Chapter 9: Menunggu di Pagi Hari
"Fuah... gantuk cok."
Aku berjalan perlahan sambil menguap.
Senin, hari yang paling di benci oleh para pelajar dan pekerja, telah tiba.
Ini memang menyedihkan. Akhir pekan yang menyenangkan telah berakhir, dan waktunya kembali ke sekolah atau bekerja. Tak heran jika suasana hati jadi buruk.
Menurutku bukan ide yang baik untuk berpikir seperti ini karena aku baru saja memulai kehidupan SMA, tapi sebenarnya aku merasa lesu di awal minggu. Faktanya menurutku, orang yang bersemangat di pagi hari pas hari Senin mungkin hanya sedikit sekali...
sambil menghela napas, aku mampir ke toko serba ada dalam perjalanan ke sekolah. Saatnya mengamankan makanan hari ini yang sudah menjadi rutinitas sehari-hariku.
Karena ada kesenangan ini, aku bisa bertahan di pagi Senin yang suram. Aku menikmati memilih-milih dan mengambil roti yang akan menjadi sumber semangatku.
Dengan menantikan untuk menggigit roti itu, aku bisa melewati pelajaran hari inj. Dengan kata lain, jika aku salah memilih roti di sink, maka itu akan mempengaruhi semangatku sepanjang hari.
lalu tiba-tiba pintu otomatis terbuka, dan pegawai toko yang menyadari kedatangan pelanggan memberi salam dengan lesu. Terima kasih sudah bekerja keras sejak pagi, sungguh.
Aku melewati kasir yang dijaga pegawai yang tampak mengantuk, lalu berbelok ke kanan, di sana ada rak roti yang berjajar.
Namun, saat aku melangkah ke sana, aku terdiam kaku.
Di sana ada Hina Mikami, dengan gerakan manis sedang membandingkan roti di tangannya.
Kemudian saat dia menyadari kehadiranku, dia meletakkan roti itu dan menoleh ke arahku.
"Selamat pagi, Kirishima-san."
Oh...selamat pagi. Kenapa kamu di sini?"
"Aku menunggu di sini karena kupikir Kirishima-san akan datang."
Sejujurnya, aku terkejut saat melihat Mikami-san di depanku.
Aku memang berjanji untuk bertemu dengannya lagi, tapi kupikir kami akan bertemu di sekolah, jadi aku benar-benar lengah.
Meskipun begitu... bagaimana dia tahu?
Oh, ya kalo tidak salah aku pernah cerita sekilas tentang membeli makan siang di minimarket saat pergi ke sekolah... oh, mungkin itu alasannya.
Karena kami mengetahui bahwa kami tinggal di gedung apartemen yang sama dari kejadian sebelumnya, kami secara alami dapat mempersempit rute yang kami ambil untuk pergi ke sekolah.
tapi...
"Ada toko serba ada lain yang agak jauh dari sini, kan? Apa yang akan kamu lakukan jika aku pergi ke sana?”
"Itu adalah titik buta..."
"Yah, kebetulan aku memutuskan untuk ke sini hari ini."
"Lagi-lagi, aku tertolong oleh kebiasaan Kirishima-san."
Pak Mikami, yang membusungkan dadanya dengan ekspresi sedikit puas di wajahnya saat melihatku, tiba-tiba jadi sedikit murung.
Lucu sekali melihat ekspresinya berubah sedikit demi sedikit dari penampilannya yang keren. Aura gadis cantiknya membuat mataku membara sejak pagi.
"Yah, bagaimana jika kamu menanyakannya? kita kan sudah tukar nomor kontak?"
"Itu juga benar. Aku akan bertanya lain kali."
Dia adalah orang pertama yang bertukar informasi kontak dengan saya ketika saya menjadi siswa SMA. Mengirim stiker saat bosan tidak masalah, tapi seharusnya juga bisa digunakan untuk menanyakan jadwal.
"Baiklah. yah, jangan terlalu lama merenung... jadi apa yang akan kamu pilih hari ini?"
"Apa rekomendasi Kirishima-san?"
"Lho, kenapa?"
"Kupikir aku akan membeli roti hari ini juga. Kirishima-san selalu mengisi mulutnya dengan roti yang begitu nikmat, jadi aku tertarik."
Oh, itu adalah hal yang luar biasa.
Tidak kusangka Mikami-san selalu membawabekal makan siangl yang layak, akan tertarik pada roti toko serba ada karena pengaruhku... aku harus merekemdasioan sesuatu yang enak.
"Roti macam apa yang kamu suka? Manis, asin, atau roti tawar?"
"Bukan roti tawar. Aku ingin yang biasa Kirishima-san makan."
Jenis rotinya juga bermacam-macam.
Aku menyelipkan pilihan roti tawar yang langsung ditolak, tapi kalau yang biasa aku makan, maka jenisnya sudah jelas.
"Kalau begitu roti isi. Hm... sulit memilih."
"Apa Kirishima-san selalu begitu lama memilih?"
Biasanya sih aku tidak butuh waktu lama untuk memilih, tapi jika menyangkut sesuatu yang akan masuk ke mulut Mikami-san, aku tidak bisa mengambil keputusan dengan mudah."
"Um… Tapi kalo kamu terlalu lama nanti kita terlambat loh, jadi kamu tidak perlu terlalu khawatir, oke?
Sambil melihat ke arahku dan jam di dinding toko, Mikami-san mulai cemas.
Karena dia menungguku datang ke sekolah pada saat-saat terakhir, tidak dapat dipungkiri kalau Mikami-san juga akan terlambat.
Sulit memutuskan. Tapi kita tidak punya banyak waktu.
"Untuk saat ini...Aku ingin membeli dalam jumlah banyak dan mencobanya. Biasanya aku tidak makan banyak, tapi bukan berarti aku tidak bisa makan banyak, dan sisa rotinya bisa aku habiskan nanti."
"Eh? eh..."
"Baiklah, aku akan bayar dulu, jadi tunggu sebentar ya."
Karena terlalu banyak pilihan, akhirnya aku memutuskan untuk membeli semuanya.
Meskipun agak banyak, aki tetaplah masih seorang siswa SMA yang sedang tumbuh, aku bisa mengatasinya.
Aku mengambil roti, juga minuman, lalu menuju kasir.
Setelah selesai membayar dan keluar, Mikami-san berkata, "Cepat, kita harus cepat!"
"Kirishima-san, ayo cepat. Nanti kita terlambat!"
"Eh, benar?"
Ternyata aku terlalu lama memilih.
Mikami-san menunjukkan jam di Hp-nya, dan waktu di menit-menit terakhir yang ditunjukkannya membuatku merinding.
"Ayo, cepat."
"Tunggu, tunggu sebentar."
Sekejap kemudian, Mikami-san menarik tanganku dan mulai berlari.
"Jika kita berlari, kita mungkin masih sempat."
"....Benar juga."
Kalau dipikir-pikir, mungkin hal lain yang harus kamu waspadai, seperti pergi ke sekolah bersama atau berpegangan tangan...
Di bawah sinar matahari yang terik, senyuman Mikami-san lebih menyilaukan.
Pagi hari ketika aku hampir terlambat, aku berlari dengan Mikami-san yang memegang tanganku.
Situasi ini... terasa sangat seperti masa muda.