Kamu saat ini sedang membaca Ossananajimi no Imouto no Kateikyoushi wo Hajimetara volume 4 chapter 6. Kalo kamu menyukai karya ini silahkan tinggalkan jejak komentar. Dan juga jangan lupa dukung mimin dengan cara donet se iklasnya di Trkateer mimin buat mimin makin semagat+buat dana untuk beli raw
Hari libur.
Kami datang ke fasilitas rekreasi kompleks yang menyewakan berbagai macam olahraga seperti baseball, sepak bola, basket, tenis meja, dan lainnya dengan sistem sewa per jam.
Sebelumnya, kami memang bermain Twister dengan tujuan berolahraga, tapi Manami dan Yuki tidak mungkin puas hanya sampai di situ.
Entah bagaimana, akhirnya kami berempat kembali ke sini.
Tapi tetap saja, waktu itu benar-benar sial... Sesuai rencana Manami, Aisha melampiaskan stresnya ke arah yang aneh, dan meskipun Manami dan Yuki terlihat senang, aku merasa seperti dikorbankan...
"Kouki?"
"Ah, maaf, maaf."
Aku tersadar setelah dipanggil oleh Aisha.
"Ikutan yuk—!"
"Aku juga akan serius, lho!"
Manami dan Yuki sedang asyik bermain 1-on-1 di lapangan basket setengah di sebelah.
Berkat gerakan tipuan Manami yang lihai dan kecepatan reaksi Yuki, tanpa disadari, lapangan basket itu pun dikerumuni penonton.
"Hebat..."
"Iya, benar."
Sementara itu, kami hanya santai bermain lempar-tangkap di sebelah sambil memperhatikan mereka.
Desss! Suara nyaring terdengar saat bola terserap sempurna ke dalam sarung tangan.
Aisha memang memiliki kelemahan dalam pelajaran olahraga dibandingkan mata pelajaran lain, tapi dia tidak bisa disebut sama sekali tidak bisa bergerak───bagaimanapun, fia masih memiliki hubungan darah dengan Manami.
Aku sendiri, berkat pengalaman yang kudapatkan dari ayah, bisa melakukan catchball dengan cukup baik.
"Manami terlihat sangat senang karena Yuki datang, sungguh."
"Benar. Kalo hanya kita berdua, pasti kita akan kesulitan menghabiskan waktu di tempat seperti ini..."
Melihat Manami bermain dengan Yuki, aku menyadari betapa selama ini ia selalu menahan diri saat bermain bersama kami.
Kami pernah bermain basket bersama, tapi aku belum pernah melihatnya melakukan gerakan tipuan berputar atau lompatan setinggi itu.
Tiba-tiba, timer yang terpasang di lapangan basket berbunyi.
Sebelum bermain, kami harus mengatur timer, dan begitu berbunyi, giliran bermain akan diberikan kepada orang berikutnya yang menunggu.
Manami menatap ke arah kami dan berteriak,
"Onee-chan! Kouki-nii! Ayo main sepak bola!"
"Tapi..."
"Hehe. Apa kalian bisa mengikutiku?"
Bagaimanapun, aku senang melihat Aisha juga terlihat menikmati waktu bermainnya.
◇
"Kalo 2 lawan 2 agak kurang seru... Bagaimana kalo main footvolley dulu?"
"Footvolley? Itu yang tidak boleh menyentuh tanah saat mengoper, kan?"
"Yap, betul!"
Bisakah aku melakukannya? Bahkan saat juggling, aku hanya bisa melakukan 2 atau 3 kali sebelum bola terjatuh.
"Onee-chan, tidak perlu khawatir ke mana pun kau menendang, kami yang akan mengontrol bolanya!"
"Eh, aku tidak bergabung dengan tim Aisha?"
"Kouki-nii, kalo sampai menjatuhkan bola atau menendang ke arah yang salah, kau akan mendapat hukuman!"
Ini... sungguh tidak adil.
"Baiklah, ayo kita mulai!"
Bola yang ditendang Manami meluncur dengan lembut ke arahku.
Sepertinya masih bisa kukendalikan...
"Yuki!"
"Siap!"
Bolanya sedikit terlalu tinggi saat kukirim ke Yuki, tapi dia dengan terampil mengontrolnya menggunakan dada sebelum melanjutkan dengan juggling.
Tadi, sepertinya terdengar suara pyon...
"Aisha-chan!"
"Eh... ini dia!"
Aisha berusaha menendang bola yang diumpan Yuki ke posisi yang lebih mudah───
"Ah, biar aku yang ambil!"
Manami dengan gesit mengejar bola yang nyaris melewati celah antara Yuki dan dirinya, lalu mengontrolnya dengan tumit.
"Luar biasa..."
"Nah, sekarang giliran Kouki-nii!"
Kali ini bolanya datang lebih kencang.
Aku berusaha mengendalikannya dan mengarahkannya ke Yuki.
───Pyon.
Ternyata benar, bola yang melambung tinggi kembali terserap sempurna di dada Yuki.
Entah bagaimana, momentum bola langsung berhenti sepenuhnya───apa ini berkat keahlian Yuki atau apa...
"Kouki... kau sengaja terus mengarahkan bola ke Yuki, ya?"
"Tidak, hanya saja dialah yang paling bisa mengontrolnya..."
"Hmph..."
Aisha memandangku dengan raut wajah yang sedikit kesal.
Sambil terus melanjutkan permainan di tengah teguran Aisha yang sepertinya menyadari sesuatu, aku menjadi agak kesulitan untuk mengoper bola ke Yuki.
Akibat keraguanku, akhirnya aku melakukan kesalahan dan harus menerima hukuman.
◇
"Kalo hanya sekadar membelikan minuman, mungkin masih bisa ditolerir..."
Aku berjalan menuju mesin penjual otomatis untuk memenuhi hukuman tersebut.
Di lapangan, Manami dan Yuki kembali memamerkan permainan 1-on-1 mereka yang menghibur para penonton.
Eh? Lalu, di mana Aisha...?
"Bukankah sulit untuk membawa semuanya sendirian?"
"Apa kau akan ikut?"
Aisha menghampiriku sambil mengusap keringat dengan handuk, lalu mengulurkan tangannya.
"Lebih baik kau minum ini dulu."
Aku memberikannya minuman olahraga yang baru saja keluar dari mesin.
"Mmm."
Sambil menunggunya minum, aku kembali menghadap mesin penjual otomatis untuk mengambil minuman bagi yang lain. Tapi...
"Hey, Kouki."
"Hmm?"
Aisha, yang sepertinya sudah selesai minum, memanggilku.
Nada suaranya terdengar mengerikan, membuatku enggan menoleh.
"Tadi... kau melihat payudara Yuki, kan?"
"Tidak..."
"Kau melihatnya..."
Aku tidak bisa sepenuhnya menyangkal...
Ya, aku hanya mengikuti arah bola, itu di luar kendali...tapi tetap saja, aku telah membuat Aisha marah, jadi aku harus meminta maaf.
Saat aku berbalik untuk melakukannya───
"Eh...?"
Tiba-tiba aku dipeluk dari belakang.
"Sebenarnya...aku pun juga tidak sepenuhnya tidak memiliki itu... mengerti?"
Aku sama sekali tidak bisa berkata-kata.
Detak jantungnya terasa begitu jelas. Atau lebih tepatnya keringatnya. Bajuku sudah cukup basah... Berbagai pikiran berputar kencang di kepalaku, dan pada akhirnya aku tetap tak bisa mengucapkan apa pun, hanya berdiri diam.
"Lihatlah aku juga..."
"...Ya."
"Mm! Bagus! Ayo kita kembali!"
Berbeda denganku yang masih kaku, Aisa sudah kembali ceria saat mengatakannya.
"Hehe. Sepertinya akhirnya kau sedikit lebih memperhatikan aku ya?"
"Tentu saja..."
"Begitu rupanya... hehe."
Entah apa yang membuatnya senang, Aisha tiba-tiba berubah menjadi sangat gembira lalu dia mengambil minumanku dan berlari.
"Ayo, cepat kita kembali!"
"A-ah..."
Pada akhirnya kami bermain sekali lagi, dan karena terus menerus mencuri pandang ke Aisha, aku harus menerima hukuman untuk kedua kalinya.