> ZIARAH KE MAKAM

ZIARAH KE MAKAM


 



"Siapkan dirimu, kita akan ziarah ke makam nenek."


"Eh? Hari ini?"


Saat aku sedang bersantai di kamarku, ibuku tiba-tiba mengatakan itu.


"Ya, benar. Eh? Apa kau tidak mendengar apa-apa?"


"Tidak... eh, mendengar apa?"


Aku bingung dengan ajakan mendadak ini. Hari ini bukan jadwal untuk belajar privat, tapi Manami sudah bilang untuk mengosongkan jadwalku.


Ah, jadi itu maksudnya.


"Karena keluarga Takanishi juga menuju arah yang sama, lebih tepatnya sangat dekat, jadi kita akan pergi bersama."


"Baiklah."


Manami...


Aku berjanji pada diriku sendiri untuk bertanya lebih jelas tentang apa yang harus dilakukan setiap kali aku diminta untuk mengosongkan jadwal di lain waktu.



"Ah, Kouki nii-chan!"


"Manami...itu cocok sekali untukmu."


"Hehehe!"


Manami melambai dengan mengenakan topi jerami besar dan gaun musim panas yang sangat khas. 


Sungguh...dia terlihat seperti anak kecil yang sedang menikmati liburan musim panasnya. Sepertinya dia juga akan cocok dengan jaring serangga. Karena itu, mungkin dia akan membawa jaring itu nanti...


"Kouki..."


Aisha memanggilku.


Dia juga mengenakan topi besar dan gaun yang berkibar tertiup angin. Dari belakang, Manami menggerakkan bibirnya, berkata, "Puji dia."


"Aisha juga... itu cocok sekali denganmu."


"Terima kasih..."


Aisha dengan cepat menutup wajahnya dengan topinya dan membalikkan badan, tapi Manami mengangguk puas, jadi sepertinya aku benar.


Aku juga mengenakan pakaian yang sangat musim panas, meskipun dengan arti yang sangat berbeda dari Manami.


Entah kenapa... Dia terlihat seolah-olah akan menjadi model di sebuah poster.


"Kau! Jangan terpaku melihat Aisha-chan, cepat bersihkan!"


"Aku tahu, kok."


Aku mengabaikan komentar ibuku karena kalo aku ikut merespons, pasti akan berujung pada masalah.

Tempat ini bisa dibilang sudah berada di pedalaman, dengan hutan, sawah, dan makam yang mengelilingi.


Omong-omong, makam kedua keluarga kami dibangun bersebelahan. 


Sepertinya ibu dan yang lainnya sudah berteman sejak kecil. Aku tidak begitu tahu karena aku tidak pernah menanyakannya.


Ayah dari kedua keluarga tidak bisa hadir pada jadwal ini... lebih tepatnya, karena ini adalah makam dari pihak ibu, sepertinya mereka tidak berniat untuk menyesuaikan jadwal dengan para ayah, dan satu-satunya laki-laki di sini hanyalah aku.


"Maaf, ya, Kouki."


"Tidak apa-apa, toh membersihkan satu atau dua sama saja."


"Fufu. Kalo Kouki-kun menikahi keluargaku, kita bisa jadi kerabat, kan?"


"Eh, ibu!?"


Tiba-tiba, ibu Takanishi muncul dan mengeluarkan pernyataan yang mengejutkan.


Jika aku membantah, pasti akan jadi masalah, jadi aku hanya membersihkan makam kedua keluarga dan berziarah.


Karena ini adalah nama keluarga lama, sepertinya menikah pun terasa agak jauh...


Tapi, entah kenapa, aku merasa tegang saat berziarah.



"Ah, Kouki nii, selamat datang kembali!"


"Selamat datang... eh? Ini kan rumah nenekku, kan?"


Setelah itu, aku akhirnya pulang setelah dipaksa membantu membersihkan makam...


Tapi kenapa Manami terlihat santai seperti ini?


"Ahaha. Sepertinya kakek dan nenekku lupa kalo kita datang, jadi mereka pergi. Mereka bilang kita bisa bersantai di sini..."


"Oh, begitu."


Yah, ini memang rumah tua yang luas khas pedesaan, jadi tidak masalah jika ada lebih banyak orang.


"Hehehe. Onee-chan sekarang lagi mandi, lho?"


"Terus."


"Eh, reaksimu dingin sekali!"


Kalo aku membalas perkataannya dengan serius, aku yang akan terlihat bodoh. Jadi akutidak perlu menanggapi semua yang dia katakan!


Sebelum Manami sempat mengatakan sesuatu, aku harus mengalihkan topik.


"Bagaimana dengan para ibu?"


Sepanjang hari ini, mereka memaksaku untuk bekerja di ladang...Aku tidak bisa melihat ibu dan nenekku, yang meninggalkanku sendirian dan pulang lebih dulu.

 

"Mungkin mereka di dapur?"


Aku menyadari betapa luasnya rumah ini sekali lagi...


"Baiklah. Aku mau ambil minuman, apa Manami juga mau?"


"Mau! Calpis yang kental!"


"Baik."


Rumah ini memang besar, tapi aku tahu di mana dapurnya, jadi tidak perlu ke kamar mandi tempat Aisha berada.


Dengan pikiran seperti itu, aku jadi santai.


Ketika aku membuka pintu untuk jalan pintas ke dapur...


"Ah..."


"Ah, ahaha, maaf ya? Kouki-kun, aku menunjukkan hal yang aneh."


Ternyata, bibiku sedang mengganti pakaian.


Dia hanya mengenakan pakaian dalam, dan sedang membungkuk, entah untuk melepas atau mengenakan rok.


[TL\n: gua pengen di sini ada Ilustrasi-nya, gua yakin pecinta Milf pasti sependapat ama gua.]


"Eh... maaf!"


"Maaf ya. Aku juga sedikit berkeringat, jadi aku mengganti baju..."


"Tidak, eh..."


Aku terhenti sejenak, tidak tahu harus berbuat apa.


Tiba-tiba, aku mendengar suara langkah kaki dan tersadar.


Tapi... pada saat itu, suara langkah kaki itu sudah mendekat di belakangku.


"Ah, Kouki... eh, kau sedang apa...?"


Aisha yang baru selesai mandi menatapku dengan tatapan tajam.



"Ya... Itu hanya kebetulan... Hanya kebetulan..."


Setelah berhasil mengambil 3 gelas Calpis yang kental di dapur, aku kembali ke ruangan tempat Manami berada... dan mendapati diriku disuruh untuk duduk dengan posisi seiza.


"Yah, yah, Kouki nii juga tidak sengaja kan?"


"Itu... aku tahu, tapi..."


"Eh, atau mungkin kau sebenarnya ingin mengintip Onee-chan?"


"Tidak! Bodoh! Itu bukan maksudku!"


Aku berharap pertengkaran antara saudara perempuan itu bisa ditunda, karena aku merasa tidak nyaman.


"Memang sih, dari taman sini bisa melihat ke arah kamar mandi. Ketika aku mandi, jendelanya juga terbuka lebar, jadi kalo Kouki nii beruntung, mungkin kau bisa melihatku!?"


"Kouki!"


“Kenapa aku yang kena marah!?!"


Akhirnya, Manami berhasil meredakan suasana dan Aisha pun tenang, tapi aku tetap merasa seolah-olah aku diperlakukan secara tidak adil.



"Jadi, akhirnya kita menginap di sini?"


"Sepertinya begitu..."


Ternyata, kakek dan nenek Aisha sudah pergi berlibur dan tidak akan kembali, jadi mereka harus menginap di sini.


Nenekku senang melihat orang-orang datang setelah sekian lama, jadi ini mungkin baik-baik saja. Kakek juga sudah tidak ada dan dia sendirian.


"Kalo begitu, aku mau tidur di kamar Kouki nii!"


"Tentu saja tidak boleh!”


Manami berkata hal bodoh dan Aisha langsung menghentikannya.


Tapi, sepertinya Manami mempunyai rencana.


"Ini ada alasan yang kuat, lho? Onee-chan."


"Alasan?"


Manami terlihat sangat percaya diri.


Aisha mengerutkan dahinya.


Polanya seperti ini, pasti Aisha akan terjebak dalam permainan Manami...


"Pasti ada yang ingin dilakukan di malam hari, kan?"


"Yang ingin dilakukan di malam hari... apa yang kau pikirkan!?"


"Eh!? Onee-chan sendiri yang cabul!"


Aisha mulai memerah dan gelisah.


Manami sudah sepenuhnya mengambil alih situasi. Aku pun memutuskan untuk tidak berbicara agar tidak menggali kuburanku sendiri.


"Yah, yah, datang ke pegunungan seperti ini dan satu-satunya hal yang bisa dilakukan malam hari pasti hanya ada satu hal, kan?"


"Jadi itu... eh... Kouki! Katakan sesuatu!"


"Eh...?"


Strategi diamku sudah hancur. Sebenarnya, sepertinya Manami sudah tahu dan hanya ingin mengerjaiku.


Aisha yang memerah dan panik terlihat imut, tapi apa itu memang tujuannya?


Tapi, kalo aku ikut-ikutan dalam situasi ini, pasti itu akan berujung masalah, jadi aku memberikan bantuan.


"Dengar, karena ini tentang Manami, kurasa dia ingin pergi menangkap kumbang."


Aku bermaksud membuat lelucon untuk meredakan suasana, tapi...


"Benar sekali! Kouki nii, hebat! Sudah pasti, sampai sini kita harus membawa pulang satu atau dua kumbang!"


"Serius!?!"


"Tenang saja! Aku sudah memeriksa pohon-pohon di sekitar sini, jadi aku tahu mana jalan yang aman!"


"Persiapan yang bagus..."


"Di sekitar sini hanya ada kumbang tanduk, tapi di sini sepertinya bisa mendapatkan kumbang kelapa, lho! Seperti Miyama stag!"


[TL\n: yang penasaran kek mana bentuk Miyama stag cari aja di google nanti muncul kok.]


Aku tidak tahu apa yang membuat Manami begitu bersemangat, tetapi dia jelas sekali sangat antusias.


Sebenarnya, aku juga tidak bisa menyangkal bahwa Miyama stag itu keren.


Tapi aku rasa Aisha tidak akan mengerti hal itu... bahkan aku sendiri agak bingung kenapa Manami bisa begitu bersemangat tentang Miyama stag.


"Jadi, karena aku ingin bergerak di tengah malam, aku akan tidur di kamar Kouki nii dan bangun dari situ!"


"Tidak... sebaiknya Aisha yang membangunkanmu."


"Aku rasa Onee-chan kalo tidur dia terlalu susah di bagunin dan dia tidak akan bangun di tengah malam. Lagipula, apa Onee-chan mau bangun hanya untuk menangkap serangga?"


"Eh? Ehm..."


Aisha memang tidak suka serangga. Pasti dia tidak akan bangun untuk itu.


Tapi...


"Masih ada kamar kosong, jadi Manami bisa tidur di samping kamar ku. Aku akan memindahkan futon kesitu."


"Eh...?!"


"Ngomong-ngomong, aku akan berusaha bangun, tapi kalo Manami tidak bangun, aku tidak akan membawamu."


"Tidak! Aku akan berusaha bangun...!"


"Aku hanya ingin bertanya, tapi Aisha..."


"Ehm... kalo aku bisa bangun, sih..."


Aisha bergumam dengan nada tidak percaya diri.


"Ya! Sebelum itu ada acara lain!"


"Acara...?"


Manami tiba-tiba berdiri.


Aku pikir kami hanya perlu mandi dan tidur.


"Sayang sekali kalo kita datang ke sini tapi kita tidak menikmati pemandian air panas!"


"Aku sudah mandi, sih..."


"Tapi ini pemandian air panas!"


"Itu... yah, itu memang menarik."


Kalo dipikir-pikir memang ada beberapa pemandian air panas tersembunyi yang di dekat sini...


Aku sudah lama tidak ke sini, dan meskipun aku pulang, aku tidak pernah pergi ke sana, jadi aku sudah melupakan hal itu.


"Ayo pergi? Kouki nii!"


"Ya, ya, jangan menarikku."


Manami dengan paksa menarik tanganku dan membuatku berdiri.


Kekuatannya luar biasa... Aku terus berpikir dari mana semua tenaga itu berasal, tapi berpikir lebih jauh juga sia-sia... Aku akan berpikir itu hanya karena Manami.


"Aisha, apa kau mau ikut?"


Sambil ditarik oleh Manami, aku mengulurkan tangan ke arah Aisha.


"Ya..."


Aisha meraih tanganku dan berdiri.


Aku secara alami mengulurkan tanganku, tapi saat dia berdiri, aku menyadari ini...


"Bagaimana kalau kita semua pergi sambil berpegangan tangan?"


Manami terlihat sangat senang, jadi itu baik-baik saja, tapi wajah Aisha memerah. Dan mungkin, wajahku juga begitu...


"Ah! Tapi aku belum siap! Kouki-nii, tolong siapkan handuk dan sampo! Aku akan ambil celana dalam!"


Manami segera melepaskan tangannya.


Tinggallah aku dan Aisha...


"Ehm... aku juga akan bersiap-siap."


"Ya..."


Apa ini hanya imajinasiku yang merasa kalo dia sedikit enggan untuk melepaskan tangan kami, tapi mungkin itu hanya perasaanku saja? 



"Huh..."


Karena para ibu memutuskan untuk bersantai di rumah, akhirnya kami bertiga pergi ke pemandian air panas.


Setelah berpisah di depan ruang ganti, aku seorang diri bersantai di pemandian pria.


Kami mengandalkan cahaya senter untuk menyusuri jalan pedesaan yang hampir tidak ada lampu jalan, tapi ada nuansa yang berbeda dan tidak biasa, yang membuatnya semakin menyenangkan.


"Rasanya aku cukup lelah..."


Otot-ototku terasa agak tegang, mungkin karena telah melakukan pekerjaan membersihkan makam dan pekerjaan pertanian.


Mungkin datang ke pemandian air panas merupakan hal yang baik.


"Rasanya seperti hidup kembali..."


Aku dapat menikmati pemandian air panas dengan tenang sampai saat itu.


"Ayo, Onee-chan, Cepat!"


"Tunggu! Kan Manami yang bilang ingin minum susu duluan..."


"Eh...?"


Tunggu, tunggu.


Ini adalah pandian pria loh. Aku sudah memastikannya.


Tapi, sepertinya suara itu tidak berasal dari sisi yang terpisah oleh partisi.


Untuk saat ini, aku mengelilingi sisi besar batu yang dipasang di tengah pandian air panas.


"Ah... rasanya enak sekali! Onee-chan!”


"Baiklah..."


Tanpa ragu, aku yakin 2 orang itu ada di balik batu.


"Hah?"


Manami berterika.


"Kouki-nii!"


"Tunggu! Itu mengganggu! Jangan teriak begitu tiba-tiba!"


"Ahaha. Tapi aku penasaran di mana pemandian pria. Lagipula, di tempat ini tidak ada orang lain selain kita!"


"Ya, itu benar, tapi... memang benar kolam pria tidak terlihat."


Sepertinya aku harus mengakui keberadaanku... Bagaimanapun, aku yang masuk lebih dulu mungkin akan lebih cepat merasa pusing.


Tanpa menunjukkan diri, aku berbicara dari balik batu.


"Ehm, Aisha."


"Ah, Kouki... eh? Tunggu sebentar...!?"


Segera, aku mendengar suara air yang memercik, sepertinya Aisha sedang panik.


"Tenang! Aku tidak bisa melihat ke arahmu dari sini!"


"Begitu... eh, tapi ini...?"


"Aku berada di belakang batu yang terlihat oleh kalian berdua."


"Kenapa... tunggu, apa ini artinya ini pemandian campuran...?"


"Mungkin..."


Ini adalah pemandian air panas kecil yang tidak jelas siapa yang mengelolanya.


Hanya ada kotak untuk menyumbang di pintu masuk, dan ada mesin penjual otomatis untuk minuman.


Sebenarnya, ingatanku tentang kunjungan sebelumnya sangat kabur, sehingga aku bahkan tidak yakin apakah tempat ini sama dengan yang dulu aku kunjungi.


Karena para ibu tidak mengatakan apa-apa, mungkin mereka tidak tahu tentang pemandian campuran ini. 


Tentu saja, mereka akan melarang jika tahu...


Aku benar-benar lengah.


"Ah, benar juga! Halo, Kouki-nii!"


"Sebentar, Manami!?"


"Hey, kenapa kau datang ke sini!?"


Karena aku terlalu tenggelam dalam pikiranku, aku tidak menyadari Manami sudah mendekat.


"Ah! Aku juga telanjang!"


Manami dengan cepat menyembunyikan dirinya.

 

Aku tidak bisa melihatnya dengan baik karena uapnya, tapi entah kenapa aku bisa melihat garis besarnya...tidak, tidak, lupakan saja.


"Hehehe. Aku melakukannya!"


"Bukan ‘melakukannya’! Apa kau pikir ini main-main!?"


"Maaf. Apa Onee-chan juga mau pergi?"


"Jangan bicara hal bodoh!"


"Aku dimarahi!"


Aku bisa mendengar suara gembira Manami.


Aku berharap aku dapat mengatakan bahwa itu baik kalo dia tampaknya tidak peduli untuk dilihat, tapi aku berharap dia akan sedikit lebih berhati-hati....


"Ehm, Kouki?"


"Ah... ada apa?"


Mungkin karena Manami, Aisha kembali tenang dan memanggilku.


"Um... meskipun mungkin terasa tidak nyaman, aku rasa akan lebih baik jika kita bisa menikmati pemandian air panas bersama-sama."


"Ya, benar! Kouki-nii kemarilah juga!"


"Bukan begitu! Sebentar, Kouki!?"


"Aku mengerti! Aku tidak akan kesana, jadi tidak apa-apa."


Dengan keberadaan Manami, suasanaku benar-benar menjadi kacau.


Meski begitu, Aisha yang binging juga terlihat menggemaskan...


"Kalo kita tidak ingin pusing, bagaimana kalo kita tetap di sini dan berbicara?"


"Kalo Aisha mau."


"Tentu saja!"


"Kau sudah tidak perlu datang ke sini, kan!?"


"Ahaha."


Aku berharap Aisha dapat mengawasi Manami dengan baik.


Tapi, sepertinya tidak mungkin menghentikan Manami yang seperti badai.


"Ah! Aku akan merapikan rambutku dulu, jadi kalian berdua santai saja di sini!"


Bahkan melalui balik batu, aku bisa melihat Manami sudah pergi sebelum aku bisa menghentikannya.


Baiklah, jika dia tidak datang ke sini, itu bagus...


Tapi, saat aku kembali memperhatikan situasi ini, aku jadi merasa...


"Aisha...?"


"Eh... um... ada apa?"


"Tidak..."


Aku tidak tahu harus berkata apa.


"Tadi...?"


Aisha mencoba menemukan topik pembicaraan dengan suara ragu.


"Tadi?"


"Ketika Manami pergi ke sana, apa kau melihat...?"


"Eh?"


Sebuah topik yang tidak pernah kubayangkan muncul, dan suara percikan air terdengar dari arah Aisha.


"Jadi kau melihatnya!?!"


"Tidak, tidak! Aku hampir tidak bisa melihat apa-apa karena uap!"


"Jadi kau sedikit melihatnya!?"


"Tidak... aku tidak melihat, tidak melihat!"


"Begitu..."


Aku hanya bisa mengetahuinya dari suaranya, tapi sepertinya dia sudah puas dan duduk kembali.


Saat aku memikirkan itu, entah kenapa aku mendengar suara Aisha mendekatiku.


"Hei, bolehkah aku pergi ke sana?"


"Aisha!?"


"Jangan khawatir, aku tidak akan pergi sejauh di mana Kouki berada. Aku hanya akan mendekat sedikit."


"Begitu..."


Untuk sesaat aku merasa sedikit kecewa, tapi aku berhasil mengabaikan perasaan itu.


"Ugh... Kouki juga bersandar pada batu, kan? Mungkin."


"Ya, benar."


"Aku juga ingin mencoba bersandar sedikit."


"Baiklah."


Kami duduk bersebelahan, dipisahkan oleh batu.


Setelah beberapa saat hening, entah kenapa, karena merasakan kehadiran satu sama lain, rasa canggung yang tadi menghilang.


Saat suasana menjadi tenang, Aisha mulai berbicara.


"Hey, Sudah berapa lama ya sejak kita datang ke sini bersama?"


"Hmm..."


Aku mencoba menggali ingatanku, tapi sepertinya itu sudah sangat lama hingga sulit untuk diingat.


Meskipun aku ada kesempatan untuk datang ke rumah nenekku, aku sudah jarang berhubungan dengan Aisha dan yang lainnya...


"Aku juga tidak ingat banyak, tapi aku ingin tahu apa kita pernah datang kesini bersama sebelumnya?"


"Entahlah..."


"Yah, kalo dulu, kita bahkan mandi bersama, kan?"


"Benar juga..."


"Aku tidak menyangka kita bisa mandi bersama lagi."


Ya, itu memang tidak terduga...


"Kouki, terima kasih ya."


"Apa yang terjadi tiba-tiba?"


"Ehm... ini sebagai ucapan terima kasih yang biasa? Mungkin aku hanya bisa jujur di saat-saat seperti ini..."


Aku teringat saat di kolam renang.

Mungkin ‘saat-saat seperti ini’ memang seperti itu.


"Terima kasih juga padamu."


"Eh!? Kenapa Kouki...?"


Aku terkejut melihat dia benar-benar terkejut.


"Aku senang bisa bersama Aisha, jadi itu ucapan terima kasihku."


"... Oh, begitu."


Meskipun kami tidak memahami satu sama lain dengan baik, kami berterima kasih satu sama lain dan bersandar pada batu tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Mungkin hal yang sama juga terjadi pada Aisha.


"Aku rasa aku sudah sedikit kepanasan."


"Ah, sebaiknya kau keluar."


"Bagaimana dengan Kouki?"


"Aku masih bisa bertahan sedikit lagi... tapi mungkin sebaiknya kita keluar."


Lagipula, aku yang masuk lebih dulu.


"Baiklah. Jadi, kita akan berputar ke arah kanan batu ini dan bertukar tempat."


"Ya... Aisha apa kau baik-baik saja? Dan Manami...?"


"Eh... ah..."


Saat aku bertanya-tanya apa yang sedang terjadi, aku mendengar suara Manami.


"Eh! Kalian sedang melakukan sesuatu yang menyenangkan di sini!"


Manami berlari kearahku dengan riang.


"Stop! Jangan mendekat lebih jauh, nanti akan terjadi hal yang sama!"


"Baik!"


Sepertinya Aisha berhasil menghentikannya kali ini.


"Kouki akan keluar lebih dulu, jadi kita sedang membicarakan cara untuk bertukar tempat seperti ini."


"Jadi, bermain kejar-kejaran!?"


"Tidak ada gunanya bermain kejar-kejaran!"


Dengan percakapan yang biasa seperti itu, kami berhasil keluar dari pemandian tanpa insiden.


"Eh...?"


Melihat tingkah Aisha dan Manami, terasa seolah-olah semuanya normal, dan aku tidak bisa tidak berpikir, entah sudah berapa lama sejak terakhir kali seperti ini.


"Rupanya kita cukup sering bersama ya..."


Kalau dipikir-pikir, sejak liburan musim panas, sepertinya kami hampir selalu bersama.


"Begitu..."


Walaupun tidak ada yang spesial dari hal itu, entah kenapa aku merasa senang dan mendapatkan perasaan yang aneh saat menunggu kedua gadis itu.



"Kouki-nii, Kouki-nii, bangun."


Ada suara yang berbisik di telingaku. Rasanya baru saja aku kembali dari pemandian air panas dan masuk ke dalam selimut... atau memang benar baru saja.


"Manami?"


"Wah, kalo kau tiba-tiba menoleh ke arahku, kita bisa ciuman!"


"Apa?"


Kata-kata yang tidak bisa diabaikan itu membuat kesadaranku seketika terbangun.


"Kenapa kau bisa sedekat ini...?"


"Hehe... sudah saatnya kita pergi, kan?"


Saat aku membuka mata, Manami sudah mengendap-endap di atas tubuhku dengan wajahnya yang dekat dengan wajahku.


Cara membangunkannya...


"Sekarang jam berapa?"


"Jam 4. Sudah mulai terang, jadi kita harus cepat!"


"Oke, oke."


Kami telah berjanji untuk berburu serangga. Manami sangat bersemangat.


Dan sepertinya Aisha memang belum bangun...


Menurut Manami, sebenarnya waktu yang tepat berburu serangga adalah sekitar jam 10 malam, tapi karena jalan di gunung yang gelap itu berbahaya, kami memutuskan untuk memburu di pagi hari.


Katanya, kupu-kupu juga bisa didapatkan di siang hari... berkat Manami, pengetahuan aneh ini semakin bertambah.


"Apa kau sudah siap?"


"Sudah! Ini juga untuk Kouki-nii!"


"Kau memang bisa sangat cepat saat melakukan hal-hal seperti ini..."


"Hehe..."


Senter, jaring serangga, kotak serangga, minuman, dan lainnya...


Semua sudah dipersiapkan dengan rapi.


"Cepat, cepat!"


"Oke, oke."


Dengan berbagai perasaan, aku bersemangat sambil menuju ke luar bersama Manami yang semakin terang.



"Karena ada kemungkinan kita akan terpisah, ayo berpegang tangan.”


"Baik."


Ini benar-benar seperti jalan-jalan anak kecil.


Meskipun masih agak gelap, sinar matahari sudah mulai muncul sehingga kami bisa berjalan tanpa senter.


"Titik pemeriksaan pertama ada di sana!"


"Mesin penjual otomatis...?"


"Ding ding! Pasti ada beberapa serangga di sana!"


"Hei, jangan lari!"


Baru saja dia bilang bisa tersesat, eh dia langsung berlari.


Aku buru-buru mengejarnya dan melihat Manami sudah memasukkan 'harta' ke dalam kotak serangga.


"Itu dia!”


"Ku kira mereka benar-benar di sini..."


"Kouki-nii, apa kau tidak pernah melihatnya? Itu yang terjebak di kain putih dengan lampu yang menyala?"


"Oh... aku sepertinya pernah melihatnya di buku bergambar."


"Mesin penjual otomatis sama seperti itu! Ini mungkin kokuwagata, ya? Ayo kita lanjut!"


"Sebentar, apa kita tidak istirahat sedikit!?"


"Ahaha!"


Manami jelas lebih unggul dariku dalam hal kekuatan fisik dan kecepatan, tapi, dengan sedikit rasa malu sebagai pria dan rasa ingin melindungi Manami agar tidak tersesat dan terluka, aku berusaha untuk mengikutinya.


Kurogane, konara, mesin penjual otomatis, kurogane...


Kami berkeliling mengunjungi titik pemeriksaan yang telah ditentukan oleh Manami.


"Dengan cahaya terang seperti ini, pasti tidak ada serangga di sekitar mesin penjual otomatis."


"Ada, loh!"


"Kenapa kau bisa menemukan serangga di tempat yang sama?"


Manami sepertinya melihat pemandangan yang berbeda dari yang kulihat, karena dia dengan mudah menemukan serangga.


Di dalam kotak serangganya sudah ada lebih dari 10 serangga, sedangkan aku hanya menangkap satu kumbang yang terbang dan menabrakku.


"Hehe, ini adalah yang terakhir!"


Dengan itu, Manami menarik tanganku.


Setelah mulai berhati-hati dengan isi kotak serangga, dia tidak berlari lagi, jadi aku bisa mengikutinya. Tapi, tetap saja, kecepatan jalan Manami lebih cepat.


"Ini dia.”


"Ya!"


Tempat terakhir dia membawaku adalah di bawah pohon besar yang megah.


"Kouki-nii, di sini, di sini!"


"Wah!"


Sepertinya ada getah yang keluar dari pangkal pohon, dan di sana berkumpul banyak sekali serangga.


Bersama dengan kumbang dan kupu-kupu, ada juga kumbang jantan dan kokuwagata yang berkerumun.


"Hehe, aku senang di sini ada banyak!"


"Ngomong-ngomong, mau kau apakan serangga-serangga ini?"


"Hmm? Besok, aku akan membagikannya kepada anak-anak kecil di sekitar sini!"


"Oh, begitu."


Aku pikir dia akan membesarkan serangga-serangga itu, tapi sepertinya tidak.


"Karena aku sering tidak ada karena kegiatan klub, dan sulit meminta Onee-chan untuk merawat mereka..."


"Ya, Aisha memang tidak mungkin."


"Makanya, kalau bisa, aku ingin memberikan pengalaman merawat makhluk hidup kepada anak-anak yang ingin."


"Begitu..."


Ekspresi Manami yang aku anggap kekanak-kanakan tiba-tiba terlihat lebih dewasa.


Entah kenapa, penampilannya itu membuatku merasa sedikit terkejut.


Tapi, tidak lama kemudian, Manami kembali ke sikapnya yang biasa.


"Ah! Lihat, di sana juga ada! Kouki-nii, cepat!"


Aku ditarik lagi oleh Manami yang seketika kembali menunjukkan ekspresi kekanak-kanakan.


Manami benar-benar menunjukkan berbagai ekspresi yang berbeda.


"Baiklah, tapi tolong lebih pelan sedikit..."


"Tidak boleh! Kumbangnya bisa kabur!"


Sambil mengatakan itu, Manami menoleh dan menarik tanganku, dia terlihat bersinar di bawah sinar matahari pagi.



Selanjutnya

Posting Komentar

نموذج الاتصال