Amaetai Osananajimi wa\ Home\trakteer\Facebook
CHAPTER 5
MISAKI HAYASAKA TIDAK MENERIMAPACAR KAKAKNYA
Di salah satu sudut perumahan yang sepi, terdapat sebuah rumah dua lantai dengan skema warna krem yang lembut. Di ruang tamu di rumah dengan papan nama yang bertuliskan nama ‘Hayasaka’ telah terendam oleh suasana tegang.
Tiga orang duduk di sekitar meja makan yang muat untuk empat orang: aku, Hibiya, dan adikku, Misaki. Tempat duduknya diatur dengan Hibiya di sebelahku, sedangkan Misaki duduk di depanku.
Dalam keheningan yang tegang, Misaki, yang berwajah mirip Buddha, menjadi orang pertama yang berbicara.
[TL\n: wajah datar tanpa ekspresi, Googling aja dah malas gua buka google]
"...Jadi, oni-can. Mengapa orang ini ada di rumah kita?"
Tentu saja itu adalah hal yang akan pertama kali tanyakan Misaki, Aku tidak bisa menyembunyikan apapun dan menceritakan semuanya dengan jujur.
"Eh, jadi, yah kami mulai pacaran, dan... kami mulai tinggal bersama."
"Hah? sepertinya aku mendengar kalo kalian tinggal bersama sekarang, apa aku salah dengar?"
"Tenanglah. Kau tidak salah dengar."
"Aku tidak bisa merasa tenang, apa maksud kamu kalo kalian mulai tinggal bersama?. Dan apa maksudmu kalian 'pacaran'? jangan bicara omong kosong!"
Misaki terlihat seperti iblis yang sedang marah, sambil menggulung rambutnya. Dia lalu memukul meja dengan keras dan berdiri, dan kursinya bergoyang saat dia berdiri dari duduknya.
Saat aku merasa kewalahan dengan tekanan adikku, Hibiya menyela dari samping.
"Itu bukan omong kosong, Misaki-chan. Aku dan Ryota-kun benar-benar berpacaran. Kami sangat saling mencintai."
"Tunggu, Hibiya..."
Hibiya menempelkan dirinya padaku dengan erat, meletakkan kepalanya di bahuku seolah ingin pamer pada misaki. melihat ini Misaki menatap kami dengan mata terbelalak, menunjukkan kekesalannya.
"Apa, apa yang kalian lakukan!?"
"Kau bisa melihatnya, kan? Aku sedang bermesraan dengan pacarku."
"M-menjauhlah! Jangan melekat pada oni-can!"
"Rasa cemburu itu tidak menguntungkan, Misaki-chan."
"Aku tidak cemburu! Aku hanya merasa jijik melihat oni-can menyentuhmu! ...Dan, oni-can! Pilihlah pacar dengan bijak. Aku tidak akan pernah mengakui dia sebagai pacar oni-can, hei!"
"Tidak, meskipun kamu mengatakan kamu tidak akan mengakuinya…..."
Misaki terlihat menakutkan sekarang, dia terlihat seolah-olah siap menyerang kami kapan saja. melihat itu aku hanya bisa mengerutkan keningku.
Seperti yang kuduga, Hibiya dan Misaki tidak akur, masih menjadi misteri apa yang membuat hubungan mereka berdua memburuk, atau mungkin mereka merasa tidak nyaman secara fisiologis satu sama lain, hubungan mereka ini persis seperti anjing dan monyet.
Aku menghela nafas kecil, jujur aku ingin mereka akur jika memungkinkan, tetapi menurut ku itu tidak akan terjadi.
“Ryota-kun, ayo tunjukkan pada Misaki-chan betapa dalamnya kita saling mencintai. Lalu kita bisa menghancurkan ilusinya."
"Apa yang kamu katakan-”
Dengan pernyataan yang tak terduga dari Hibiya, Misaki meledak dalam kemarahan dengan wajah memerah. Bahkan suaraku hilang dalam kemarahan Misaki.
"Kau, kau mencoba menunjukkan bagaimana cinta kalian? Kau... kau mesum!"
"mesum? kenapa begitu?"
"K-karena itu... i-itu berarti kalian... melakukan itu, kan? Itu... itu..."
"Apa yang kau maksud dengan 'itu'? Katakan dengan jelas."
"K-karena itu... itu berarti kalian... melakukan hal yang bisa membuat anak! Itu... itu... itu mesum, bukankah mesum jika kalin memamerkan itu!?"
"Benar, tapi apa yang harus kita lakukan, Ryota-kun? Apa kamu akan memenuhi permintaan Misaki-chan?"
Hibiya bertanya dengan senyuman geli di wajahnya dan sudut mulutnya mengendur. Aku langsung menjawab sambil menghela nafas.
“Tidak ada alasan untuk melakukan itu.”
"Kamu sangat membosankan…”
Aku berpaling dari Hibiya dan melihat adikku yang wajahnya memerah, bahkan hingga leher dan telinga.
"Sepertinya kamu memiliki kesalahpahaman yang aneh, jadi aku akan memberitahumu sesuatu, aku tidak akan melakukan hal seperti itu."
"Tapi, dia bilang dia akan menunjukkan bahwa seberapa dalamnya kalian saling mencintai!"
Mereka bilang masa puburtas adalah masa yang paling rumit. Yah sebenarnya, kami belum melakukan hal-hal seperti yang kau bayangkan”
"B-benarkah?"
"Apakah kamu tidak tahu betapa pengecutnya aku?"
"Begitu, Yah itu masuk akal."
Sungguh frustasi jika dia bisa diyakinkan dengan hal itu, tapi aku senang karena itu tidak terjadi kesalahpahaman yang tidak perlu.
"Tapi apa yang kau maksud dengan menunjukkan seberapa dalamnya cinta kalian? apa yang kamu rencanakan"
"Aku tidak tahu."
Saat aku mengatakan ini, aku menoleh ke Hibiya. Hibiya lalu menoleh ke samping untuk menghindari tatapanku dan pipinya agak memerah.
"..."
"Jadi, itu maksudnya..."
Kedua orang itu tidak membantu sama sekali. Aku harus harus melakukan sesuatu dengan cepat...!
Aku menggaruk pelipisku dengan jariku, mencoba mengembalikan pembicaraan ke jalurnya.
Kita sudah keluar dari topik untuk sementara, jadi kita akan kembali ketopik, Hibiya dan aku berkencan dan hidup bersama karena suatu alasan. Itu saja.”
"Apa alasan itu?"
"Bibi sedang bekerja dan meninggalkan rumah, jadi Hibiya sendirian.
Karena masalah keamanan di malam hari, dia tinggal bersama ku."
“Tidak, aku tidak mengerti maksudmu. Tidak ada tindak kriminal malam hari di negara kepulauan yang damai ini! Secara umum, rumah Hibiya dilengkapi dengan sistem keamanan, jadi bukankah dia akan aman dan terjamin, bukan?”
Misaki mengatakan hal yang sama dengan yang kukatakan kemarin.
Seperti yang diharapkan dari adik perempuanku. Itu benar sekali, jadi tidak ada ruang untuk berdebat. Jika bukan karena item cheat,
‘Tiket untuk mendengarkan apa pun yang kamu katakan', kami tidak akan hidup bersama..
"Aku setuju bahwa argumen yang masuk akal tidak selalu berlaku."
"Tapi sekarang memang saat yang tepat untuk itu. Atau kamu hanya ingin hidup bersama di bawah satu atap yang sama secara sembarangan dengan oni-can. Tidakkah begitu!?"
"Yap benar."
"Itu... benar!?"
Misaki memukul meja dengan keras lagi. Yah dengan kedatangan Misaki rumah ini semakin berisik...
Untuk saat ini, aku sudah selesai menjelaskan kenapa Hibiya ada di rumah ini. Yah kutau ini tidak akan membuat adikku mengatakan ‘ya’.
Aku dapat membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya dan menghela nafas.
"Baiklah. Sudah cukup. Pokoknya, keluarlah dari rumah kami! Bahkan tidak ada satu inci pun ruang bagimu untuk campur tangan di rumah kami!!"
"Misaki-chan, sebaiknya lanjutkan liburanmu saja. Tidak perlu meniru perilaku ibu mertua yang kejam."
"Siapa yang meniru perilaku ibu mertua yang kejam hah!? Ah, aku benar-benar kesal sekarang! Baiklah, kalau begitu biarkan oni-can yang memutuskan siapa yang harus tinggal di rumah ini!! Yang tidak terpilih akan harus keluar dari rumah ini!”
"Aku mengerti. Aku siap menerimanya."
Saat kedua orang itu sedang bertengkar, tiba-tiba mereka berdua menoleh padaku. Aku mulai berkeringat dingin.
lihat, itu seperti yang kuduga, seperti biasa, ini menjadi masalah yang merepotkan.
Aku merenung sejenak, mencoba memikirkan solusi terbaik, saat aku menerima perhatian dari mereka
Misaki dan Hibiya cenderung memaksaku untuk memilih di antara mereka ketika terjadi pertengkaran. Kali ini tidak terkecuali, dan polanya sama, aku harus memilih antara adikku atau pacarku.
Maaf...apa pun yang ku pilih, tidak ada jawaban yang benar.
"Ini aku, kan? oni-can. Bagaimanapun juga, kita adalah keluarga. Ini adalah rumahku, jadi menurutku orang luar yang harus pergi, kan?"
"Ryota-kun, kamu tidak akan bersikap seolah-olah kamu akan meninggalkan pacarmu, kan?"
Mendengar kedua orang ini aku hanya bisa tersenyum pahit lalu aku dengan lembut bangkit dari kursiku.
"A-Aku tidak akan mendapat masalah bahkan jika kamu mengatakan hal seperti itu...Dan lihat, kalian berdua tidak perlu pergi, kan?
Berhentilah membuat hal-hal aneh."
"Berarti aku akan tinggal bersama orang ini kan? Aku tidak tahan!"
Keinginan Misaki tegas, yah rasanya sulit untuk menjelaskan semuanya. Aku lalu melirik Hibiya yang sedikit memiringkan kepalanya.
“Tidak ada masalah dengan Hibiya, kan? Bahkan dengan Misaki.”
“Jika Ryota-kun memaksaku melakukan itu, aku akan menerimanya.”
Bahuku tiba-tiba menjadi berat, Aku menggaruk kepalaku yang sepertinya mulai sakit, aku mencoba mencari pilihan yang terbaik...
tapi aku masih tidak bisa memikirkan apa pun.
Bahkan jika aku harus terbuka dan memilih antara adik perempuanku dan pacarku, masalahnya adalah aku tidak bisa memutuskan siapa yang harus ku pilih.
Dalam pikiranku, baik Misaki dan Hibiya memiliki derajat yang sama, tidak ada yang lebih tinggi atau lebih rendah.
Selagi aku memutar otak, Hibiya membuka mulutnya seolah-olah ada sesuatu yang terjadi padanya.
"Aku tidak bisa menahannya. Aku tidak ingin membuat Ryota-kun terlalu menderita. jadi silakan pilih Misaki-chan."
“Hah? Apakah tidak apa-apa?”
Jika aku memilih Misaki… yang artinya Hibiya akan meninggalkan rumahku.
"Ya. Sebagai gantinya, Ryota-kun harus pindah ke rumahku. Itu akan menyelesaikan semuanya. Tidak ada alasan untuk terus tinggal di rumah keluarga Hayasaka."
"Aku mengerti..."
Hibiya tiba-tiba menyerah, tampaknya dia punya idenya tersendiri.
Yah, tentu saja itu mungkin akan menjadi solusi yang bagus, tidak ada yang akan terluka ...
Aku lalu mengangkat wajahku.
"Oke, jadi—"
"Tunggu sebentar! Apa yang kau katakan tadi!? Itu artinya kita akan tetap tinggal bersama kan!? Lagipula, aku merasa seperti kalah dan oni-can dirampas dari ku!?"
"Tidak, karena Ryota-kun memilih Misaki-chan, itu berarti misaki-chan yang menang. Selamat ya. Baguslah."
"Jangan bicara seperti itu dengan memasang ekspresi yang bangga!
Selain itu, aku tidak akan menerima itu, mengerti!? Dan, kalau oni-can tidak ada, siapa yang akan memasak untukku!?"
Misaki meraih kerahku melalui meja makan, menggoyangkan aku ke depan dan ke belakang. Ya, memang begitu adanya, Misaki tidak pandai memasak, dia hanya bisa sebatas memasak ramen cup dan bahkan jika dia memasak air, airnya akan hangus. Jika aku tinggal sementara di rumah Hibiya, apa itu tidak akan menjadi masalah?
Namun, pada saat ini, tidak ada pilihan bagus lainnya.
"Kalo gitu, aku akan tinggal di rumah Hibiya, dan aku akan datang ke sini untuk memasak untukmu, Misaki."
"Mengapa oni-can bersikap positif terhadap tinggal di rumah Hibiya?
Itu aneh!"
Yah kami memutuskan untuk hidup bersama karena item cheat yang disebut ‘Tiket untuk mendengarkan apa pun yang kamu katakan.'
Perjanjian adalah untuk tinggal bersama Hibiya sampai orang tua Hibiya kembali. Dengan kata lain, itu berarti kami akan tinggal bersama sampai saat itu.
“Aku berjanji akan tinggal bersama Hibiya sampai Bibi kembali.”
"Hmm...Jika oni-can pergi, aku akan sendirian. Tidakkah menurutmu berbahaya meninggalkan seorang gadis di bawah umur sendirian di malam hari? Apa kamu tidak mengkhawatirkan adikmu?"
"Bahkan jika adikku, yang bepergian ke banyak tempat sendirian, berkata begitu..."
“itu berbeda tau!”
“Yah kamu kan bisa seni bela diri, jadi kamu mungkin jauh lebih kuat dariku.”
"...Aku lemah. Aku bahkan juga butuh perlindungan.”
Misaki menggigit bibir bawahnya dan mengerang frustrasi. Namun suaranya sangat kecil hingga terdengar seperti suara nyamuk, aku bahkan tidak dapat mendengarnya dengan baik apa yang dia katakan.
"Kalau begitu sudah diputuskan. Ayo ke rumahku, Ryota-kun.”
Hibiya lalu berdiri dari kursinya dan dengan senyum lebar dia menarik lengan kiriku.Lalu, Misaki menjulurkan tangan kanannya dan menghentikannya.
"Tunggu. Oke, kamu boleh tinggal di rumah ini. Kita bertiga akan tinggal bersama.”
"Apakah itu baik-baik saja?"
“Itu keputusan yang sulit, tapi itu lebih baik daripada oni-can pergi ke rumah keluarga Hibiya.”
"Apa Hibiya setuju?"
"...Tidak, aku tidak suka ide itu."
Saat Misaki sudah mengalah, Hibiya menunjukkan ketidaksetujuan.
kenapa semuanya tidak berjalan lancar?
Saat aku memutar otak untuk memikirkan masalah yang sulit, Misaki berbisik padaku.
"Tapi tadi, kau bilang akan menerima keputusanku jika kau memaksaku. Jadi, mengapa tidak meminta padaku?"
"Tapi tadi kamu bilang kalau oni-can akan menerima keputusanku.
kalau begitu, bagaimana kalau oni-can yang memintanya untuk tetap tinggal di sini?"
Apakah itu pilihan terbaik saat ini?
Aku membalikkan seluruh tubuhku ke arah Hibiya dan menatap matanya.
"Kalau begitu kita bertiga akan tinggal di rumahku. Aku tidak akan menerima keberatan apa pun."
"....Rasanya tidak adil, tapi jika itu yang Ryota-kun katakan, jadi aku akan mengalah."
Untuk saat ini, kami bertiga akhirnya setuju untuk tinggal bersama, namun ini baru awal dari masalah baru yang akan kami hadapi dalam hidup berdua tiga.
Aku menghela nafas lega, tapi di saat yang sama, aku muak dengan cara kami bertiga hidup bersama.
"......Huh."
Kehidupan bersama antara aku dan Hibiya saja sudah membuatku cemas, dan dengan adanya adik perempuan, kecemasanku menjadi berlipat ganda. Hibiya selalu berusaha mendekatiku dan bersentuhan dengan ku kapan pun ada kesempatan. Dan Misaki selalu berusaha menghalangi itu semua, jujur itu sulit. Kehidupan yang ramai memang terdengar menyenangkan, tapi keributan ini membuatku khawatir kalau kita akan dapat keluhan dari tetangga.
Saat waktu tidur hampir tiba, aku menuju tempat tidur di kamarku.
Jika aku menutup kelopak mata, aku merasa aku akan segera tertidur
dalam sekejap. Aku mengangkat selimut dan merangkak ke tempat tidur.. Dan pada saat itu...
"......?"
Aku merasa sesuatu yang aneh, tempat tidurku terasa lebih sempit dari biasanya, dan suhu sudah suam-suam kuku. Yang lebih aneh lagi ada sensasi lain selain dari Futon. Dengan mata yang sudah beradaptasi dengan kegelapan, aku mencari tahu sumber aneh ini.
"......Apa yang kamu lakukan di sini?"
Ketika aku melihat, ada adik perempuanku yang mengerutkan tubuhnya di pojok tempat tidurku.
Rambut hitamnya yang biasa diikat di kiri dan kanan, kali ini terurai hingga ke dadanya, dan dia tanpa riasan. Sementara aku memandang Misaki dengan heran, dia menatapku dengan serius.
"Aku sedang mengantisipasi roh jahat."
"Roh jahat... Di rumah kita nggak ada yang kayak gitu kan?"
"Aku bicara tentang gadis yang ngaku-ngaku pacar oni-can. Orang itu kemungkinan besar akan menyerang oni-can saat kau sedang tidur.
jadi kita harus berhati-hati.”
"Dia bukan ngaku-ngaku, dia memang pacarku... Dan dia nggak akan melakukan hal kayak gitu, mungkin."
"Bagaimana kamu tahu?"
Yah ada aturan dalam ketika kami mulai tinggal bersama di rumah ini, bahwa kami tidak diperbolehkan masuk ke kamar mandi atau kamar tidur tanpa izin. Hibiya menepati janjinya kepadaku, jadi menurutku tidak apa-apa. Meskipun beberapa hal yang tidak masuk akal mungkin muncul
"Lagi pula, sepertinya dia akan menghancurkan siapa pun yang menghalangi hubunganya dengan oni-can. Jadi mungkin berbahaya jika aku sendirian.."
"khayalanmu terlalu berlebihan..."
"Ini bukan sekadar khayalan."
"Terserah kamu, kembali ke kamarmu sendiri. Kamu menggangguku."
"Kenapa kamu begitu kejam? Tidak ada satu pun adik perempuan yang sudah SMA mau tidur dengan kakak laki-lakinya akhir-akhir ini? Apakah kamu tidak bahagia bisa tidur dengan adik perempuan mu yang imut ini?"
"Aku bukan orang mesum yang bisa bahagia tidur dengan adikku. Lagi pula, tempat tidurku hanya untuk satu orang, jadi kalo kita tidur bersama ini akan menjadi sempit.”
Misaki mencibirkan bibirnya ketika dia mengatakan sesuatu yang begitu blak-blakan.
"Hmm. Yah, kamu benar. Kalau aku ada di sini, kalin tidak akan bisa berolahraga malam.”
"Bukankah sudah kubilang kalau kami belum melakukannya. Hibiya dan aku baru mulai berkencan kemarin, jadi aku tidak yakin apakah hubungan ini akan berjalan secepat itu."
“Kemarin… Tunggu, jadi kalian mulai berkencan dan langsung hidup bersama?”
"Yah begitulah..."
“Hubungan kalian mengalami kemajuan dengan kecepatan yang tidak normal.”
“...........”
"Kenapa diam saja?”
Seperti yang dikatakan Misaki, segala sesuatunya berjalan dengan kecepatan yang tidak normal. Tidak ada keraguan bahwa ini adalah perkembangan yang tidak akan pernah terjadi pada kekasih normal.
"Yah apapun itu kembali saja ke kamarmu.”
"Tidak. Aku sudah memutuskan untuk tidur di sini hari ini."
"Kenapa kamu begitu keras kepala..."
"Karena oni-can tidak mau membiarkanku."
Kalau terus begini akan sangat merepotkan untuk mengusirnya dari kamarku. meskipun aku mungkin bisa memaksanya untuk pergi dari
kamarini, Misaki sangat mahir dalam bela diri. Ini memalukan, tapi bisa saja dia mengalahkan aku. jika aku memaksanya untuk keluar dari kamarku ada kemungkinan dia akan membalas dendam.
Misaki lalu meraih piyamaku dan menempelkan wajahnya di dadaku.
"......Kenapa oni-can punya pacar..."
"Hah?"
Suara bisikan Misaki hampir tak terdengar.suaranya seperti suara nyamuk yang berdengung.
"Seharusnya aku cukup untukmu. oni-can tidak perlu pacar."
[TL\n: aying ternyata brocon bangsat]
"Menurutku pacar dan adik perempuan itu dua hal yang berbeda."
“Iya, tapi… kalau begitu, oni-can, boleh aku punya pacar?”
“Ya. Tidak apa-apa."
Bahkan jika Misaki punya pacar, tidak ada alasan bagiku untuk menyalahkannya. Yah aku mungkin hanya akan sedikit melakukan pemeriksaan latar belakang untuk mencari tahu pria seperti apa pacarnya itu, dan memastikan dia adalah seseorang yang boleh jadi pacar adik ku.
"Oni-chan Baka."
Misaki semakin mendekat ke tubuhku dan dengan kasar mengucapkan kata-kata itu. Melihat perilaku adikku seperti itu, sebuah kemungkinan muncul dalam pikiranku.
"Mungkin kamu merasa kesepian, ya?"
"......Hah? Itu tidak mungkin. kenapa juga aku harus merasa kesepian?
Adik perempuan yang merasa kesepian karena kakaknya memiliki pacar hana ada di dunia fantasi! Itu lebih tidak mungkin daripada bereinkarnasi ke dunia lain! oni-chan kamu ke pede’an!"
Misaki menggulung-gulung rambutnya di jarinya dan dia berbicara dengan cepat, tapi dia tetap memiliki intonasi yang bagus seperti seorang penyiar berita.
"Kalau begitu, tidak apa-apa jika aku memiliki pacar, kan?"
"Itu tidak boleh."
"apa yang kamu katakan itu tidak masuk akal..."
"Kalau kamu benar-benar ingin memiliki pacar, aku akan mencarikan seseorang yang cocok untukmu."
"Hah?"
"Aku tidak suka melihat oni-chan berpacaran dengan gadis itu."
Aku menggaruk kepalaku dengan ragu.
"Mengapa kamu begitu tidak suka pada Hibiya? Kalian dulu berteman baik, kan?"
"Karena dia mencuri oni-chan dariku..."
"Eh?"
"Oke, oke. Tidak apa-apa jika kamu tidak mendengarku.”."
"Aku mendengarnya kok! tapi aku bertanya-tanya kenapa kamu sampai membenci Hiyabi karena dia membawaku pergi. Apa kamu kesepian?”!"
Meskipun sudah larut malam, Misaki masih berbicara dengan keras, hanya ada aku dan misaki di ruangan ini. Pada jam seperti ini, hampir tidak ada suara bising dari sekitar. Jadi, tidak masuk akal jika aku tidak mendengarnya.
Aku menghela napas dan menatap Misaki dengan serius.
"Misaki, aku melihatmu sebagai adikku. Jadi maaf, tapi aku tidak bisa merespons perasaanmu─"
"Apa? Hal bodoh apa yang kamu bicarakan! Ini sama sekali tidak masuk akal! Adik yang memiliki perasaan romantis pada kakaknya itu hanya ada di dunia fantasi! Kamu adalah milikku dan hanya milikku!
Aku hanya marah karena kamu dibawa pergi tanpa seizinku!!"
"Aku harap kamu tidak terlalu posesif..."
"Jadi, jadi... Apakah kamu ingin memilikiku secara posesif juga, oni-chan?"
[TL\n: fix si misaki ni brocon bangke yah tapi gua suka, gua dukung genre inces, heheh]
Misaki berbicara dengan ragu-ragu, pipinya memerah sehingga aku bisa melihatnya bahkan dalam kegelapan.
"tidak..."
Ketika aku menahan diri untuk tidak melakukan hal tersebut, Misaki menjadi semakin marah ketika rasa panas berkumpul di wajahnya..
"Apa... Onii-chan, kamu benar-benar menyebalkan! Kalau suatu hari oni-chan menjadi jomblo sampai tua dan memerlukan perawatan, aku tidak akan membantumu! Kuharap kamu mati saja!"
[TL\n: ajing tu mulut, kalo adek gua yg bilang kek gitu ke gua udah gua geplak tu mulutnya]
Dia memukul tubuhku dengan cukup keras dengan ekspresi marah yang sepenuhnya serius.
"Sakit... tolong berhenti..."
"Itu semua kesalahan oni-chan."
Misaki benar-benar marah. Tapi dia tidak menunjukkan tanda-tanda akan meninggalkan tempat tidurku. Seperti yang dia katakan sebelumnya, dia benar-benar berniat untuk tidur di tempat tidurku.
Apa tidak punya pilihan selain menyerah?
Yah mungkin tidak ada pilihan lain, aku harus menerima kenyataan ini.
Manusia tidak bisa melawan kantuk.
"Haah... Tolong tinggalkan kamarku nanti. Aku akan tidur sekarang."
"Aku tidak akan pergi."
"Baiklah, selamat malam."
"Selamat malam, oni-chan."
Aku membaringkan kepala di bantal dan menarik selimut sampai ke dada. Aku memunggungi Misaki dan menutup mata. Ditarik oleh kelelahan, aku segera terlelap dalam tidur tanpa membutuhkan waktu yang lama.
"...!"
★ ★ ★
Keesokan paginya.
Aku merasakan rangsangan yang kuat di pipi kiriku, membuatku ku terbangun dari tidur. Dalam pandangan rendah yang kabur, aku melihat rambut cokelat muda dan mata coklat.
Setelah memastikan bahwa aku sudah bangun, dia tersenyum lembut dan menyapaku.
"Selamat pagi, Ryota-kun."
"......I-itu sakit, tapi..."
Dia mencubit pipiku dengan cukup kuat. Dan sayangnya, bahkan setelah aku bangun, tidak ada tanda-tanda dia akan berhenti.
"Ini adalah hukuman."
"Hukuman...?"
Apa aku sudah melakukan sesuatu?
Aku mencoba mengingat apa yang mungkin telah kulakukan yang membuatnya mencubitku seperti ini... Ah.
Lalu aku menyadari bahwa ada kehangatan selain dari selimut. Dan pada saat yang sama, keringat dingin mulai keluar di punggung ku.
saat aku menoleh aku melihat melihat adik perempuanku tertidur dengan nyenyak.
Dia memeluk lenganku seperti koala dia terlihat sangat nyaman.
"Kamu seorang siscon, Ryota-kun."
"T-tidak, ini ada alasan..."
"Oh, apa alasanmu?"
"Tidak ada alasan yang begitu besar, tapi..."
Meskipun aku membuka mulut tanpa berpikir, aku tidak memiliki alasan yang cukup untuk disebut sebagai alasan.
Namun, agar tidak ada kesalahpahaman lebih lanjut, aku harus memberikan penjelasan.
"Tadi malam, saat aku mencoba untuk tidur, Misaki menyelinap ke dalam tempat tidurku. Aku mencoba mengusirnya, tapi dia tidak mendengarkanku sama sekali, jadi aku pergi tidur saja karena tidak ada yang bisa kulakukan.. Itu saja."
"Itu saja? Itu adalah masalah besar, tahu... Aku mencoba masuk ke dalam tempat tidur untuk membangunkan Ryota-kun, tapi hari ini juga, aku berakhir dengan kegagalan!”
Hibiya mengatakan itu dengan ekspresi cemberut.
"Apa...….Sudah kubilang jangan masuk kamar tanpa izin, kan?”
"Itulah kenapa aku bilang itu untuk membangunkanmu. Ada pengecualian jika ada alasannya."
"Yah terserah lah, sekarang jam berapa?"
"Ini jam enam pagi."
"Ini belum waktunya membangunkanku, jadi tidak ada alasan untuk menyelinap ke dalam tempat tidurku, kan?"
"Tehehe♪"
"Hanya karena kamu imut bukan berarti kamu bisa melakukan apa pun yang kamu mau."
"A-aku... aku imut?"
"......Ya, Hibiya selalu..."
Tiba-tiba pipiku terasa panas dengan cepat. Itu terasa seperti suhu tubuhku meningkat. Pada pagi hari seperti ini, udara terasa begitu berat sehingga aku merasa mual. Tiba-tiba, aku merasakan rasa sakit yang tajam di lengan ki.
"─Oni-chan, kau sepertinya tampak bersenang-senang di pagi hari."
Suara Misaki yang sedikit lebih tinggi dari biasanya tiba-tiba berubah menjadi suara yang sangat dingin datang dari belakang, seolah dengan lembut membelai tulang punggung yang dingin. Ketika aku berbalik, aku melihat Misaki telah terbangun, alisnya bergerak-gerak ke atas dan ke bawah. Matanya begitu menakutkan hingga sepertinya dia akan menggigitku.
"Jangan tertawa seperti orang bodoh. Jangan mulai bermesraan pagi-pagi begini."
"Aku... aku tidak melakukan apapun... itu sakit, lepaskan."
Dengan kekuatan yang tidak main-main, dia masih mencengkram erat lengan ku. Saat aku menatapnya, Hibiya mengernyitkan keningnya.
"Misaki-chan, jangan siksa Ryota-kun."
"Aku tidak menyiksanya. Bahkan kamu juga, kamu mencubit pipi oni-chan, kan?"
"Oh, itu adalah hukuman untuk Ryota-kun... Tapi, apa kau melihat semuanya?"
"Bukan 'melihat' sih, tapi aku terbangun karena itu."
"...Mungkin kamu terjaga sepanjang waktu? Lalu, pura-pura tertidur dan sengaja memeluk lengan Ryota-kun seperti itu?"
"...... aku bilang aku terbangun."
Misaki menyangkal dengan suara kecil. Hibiya menarik napas dengan kesal, lalu kemudian Hibiya meraih lengan kananku. Dia mencoba menarik ku dari tempat tidur.
"Tolong jangan mencuri Ryota-kun dariku. Dia adalah pacarku!"
"Kamu yang tidak boleh mencuri oni-chan dariku. Dia adalah oni-chan ku!"
Tak mau kalah, Misaki memegang lenganku dan melawan. Kekuatan tarik menarik dari kedua sisi, aku merasa seperti tali yang ditarik ke kiri dan ke kanan oleh mereka.
"Hey, hey... kalian berdua tenang dulu."
Keduanya mulai membuat percikan api ketika mereka saling memandang. aku berhati-hati ketika mereka sudah seperti itu.
"Misaki-chan, pergi berlibur sana. Tolong jangan mengganggu kebahagiaan keluarga kami."
"Jangan bicara seolah-olah kamu tidak melakukan hal yang aneh.
Pacaran dengan orang lain saja."
"Aku tidak bisa berpikir untuk pacaran dengan orang lain selain Ryota-kun. Misaki-chan, kenapa kamu tidak mencari pacar sendiri dan memintanya untuk memanjakan mu?"
"Ha? Aku tidak meminta untuk oni-chan memanjakanku, kok. Hanya saja, sensasi di lengan ini begitu nyaman. Dan juga, oni-chan ku adalah oni-chan ku sendiri, tidak ada yang bisa menggantikannya."
"Logika apa itu? Kalau kamu berkata begitu, aku pun tidak akan ada yang bisa menggantikan Ryota-kun untukku!"
"Jadi, aku bilang kamu harus mencari pacar lain. Lagipula, kamu selalu selalu begitu lengket pada oni-chan hanya karena dia teman masa kecilmu!"
"Kamu, Misaki-chan, hanya lahir sebagai adik Ryota-kun secara kebetulan, bukan?"
"Bagiku, itu sudah menjadi takdir."
"Dan aku juga!"
Hibiya dan Misaki saling bertarung dengan tatapan tajam.
Seolah-olah suaraku tidak menjangkau mereka sama sekali, dan mereka terus bertengkar di dengan aku yang berada di tengah tengah mereka.
Bahkan, Meskipun aku mencoba untuk melarikan diri, aku tetap terjebak di antara mereka dengan lengan ku yang di tarik oleh mereka.
Dan akhirnya, aku dibebaskan sekitar tiga puluh menit kemudian.
Hari ini adalah hari ketiga kami tinggal bersama. Sudah lewat jam sepuluh.
Meskipun hari ini adalah hari Senin, ini juga hari ketiga libur panjang Golden Week. Meskipun liburan, aku tidak pergi kemanapun untuk bermain, aku tetap berada di kamarku dan fokus belajar. Hanya karena aku punya pacar bukan berarti aku bisa mengabaikan pelajaran. Malah kupikir aku harus lebih giat belajar dari sebelumnya.
"Boleh aku masuk?"
"Yeah, silakan."
Ketika aku sedang duduk di meja belajar, menghadap buku matematika, ada ketukan dua kali di pintu. Setelah aku memberi izin, Hibiya masuk ke kamarku.
"Kamu sangat rajin, Ryota-kun."
"Yah gitu deh. Oh, terima kasih."
Hibiya meletakkan secangkir kopi di sudut meja untukku. Dia melihat dari balik bahuku ke meja, setelah melihatnya dia memiliki ekspresi terkejut di wajahnya.
“Masih ada cukup waktu tersisa sampai ujian tengah semester.
Bukankah kamu berlajar terlalu dini?"
"Yah , tidak ada salahnya kan mulai belajar dari sekarang. Oh, apakah Hibiya juga akan belajar?"
"A-aku baik-baik saja. Aku tidak ingin terlalu banyak belajar."
"Oh, aku mengerti. Kamu memang tidak suka belajar."
Hibiya sangat benci belajar, sampai-sampai aku curiga dia alergi dengan belajar. Aku tersenyum pahit saat mengingat ujian masuk SMA-ku, lalu aku kembali fokus pada buku pelajaranku.
"Iya, aku tidak suka belajar sama sekali... Oh, apakah aku boleh melihatmu belajar di sini?"
"Boleh saja, tapi menurutku tidak ada hal yang menyenangkan ketika melihatku sedang belajar”
"Hanya dengan bersamamu saja sudah menyenangkan."
"... Yah, kalau kamu merasa senang, itu tdak apa-apa."
Hibiya duduk di atas tempat tidur, menatapku dengan penuh perhatian dari belakang. Tanpa banyak pikir, aku melanjutkan belajar.
Setelah menggerakkan pensil mekanikku selama sekitar dua puluh menit, aku meregangkan kedua lengan ke atas untuk menghilangkan kekakuan. Aku menarik kursi dan kembali menatap Hibiya.
"... Ah."
"Apa yang kamu lakukan, Hibiya..."
Seketika, keheningan mengisi kamar kami.
Kami saling menatap dalam diam dengan waktu yang cukup lama.
Hibiya mengelap keringat dingin di pipinya dan menyembunyikan smartphonenya yang dia arahkan ke arahku dengan hati-hati di sakunya.
"Umm, aku tidak melakukan apa-apa. Aku hanya ingin melihat Ryota-kun dari balik layar smartphone."
"Apakah kamu mengambil foto?"
"Aku tidak mengambil foto."
"Kamu pasti mengambil foton, kan?"
"Ya, maaf... Kupikir menyenangkan melihat Ryota-kun belajar, jadi aku memutuskan untuk memotretmu dan menjadikanya sebagai wallpaper smartphone ku."
"Aku malu, jadi tolong jangan."
"Tidak bisa ya?"
"Coba bayangkan jika posisinya terbalik. Pasti kamu akan merasa malu jika aku memasang foto Hibiya sebagai wallpaper di smartphone ku, kan?"
"Tidak kok malahan, aku akan senang sekali. Ah, benar juga. mau berfoto denganku?”
"K-kenapa hal itu tiba-tiba muncul?"
Aku tidak bisa menyembunyikan kebingungan ku atas perubahan arah yang dipaksakan ini.
"Kita belum pernah mengambil satu foto pun sejak kita mulai berkencan, kan?"
"Ya, tapi apakah perlu mengambil foto?"
Iya. Misalnya ada seseorang yang meminta menunjukan foto pacarmu, jadi kita tinggal menunjukkannya. Selain itu, aku juga ingin menunjukkan betapa bahagianya aku dengan mengirimkan fotoku dan pacarku ke teman-temanku.”
“Menurutku tidak perlu membual tentang hal itu…... tapi yah, mungkin lebih baik kita punya satu atau dua foto."
Saat kamu mau mengatakan kepada orang-orang di sekitar mu bahwa kamu sudah punya pacar, itu tidak akan meyakinkan kecuali ada bukti.
Tidak perlu memaksakan diri untuk mengatakannya, tetapi ada baiknya kamu membawa setidaknya satu foto saat kamu ingin mengatakannya.
"Baiklah, mari kita ambil foto dengan suasana yang manis!"
"Lebih baik tidak berlebihan."
"Hal terburuk yang bisa kamu lakukan adalah melakukannya dengan setengah hati. Ryota-kun, bisakah kamu berdiri? Aku akan tetap dekat dengan Ryota-kun, jadi tolong ambil fotoku di sana."
Hibiya penuh motivasi. Meskipun agak ragu, aku bangkit dari kursiku.
"Apakah tidak cukup hanya kita berdua saja?"
"Jika kita melakukan itu, kita tidak akan terlihat seperti pasangan.
jadi ayo ambil foto seperti ini.”
Hibiya lalu memberikan ponselnya kepadaku, aplikasi kamera sudah terbuka.
segera setelah aku menekan tombol pemotretan, Blitz kamera menyala, Hibiya memeluk tubuhku. Aroma manisnya memenuhi sekelilingku ku, dan aku melakukan yang terbaik untuk tetap tenang.
"Ryota-kun, tolong membungkuk sedikit"
"Seperti ini?"
"Ya, sudah bagus."
"Aku merasa kamu terlalu dekat."
Jarak kami sangat dekat hingga pipi kami akan bersentuhan. Aku bahkan bisa merasakan suhu tubuhnya.
"Jika kamu tidak segera mengambil foto, aku akan semakin mendekat."
"......A-aku mengerti. Aku akan memotretnya”
Aku rasa aku tidak akan bisa menjaga kewarasan ku jika kami lebih dekat lagi. Aku kemudian mengangkat lengan kananku dan menyesuaikannya agar Hibiya dan aku pas di foto. Aku lalu menekan tombol potret sambil menenangkan wajahku yang memerah. kemudian Rana berbunyi klik.
"Tunjukkan kepadaku."
Setelah selesai mengambil foto, Hibiya meminta dengan penuh semangat, seolah-olah itu adalah hari rilis game yang dinanti-nantikan. saat aku mengembalikan smartphonenya ke padanya, dia sedang menatap layar LCD dengan ekspresi gembira di wajahnya.
"apa fotonya bagus."
"Ya, sempurna, aku akan mengirimkannya juga padamu, Ryota-kun.”
Tiba-tiba, nada dering smartphone ku terdengar, Aku melihat foto yang dikirim oleh Hibiya. Ugh aku terlihat kaku dan membosankan, wajahku merah dan aku tidak bisa membuat ekspresi yang baik. Fakta bahwa Hibiya yang sangat cantik membuatnya semakin menonjol.
"Ayo, kita ambil foto lagi."
"Oh, iya, tentu saja. Ayo kita ambil lagi!”
Mungkin Hibiya tidak mengharapkan usulan seperti ini dariku, dia menjawab dengan suara sedikit canggung. Seperti yang diharapkan, aku perlu membuatnya terlihat sedikit lebih baik di foto kali ini.
Bahkan aku punya ekspresi keren juga.
"Kali ini akan lebih keren."
"Haha, Ryota-kun, ternyata kamu cukup perfeksionis ya."
Hibiya tersenyum dan mendekat ke arahku lagi, tidak peduli berapa kali aku melakukannya, aku masih belum terbiasa, tapi aku bisa lebih tenang daripada sebelumnya.
"Ayo kita ambil foto."
"Y-ya."
Lepaskan rana.. Kali ini, hasilnya lumayan bagus. Tapi, Hibiya tetap tampak hebat di foto. Pacarku terlalu manis…...
Saat aku sedang mengaguminya melalui layar LCD, Hibiya tiba-tiba menarik lengan bajuku.
"Apa kamu mau merekam video kali ini?"
"Video?"
"Ya, ini adalah aplikasi di mana kita bisa berjoget sesuai dengan lagu.
Aku ingin menyebarkan cinta kita ke seluruh dunia."
"Kita bukan seorang streamer, jadi bukankah tidak ada gunanya jika orang biasa seperti kita melakukannya?"
"Tidak masalah apa itu streamer atau masyarakat umum. Hal semacam ini hanya untuk memuaskan diri sendiri. ...Jadi, ayo kita lakukan bersama-sama, ya?"
Dia memohon dengan pandangan yang memelas. Dengan tatapan seperti itu, kebanyakan pria pasti akan mendengarkan apapun permintaannya. Tapi aku sudah menghabiskan banyak waktu bersama Hibiya. Aku tidak mudah terpengaruh olehnya.
"Aku tidak mau. bahkan aku malu hanya dengan mengambil foto."
"...Kalau begitu aku akan menggunakan tiketnya.”
"Tunggu, aku pikir itu curang."
"Ayo kita jadi terkenal bersama."
"Apakah tujuanmu tidak berubah!?"
"Dan, lihatlah ini. Dengan ini kita bisa melakukan berbagai macam hal.
Haha, wajah Ryota-kun jadi lebih besar."
"Hei, kenapa hanya aku? Kalau itu maumu...?"
"Aa’ah, hey jangan tambahkan janggut itu ke wajahku!"
Aku menggunakan fitur stiker di aplikasi untuk mengedit wajah Hibiya. Pipi Hibiya memerah seolah dia malu, dan dia menepuk pundakku. Sambil melihat layar smartphone yang sama, kami mulai bercanda. Aku selama ini menghindari aplikasi semacam ini, tapi yah menurut ku aplikasi seperti ini mungkin sangat menarik.
“Baiklah, jika kamu tidak akan mengunggahnya ke internet, aku akan ikut merekam video bersama mu.”
"Benarkah? Ada sesuatu yang ingin aku lakukan jika aku bisa berpacaran dengan Ryota-kun.”
Hibiya menggeser layar ponsel dengan jari dan memutar video tertentu. Tidak ada apa pun di dalamnya, itu hanyalah video seorang pria dan wanita yang terlihat seperti pasangan sedang bermesraan.
"Ayo kita lakukan seperti ini."
"Apakah kamu tidak akan berhenti?”
"Tidak bisa, kamu harus bertanggung jawab atas apa yang sudah kamu katakan."
"Ugh..."
Walaupun aku menyatakan keegananku, tapi tampaknya tidak ada pilihan lain selain merekam video. Setelah berfikir. aku memutuskan untuk melakukan apa yang ku lihat di video, mengabaikan semua rasa maluku.
Menggunakan posisi dalam video sebagai referensi, Aku memeluk Hibiya dari belakang sesuai dengan posisi dalam video. Ini sangat buruk aku bisa mencium aromanya Hibiya. seketika ketenaganku hilang.
"Apa kamu tidak merekam videonya?"
"Ayo kita lakukan. Apakah kamu sudah siap?"
Aku menganggukkan kepala. Dengan itu segai Hibiya memulai merekam. Kami merekam video sesuai dengan musik. Pertama, kami membuat love sign dengan tangan kami bersama-sama. Kemudian, setelah sedikit bermain-main dengan tangan, Hibiya menatapku dengan bahagi. Terakhir, aku mengagkat dagunya. ...Apa ini? Aku tidak mengerti kenapa orang menikmati hal seperti ini.
Namun, Hibiya tidak akan puas jika kami tidak merekam videonya.
Kami mengikuti contoh yang ada di video sampai bagian terakhir di mana aku mengagkat dagunya. Kami saling menatap dengan pipi yang semakin merah.
Dan tepat pada saat itu. Dengan keras, pintu kamar terbuka. Dalam sekejap, suasana manis yang memenuhi ruangan menghilang.
"Hei, oni-chan. Kamu tidak memakan pudingku, kan!?"
Itu saat yang sangat tidak tepat. Kami yang tampak seperti Baka-Couple tertangkap basah sedang merekam video.
Otakku berhenti berpikir dan mencoba melarikan diri dari kenyataan. Misaki benar-benar menjadi kaku, dan keheningan menguasai dirinya, bahkan suara pakaiannya pun tidak terdengar.
pipinya Misaki bergerak gerak dan ada garis biru muncul di dahinya.
"Oni-chan, kamu sedang apa?"
".....A-aku... sedang merekam video…”
"Oni-chan yang sudah punya pacar terlihat begitu bersemangat, kamu benar-benar terlihat seperti orang idiot.”
"Eh, aku tidak bersemangat."
“Tidak peduli bagaimana kamu melihatnya, kau terlihat sangat bersemangat!”
Misaki menggonggong dengan ekspresi cemberut. Dia memandangku dan Hibaya sekilas, kemudian dia mendengus kasar.
"Hmph... kalian berdua, datanglah ke ruang tamu."
Dengan frustasi yang terlihat jelas, Misaki meninggalkan ruangan.
"Eh, apa yang harus kita lakukan?"
"Untuk saat ini, mari kita pergi ke ruang tamu."
Kami berdua menuju ruang tamu, terganggu oleh atmosfer yang tidak nyaman.
"Jadi, siapa di antara kalian yang memakan pudingku?”
Saat kami pindah ke ruang tamu, adikku siapa yang mencari siapa yang memakan pudingnya. Misaki memandang dengan kami dengan wajah marah sambil meletakkan tangan di pinggangnya. Aku duduk bersila di lantai. Di sebelah kananku, Hibaya juga duduk bersila.
"Mengapa kita harus bersila seperti ini?"
"Lebih baik patuh daripada membuat masalah menjadi lebih rumit. …
apa kamu yang memakan pudingnya, Hibaya? Cepat minta maaf."
"Eh, aku tidak memakanya. mungkin Ryota-kun yang memaknnya, kan?"
"Tidak, aku juga tidak memakan pudingnya."
Ketika kami diam-diam berbicara, pipi Misaki bergerak-gerak secara diagonal.
"Aku ingin tahu apa yang kalian lakukan bermesraan di depanku begitu. Jika ada yang memakan pudingku, mengaku sekarang. Itu adalah puding yang sangat langka yang hanya tersedia di Hawaii dan kamu hanya dapat membeli satu puding per orang! Aku menantikan untuk kumakan nanti!"
Kemarahan Misaki masih terus membesar. Dia menghentakkan kakinya kakinya kelantai sambil memegang wadah puding yang kosong.
"Tenanglah. Aku dan Hibaya juga tidak tahu. Pertama-tama, kami tidak akan memakan makanan orang lain tanpa izin.”
"Kalau begitu, kenapa wadah puding itu dibuang begitu saja? Pasti salah satu dari kalian yang memakanya! Atau mungkin kalian berdua memakannya bersama-sama!"
Apa yang harus kita lakukan? Misaki terus saja mengintrogasi kami.
Jika aku tidak memakan puding itu, kemungkinan Hibiya yang memakannya. Tapi, sepertinya Hibiya juga tidak ingat apa-apa. Saat aku bingung, Hibiya mendekat ke arahku..
"Kaki ku mulai keram..."
"Jangan duduk begitu dekat dengan Oni-chan!"
"Mau bagaimana lagi. Aku tidak terbiasa duduk bersila."
"Itu masalah terpisah! Dan kamu tidak perlu meletakkan kepala di bahu oni-chan!"
"Ry-Ryota….kun... Tidak, tidak... tidak. Kakiku sensitif sekali saat ini...
j-jangan sentuh aku...ahhh.”
"Oni-chan tidak melakukan apa-apa, kan! Kenapa kamu berkata seperti itu!"
Misaki menyela di antara kami berdua dan memaksa kami untuk menjaga jarak.
"Apa yang kamu lakukan, Misaki-chan!"
"Kalian tidak serius ketika sedang membicarakan hal penting!"
"Ini hanya puding, kan?"
"Hanya puding...?"
"A-aku minta maaf. Menurutku ini masalah penting."
"Ya. Tidak apa-apa. Kalau begitu.”
Mungkin Merasa Misaki sangat kesal, Hibiya menyerah untuk pertama kalinya, Saat bicara soal makanan manis, Misaki bisa orang yang sangat merepotkan, jadi lebih baik tidak mengatakan hal-hal yang tidak perlu.
Aku lebih suka jika kita membeli puding yang sama lagi dan melakukan percakapan yang lebih damai, tapi sepertinya itu adalah puding langka yang hanya tersedia di Hawaii, jadi itu mungkin sulit.
“Pudinh itu masih ada tadi malam, kan?”
"Yeah, aku sudah memeriksanya dengan benar. dan kamu yang ngaku-ngaku pacar Oni-chan sangat mencurigakan,kamu memiliki banyak waktu sendirian di ruang tamu."
"Aku tidak ngaku ngaku, aku memang pacarnya Ryota-kun."
"Yah lupakan tentang itu. Jadi kenapa kamu tidak mengaku saja?"
"Sudah ku bilang aku tidak memakan pudingmu.. Kalau tidak hati-hati dengan gula, aku bisa gemuk.
“Hmm. Tapi sepertinya ada banyak lemak di dadamu.”
"Ini anugerah dari surga, jangan iri ya. Meskipun kecil, pasti ada yang menginginkan milik mu itu."
"Dadaku ku tidak kecil!"
"Maaf, memang punyanya mu tidak kecil, tapi malahan tidak ada."
"Hmm dada mu yang terlihat bersar ! Apa mungkin karena kamu tipe orang yang suka berpakaian tipis?”
Entah kenapa pembicaraan tentang puding tiba-tiba berubah menjadi tentang dada. Misaki yang memerah menginjak-injakkan kakinya di lantai. Percakapan semacam ini membuatku merasa sedikit tidak nyaman. Ketika aku memalingkan pandanganku ke Hibaya yang duduk bersila di sebelahku aku melihat dia mengernyitkan alisnya.
"Boleh aku bertanya sesuatu, Misaki-chan?"
“Apa? Sudah kubilang, jika kamu ingin meminta maaf, sekaranglah saatnya.”
"Bukan itu, aku hanya penasaran. ada kemungkinan jika Misaki-chan yang memakan puding itu? Misalnya, kamu bangun di tengah malam dan memakannya.”
"Hah? Tidak mungkin hal seperti itu--"
Meski Misaki berbicara lancar, dia tiba-tiba terhenti seolah teringat sesuatu. Matanya berkedip-kedip, dia mulai berkeringat dalam jumlah yang belum pernah dia alami sebelumnya. Dan dia dengan cepat memalingkan pandangannya seolah-olah sedang melarikan diri.
“Apa, kamu lupa kalau kamu sendiri yang memakannya dan malah menuduh kami…?”
“Oni-chan, diamlah.”
"Dan, kau bahkan menyuruh kami untuk duduk bersila dan memarahi kami?"
"............"
Dan kemudian, Misaki memberikan dogeza yang indah bak sebuah seni.
[TL\n:Dogeza (土下座) adalah elemen etiket tradisional Jepang yang melibatkan berlutut langsung di tanah dan membungkuk untuk bersujud sambil menyentuhkan kepala ke lantai. Digunakan untuk menunjukkan rasa hormat kepada seseorang yang berstatus lebih tinggi, sebagai permintaan maaf yang mendalam atau untuk
mengungkapkan keinginan untuk mendapatkan bantuan dari orang tersebut.]
"Maafkan aku. Ya, kali ini memang salahku. Aku minta maaf karena menuduh kalin padahal aku sendiri yang memakannya!”
"Bagaimana dengan tanggung jawabmu? Aku dan Ryota sudah disalahkan tanpa alasan, tahu!"
"Uh... uh, apa yang harus aku lakukan...?"
"Orang-orang terlalu suka ikut campur, sulit untuk aku dan Ryota-kun untuk bermesraan. Jujur saja, akan lebih baik jika Misaki-chan mengakui hubungan kami.”
Hibiya menyatukan tangannya lalu menyentuh pundak Misaki dan dia menunjukkan senyuman ceria. melihat senyum itu Misaki membuang muka seolah dia baru saja menelan serangga pahit.
"... Aku tidak mau. Bahkan tadi kalian berdua berpelukan diam-diam."
“Hmm, bukankah tadi kamu menuduh kami tanpa alasan."
“Aku menyesalinya. Tapi, aku tidak suka hal itu.”
"Hmm. Sepertinya aku tidak bisa rukun dengan Misaki-chan."
"Aku tidak berniat untuk rukun dengan mu juga."
Hibiya menggembungkan pipinya tampak kesala sedangkan Misaki berbalik dengan sikap tegas. Saat aku bingung dengan suasana yang masih parah ini, Misaki melihat kearahku yang sedang melihat ke atas.
"Oni-chan, aku minta maaf karena menuduh mu. Bagaimana aku bisa membuatmu memaafkanku?"
Raut wajahnya seperti anak anjing terlantar, die memasang eksperi cemas di wajahnya.
"Kesalahpahaman sudah selesai, jadi tidak apa-apa."
"Oni-chan..."
Mata Misaki bersinar terang lalu dia tiba-tiba memelukku. Seketika bahuku bergerak naik turun.
"Kenapa tiba-tiba?"
"Maaf, Oni-chan ."
“A-aku mengerti. Jangan peluk aku.”
Misaki memelukku dan Hibaya yang melihat itu mengernyitkan dahinya berusaha untuk memisahkanku dari pelukannya Misaki.
"Misaki-chan, tolong jangan memeluk Ryota-kun!”
"Aku hanya seorang adik yang sedang berpelukan dengan oni-chan ku.
Apa ada masalah?"
"Tentu saja ada! Jangan memeluk pacarku...!"
"Hei, bajuku jangan ditarik, nanti melar! Ini cukup mahal!"
Hibaya dan Misaki mulai bertengkar lagi. Saat aku mengira mereka sudah menjadi lebih dewasa, hal ini terjadi lagi. Aku menatap langit-langit dan menghela nafas kecil
Beberapa hari telah berlalu dan hari Kamis telah tiba. Liburan Golden Week sudah berakhir, dan sekarang saatnya kembali ke sekolah seperti biasa. Aku sudah selesai siap-siap dan hendak untuk berangkat ke sekolah.
“Ryota-kun, dasimu gak miring.”
“Oh, benarkah?”
“Oh, tunggu sebentar. Biarkan aku yang melakukannya.”
“Bisakah kamu melakukannya?”
“Hehe, serahkan saja padaku.”
Hibiya menunjukkan kepercayaan dirinya. Dengan gerakan yang sudah terbiasa, dia merapikan dasiku dengan cepat, bahkan lebih cepat daripada aku melakukannya sendiri.
“Apa kamu pandai mengikat dasi?”
“Aku pernah membantu ayahku merapikan dasinya, jadi karena itu aku jadi terlatih.”
“Hmmm, begitu ya…”
“Apa kamu tidak percaya jika aku hanya mengikatkan dasi ayahku?
Aku jujur loh, aku belum pernah melakukannya pada orang lain.”
“Aku bukan curiga atau apa, tapi entah kenapa aku merasa cemburu.”
“Apa kamu cemburu?”
“Mungkin…”
“… Baiklah, mulai sekarang aku akan merapikan dasimu setiap hari, Ryota-kun.”
“Eh, tidak usah, tidak perlu…”
Wajah Hibiya menjadi sangat merah hingga seperti ada uap yang keluar. Aku cemburu dengan ayahnya ... jatuh cinta benar-benar membuat orang menjadi bodoh. Saat aku memikirkan kembali apa yang aku katakan tadi, aku merasa malu, lalu tiba-tiba pintu menuju ruang tamu terbuka. Misaki muncul, alisnya berkerut, dan bertanya dengan blak-blakan.
“Oni-chan kapan kau akan putus dengan orang itu?”
Dia meletakkan tangannya di pinggul, dan menatap kami tampak bosan.
“Saat ini tidak ada rencana untuk putus.”
Lengan seragamku di tarik dengan kuat. Ketika kulihat, Hibiya menatapnya dengan pandangan penuh kebencian.
“Tidak untuk saat ini, aku tidak ada rencana untuk putus dengannya.
Aku tidak akan pernah meninggalkan Ryota-kun selamanya!”
“Selamanya itu terlalu berat tahu?.”
“Tidak, itu tidak berat. Aku tidak bisa membayangkan menikahi orang lain selain Ryota-kun.”
“Aku kira orang seperti ini cenderung cepat bosan. Mereka bisa selingkuh dengan mudah.”
“Apa yang kamu bicarakan… Jangan mengatakan sesuatu yang tidak benar. Berapa lama menurutmu aku memendam perasaanku? Aku akan mencintai Ryota-kun sampai mati.”
“Hmph.”
Misaki mendengus seolah ingin mendorong Hibiya menjauh, kemudian Misaki mendekat, lalu Dia berbisik pelan di telingaku hingga hanya aku yang bisa mendengarnya.
“Aku akan memperkenalkan temanku pada Oni-chan nanti. Aku yakin dia akan cocok untukmu.”
“Tidak, tidak usah…”
“Jangan sungkan. Dia sangat imut, jadi jangan khawatir, dia sepuluh kali lebih imut dari siapa pun."
Hibiya yang mendengar suara serak Misaki segera menyela dengan sedikit rasa kesal.
“Itu jelas tidak boleh!”
“Aku bicara pada Oni-chan.”
“Apa ini. Kamu terus menyerangku setiap saat!—”
“Kamu yang selalu menyerangku!”
“Ryota-kun adalah pacarku. Berhenti memperkenalkannya pada temanmu.”
“Karena dia adalah Oni-chan ku. Kekasih oni-chan harus ditentukan oleh adiknya kan?.”
“Di dunia manakah akal sehat ini berada?”
“Kalau begitu aku yang akan menjadi yang pertama. Sampai kita menciptakan akal sehat yang baru..”
Meskipun aku rasa Misaki tidak serius, rasa benci Hibiya terhadapnya sangat kuat. Sungguh, kenapa hubungan mereka begitu buruk?
““Hei, jangan mulai berkelahi di pagi hari. Kita hampir terlambat tahu.”
“Menurutmu siapa yang harus disalahkan?’”
Suara mereka berdua selaras dan mereka mulai melontarkan kata-kata marah mereka ke arahku. Aku hanya bisa menerima amarah mereka dan menjadi linglung.
pertengkaran mereka yang sebelumnya sudah mereda, dan pintu masuknya menjadi sunyi. Lalu, seolah-olah teringat sesuatu, Hibiya membuka mulutnya. ‘Ah,' seolah dia baru ingat.
“Oh ya, hari ini aku jadi petugas kebersihan. Aku harus pergi!”
Dia mengambil tasnya dan dengan tergesa-gesa memasukkan kakinya ke sepatunya. Namun, sebelum Hibiya pergi, dia berhenti di sampingku dan dan mendekatkan wajahnya ke telingaku.
“Aku mencintaimu, Ryota-kun.”
Pikiranku menjadi kosong di hadapan kekuatan kata-katanya itu.
Hibiya lalu tersenyum lembut dan pergi meninggalkan pintu. Sekarang, hanya aku dan Misaki yang tersisa di depan pintu.
Lalu Misaki menatapku dengan mata setengah terbuka, masih dengan ekspresi cemberut di wajahnya.
“Oni-chan kalin terlalu romantis.”
“A-kurasa tidak… Ah aku juga akan segera pergi.”
“Oh, tunggu sebentar, oni-chan.”
Saat aku mengambil tasku untuk berangkat ke sekolah, Misaki menghentikanku..
“Ada apa?”
“Meski aku tidak ingin meninggalkan Oni-chan dan orang itu sendirian, tapi… aku benar-benar tidak mau”
“…? Ya.”
“Aku akan tinggal di rumah temanku untuk sementara. Kamu ingat kan, aku sudah memberitahumu ketika aku pertama kali kembali, Aku akan keluar lagi dalam tiga hari.”
“Oh, iya, kamu bilang begitu. Mengerti. Aku akan pergi sekarang.”
Setelah mendengar pemberitahuan dari Misaki, aku meletakkan tasku ke pundakku.
“Hanya itu?”
“Hanya itu saja, selalu seperti ini kan?”
“Tidak, kali ini kamu terasa lebih dingin dari biasanya! kalo ada aku itu jadi gangguan untuk kalian kan?, jadi aku yakin kamu diam-diam senang karena aku pergi, kan?.”
“Ha? itu tidak benar.”
“Oni-chan, padahal kamu adalah seorang Ciscon sampai beberapa waktu yang lalu”
“Siapa yang Ciscon itu dan kapan?”
Aku diberitahu sesuatu yang tidak boleh aku abaikan, aku sama sekali tidak pernah bertindak menjadi seorang Cisco.
Selagi aku menatapnya dengan mata curiga, Misaki melanjutkan.
“Yah, bagaimanapun juga, aku akan jauh dari rumah lagi… jadi tolong jangan melakukan hal-hal mesum dengan wanita itu, oni-chan.”
“Aku tidak akan melakukannya. Aku tahu batas-batasku.”
“Baiklah kalau begitu.”
“Ngomong-ngomong, apakah rumah temanmu itu aman? Sudah mendapat izin dari orang tuanya?”
“Ah, tidak apa-apa. Sebenarnya, orang yang berteman denganku saat aku pergi ke Amerika terakhir kali akan kembali ke Jepang. Dia tinggal sendirian, jadi dia mencari teman sekamar.”
“Mungkin begitu. kamu memang diberkati oleh Tuhan.”
Dia bisa keluar dan melakukan berbagai hal dengan bebas dan bahkan berteman di luar negeri...Aku tidak percaya kita benar-benar memiliki darah yang sama.
“Eh? Lalu, mengapa kamu pulang pada hari Minggu? Seharusnya kamu bisa datang sesuaikan dengan rencana tinggal di rumah temanmu, bukan?”
“…Hm. Bi…biar bagaimana pun, tidak masalah.”
Dengan sikap dingin, aku dibiarkan berdiri sendirian. Aku mengumpulkan perasaan kuyang belum terselesaikan.
“Oh ya, aku hanya ingin memastikan untuk berjaga-jaga”
“Hm?”
“Temanmu itu bukan laki-laki, kan?”
“Tentu saja. Kenapa? apa oni-chan khawatir?”
“Aku hanya ingin memastikan. Kalau saja kamu tinggal di rumah laki-laki, ayah pasti marah besar… dan aku juga bisa ikut terseret dalam masalah itu.”
“Ahaha, aku yakin. Ah iya, apakah oni-chan juga ingin ikut? Temanku imut itu seperti boneka loh, jadi aku yakin kamu akan menyukainya.?”
“Tidak mungkin aku akan ikut. Itu akan membuatnya merasa canggung, kan?”
“Sayang sekali. Baiklah, tidak apa-apa jika oni-chan tidak mau ikut.
Kalau begitu, kamu harus pergi.”
“Ya. Aku pergi.”
Saat aku melambaikan tanganku, Misaki balas melambai. Juga, apa itu berarti aku akan kembali tinggal bersama Hibiya?
Aku merasa sedikit khawatir. Tanpa Misaki, Hibiya mungkin akan lepas kendali. Aku harus sangat berhati-hati agar nafsu birahiku tidak lepas kendali... Aku mengingatkan diriku sendiri dan berangkat ke sekolah