Syukurlah, aku sempat khawatir kalau dia tetap diam terus.


"Selain itu, ryokan ini juga menawarkan layanan pemandian air panas pribadi sebagai bonus."


Aku bisa melihat Aisha sedikit terkejut mendengarnya. Oh ya, dia memang sangat tertarik dengan pemandian pribadi.


"Selain itu, di daerah Izu banyak kebun binatang, jadi itu bisa menjadi pilihan yang baik. Dari sini, Anda bisa pergi ke kebun binatang dengan bus. Pada hari pertama, Anda bisa menikmati onsen dan makanan di penginapan, lalu keesokan harinya setelah sarapan, Anda bisa pergi ke kebun binatang sebelum pulang. Bahkan tanpa mobil, Anda masih bisa menikmati liburan ini."


"Ah, benar juga. Aku belum memikirkan aktivitas lain selain penginapan..."


"Kalo begitu, mungkin kalian bisa memilih aktivitas dari pilihan yang ada. Ada beberapa tempat wisata yang bisa dijangkau dengan bus atau jalan kaki dari penginapan, seperti tempat-tempat ini..."


Seperti yang diharapkan, staf profesional itu terus memberi banyak pilihan.


"Kouki, ini... sepertinya Manami akan suka."


"Ini juga sepertinya bagus... eh?"


Aneh rasanya, tapi kami ber-2 secara bersamaan tertarik pada pilihan yang sama.


Saat aku memikirkan Manami...


──Tidak.


Aku bertemu pandang dengan Aisha.


Kami ber-2, tanpa perlu mengucapkannya, sudah sepakat dalam pemikiran kami.


"Apa ber-3 masih bisa?"


"Hah? Ah, tentu saja! Tentu bisa."


Aku menatap Aisha lagi, dan kami saling bertukar senyum.


"Terima kasih."


Aisha tersenyum dan mengatakan itu dengan senang hati.


Ternyata, kami sudah memutuskan bagaimana cara menggunakan gaji pertama kami sejak awal.



"Aisha."


"Ada apa?"


Setelah memastikan harga dan jadwal, kami akhirnya menyelesaikan pendaftaran untuk liburan.


Kami sempat pergi makan dan berbelanja, lalu berjalan pulang ber-2.


Memutuskan untuk pergi bertiga sepertinya bukan pilihan yang salah. 


Tapi, aku adalah pacarnya Aisha, jadi...


"Suatu saat, kita ber-2 juga akan pergi liburan, ya?"


"...! Ya!"


Aisha memeluk lenganku dengan erat, dan ekspresinya kali ini menunjukkan cahaya yang berbeda dari senyumannya tadi.



"Eh!? Ini perjalanan untuk kalian ber-2, lho!"


"Tapi kan, ini kebun binatang yang banyak memamerkan serangga. Manami suka yang seperti itu, kan?"


"Itu... bukan itu maksudnya! Ini bukan pembicaraan tentang itu!"


Aku dan Aisha sudah beberapa kali membicarakan kapan akan memberi tahu Manami, dan akhirnya kami memutuskan untuk memberitahunya setelah selesai dari les-nya, tepat saat kami biasanya makan bersama.


Karena sudah memberi tahu ibu Aisha tentang rencana kami sebelumnya untuk memastikan semuanya berjalan lancar, aku hanya tersenyum sambil melihat Manami yang terkejut.


"Ah... Aku tidak percaya kalian menggunakan kesempatan berharga ini untukku..."


Manami berkata begitu sambil menundukkan kepalanya di meja.


"Manami, jangan seperti itu. Itu tidak sopan."


"Tapi ibu... Onee-chan dan Kouki-nii!"


"Hehe... Kalian ber-2 pasti sangat menyayangi Manami, ya."


"Itu...!"


Manami mendengus dan mencuri banyak daging dan kentang dari piring besar yang disajikan untuk makan malam, lalu menggigitnya dengan rakus. 


Setelah itu, sepertinya dia sudah siap beralih topik dan mengangkat wajahnya.


"Setidaknya kalian harus konsultasi denganku dulu sebelum memutuskan!"


Manami berkata sambil memasukkan kentang ke mulutnya.


"Kalo begitu, pasti kau akan mencari alasan untuk menolaknya."


"Ugh... itu..."


"Yah, meskipun Manami menolak sekeras apapun, kami sudah memutuskan kalo kami akan menggunakan gaji pertama kami untuk Manami..."


"Kalo begitu, kenapa tidak memberi sesuatu yang sederhana saja, seperti isi pensil mekanik? Pasti aku akan senang dengan itu~"


Pensil mekanik... dan isinya, ya?

Meskipun begitu, kalo itu Manami yang diberi, aku bisa membayangkan dia akan sangat senang dan melompat-lompat gembira…


"Tapi, tidak masalah. Aku senang melihat kalian berh3 bermain bersama lagi."


"Ibu... Mereka kan sudah pacaran, lho! Kalo aku ikut, aku akan mengganggu!"


"Ah, ah. Dari pandanganku, sepertinya Manami masih punya kesempatan, lho."


Ucapan ibu Takanishi membuat Aisha langsung waspada.


Tepatnya, Aisha yang sedang mencoba makan shirataki di sampingku, tiba-tiba menarik lenganku dan mulai mengeluarkan ancaman yang lucu. 


Shirataki yang kutunggu-tunggu malah jatuh ke piring.


"Aku tidak akan menyerahkan Kouki... tapi aku tetap ingin bersama Manami!"


"Onee-chan kau manja sekali, ya!"


"Diam!"


Sepertinya itu adalah usaha Aisha untuk menunjukkan kekesalannya.


"Kouki-nii, kau akan memberi Onee-chan kencan lagi kan?"


"Tentu saja."


Aku berencana menabung agar aku bisa membayar seluruh biaya perjalanan bersama Aisha.


"Yah... kalo begitu, aku rasa tidak masalah."


"Tentu saja tidak masalah. Karena aku yang bilang."


Aisha, yang akhirnya melepaskan mode ancamannya dan mengambil wortel, berkata begitu.


"Jadi, bagaimana kalau aku dan Kouki-nii mandi bersama?"


Wortel Aisha jatuh ke piring.


"Ahaha! Itu cuma bercanda, tapi kalo untuk pemandian privat, mungkin hanya aku dan Onee-chan saja ya."


"Benar... Sebenarnya, aku tidak berniat untuk masuk ber-2 saja."


Begitu ya. Meskipun begitu, itu sepertinya lebih baik. Lebih baik daripada ada suasana canggung antara kami ber-2.


... Tapi kalo aku harus jujur, tentu saja ada sedikit rasa kecewa.


"Begitu ya... Kalo begitu, kalo kita masuk ber-3, bagaimana?"


"3 orang? Itu malah lebih tidak boleh!"


"Lebih tidak boleh?"


"Tentu saja tidak! Pokoknya... Kouki!"


"Apa aku yang disalahkan setelah percakapan itu!?"


Aisha yang dibuli oleh Manami jadi malu, dan wajahnya memerah.


Tentu saja aku yang kena sasaran, tapi kalo melihat Aisha seperti itu, aku malah merasa dia semakin imut.


"Aku rasa itu tidak adil." 


Kata Aisha sambil masih merajuk.


Saat itu, Manami menimpali lagi dengan kata-kata berikut.


"Sigh... Tidak bisa dihindari, mereka memang Onii-chan dan Onee-chan yang aneh..."


Sudah lama rasanya sejak Manami memanggilku dengan sebutan 'Onii-chan'. Aku tidak tahu apa itu memiliki makna tertentu, ataukah hanya kebiasaan saja, tapi...


"Ah... Tidak bisa apa-apa..."


Manami kemudian tersenyum dengan lembut. Wajahnya yang penuh dengan senyum itu memberi kesan bahwa pilihan ini, meskipun penuh dengan tantangan, sebenarnya tidak salah. Dan Aisha serta aku merasa senang karena itu.



Selanjutnya

Posting Komentar

نموذج الاتصال