> TERJEBAK DALAM PERKUMPULAN GADIS

TERJEBAK DALAM PERKUMPULAN GADIS


 





"Kouki... umm... maaf..." 


"Apa yang terjadi tiba-tiba?" 


Setelah les privat, biasanya Aisha tidak akan ikut mengantarku pulang, tapi kali ini dia melakukannya, dan dengan wajah penuh rasa bersalah, dia berkata kepadaku.


"Aku benar-benar tidak bisa menolaknya... Umm... saat kami semua akan pergi main, aku ingin Kouki juga ikut..." 


"Bersama siapa...?" 


"Umm, Rikako, Mie, dan Aiko..." 


"Kelompokmu yang biasanya, ya." 


"Ya..." 


Aku merasa aneh saat melihat Aisha yang menunduk dan tampak bersalah. 


Memangnya dia perlu merasa begitu bersalah?  


Tapi ternyata, akulah yang salah.


"Hayato dan yang lainnya juga ikut kan?" 


"Tidak... Hari itu... perkumpulan gadis, soalnya." 


"Kenapa...?" 


Entah kenapa, sepertinya aku akan ikut serta dalam perkumpulan gadis.



"Oh, kamu datang ya, Kouki-kun!" 


"Akitsu... kenapa aku dipanggil ke sini?" "


Ya jelas dong! Kau diajak ikut belanja sama para cewek, jadi kau jadi pembawa barang!" 


"Maaf ya, Fujino-kun, sudah merepotkanmu." 


"Higashino... Tidak, tidak apa-apa, tapi..."


Saat aku menunjukkan sedikit rasa keberatan, wajah Aisha langsung berubah muram. 


Karena itu, aku berusaha tidak menunjukkan kalo aku keberatan.


"Yah, bagaimanapun, jarang-jarang kan kau bisa pergi bersama dalam situasi harem seperti ini! Ini untung besar!" 


"Tidak, tidak juga..." 


Akitsu berkata begitu sambil menepuk-nepuk lenganku, jadi aku sedikit menjauh darinya. 


Yang seperti itu, sudah cukup Manami saja yang melakukan...


"Yah, mohon bantuannya ya." 


"Kano, ya? Baiklah, salam kenal." 


Dan seperti itu, entah bagaimana aku yang merasa tidak cocok di sini, ikut terseret dalam acara yang disebut 'perkumpulan gadis.' Aisha masih tampak merasa bersalah sepanjang waktu.


"Hari ini aku akan belanja banyak!" 


"Aku juga ingin Rikako membantu memilihkan sesuatu." 


"Wah, kalo aku secantik Aiko, aku pasti akan dengan senang memilihkannya!" 


"Tunggu, jangan dekati aku dengan gerakan aneh begitu." 


Akitsu bertingkah seperti seorang pria tua, dan Higashino ikut bermain bersama. 


Sementara itu, Kano berjalan sendirian dengan santai, sehingga akhirnya aku berjalan di samping Aisha.


Meski mereka teman sekelas, aku tidak pernah benar-benar berinteraksi dengan mereka, apalagi mereka semua perempuan. Jadi, aku bersyukur Aisha yang sudah lama ku kenal, ada di sampingku.


"Maaf ya?" 


"Aku sudah datang, jadi jangan pikirkan itu lagi. Lagipula, aku lebih tidak suka kalo kau tidak bisa menikmati ini karena aku." 


"Benar juga... iya... baiklah! Aku akan mengubah suasana hati!" 


Setelah menepuk-nepuk pipinya pelan, Aisha berkata begitu sambil menunjukkan ekspresi yang lebih cerah.


Aisha terlihat seperti memaksakan keceriaannya, tapi yah, selama dia bisa menikmatinya seiring berjalannya waktu, itu sudah cukup.


"Ayo, ayo! Kalian berdua cepatlah!" 


"Maaf, maaf!"


Entah sejak kapan jarak di antara kami dan yang lain menjadi jauh, dan Akitsu memanggil kami.


"Ayo, Kouki, kita pergi." 


Dengan santai, Aisha mengulurkan tangannya dan menarikku untuk berlari menuju tempat mereka.


"He-hey, Aisha." 


"Mumpung begini, bagaimana kalo aku juga minta Kouki memilihkan pakain untukku juga?"


Dengan senyum ceria, Aisha mengatalan sesuatu yang mengingatkanku pada kencan kami beberapa waktu yang lalu. 


Baguslah kalau dia sudah bisa mengubah suasana hatinya.



"Meskipun begitu, kau bisa bergandengan tangan dengan begitu alami seperti itu."


"Ugh... diamlah, itu tidak masalah, kan!"


"Tidak, aku tidak menyalahkanmu kok. Benar, kan? Fujino-kun?"


"Kenapa kau malah menanyakan itu padaku?"


Setelah berjalan-jalan ke beberapa toko sepanjang pagi, kami memutuskan untuk masuk ke kafe sebelum jam makan siang, saat tempat tersebut masih sepi. 


Para gadis tampaknya sudah cukup puas dengan hanya makan pancake sebagai makan siang mereka. 


Sedangkan aku, yang jelas tidak akan merasa kenyang hanya dengan itu, memesan hamburger. 


Syukurlah, kafe ini juga menyediakan menu yang lebih berat.


"Yah, aku bertanya-tanya apa yang akan terjadi, tapi ternyata kalian bisa juga menjadi akrab. Syukurlah." 


Kata Akitsu sambil menyantap pancake-nya.


"Meskipun kalian bilang kalo aku akan jadi pembawa barang, tapi kalian tidak banyak membeli barang, ya?"


Sejauh ini, satu-satunya barang yang dibeli adalah sepatu Akitsu, dan dia pun membawanya sendiri.


"Ah, Fujino-kun, belanja sebenarnya baru dimulai setelah ini..."


"Apa?"


Aku tidak mengerti maksud perkataan Higashino, jadi aku melirik ke arah Aisha.


"Ada apa...? Memang sih, saat aku belanja dulu, aku banyak membeli barang sejak pagi..."


"Eh? Aisha jarang sekali membuat keputusan dengan cepat. Biasanya dia selalu ragu sampai akhir, dan terkadang bahkan baru membeli barangnya di hari berikutnya."


"Begitu, ya?"


Kupikir Aisha termasuk tipe yang cepat dalam memutuskan sesuatu.


Melihat interaksiku dengan Aisha, Akitsu langsung berkata kepadaku.


"Haha, jadi begitu, ya. Pasti ada sesuatu yang membuatnya yakin kali ini."


"Tidak! Itu... bukan seperti itu!"


Aisha tampak panik.


Aku juga merasa wajahku bisa saja memerah. 


Maksudnya, dia memutuskan membeli barang itu karena aku mengatakan itu bagus, kan...?


"Baiklah, baiklah. Sekarang kita bisa berbelanja sambil mendapatkan pandangan dari laki-laki juga. Ayo, lanjutkan belanja kita sore ini!"


Higashino segera menengahi sebelum suasana menjadi canggung.


Akitsu menggoda Aisha yang panik, Higashino mengatur situasi, dan Kano hanya mengamati dari jauh. 


Meskipun Kano jarang bicara, dari suasananya aku bisa merasakan bahwa dia juga menikmati waktu ini.



"Eh...."


"Kau tinggal duduk di sini dan beri komentar saat mereka keluar nanti."


Aku duduk di kursi yang ditempatkan di depan ruang ganti dan berbicara dengan Kano. 


Rasanya tidak nyaman. 


Setelah makan pancake, para gadis mulai mengatakan "ini saatnya berbelanja  dengan serius!" dan menyeretku ke tempat ini, tapi apa seharusnya aku ada di sini...?


Hanya berada di toko pakaian wanita saja sudah cukup membuatku merasa tidak nyaman, dan sekarang aku harus duduk di depan ruang ganti. 


Di balik tirai tipis itu, ada tiga orang yang sedang berganti pakaian. 


Ruang ganti wanita ini ternyata cukup luas.


"Kano, apa kau tidak apa-apa?"


"Tanpa aku, kalian akan kerepotan, kan?"


Dengan wajah polos sambil memiringkan kepalanya, Kano menjawab begitu.


Memang benar, kalo aku dibiarkan sendiri di sini, aku akan merasa kesulitan. 


Yah meski ku rasa tidak sopan mengatakan kalo  itu mengejutkan, tapi menurutku itu sudah menjadi ciri khas Kano untuk memperhatikan sekelilingnya meskipun dia terlihat acuh ta acuh.


"Aku juga akan mencoba pakaian nanti."


"Oh, aku mengerti. Aku akan menantikannya."


"Mm..."


Setelah mengatakan itu, Kano mengalihkan pandanganya lagi, seolah  dia sudah tidak tertarik lagi 


Meskipun dia tidak banyak berbicara dibandingkan 3 gadis lainnya, rasanya kami mulai bisa berkomunikasi dengan baik.


Saat sedang berpikir begitu, suasana di dalam ruang ganti menjadi ribut.


"Tunggu! Aku tidak membawa yang seperti ini!"


"Eh, tidak apa-apa, kok. Itu pasti cocok untukmu, Aisa."


"Aku maunya yang biasa saja..."


"Ayo cepat, atau aku akan membuka tirainya!"


"Tunggu! Aku belum selesai memakai pakaianku!"


"Kalo kubuka sekarang, Kouki-kun pasti bisa melihat pakaian dalam biru muda yang lucu ini."


"Rikako! Jangan mengatakan warnanya! Dan kau juga belum memakai apa-apa!"


"Aku sih memakai pakaian dalam yang paling kusuka hari ini, jadi tidak masalah kalo dia melihatnya... oke, oke, maaf, jangan pasang wajah seram begitu."


Syukurlah tidak ada pelanggan lain di sini.


Juga untungnya, tidak ada staf toko yang berada di dekat kami.


"Jadi warnanya biru muda, ya?"


"Tolong beri aku istirahat..."


"Ngomong-ngomong, punyaku juga mungkin berwarna biru..."


"Tolong beri aku istirahat..."


Sambil digoda oleh Kano, aku menunggu 3 orang itu selesai berganti pakaian.



"Jaaaang!"


"Bagaimana menurutmu?"


Higashino dan Akitsu keluar dari ruang ganti. 


Meskipun aku tidak begitu paham tentang pakaian wanita, aku bisa bilang kalo keduanya terlihat cocok mengenakan apa saja karena wajah mereka yang menawan, meskipun berbeda tipe dengan Aisha.


Sudah beberapa kali kami melakukan hal ini, tapi kali ini aku berkata pada mereka berdua,


"Itu cocok untuk kalian."


"Ya ampun, Fujino-kun, kau cuma mengatakan itu terus."


Ngomong-ngomong, Aisha sudah berhenti berpartisipasi setelah yang ketiga kalinya. 


Kano juga sempat masuk ke ruang ganti, tapi dia keluar lagi dengan pakaian hoodie yang biasa dipakainya tanpa menunjukkan apa pun.


"Itu kan sudah kukatakan, Kouki hanya mengatakan 'Itu cocok untuk kalian'."


"Dan Aisha yang membeli semua yang dia bilang cocok juga luar biasa."


"Tunggu... Kouki!"


"Kurasa itu bukan salahku, kan!?"


Entah kenapa Aisha memelototiku.


"Yah, mata  Kouki-kun lebih tertuju pada kita dibandingkan sebelumnya, jadi kurasa mungkin dia menyukai hal semacam ini."


"Wah, Rikako, kau jeli sekali."


"Ya, ya. Mungkin Kouki-kun lebih suka yang bergaya girly daripada yang feminin, ya?"


Apa itu, mantra?


"Sebetulnya aku tidak begitu mengerti bedanya."


"Yah, intinya... kelihatannya dia lebih suka yang terlihat sedikit lebih imut?"


".....Loli?"


"Hei! Mie! Jangan berbicara sembarangan!"


Berkat penjelasan Higashino, aku mulai mengerti perbedaannya, tapi mungkin akan lebih baik kalau aku tetap tidak paham.


"Benarkah itu!?"


Entah kenapa Aisha yang di sebelahku mendesakku dengan pertanyaan itu.


"Tidak, itu tuduhan palsu!"


Aku bahkan tidak pernah memikirkan hal semacam itu, dan lagian ini kan cuma soal pakaian, kan!?


"Atau lebih tepatnya, Rikako, apa kau benar-benar menilai itu hanya dengan tatapan?"


"Eh? Aiko tidak merasakannya?"


"Sekali pun tidak..."


Sementara itu, di samping kami, Aisha bergumam, "Girly...pakaian girly... lolicon..." Ini menakutkan. 


Dan yang terakhir itu adalah tuduhan yang tidak benar.


"Yah, itu sebabnya aku akan membeli ini."


"Bagaimanapun, kau cukup membeli banyak barang, ya? Apa itu tidak apa-apa?"

 

"Ya. Yang ini tidak masalah. Aku tidak sering berbelanja, kok."


Kata-kata itu terasa sangat khas Akitsu.


"Lagipula, hari ini ada kau kan jadi pembawa barang kami, jadi aku harus memanfaatkan kesempatan ini! Oh, bagaimana kalo aku menunjukkan sedikit pakaian dalamku sebagai ucapan terima kasih?"


"Kouki."


"Bukan aku, tapi marahlah pada Akitsu!?"


Dengan begitu, kami melanjutkan berbelanja sambil berkeliling.


Ngomong-ngomong, setelah itu, Aisha hanya membeli pakaian yang sedikit lebih feminin.



"Wah, kita sudah membeli banyak, ya!"


"Hmm... puas."


Higashino dan Kano juga membawa banyak pakaian dalam tas kertas. 


Meski begitu, keduanya masih terkesan cukup hemat.


"Kau benar-benar membeli banyak, ya!"


"Rikako juga tidak kalah banyak!"


"Yah, aku juga bersyukur bisa mendengar pendapat dari pria yang jarang muncul."


Dua orang ini masing-masing membeli lebih banyak daripada jumlah gabungan Higashino dan Kano. 


Tentu saja, aku yang harus membawa barang-barang itu...


"Kouki-kun, terima kasih, ya!"


"Ah..."


Aku berusaha untuk merasa senang telah menjalankan tugas sebagai pembawa barang.


"Ngomong-ngomong... Aisha kau benar-benar membeli banyak, ya."


Akitsu berkata sambil mengambil barang bawaanku. 


Faktanya, jumlah yang dibeli Aisha hari ini jauh lebih banyak.


"Kouki-kun. kalo kau tidak mempersempitnya lagi lain kali, Aisha bisa bangkrut."


Sambil menepuk-nepuk bahuku, Akitsu mengungkapkan hal itu.


"Bukan! Ini... kebetulan saja!"


"Ya ya. Hari ini kau banyak bicara, jadi kita sudahi di sini saja."


"Eh, Aiko juga..."


"Aisha, mudah sekali dimengerti, ya..."


Pada akhirnya, Kano mengatakan hal yang sama, dan Aisha mengatakan ini dengan wajah memerah. 


"Bukan seperti itu! Jangan salah paham! Mengerti!?"


"Eh... mengerti..."


"Humph!"


Aisha mengalihkan wajahnya sambil berkata begitu, dan dia terlihat sangat menggemaskan. 


Saat dia marah dengan wajahnya yang merah, aku akhirnya menyadari bahwa itu adalah cara dia menyembunyikan rasa malunya.



Selanjutnya

Posting Komentar

نموذج الاتصال