> SIDE STORY

SIDE STORY

Kamu saat ini sedang membaca  Kanojo ni uwaki sa rete ita ore ga, shōakumana kōhai ni natsuka rete imasu  volume 4,  epilog. Kalo kamu menyukai karya ini silahkan tinggalkan jejak komentar. Dan juga jangan lupa dukung mimin dengan cara donet se iklasnya di Trkateer mimin buat mimin makin semagat+buat dana untuk beli raw

PENGAKUAN REINA


──Ada yang memanggilku.


Entah kenapa, aku langsung merasakannya begitu saja.


Aku melangkah ke balkon, lalu menelepon.


Beberapa nada tunggu terdengar sebelum akhirnya kekasihku mengangkat telepon.


"Halo, Reina."


『Yuuta-kun. Ada apa? Jarang sekali kau menelepon di jam segini.』


Saat itu menunjukkan pukul 12 malam.


Sudah 6 bulan aku dan Reina berpacaran, tapi ini adalah kali pertama aku meneleponnya di waktu seperti ini.


"Maaf menelepon di jam segini. Ternyata kau masih terjaga."


『Tidak masalah sama sekali.』


Reina menjawab begitu, lalu terdiam. Dia tidak melanjutkan kata-katanya.


Hanya dengan itu saja, aku sudah bisa menyadari kalo sesuatu telah terjadi padanya.


Reina yang biasa tidak akan menyelesaikan telepon dari kekasihnya hanya dengan satu kalimat. 


Biasanya dia akan menambahkan, "Terima kasih sudah menelepon." Atau, "Aku juga ingin bicara." Dengan tutur kata yang sangat pantas sebagai seorang kekasih.


Rasanya, jarang sekali ada perempuan sepertinya di zaman sekarang yang begitu menghargai pasangannya.


Meskipun aku pribadi tidak pernah memiliki keinginan untuk diperlakukan secara istimewa oleh kekasihku, tapi tetap saja, sikap Reina itu tidak pernah membuatku merasa buruk.


Meskipun suatu hari nanti Reina tidak lagi berada dalam posisi sebagai kekasihku, sepertinya sifatnya itu tidak akan berubah.


Tapi, saat ini kami masih berstatus sebagai sepasang kekasih.


Dan sebagai kekasih, sudah sewajarnya berusaha membantu saat pasangannya menghadapi masalah.


"Kalo ada sesuatu, aku siap mendengarkan."


『Apa...tidak ada apa-apa, sungguh.』


"Jangan bohong. Sikapmu tidak seperti biasanya."


『Itu karena...aku mengantuk saja. Biasanya di jam segini aku sudah di tempat tidur.』 


"Berarti, sekarang ini memang bukan 'biasanya', kan."


Saat aku berkata begitu, Reina terdiam sejenak seakan menahan napas.


Setelah beberapa saat hening, terdengar suara tawa kecil dari Reina.


『Tajam sekali. Pas hari ini kau meneleponku di jam segini, aku sampai terkejut.』 


"...Entah kenapa, aku merasa seperti ada yang memanggilku."


『Hehe. Begitu ya, jadi kau merespons panggilan itu. Iya, mungkin memang aku memanggil...mungkin?』 


"Sudah pasti kau tidak memanggilku! 

Rasanya sangat memalukan!"


『Fufu, maaf.』


Reina tertawa kecil. Aku merasa sedikit lega karena setidaknya bisa membuatnya tertawa.


『...Umm, alasan aku tidak bilang tadi itu bukan karena aku tidak mau menceritakannya pada Yuuta-kun.』 


Ucapannya itu menimbulkan firasat buruk dalam diriku.


Aku belum menyiapkan jawaban untuk hal seperti ini.

Reina melanjutkan kata-katanya.


『 ...Nenekku, belakangan ini keadaannya agak...yah, begitulah. Aku ini cucu kesayangan nenek, jadi...aku sendiri juga belum bisa benar-benar menerima kenyataannya.』


Aku sempat ingin berkata sesuatu, tapi akhirnya menutup mulutku kembali.


──Sebenarnya, hal seperti ini bukan sesuatu yang benar-benar di luar dugaan.


Di sekelilingku pun sudah mulai ada yang mengalami hal serupa, dan suatu saat, giliranku pun pasti akan tiba.


Tapi ketika giliran itu datang pada kekasihku, aku tidak tahu jawaban seperti apa yang seharusnya aku berikan.


Apa pun jawabanku, tidak akan menyelesaikan keadaan. Mungkin itulah sebabnya Reina awalnya enggan menyampaikan hal ini padaku.


Agar aku tidak merasa terbebani.


Aku marah pada diriku sendiri karena memaksakan diri untuk masuk ke ranah itu.


Aku juga marah pada ketidakberdayaanku yang bahkan tidak mampu memberikan solusi apa pun.


Tapi, Reina menyampaikan hal ini bukan karena dia ingin aku menyelesaikan masalahnya.


Dia hanya berharap, dengan membagikan perasaannya padaku, beban di hatinya bisa sedikit terasa lebih ringan.


Kalo begitu, jawabanku sudah pasti.


"....Begitu ya. Terima kasih sudah menceritakannya."


『Tidak, justru aku yang minta ingin meminta maaf. Aku malah membuatmu khawatir.』 


Atas permintaan maaf Reina itu, aku segera memberi jawaban.


"Reina. Aku ini siapa bagimu?"


『Eh. Yuta-kun itu, pacarku───』 


"Benar, aku ini pacarmu. Aku memang belum pernah bertemu nenekmu, tapi mungkin suatu saat nanti aku akan bertemu dengannya."


『Ah...iya.』


"Itu sebabnya, perasaanmu itu...kita bisa saling berbagi. Kita bisa bahagia bersama, atau bersedih bersama. Tapi tentu saja, kalo Reina merasa tidak ingin membawa hal seperti ini ke dalam hubungan kita, itu juga tidak apa-apa───"


『Bukan, bukan begitu. Tapi, rasanya aku tidak enak kalo aku juga membebani Yuuta-kun...』 


"Reina, apa kau juga bilang hal yang sama ke keluargamu?"


『Eh?』


"Aku menjalin hubungan denganmu bukan untuk main-main."


Kali ini, keheningan berlangsung lebih lama dari sebelumnya.


Tidak ada suara sedikit pun dari ponsel di telingaku.


Tapi aku tahu, Reina masih ada di sana.


Ketika akhirnya suara Reina terdengar lagi, terdengar sedikit serak.


『...Kau sudah berjanji, ya.』 


"Ambil saja sebanyak yang kau mau. Kalo ada apa-apa lagi, hubungi aku. Aku ingin berbagi apa pun denganmu, Reina."


『...Begitu ya. ...Ya. Aku benar-benar mencintaimu.』


"Apa?"


Tanpa sadar aku balik bertanya, dan Reina hanya terbatuk kecil.


『Aku akan tidur malam ini. Terima kasih, Yuuta-kun.』 


Setelah mengatakan itu, sambungan telepon pun terputus.


Dengan tangan yang kini tidak memegang apa pun, aku menyandarkan siku-ku di pagar balkon dan menatap ke luar.


Meski apartemenku ini berada di kawasan permukiman yang agak jauh dari hiruk-pikuk kota, tapi tetap saja sulit untuk menikmati keindahan langit malam.


Tapi aku tetap menatap ke atas. 


Entah kenapa, aku merasa kalo aku terus menatap seperti ini, sesuatu akan terjadi.


Beberapa menit kemudian, layar Hp-ku menyala. Pesan yang masuk berbunyi:


『Tadi aku bilang aku sangat mencintaimu. Kupikir kau tidak mendengarnya, jadi aku sampaikan sekali lagi lewat pesan.』 


Aku menatap langit malam sekali lagi, lalu tersenyum kecil.


"...Sebenarnya aku dengar, kok."


Di sudut pandangku, seberkas cahaya seperti bintang jatuh tampak melesat.


Selanjutnya

Posting Komentar

نموذج الاتصال