Kamu saat ini sedang membaca Shū 4 de heya ni asobi ni kuru shōakuma gāru wa ku bittake! (GA bunko) volume 1 prolog. Kalo kamu menyukai karya ini silahkan tinggalkan jejak komentar. Dan juga jangan lupa dukung mimin dengan cara donet se iklasnya di Trkateer mimin buat mimin makin semagat+buat dana untuk beli raw
PROLOG
Saat itu pertengahan Juni, Sudah 10 hari sejak aku pindah ke sini.
Hari ini, aku kembali ke rumah.
Bukan karena aku baru saja pindah, jadi aku tidak memiliki teman.
Aku sudah memiliki beberapa orang yang bisa disebut teman, dan hari ini pun ada yang mengajakku bermain ke suatu tempat.
Hanya saja, aku tidak dalam mood untuk melakukan itu.
Hari ini, aku menyelesaikan pelajaran di sekolah tanpa semangat untuk melakukan apapun dan kembali ke rumah.
Aku menaiki tangga di gedung apartemen yang masih belum sepenuhnya aku kenali.
Gedung ini memiliki 3 lantai.
Ketika berdiri di depan bangunan, aku bisa melihat 2 tangga.
Jika diperhatikan satu per satu, setiap lantai memiliki 2 unit apartemen di samping tangga, sehingga total ada 6 unit.
Karena ada 2 tangga, berarti di gedung ini terdapat total 12 unit.
Lantai 2 dari tangga di sebelah kiri adalah rumahku.
"Selamat datang kembali, Seiya-san."
Ketika aku tiba di depan pintu, seorang gadis memanggilku.
Dia duduk di tangga yang mengarah ke atas.
Seorang gadis cantik berambut hitam.
Dia setahun lebih muda dariku, saat ini dia masih duduk di kelas 3 SMP.
Aku tidak tahu tanggal lahirnya, jadi aku tidak tahu apakah dia berusia 14 atau 15 tahun.
"Oh, Chloe."
Bukan berarti dia setengah Perancis. Dia adalah seorang Jepang tulen.
Namanya Kuroe Misa.
Aku biasa memanggilnya 'Chloe'.
Chloe adalah tetanggaku yang tinggal di lantai yang sama di apartemen ini, bisa dibilang dia adalah tetangga di seberang pintu apartemenku—atau lebih tepatnya, dia adalah tetangga di sebelahku.
Dengan mempertimbangkan struktur bangunan yang membuat pintu masuk kami saling berhadapan, seharusnya aku menyebutnya sebagai tetangga di seberang.
Dia sepertinya sudah pulang dan berganti pakaian, dia mengenakan kaos lengan pendek yang sesuai untuk awal musim panas dan rok mini.
Aku sama sekali belum pernah melihatnya dalam seragam, mungkin karena jadwal pulang sekolah kami yang tidak sama.
Apa dia bersekolah di SMP negeri atau swasta, aku tidak tahu.
Karena dia duduk di tangga dengan pakaian seperti itu, meski aku tidak dapat melihat bagian terpenting dari dirinya, tapi bagian belakang pahanya terlihat jelas.
Chloe, meskipun masih di kelas 3 SMP, dia memiliki tinggi badan yang cukup tinggi. Dan dia memiliki tubuh yang sesuai dengan tingginya itu. Oleh karena itu, cara dia duduk membuatku merasa sedikit terkejut.
"...Chloe."
"Ya?"
"Apa yang akan kau lakukan kalo ada orang lain yang datang?"
Meskipun aku mengatakannya dengan cara yang tidak jelas, sepertinya dia bisa menangkap maksudku. Tapi, dia tidak terlihat panik atau berusaha mengubah posisinya.
"Tidak masalah. Hanya orang-orang dari lantai atas yang lewat di sini, dan aku tau kalo Seiya-san akan segera pulang, jadi aku baru saja duduk di sini."
"Ah, begitu."
Aku menjawab dengan datar, lalu mengeluarkan kunci rumah dari tas ranselku dan memasukkannya ke lubang kunci pintu.
Kalo aku mengangkat pandangan sedikit ke atas, aku melihat papan nama bertuliskan 'Hirazaka'.
Itulah nama keluargaku sekarang. Nama baru yang menggantikan nama yang sudah ku gunakan selama hampir 17 tahun.
Hirazaka Seiya.
Nama baru ini masih terasa asing bagiku, sama seperti rumah baru ini.
"Ah, atau apa seharusnya aku duduk dengan cara yang lebih tanpa rasa malu?"
Chloe berkata begitu dengan nada menggoda, melihat perasaanku yang campur aduk.
"Seharusnya kau bilang saja seperti itu. Kalo kau mau, aku bisa menambahkan sedikit bumbu dengan merona dan buru-buru menahan rok-ku ketika kau mengingatkanku."
"...Lakukan itu di tempat yang tidak ada aku."
Ketika aku berusaha menjawab dengan nada datar, Chloe tertawa kecil. Tawa yang terdengar sangat dewasa itu menggema di telingaku.
"Baiklah. Cepat sana pulang."
"Apa kau mengira aku hanya ada di sini untuk menyambutmu, Seiya-san? Tentu saja aku datang untuk bermain. Hmph, Padahal kau tahu itu."
Chloe mengerucutkan bibirnya, tapi dia tidak terlihat marah, justru dia tersenyum pahit seolah dia bisa membaca perasaanku.
"...Aku sudah menduga itu."
Ya, orang ini sering datang ke kamarku. Sudah 10 hari sejak aku pindah ke sini. Dia sudah masuk ke dalam kamar beberapa kali.
Putar kunci dan buka kuncinya.
"...Masuklah."
Aku menghela nafas dan kemudian mengatakan itu.
"Oh, apa kau akan mengizinkanku masuk?"
"Itulah janjinya."
Aku sudah berjanji. Karena itu janji, maka itu harus ditepati. Setidaknya aku harus berusaha melindunginya. Meski aku tidak setuju dengan janji itu.
Aku membuka pintu lebar-lebar dan berjalan masuk, Chloe mengikutiku.
"Maaf mengganggumu."
Saat aku memasukkan kakiku ke dalam sandal, dia juga mengambil sepasang sandal lucu berwajah kucing dari rak. Itu bukanlah sesuatu yang keluarga kami persiapkan dengan mempertimbangkan tamu wanita. Benar saja, ini adalah sandal milik Chloe.
"Tidak ada seorang pun di sini."
"Itu adalah etika. Saat kita mengunjungi rumah orang lain."
Mendengar itu, tampaknya dia adalah gadis yang sopan, tapi tingkah laku Chloe meragukan apakah dia benar-benar menganggap tempat ini sebagai rumah orang lain.
Apartemen ini dirancang untuk orang yang tinggal sendiri atau satu rumah tangga tanpa anak, dengan tata ruang 2LDK.
[TL\n: LDK adalah singkatan dari L: Ruang tamu (Living room). D: Ruang makan (Dining room). K: Dapur (Kitchen).]
Keluarga Hirazaka kami hanya terdiri dari aku dan ibuku, jadi ini sudah cukup.
Aku melewati ruang tamu dan masuk ke kamarku. Chloe juga ikut masuk tanpa merasa curiga. Ibuku hanya ada saat dia pertama kali berkunjung, jadi sudah tidak ada yang aneh lagi sekarang.
"Boleh aku duduk di sini?"
"Itulah kenapa aku selalu bilang jangan duduk di tempat tidur. Duduklah di sana."
Aku menunjuk kursi dengan roda di meja tulis.
"Kalo aku tidak boleh duduk, bagaimana kalau aku berbaring?"
Begitu dia berkata begitu, Chloe langsung berbaring telentang.
Kepalanya menghadap ke arahku, dan dia memandangku dengan wajah terbalik. Dia menyatukan kakinya dan menekuk lutut, sehingga ujung roknya perlahan turun ke pahanya.
"Ah, lihat, di majalah yang Seiya-san baca sebelumnya, ada foto wanita berpakaian renang yang melakukan pose seperti ini, kan?"
"Memang ada, tapi aku tidak membacanya dengan tujuan itu, oke?"
Karena kesibukan pindahan, ada edisi yang tidak sempat kubaca, dan ketika aku bercerita kepada teman sekelasku, dia dengan senang hati meminjamkannya padaku.
Kemudian, majalah yang kutinggalkan di kamar itu ditemukan oleh Chloe.
"Lagipula, kadang-kadang ada juga anak-anak yang lebih muda dari aku, seumuran dengan Chloe."
Tidak semua gravure idol itu lebih tua darinya, kadang-kadang ada grup idola yang anggotanya seumuran dengan Chloe.
[TL\n: Gravure (グラビア, gurabia) di Jepang merujuk pada foto atau model yang tampil dalam majalah atau media visual, biasanya dengan pakaian yang lebih terbuka seperti pakaian renang atau lingerie, namun bukan dalam konteks yang eksplisit. Model yang berpose untuk sesi foto gravure disebut gravure idols atau gurabia aidoru (グラビアアイドル). Foto-foto gravure biasanya menampilkan model wanita muda dalam pose yang estetis dan menggoda, namun tetap dalam batasan yang lebih sopan dibandingkan konten dewasa.]
"Ah, begitu ya."
Tentu saja, Chloe tidak mengetahui hal itu dan menjawab dengan penuh minat.
Tapi, tak lama kemudian, ekspresinya berubah dan dia menunjukkan senyum yang nakal.
Dia lalu bertanya dengan wajah itu,
"Siapa yang lebih kau suka, aku atau dia??"
"Aku tidak tahu, itu urusanmu. Aku belum pernah melihatmu."
Aku menjawab dengan acuh tak acuh.
Aku memang belum pernah melihatnya. Meskipun begitu, seperti yang sudah ku katakan sebelumnya, tubuh Chloe bagus. Mungkin hanya ada sedikit gadis seusianya yang bisa bersaing dengannya.
"Ah, itu juga benar."
Chloe berkata seolah dia mengerti. Dia sepertinya sedang memikirkan sesuatu, tapi sebelum dia bisa mengatakan apapun, aku membuka mulutku.
"Hei, berapa lama kau akan terus berbaring di situ? Bangunlah. Bangun dan duduk di sana."
"Iya-iya."
Chloe menjawab dengan cemberut, lalu bangkit dari tempat tidur. Dia menurunkan kakinya ke lantai, mengenakan sandal berbentuk wajah kucing, dan berdiri. Setelah merapikan ujung roknya yang berantakan dengan tangannya, dia pindah ke kursi di meja tulis.
Setelah memastikan dia duduk di sana, aku meletakkan tas di dekat meja dan duduk di tempat tidur.
Chloe duduk di kursi sambil melihat sekeliling ruangan dengan wajah gembira.
Aku pikir ruangan ini tidak menarik sama sekali.
Ya, di ruangan ini tidak ada apa-apa.
Sebelumnya, ada lebih banyak barang. Ada bola. Ada poster atlet. Ada buku pelajaran dan majalah khusus.
Tapi, semuanya sudah dibuang.
Ketika aku terpaksa melepaskan semuanya, aku membuang semuanya.
Setelah itu, ruangan ini menjadi kosong.
Kamar yang kosong ini seolah mencerminkan diriku saat ini.
"Ah, itu benar!"
Tiba-tiba, Chloe berdiri.
"Di luar panas, kau pasti haus. Biarkan aku mengambilkan sesuatu untuk diminum."
"Kau benar-benar tahu kalo ini rumah orang lain, kan?"
"Tentu saja aku tahu. Tapi, aku sudah diizinkan oleh ibu Seiya-san untuk menggunakan dapur sesuka ku."
Chloe menjawab dengan bangga dan meninggalkan ruangan.
Sebenarnya, itu membuatku kesal karena itu benar. Ibuku sangat menyukainya.
Dari penampilannya, Misa Kuroe adalah gadis yang baik. Sopan dan penuh perhatian, imut tapi juga sedikit dewasa.
Tapi, sifat aslinya tetap seperti itu. Meski dia masih SMP, dia suka menggoda dan bersenang-senang dengan anak yang lebih tua sepertiku. Dia pasti cukup sadar kalo dirinya menarik.
"Bagaimana bisa jadi seperti ini...?"
Aku terjatuh telentang di tempat tidur.
Kenapa aku bisa sampai disukai oleh gadis iblis kecil seperti itu?