chapter 11: Waktu Tambahan Setelah Sekolah
Semua pelajaran sudah selesai, dan homeroom akhir juga sudah selesai, dan tiba waktunya pulang sekolah.
Seperti biasa, aku merapikan barang-barangku dan berdiri untuk keluar dari kelas sebelum lorong menjadi ramai. Tiba-tiba, hp di sakuku bergetar.
"Ada apa ini?"
Jarang sekali ada notifikasi masuk pada waktu seperti ini. Aku lalu mengeluarkan hp-ku dan menggerakkan jariku di layar. Ternyata, notifikasi itu dari Mikami-san.
"Apa kita bisa pulang bersama?"
"Apa?"
Aku terpaku menatap layar hp-ku. Lalu, notifikasi lain muncul dengan pesan berikutnya.
"Kalau begitu, aku akan menunggu di tempat biasa kita."
"Menunggu...? Hei, kamu tidak ingin mendengarkan jawaban dulu, huh?"
★
Setelah menunggu sebentar hingga kerumunan di lorong reda, aku menuju ke tempat biasa. Ini pertama kalinya aku ke sini bukan untuk makan siang.
"Maaf, aku terlambat."
"Karena kau lama, aku hampir berpikir kau tidak akan datang,"
kata Mikami-san sambil menutup buku yang sedang dibacanya dan memasukkannya ke dalam tas, lalu menatapku dengan tajam.
Aku terlambat karena terkejut melihat pesan itu berkali-kali.
"Karena mendadak, aku jadi kaget. Dan lagi, kau tidak memberiku kesempatan untuk menjawab."
"Fufu, benarkah?"
Gerakan yang cerdas tanpa memberikan opsi untuk menolak. Aku tidak tahu seberapa banyak yang sudah direncanakannya, tetapi pada akhirnya aku datang ke sini, jadi aku ada dalam kendali Mikami-san.
"Tapi, kenapa tiba-tiba...? Maksudku, apa tidak masalah jika kau selalu menghabiskan waktu dengan ku? Kau pasti punya teman lain, kan?"
"Benar. Itulah mengapa aku ingin pulang bersama Kirishima-san."
"...Begitu."
"Ya, benar."
Dengan tanpa rasa malu, dia mengatakan hal-hal seperti itu. Memperhatikan seseorang sepertiku, sepertinya itu hanya keinginan aneh Mikami-san. Tapi jika dia melakukannya karena dia ingin, aku tidak akan mengeluh.
Jujurlah dengan perasaan mu sendiri. Jika Mikami-san ingin melakukannya, tidak ada yang perlu dikeluhkan... Dan jujur saja, aku juga tidak keberatan.
Tapi, teman, ya. Aku tidak pernah menyangka teman pertamaku akan menjadi seseorang yang begitu tinggi dan tidak terjangkau... Dunia memang penuh kejutan.
"Ada apa?"
"Tidak, tidak ada. Ayo pergi."
Aku merasa wajahku mungkin sedikit mengendur. Untuk menyembunyikannya, aku berbalik dari Mikami-san, aku lalu menunggu dia bangkit dan mulai berjalan.
★
Aku ragu-ragu untuk memanggil Mikami-san setelah keluar dari gerbang sekolah dan berjalan ke arah yang berlawanan darirumah kami.
"Uhm, Mikami-san? Itu arah yang salah. apa kau tersesat?"
"Aku tidak tersesat. Kita akan mengbil jalan yang sedikit memutar."
"Begitu."
Ini hal yang tidak terduga lagi.
Tapi... mengbil jalan yang sedikit memutar, ya. Rasanya agak seperti... masa remaja.
"Ngomong-ngomong, Kirishima-san tidak bergabung dalam klub, ya?"
"Ya, kau sendiri?"
"Aku juga tidak."
"Begitu. Aku pikir kau punya bakat olahraga, jadi agak sayangkalau kau tidak ikut klub."
"Ah, ngomong-ngomong saat pelajaran olahraga... Tidak baik melamun saat pelajaran."
"Itu waktu belajar mandiri. Lagipula, kau yang melambai dulu."
"Ya, benar juga."
Ternyata kita berdua sama-sama melamun saat pelajaran.
"Bagaimana denganmu, Kirishima-san? Apa kau tidak tertarik dengan klub?"
"Aku tinggal sendirian. Jika aku terlambat pulang karena klub, itu akan menyusahkan, jadi aku memilih sekolah yang tidak mewajibkan para siswa untuk mengikiti kegiatan klub."
Di beberapa sekolah, semua siswa diharuskan ikut kegiatan klub, tapi di sekolah ini mengizinkan mereka untuk berpartisipasi secara bebas. Sebagai seseorang yang tinggal sendirian karena alasan tertentu, aku ingin menghindari kelelahan akibat kegiatan klub, mengganggu ritme kehidupan, dan akhirnya merusak akademis.
Bayangkan kalau aku bergabung dengan klub olahraga. Aku akan pulang dalam keadaan lelah, mencoba menyiapkan makanan, lalu langsung kelelahan dan langsung tertidur begitu saja, tidak menyelesaikan tugas harianku, dan akhirnya menjadi siswa bermasalah yang sering terlambat.
"Kirishima-san tinggal sendirian, ya?"
"Ya, aku masih berusaha untuk terbiasa."
Aku baru mulai terbiasa, tapi awalnya aku jatuh sakit karena perubahan lingkungan, dan bahkan absen di hari upacara penerimaan.
Orang tuaku yang biasanya membangunkanku kini tidak ada, jadi bangun pagi juga menjadi perjuangan tersendiri.
"Hidup sendiri di usia ini... Hebat sekali."
"Itu keputusan orang tuaku. Yah, ini jiga pasti akan berguna saat kuliah nanti, tapi... rasanya agak berlebihan untuk mulai dari kelas satu SMA."
"Ya, mungkin itu pengalaman yang baik, tapi pasti sulit juga."
"Maaf, aku tidak bermaksud mengeluh."
Aku berbicara dengan cepat, dan Mikami-san tampak sedikit bingung. Aku merasa bersalah karena seolah-olah aku melampiaskan kegelisahan padanya.
"Karena kita tinggal berdekatan, jangan ragu untuk meminta bantuan jika ada yang mengganggu."
"...Ya, terima kasih."
Ekspresi khawatir Mikami-san yang hangat membuat hatiku terasa hangat.
"Tapi, maafkan aku karena tidak tahu kau tinggal sendiri dan malah mengajakmu jalan-jalan."
"Tidak apa-apa. Sebenarnya, aku malah senang. Di rumah, aku sendirian, jadi ini adalah perubahan yang menyenangkan."
Satu-satunya kenalanku dan teman di sekolah ini hanyalah dia. Awalnya, aku tidak pernah ragu-ragu. Dia bisa membuat kejutanku sepuasnya.
"Karena kita mengbil jalan yang sedikit memutar, ayo kita jangan murung. Jadi... kita mau ke mana?"
"Di jalan sana ada toko crepe baru yang aku ingin coba."
"Crepe, ya. Kedengarannya bagus."
"Aku akan mentraktirmu crepe karena tadi siang kau sudah mentraktirku banyak roti."
"Aku tidak sabar."
Dengan percakapan yang terdengat sangat masa muda itu itu, kami terus berjalan ke arah yang berlawanan dari rumah. Meski ada yang mengganggu kesendirianku, aku merasa tidak apa-apa.