> KENCAN HADIAH

KENCAN HADIAH

Kamu saat ini sedang membaca Ossananajimi no Imouto no Kateikyoushi wo Hajimetara volume 2 chapter 13. Kalo kamu menyukai karya ini silahkan tinggalkan jejak komentar. Dan juga jangan lupa dukung mimin dengan cara donet se iklasnya di Trkateer mimin buat mimin makin semagat+buat dana untuk beli raw

 





"Manami, sudah sejauh mana PR-mu?"


"Mm, sedikit lagi! Tapi hari ini aku sudah berusaha keras!"


Manami membuka buku tugasnya dan melaporkan hasil kerjanya hari ini. 


Memang dia sudah berusaha cukup keras. 


Dengan begini, sepertinya dia akan selesai besok.


"Bagus sekali."


"Ehhehe."


Dia mengulurkan kepalanya seolah meminta untuk dielus, dan ketika aku menyentuhnya, dia tersenyum senang.


"Ngomong-ngomong, bagaimana dengan Kouki-nii? Kencan! Seru, kan?"


"Ya, seru sekali. Terima kasih."


"Ehhehe. Sepertinya Onee-chan juga senang, jadi usaha ku tidak sia-sia."


Aku benar-benar harus berterima kasih pada Manami. 


Akhirnya, hari ini, baik Aisha maupun aku bisa bersenang-senang berkat Manami.


"Terima kasih banyak."


Aku mengucapkan terima kasih sambil terus mengelus kepalanya, dan Manami menunduk.


"Ada apa?"


"Uu... kalo diucapkan dengan serius, rasanya agak... sedikit..."


Ternyata dia malu.


"Manami kau sangat imut."


"Uu!"


"Oke, oke. Kau selalu melakukan yang terbaik."


"Sudah! Kau sedang bermain-main, Kou-nii!"


Akhirnya, sepertinya dia tidak bisa menahan diri lagi, dia lalu mendongak sambil menepis tanganku.


Matanya sudah berwarna merah dan sedikit berair, dia terlihat sangat imut.


"Sudahlah! Lakukan itu untuk Onee-chan!"


"Eh... kalo aku melakukan ini pada Aisha, aku rasa aku tidak akan selamat keesokan harinya..."


"Apa yang kau pikirkan tentang Onee-chan...?"


Meskipun kami merasa sudah dekat, jika aku mencoba mendekatinya dengan jarak seperti ini, aku khawatir kalo aku akan kembali ke hari-hari dengan tatapan dingin yang membekukan.


Aku takut kalo kontak yang lebih dari sekadar bergandeng tangan akan membuatku diusir dari kategori keluarga.


"Kalo begitu, coba lakukan itu lain kali."


"Jangan paksa aku..."


Apa yang sebenarnya diinginkan Manami? Pembalasan?


"Ya sudah, ya sudah, yang lebih penting!"


"Ada apa?"


"Besok adalah akhir dari kamp belajar, dan aku akan pergi membantu klub untuk sementara waktu."


"Begitu ya."


Saat aku melihat kalender di kamar Manami, itu sudah penuh dengan jadwal untuk membantu hingga liburan musim panas berakhir.


"Sepertinya Onee-chan tidak terlalu sibuk."


"Benarkah?"


Aku mengira Aisha akan pergi ke suatu tempat bersama Akitsu dan yang lainnya.


"Selain aku, Kouki-nii adalah yang paling dekat dengan keluarga saat ini, kan?"


"Itu... mungkin benar."


Dekat dengan keluarga.


Rasanya hubungan ini dengan Aisha cukup pas.


"Bagus. Jadi, jangan buat Onee-chan merasa kesepian, ya?"


"Apa maksudmu?"


"Kau tahu, kirim pesan atau telepon tentang hal-hal kecil setiap hari... Lagipula, Kouki-nii, kau pasti tidak ada niat untuk mengirim pesan, kan?!"


Aku mulai menerima pesan-pesan dari Aisa dari waktu ke waktu, tapi aku tidak memiliki kesadaran untuk mengirim sesuatu kalo tidak ada keperluan khusus.


"Bukankah itu merepotkan...?"


"Semua orang yang akrab di dunia ini, baik pria maupun wanita, melakukan itu!"


"Benarkah...?"


"Termasuk Manami?"


"Tentang diriku, itu bukan urusanmu!"


"Oh..."


Itu tidak terdengar meyakinkan.


"Pokoknya! Sering-seringlah menghubungi Onee-chan, oke!"


"Apa yang harus aku sampaikan...?"


"Hmm, tentang keberhasilanku, misalnya?"


"Itu seharusnya Aisha yang mengirimkannya padaku."


"Oh..."


Akhirnya, aku tidak begitu mengerti apa yang harus ku lakukan, tapi aku menerima perintah tegas untuk berkomunikasi secara teratur selama paruh ke-2 liburan musim panas. 


Ya, ini adalah tindakan Manami. 


Mungkin Aisha juga akan diberi tahu sesuatu, jadi mungkin aku bisa menyesuaikan diri. 


Kalo ada kesempatan, aku mulai berpikir kalo aku ingin pergi menonton film sekali lagi.



"Wah, selesai!"


"Bagus sekali."


"Hehe! Pujilah aku lebih banyak lagi!"


Hari ke-3 dari camp belajar.


Di siang hari terakhir, Manami berhasil menyelesaikan sisa PR-nya dengan baik.


Karena mulai besok dia sudah punya jadwal untuk membantu, dia menunjukkan konsentrasi yang luar biasa, sehingga aku tidak melakukan apa pun meskipun aku berdiri di sampingnya.

 

Aku hanya membaca novel yang ku pinjam dari Aisha di sampingnya.


"Tapi, ini lebih cepat dari yang aku pikir."


"Bagiku, hari ini adalah hari terakhir liburan musim panas! Ayo jalan-jalan, Kouki-nii!"


"Ah, bagus. Bagaimana kalau kita pergi ke suatu tempat?"


"Serius!?"


"Kenapa kau malah kaget padahal kau yang mengundangku...?"


Karena dia sudah selesai lebih awal, rasanya tidak masalah untuk pergi.


Aku bahkan merasa harus mengembalikan uang kerja paruh waktu yang terima meskipun aku tidak melakukan apa pun di sini. 

 

"Yey! Onee-chan!"


Manami melompat keluar dari ruangan.


Sepertinya kami ber-3 akan pergi jalan-jalan.



"....."


"....."


"Ehehe~"


Saat kami menuju halte bus, entah kenapa, Manami tiba-tiba muncul di antara aku dan Aisha, dan mengambil tangan kami. 


Di sisi lain, Aisa dan aku merasa agak canggung. 


Mungkin ini adalah dampak dari kejadian kemarin. 


Sebenarnya, aku merasa malu hingga tidak bisa melihat ke arah Aisha, jadi kehadiran Manami sangat membantu.


"Jadi, apa kau sudah memutuskan mau kemana?"


"Mm, karena Onee-chan baru saja pergi nonton film..."


Meskipun tidak ada tujuan yang jelas, kami harus menuju stasiun apapun yang terjadi, dan stasiun akan menyediakan banyak pilihan, jadi kami berencana untuk menuju ke depan stasiun.


"Kouki, apa kau punya tempat yang ingin kau kunjungi?"


Aisha bertanya tanpa melihat ke arahku.


"Mm? Hmm, karena ini hadiah untuk Manami, lebih baik ke tempat yang Manami mau."


"Begitu ya."


Aku dan Aisha sudah siap dengan pakaian yang nyaman untuk bergerak. 


Tempat yang biasanya diinginkan Manami adalah tempat yang mengharuskan kami bergerak aktif.


"Apa kita boleh naik kereta sebentar?"


"Ah, tidak masalah."


Tapi tempat yang diinginkan Manami adalah sesuatu yang tidak terduga.


"Aku mau pergi ke akuarium!"


Sekilas, aku langsung membayangkan Manami yang tersesat dengan cepat di kegelapan, sementara aku dan Aisha mencarinya.


Manami punya catatan buruk dalam hal ini...


"Itu bagus, sudah lama juga aku tidak kesana. Kau juga jangan sampai tersesat, oke?"


"Onee-chan! Aku ini sudah dewasa! Benar kan? Kou-nii?"


"Maaf. Itu yang langsung terpikir di kepalaku."


"Moo"


Manami mulai memukul-mukul lenganku sebagai bentuk protes.


Hari ini, dia sudah mengurangi kekuatannya.


"Sekarang kan ada Hp, jadi kita bisa langsung berkomunikasi!"


"Begitu ya. Seharusnya sekarang Manami juga tidak akan menghilang sendirian saat dia sedang asyik sendiri, kan..."


"Benar juga. Tentu saja, tidak mungkin dia ikut penguin berjalan-jalan dan menghilang."


"Ah, ayolah!!!"


Protes yang ke-2 kali ini cukup dahsyat.



"Serius..."


"Itu lebih cepat dari yang kukira..."


Setibanya kami, setelah kami membeli tiket, masuk, dan dalam waktu kurang dari 5 menit, Manami sudah menghilang dari hadapan kami.


"Ya...kalo dia benar-benar serius, kita ber-2 tidak akan bisa mengejarnya..."


"Itu benar, tapi..."


Kami sudah membahas tentang kemungkinan terburuk, yaitu bertemu lagi saat pertunjukan lumba-lumba, jadi itu sudah cukup baik. 


Sulit mendapatkan sinyal di dalam gedung, jadi harapan kami pada Hp pun tidak banyak membantu.


"Bagaimana ini..."


"Kouki, apa kau tidak mau hanya berdua denganku?"


"Mm? Tentu saja tidak."


"Begitu ya."


Sebenarnya, aku akan menyambut apapun, tapi kali ini hanya persiapan dan keberanianku yang kurang.


"Kalo begitu, daripada tidak melakukan apa-apa, lebih baik kita menunggu sampai pertunjukan lumba-lumba..."


"Benar juga."


Lagipula, itu satu-satunya pilihan yang ada. 


Kami sudah masuk, jadi lebih baik menikmati waktu kami. 


Kami tidak perlu menunggu terlalu lama di arena pertunjukan lumba-lumba.


"Manami adalah anak yang bisa bersenang-senang walaupun dia sendirian..."


"Memang."


Sangat mudah membayangkan Manami yang asyik bermain dengan anak-anak kecil lainnya. 


"Ayo pergi."


"Ya."


Secara alami, tanpa terasa, Aisha mengulurkan tangannya ke arahku.


"...Bagaimana kalo kita tersesat..."


Kata Aisha dengan tatapan menunduk, tapi Aisha tetap mengulurkan tangannya ke arahku.


"Ya...itu benar."


Aku meraih tangannya dan kami mulai berjalan ber-2 di dalam gedung.


Kami perlahan melewati area ikan tropis yang agak redup, yang sepertinya pernah kami lihat sebelumnya.


Aku sudah menyerah untuk mencari Manami.


"Kouki, ini dulu..."


"Ah, nostalgianya."


Ikan angel.


Aku pernah meminta orang tuaku untuk memeliharanya satu kali. 


Yang kuingat hanyalah betapa sulitnya mengganti airnya dan betapa terkejutnya aku saat melihat ikan itu memakan telurnya sendiri. 


Tapi, saat itu, Aisha sering datang ke rumahku, jadi dia juga sering memperhatikan ikan ini.


"Apa kita akan memelihara ikan lagi...?"


"Yah, itu akan sangat merepotkan untuk dirawat..."


"Tapi itu cantik, sih."


"Benar juga."


Kalo dipikir-pikir lagi, betapa sulitnya merawat semua yang ada di akuarium ini...


ketika kami terus berjalan, kami sampai pada sebuah sudut yang terlihat seperti hutan dengan vegetasi yang lebat.


"Kouki, kau suka yang seperti ini, kan?"


Ketahuan. Tapi, bukankah sebagai laki-laki, seharusnya hal-hal seperti ini bisa membuat semangat?


Di sudut air tawar, penuh ikan-ikan besar berenang bebas, dan hanya itu saja sudah membuat semangatku meningkat, tapi ketika aku mencarinya, bahkan ada iguana yang bersembunyi di atas pohon, sehingga aku jadi ingin mencarinya.


"Manami juga sepertinya cocok berada di tempat seperti ini."


"Sepertinya, kalo dia ada di atas pohon sana, itu tidak akan terasa aneh."


"Kalau itu, itu agak menyedihkan... Tapi, anehnya, aku tidak bisa mengatakan kalo dia tidak menyukainya atau tidak."


Tapi, yang aneh adalah, aku bisa dengan mudah membayangkan Manami yang mencari iguana atau Manami yang tersembunyi di antara hutan.


Sambil mengobrol tentang hal-hal sepele seperti itu, kami berdua menyadari kalo kami sudah bisa saling berbicara dan menikmati waktu kami di akuarium.



Akhirnya, saat aku terlalu terpesona dengan iguana, waktu untuk pertunjukan lumba-lumba sudah tiba.


"Maaf."


"Hehe. Tidak apa-apa, aku justru melihat sisi imut yang tak terduga."


Dikatakan langsung seperti itu membuatku merasa sedikit malu.


Entah kenapa, kadang-kadang Aisha menunjukkan sifat keibuan, dan itu membuatku terkesan.


"Ayo kita cari Manami."


Aku berusaha mengalihkan pembicaraan.


"Baiklah. Yah, karena ini tentang Manami, pasti dia duduk di paling depan..."


Pertunjukan lumba-lumba ini akan membuat kami basah.


Oleh karena itu, kursi yang tidak terlalu basah mulai terisi, biasanya di barisan ke-3.


"Ah, Kouki-nii! Onee-chan!"


"Ternyata kau sudah di sini..."


Manami telah menduduki kursi paling depan di tengah area penonton yang setengah lingkaran.


"Sepertinya kita perlu membeli jas hujan."


"Ya, sepertinya begitu..."


Kami ber-2 tidak berniat memindahkan Manami, jadi kami sepakat untuk membeli jas hujan.


"Aku akan membelinya dulu, jadi kalian pergilah duluan."


"Uang?"


"Hari ini adalah hadiah untuk Manami."


Aku menuju ke lantai penjualan, mencoba melepaskan diri dari Aisha yang sepertinya ingin mengatakan sesuatu. Aku yakin dia pasti akan mencoba membayar ku setelah ini.


"Ah..."


Kalo kami tidak membelinya bersama, aku penasaran apa mereka akan di jemput atau apa?

 

Tidak, sepertinya tidak ada banyak pria yang datang ke akuarium sendirian.


Aku melirik sedikit ke belakang untuk memeriksa, tapi tidak ada yang mencurigakan.


Tapi, aku tetap buru-buru menyelesaikan belanja-ku dan kembali, hanya untuk mendapati Manami telah menghilang lagi.


"Kenapa?"


"Uh... mungkin dia mengikuti petugas?"


Aisha juga terlihat bingung.


"Jangan-jangan..."


Sebelum aku sempat berpikir lebih lanjut, musik pengantar pertunjukan mulai terdengar.


"Untuk saat ini, ini dia."


"Terima kasih."


Aku menyerahkan jas hujan yang telah ku beli padanya dan duduk. 


Lumba-lumba mulai muncul dan menyemburkan air ke arah kami.


"Jadi kita basah secepat ini..."


"Yah untung kita sudah membeli jas hujan."


Ada kemungkinan seharusnya kami mundur ke belakang jika Manami tidak ada, tapi semuanya sudah terlambat.


"Selamat siang, semuanya!"


"Ah, orang itu."


"Ada apa?"


"Ya. Itu orang yang diikuti Manami."


Setelah lumba-lumba bermain-main sebentar, seorang Onee-san di atas panggung mulai bersorak dengan semangat.


"Orang itu...?"


"Ya."


Jadi, tidak ada keraguan lagi.


"Hari ini kami membawa seorang anak yang sangat imut, bahkan lumba-lumba pun akan terkejut!"


Pertunjukan lumba-lumba di sini selalu mengundang peserta yang ingin berpartisipasi.


Biasanya, ini untuk anak-anak kecil, tapi mungkin Manami sudah berada di batas itu.


Entah dari penampilannya yang terlihat sangat muda atau aura yang dipancarkannya,...


"Baiklah! Manami-chan, silakan!"


"Ya!"


Ternyata benar itu Manami.


"Jadi, Manami-chan, bisakah kau mengangkat tangan kananmu?"


"Begini?"


Manami mengangkat tangan kanannya sesuai instruksi.


Kemudian, ke-3 lumba-lumba di depannya meniru dengan mengangkat sirip kanan mereka.


"Jaga tanganmu tetap di atas dan ayunkan!"


"Ya!"


Manami melambaikan tangannya, dan lumba-lumba pun mulai mengibaskan sirip mereka ke arah air.


Pemandangan yang menggemaskan.


"Bagus! Sekarang, coba bergerak sesukamu!"


"Sesukaku?"


"Lumba-lumba akan menirukanmu!"


Aku melihat Manami tersenyum.


Sebuah firasat buruk muncul, dan aku buru-buru mengaitkan kancing jas hujanku.


"Baiklah! Ayo!"


Manami menjawab dengan ceria dan melompat ke udara.


Saat itu, dia berputar mundur di udara dan mendarat.


Ini disebut backflip.


"Eh..."


Onee-san itu terdiam.


Suasana di arena berubah menjadi riuh.


Dan kemudian...


──BASHAN!


3 lumba-lumba yang berhasil meniru gerakan Manami membuat kami basah kuyup, bahkan jas hujan pun tidak bisa menahan percikan air yang deras.



"Senang sekali!"


Setelah itu, Manami terus menunjukkan berbagai gerakan yang tak terduga di atas panggung dan sangat meramaikan pertunjukan.


Seiring dengan meningkatnya suasana, percikan air pun semakin deras. 


Menurut pengumuman dari Onee-san yang membawakan acara, air yang terpercik menjadi 5 kali lipat lebih banyak dari biasanya.


"Kita basah kuyup, ya."


"Aisha sepertinya kau... cukup baik-baik saja."


"Karena aku juga mengenakan jas hujan milik Manami."


Ternyata, membeli 3 jas hujan tidak sia-sia. Entah apakah itu baik atau buruk...


Dengan handuk yang disiapkan Aisha, aku segera mengeringkan tubuhku agar aku tidak terganggu saat berjalan nanti.


"Terima kasih."


"Bagus kita sudah mempersiapkannya."


Dia memang kakak yang bisa diandalkan.


Akhirnya, kami ber-3 mulai berjalan di akuarium.


Ada banyak tempat yang cukup menyenangkan, mulai dari area ubur-ubur.


Aku merasa agak aneh karena paling bersemangat dengan iguana. 


Begitulah akuarium? 


Tapi, tidak apa-apa. Yang lebih penting sekarang adalah...


"Maaf, aku membuatmu menunggu... eh, di mana Manami?" 


"Ini yang kedua kalinya..."


Manami menghilang lagi.


◆【  Aisha Side】


"Jadi, Onee-chan, apa kau sudah mengundangnya dengan baik?"


"Itu..."


Ketika Kouki pergi ke toilet, Manami berbisik dan membuatku tidak bisa menjawab.


"Ah, kenapa? Untuk apa aku meninggalkan kalian berdua!"


"Maafkan aku..."


“Yah, sebenarnya aku tidak berencana untuk meninggalkan kalian berdua. Tapi ketika aku menyadari, kalian berdua sudah menghilang dan itu mengejutkan!"


Melihat sikap Manami, justru membuatku khawatir karena dia tidak terlihat berusaha keras untuk menghiburku. Sebagai kakak...


"Pokoknya! Sekarang semua tergantung pada Onee-chan!"


"Ugh..."


Aku mengerti.


Perasaan ini sudah jelas sejak musim panas ini, bahkan sejak lama.


Yang kurang hanyalah tekad dan keberanian.


"Semangat ya."


"Eh? Tunggu, Manami?"


"Hehe. Aku masih ingin melihat beberapa hal, jadi kalian ber-2 silakan menikmati waktu kalian!"


Sungguh tak...


Aku benar-benar adalah kakak yang buruk.


Sampai-sampai adikku harus mengkhawatirkanku seperti ini.


"Semangat, ya..."


Padahal aku hanya perlu mengundang Kouki untuk melihat kembang api.


Ada banyak stan makanan di festival dan pertunjukan kembang api.


Bagi warga lokal, ini adalah acara besar yang menandai akhir musim panas.


Bukan hanya orang-orang dari daerah ini, tapi banyak orang dari tempat lain juga datang, dan stasiun menjadi sangat ramai...


"Karena aku sudah diundang begitu banyak... mengundang dia seharusnya tidak masalah!"


Aku berusaha meyakinkan diriku sendiri.


Orang yang mengundangku pasti merasakan hal yang sama, kan?


Kalo itu benar, aku jadi merasa sedikit bersalah.


"Kalo aku ditolak... mungkin aku tidak bisa bangkit kembali."


Karena itulah aku tidak berani mengundang siapa pun dan lebih mengandalkan keberuntungan atau bergantung pada Manami.


Tapi, festival kembang api adalah acara terakhir di musim panas ini.


"Aku harus berusaha..."


Rasa cemas dan tekanan mulai menghimpitku.


Apa wajahku terlihat aneh sekarang...?


Tapi, Manami yang biasanya membantuku sudah tidak ada.


"Apa yang harus aku lakukan..."


Ketika keberanian yang kumiliki hampir memudar, Kouki kembali.


"Maaf, aku membuatmu menunggu... eh, di mana Manami?"


"Ini yang kedua kalinya..."


Aku menjawab tanpa bisa mengatakan kalo dia telah mengkhawatirkanku.


"Haah... sepertinya ini tidak bisa dihindari. Kita kembali ber-2 lagi."


Kouki tersenyum dengan wajah santainya, dan ekspresinya yang biasa itu membuatku berdebar-debar.


Sungguh tidak adil... Sementara aku merasa terbebani, dia terlihat sangat santai...


Saat aku berpikir begitu, entah kenapa, aku tanpa sadar berkata. 


"Em, kau tahu, akan ada Festival kembang api, kan?"


"Ah..."


Kouki menggumam dengan samar. 


Wajahnya yang terlihat bingung pun, di mataku, terlihat keren dan imut...


Aku tidak bisa lagi.


Aku suka dia. Aku suka Kouki.


"Apakah jadwalmu kosong...?"


Kalo sudah terisi, bagaimana ya?


Selalu ada Takizawa-kun yang bersama Kouki, dan kalo dia mengundang gadis lain...


Atau mungkin, jika dia diundang oleh junior lainnya...


Manami bilang Kouki populer di kalangan yang lebih muda... dan juga...


Berbagai kemungkinan buruk melintas di kepalaku dan tak mau pergi.


Aku ingin mendengar jawaban Kouki, tapi rasanya aku ingin menutup telingaku.


Aku tidak ingin memberikan siapa pun kesempatan untuknya.


Dan jawaban Kouki adalah...


"Kosong."


"Syukurlah."


Sungguh, tapi tidak ada waktu untuk merasa lega.


"Apa Manami yang mengajak?"


"Bukan..."


Sepertinya niatku belum tersampai ke Kouki.


Aku harus berusaha lebih keras dari sini.


"Bagaimana kalau kita pergi ber-2?"


Kouki terdiam.


Jawaban ini adalah bagian yang paling penting.


Waktu terasa seolah tidak ada habisnya, Kouki terus terdiam, menatap ke samping, menggaruk pipi yang memerah, lalu berkata,


"Boleh?"


"Tentu saja boleh! Itu sebabnya aku mengajakmu!"


"O-oh..."


Aku tidak bisa menahan diri untuk memberikan jawaban tegas.


Tapi kali ini, aku merasa Kouki juga salah, kan?


Saat aku memikirkannya, mulutku bergerak sendiri.


"Jadi, bagaimana? Kua akan pergi atau tidak?"


"Pergi! Aku akan pergi!"


...Yey, berhasil.


"Baiklah, kalo begitu...ayo kita bicarakan detailnya lagi nanti..."


"Ah..."


"Ah! Onee-chan! Kouki-nii!"


Seolah sudah dia sudah memperkirakan waktu yang tepat, Manami memanggil kami.


Aku benar-benar tidak bisa cukup berterima kasih padanya.


Aku sudah melakukanya, Manami.



"Hoohoo. Jadi, kalian ber-2 akan pergi ke festival kembang api, ya?"


Entah bagaimana, Manami sudah tahu, atau setidaknya bersikap seolah dia tahu.


"Jadi, Onee-chan, kau tidak ingin melihatku mengenakan yukata...?"


Karena aku melihat ke arah Aisha, aku merasa seperti aku bisa melihatnya mengenakan yukata yang menutupi sosoknya. Apa ini... membuatku semakin berdebar.


Festival kembang api ini, sepertinya ada banyak sekali ajakan untuk Aisha. 


Mulai dari awal April, pasti banyak orang yang ingin mengajaknya untuk ke Festival kembang api.


Bagi orang-orang di daerah ini, festival kembang api ini memiliki makna yang besar.


"Hehehe. Bagus, Onee-chan."


Dalam hal ini, pasti yang paling beruntung adalah aku... Aku tahu Aisha menolak semua ajakan yang ada.


Aku tidak menyangka, ajakan itu akhirnya sampai padaku dengan cara seperti ini.


"Eh, Kouki-nii, kau punya yukata, kan?"


"Kayaknya tidak ada...?"


"Kalo begitu, beli sebelum hari H! Sayang sekali kalo hanya Onee-chan yang mengenakan yukata, tapi kau tidak!"


"Benar juga...?"


Yukata, ya...


Sepertinya ada di department store di depan stasiun.


"Eh, lebih baik kita pergi sekarang saja! Masih ada waktu, kan?"


"Sekarang!?"


"Ya! Sekarang kita bisa memilihnya sendiri! Setuju?"


Manami berkata sambil menarik tanganku.


Hari ini aku memang berniat menemani Manami ke tempat yang dia inginkan, tapi apa ini baik-baik saja?


"Ayo, kita pergi."


"Begitu ya."


Setelah memastikan hal ini dengan Aisha, reaksi ini berarti mungkin ke sanalah yang paling ingin Manami tuju saat ini.


Kami ber-2 dengan patuh mengikuti Manami yang menarik kami.



"Banyak sekali pilihannya—!"


Setelah kembali ke stasiun lokal dan masuk ke department store, sepertinya mereka telah menyiapkan area yukata sesuai dengan musim.


Kami ber-2 berusaha menahan Manami agar dia tidak terlalu bersemangat.


"Nya haha! Tenang saja! Sekarang prioritasnya Kou-nii!"


"Kalau begitu, baguslah..."


"Hmm, yukata Onee-chan warnanya apa ya?"


"Eh? Hmm, mungkin biru tua dan... ada juga pink?"


"Betul, betul! Kalo begitu kita harus menyesuaikan dengan itu, ya?"


Aku pernah mendengar bahwa perempuan suka berbelanja, tapi sepertinya ini berlaku meskipun barang itu bukan milik mereka.


Melihat situasi ini, sepertinya memang benar.


"Onee-chan, yang ini bagaimana? Sepertinya ini cocok untuk Kouki-nii!"


"Begitu ya. Tapi yang ini, yang di sini sepertinya lebih cantik."


"Ah, itu bagus juga!"


Tanpa kusadari, aku hampir dilupakan karena mereka sibuk memilih beberapa opsi.


Ya, melihat perbedaan warna, sepertinya aku tidak terlalu peduli. 


Jadi, aku berterima kasih atas pilihan-pilihan yang muncul.


"Kouki, coba pakai ini."


"Aku kan tidak bisa pakai yukata?"


Saat aku berdiri di sana sambil mengatakan hal itu, wanita yang bertanggung jawab muncul di belakangku seolah-olah dia telah melihat kami.


"Silakan, pelanggan. Kami di sini."


"Eh?"


"Kalo begitu, tolong beri tahu kami kalo kau sudah siap!"


Aku dibawa menuju ruang ganti oleh pegawai, sementara Manami dan Aisha masih sibuk memilih yukata.


"Bagus ya. Ada bunga di kedua tangan."


[TL\n: maksudnya tu si Manami dan Aisha, kan mereka cantik makanya mereka di sebut bunga.]


"Ahaha..."


"Pelanggan-san kau memiliki tinggi badan yang baik dan postur yang ramping, jadi akan mudah untuk mendandanimu."


"Eh..."


Aku tidak tahu harus berkata apa. 


Tapi, mereka profesional dan dengan cepat menyelesaikan proses pemakaian yukata.


"Biasanya, obi untuk pria lebih mudah diikat, jadi bisa cepat dipakai sendiri."


[TL\n:Obi (帯) adalah sabuk tradisional Jepang yang digunakan untuk mengikat kimono atau yukata (pakaian tradisional Jepang). Obi biasanya lebar dan panjang, dengan desain dan warna yang bervariasi tergantung pada jenis kimono, acara, dan status pemakainya. Obi juga memiliki berbagai gaya ikatan, yang masing-masing bisa menambah kesan formalitas atau estetika pada pakaian.]


"Begitu ya."


"Jika kau khawatir pada hari H, silakan datang lagi ke sini, kami akan melayanimu dengan senang hati."


Itu mungkin bisa sangat membantu.


Bagaimanapun, aku berhasil mengenakan yukata, jadi aku berniat memanggil Aisha dan Manami, tapi pegawai wanita sudah mengajak mereka untuk mendekat.


"Keren sekali..."


Komentar Aisha membuatku terkejut.


Itu bukan tentangku; dia hanya memuji yukata.


Tenanglah, Kouki.


Jangan terbawa suasana.


Aisha yang dikelilingi oleh banyak pria tampan setiap hari jelas tidak mungkin dia memikirkan hal itu tentangku.


...Baiklah, tenang.


"Sepertinya itu cocok sekali untuk mu! Kou-nii!"


Manami mendekat dan meraba bagian lengan yukata sambil tersenyum.


"Warna yang tenang ini bagus, ya?"


Aisha kembali ke nada bicaranya yang biasa, seolah-olah tidak ada yang terjadi sebelumnya.


Yukata pertama yang dipakaikan padaku berwarna hitam dengan desain sederhana.


Syukurlah, tidak seperti yang berwarna emas dengan sulaman naga atau sejenisnya.


Saat kami berbincang, pegawai itu datang dengan yukata dan obi baru.


"Kalo untuk pelanggan-san, yang ini juga mungkin cocok. Dasarnya tenang, jadi bisa ditambahkan warna lain..."


"Oh, kalo obi-nya diganti dengan ini..."


"Bagus, bagus!"


"Hmm, jadi kita coba yang ini..."


Pegawai itu tampaknya ikut bergembira, membuat suasana semakin meriah.


Bagaimana dengan posisiku... ah, tidak masalah.


Melihat ke-2nya senang, itu saja sudah cukup.


Akhirnya, setelah mencoba sekitar 5 yukata, aku memutuskan untuk membeli yang pertama dengan warna hitam yang tenang.


Setidaknya, selama 5 kali percobaan itu, aku bisa sedikit belajar tentang cara mengenakan yukata.



Selanjutnya

Posting Komentar

نموذج الاتصال