> Tentang Gadis Cantik yang Tanpa Sengaja Aku Bantu dan Sekarang Menempel Padaku

Tentang Gadis Cantik yang Tanpa Sengaja Aku Bantu dan Sekarang Menempel Padaku

 Chapter 8 jalan pulang yang tak terduga


Suara kebingungan terdengar bersamaan.

Kami melangkah ke arah yang sama, saling memandang satu sama lain.

Begitu. Benar juga.

Mikami-san tidak pergi ke stasiun dai juga tidaka naik kereta dan meskipun ada halte bus di dekat stasiun dis tidak pergi kesana, jika dia tidak perlu ke stasiun, berarti dia juga tidak naik bus.

Jika dipikir-pikir, karena dia pelanggan tetap di kafe itu berarti dia berada dalam jarak berjalan kaki atau setidaknya dalam jarak sepeda.

“Uhm… Mikami-san juga ke arah sini?”

“Ya, kebetulan sekali.”

Ya, tidak perlu ditanyakan lagi.

Namun, apa yang harus kulakukan…?

Meskipun kebetulan kami pulang ke arah yang sama, apakah pantas aku mengikutinya begitu saja? Bukankah nanti aku akan terlihat seperti penguntit yang berpura-pura punya jalan pulang yang sama denganya? Mungkin lebih bijaksana jika aku menghabiskan waktu di suatu tempat untuk mengubah waktu pulang.

“Ada apa? Jalan pulangmu ke sini, kan?”

“…Boleh saja?”

“Apa? Kau tidak mau pulang?”

“…Tidak, aku akan pulang.”

Jika semuanya berjalan lancar, dan dia mengatakan “kenapa kau mengikutiku?”, aku mungkin akan merasa sangat sedih sampai tidak bisa tidur selama tiga hari… tapi tampaknya Mikami-san tidak peduli sama sekali.

Baiklah, kalau begitu aku juga tidak akan terlalu memikirkan dan pulang saja.

“Sampai mana kita akan bersama, aku tidak tahu, tapi senang berkenalan.”

“Ah, tidak… sama-sama.”

Mikami-san tersenyum dengan latar belakang matahari terbenam dia tampak cantik, membuatku sedikit gugup.

Aku berhenti lagi tanpa sadar, tetapi kembali aku sadar, aku lalu berjalan di samping Mikami-san.

Langkahnya sedikit lebih pendek dari langkahku. Tanpa sadar, aku menyesuaikannya. Meskipun siang tadi terasa panas, angin sepoi-sepoi yang sejuk membuat perjalanan ini menyenangkan.

“Kirima-san, apakah kau sering keluar pada hari libur?”

“…Tidak sih, tapi kadang-kadang aku keluar main. Hari ini kebetulan aku sudah menyelesaikan tugas yang diberikan, jadi aku keluar untuk menghabiskan waktu.”

aku gagal dalam debut SMA-ku jadi aku tidak punya teman.

Artinya, tidak ada teman yang mengajakku bermain, jadi aku biasanya bosan pada hari libur. Sedih sekali mendengarnya dari diriku sendiri.

“Fufu, kebetulan sekali. Berkat kebetulan itu, aku bisa menghabiskan waktu yang bermakna.”

“…Syukurlah.”

Benar juga. Jika dipikir-pikir lagi bertemu dengan Mikami-san adalah serangkaian kebetulan.

Aku memutuskan untuk keluar dan kebetulan cuaca sangat panas lalu aku melarikan diri ke toko buku untuk mendinginkan diri.

Jika tidak demikian, aku mungkin tidak akan bertemu dengan Mikami-san dan aku akan menghabiskan waktu sendirian seperti biasa.

“Hari ini kebetulan, tapi aku sangat menikmatinya. Boleh aku mengajakmu kelaur  lagi nanti?”

“…Maksudnya, kita janji untuk bertemu?”

“Ya. Meskipun kebetulan juga menyenangkan, jika ada kesempatan lagi, mari bertemu lagi.”

“…Terserah padamu. Bagaimanapun juga aku tidak punya teman, jadi jadwalku selalu kosong.”

“Fufu, kalau begitu aku akan memanfaatkan kesempatan itu.”

Mikami-san yang agresif, Aku sudah bisa membayangkan bahwa meskipun aku menolak, aku tidak akan bisa menolaknya.

Lagipula, aku juga sudah merasa nyaman dengan Mikami-san. Bahkan jika itu mengganggu kesendirianku di sekolah, menambahkan hari libur tidak akan membuat banyak perbedaan.

Mikami-san berhubungan denganku atas keinginannya sendiri. Jika dia ingin mendekatiku, aku tidak akan menolaknya.

“Oh, iya. Boleh kitatukaranr kontak?”

“…Tidak masalah.”

“Dengan bertukar kontak, aku bisa menanyakan jadwalmu kapan saja.”

Tampaknya yang tadi itu bukan basa-basi, dia benar-benar ingin mengajakku bermain. Baiklah, tidak ada orang lain yang mau mengisi jadwalku, jadi tidak apa-apa.

Aku mengeluarkan Hp-ku dan bertukar kontak dengannya.

Sesaat kemudian, ada suara notifikasi dari Hp-ku. Ketika aku melihat layar, ada stiker dari akun Mikami-san yang baru saja bertukar denganku.

Aku juga mengirim stiker, dan dia segera membalas dengan stiker lain. Meskipun inj tidak bisa disebut sebagi percakapan, anehnya, aku merasa senang.

Tanpa sadar, aku hampir sampai di rumah. Aku sadar bahwa aku belum berpisah dengan Mikami-san.

Saat itu, aku melihat apartemen tempatku tinggal dan menyadari bahwa kami akan segera berpisah. Aku ingin mengucapkan terima kasih atas hari ini, tetapi Mikami-san lebih dulu berbicara.

“Terima kasih telah mengantarku. Aku sudah dekat, jadi tidak apa-apa.”

“…Maaf. Aku tidak bermaksud mengantarmu. Aku benar-benar ke sini.”

Aku hanya pulang seperti biasa.

Kebetulan jalanku sama dengan Mikami-san, jadi kami tidak perlu berpisah di tengah jalan.

Jadi aku tidak memuatr jalan untuk mengantar Mikami-san ke rumahnya.

Aku bahkan tidak terpikir untuk melakukan tindakan yang begitu gentleman itu, tapi, benar juga. haru sudah mulai gelap, jadi mungkin aku harus  mengantarnya. yah, asalkan dia tidak keberatan.

“Oh, begitu? Kukira Kirishima-san baik hati dan berusaha bersikap sopan.”

“Kalau ada kesempatan lain, aku akan menawarkannya. yah itupun  asalkan Mikami-san tidak keberatan.”

“Aku senang mendengarnya. Bicara dengan Kirishima-san sangat menenangkan… aku berharap kita bisa bertemu lagi.”

Dia tampaknya tidak keberatan.

Meskipun aku tidak tahu kapan “kesempatan lain” itu akan terjadi, aku akan mengingatnya. Tidak bisa membiarkan seorang gadis cantik berjalan sendirian di malam yang gelap.

“Oh, kebetulan aku tinggal di apartemen itu, di mana Kirishima-san tinggal?”

“…Serius?”

Tidak kusangka, ternyata kami menuju tempat yang sama.

Apartemen yang ditunjuk Mikami-san adalah apartemen tempatku tinggal.

“Aku juga tinggal di apartemen itu.”

“Eh?”

“Benar-benar kebetulan kita tinggal di apartemen yang sama.”

“Benar-benar.”

Kebetulan ini terus berlanjut.

Kami saling memandang dan tertawa, akhirnya kami berjalan pulang bersama.

Kami masuk ke lift, dan menekan tombol lantai.

Meskipun kebetulan ini tidak sampai ke lantai yang sama, kami tinggal di lantai yang berbeda.

Aku di lantai tiga, dan Mikami-san di lantai lima.

Di ruang tertutup hanya kami berdua, aku yang keluar lebih dulu mengucapkan terima kasih atas hari ini.

“Hari ini sungguh menyenangkan. Terima kasih.”

Sebenarnya, aku ingin mengatakan lebih banyak, tetapi karena pikiranku tidak tertata, jadi hanya kata-kata sederhana itu yang keluar.

Meskipun tidak mengatakan hal yang istimewa, wajahku sedikit memerah.

“Ya… sampai jumpa lagi.”

Sebelum aku melarikan diri karena malu, aku tak sengaja mengucapkan kata-kata itu.

Pada saat yang sama, pintu lift tertutup. Mikami-san tampak ingin mengatakan sesuatu, tetapi suaranya tidak terdengar. Dia lalu hanya melambai kecil, dan lift naik ke atas.

“Sampai jumpa lagi…”

Aku berdiri di depan lift yang sudah pergi. Kata-kata yang keluar tanpa sadar itu, adalah sesuatu yang sebelumnya tidak pernah terpikirkan olehku.

Bertemu dengan Mikami-san lagi.

Kapan ya? Saat istirahat makan siang? Setelah pulang sekolah? Atau seperti hari ini?

Memikirkan hal-hal seperti itu membuatku benar-benar terkejut.

Saat itu, ada suara notifikasi yang datang dari Hp-ku.

Aku lalu mengambil Hp-ku dari saku dan melihat notifikasi dari Hinata Mikami.

“sampai ketemu lagi di sekolah.”

Pesan singkat dan sederhana.

Sebuah deklarasi yang mengancam kehidupan kesendirian-ku.

Namun, tetap saja—anehnya, aku tidak merasa buruk.






Selanjutnya

Posting Komentar

نموذج الاتصال