Ketika bicara tentang musim hujan, apa yang sedang kau pikiran?
Cuaca yang lembab? Waktu yang pas melakukan itu? Atau suasana yang menyedihkan?
Kalau aku, aku akan menjawab kalau itu hanya musim yang biasa.
Ketika aku menjadi siswa SMA, lingkunganku tentu saja berubah, tapi itu saja yang berubah. Perasaanku tidak berubah sama sekali.
Sudah sebulan sejak aku sekolah di mulai, Inilah saatnya kelompok-kelompok mulai terbentuk di sekitarku.
Setiap kali istirahat, mereka berkumpul bersama dan membicarakan hal-hal yang tidak penting, dan ketika bel berbunyi, mereka bergegas kembali ke tempat duduk mereka.
Aku sudah mengamati hal itu selama sebulan untuk melihat apakah aku dapat menemukan apa yang menyenangkan tentangnya, tetapi aku tidak dapat menemukan jawabannya.
Itu sebabnya aku terus menyendiri, karena aku selalu menyendiri aku selalu menghabiskan waktu istirahatku dengan mengelilingi area sekitar sekolah.
“Hari ini enaknya aku kemana ya?”
Karena kemarin aku menghabiskan waktu istirahat ku di perpustakaan, hari aku ingin menghabiskan waktuku di tempat yang lain.
Sambil memikirkan itu, aku terus melangkah dan tanpa sadar aku sudah sampai di kantin sekolah.
“Hah? Kenapa aku ke sini? Ya sudah lah nangung ini lebih baik aku menghabiskan waktu istirahat di sini sambil makan.”
Aku menuju konter pemesanan dan mengantri, setelah menunggu selama 3 menit akhirnya giliranku, aku memesan nasi kuning, tahu, dan telur.
Setelah pesanan ku sudah disajikan di nampan aku lalu berkeliling mencari tempat duduk yang lumayan sepi, aku lalu menemukan tempat yang satu meja yang kosong, di letak meja itu hanya ada 2 siswa laki laki yang duduk tidak jauh dari meja kosong itu.
Aku lalu duduk di meja kosong itu dan menikmati makanan, yah jujur rasanya kurang enak, maklum makanan kantin sekolah. Aku pikir mungkin aku bisa meminta ibuku untuk membuatkan nasi kuning di rumah.
“Hey, apa kau sudah mendengarnya?”
“Paan?”
“Katanya di kelas 3A yang ada di lantai 2 yang sudah lama kosong itu, disitu ditemukan mayat siswi perempuan.”
“Oh yang itu, aku sudah dengar, aku dengar siswi itu dia duduk di kelas 1A.”
Ketika aku sedang memikirkan hal yang terdengar anak manja itu tidak sengaja aku mendengar percakapan 2 siswa laki-laki yang duduk tidak jauh dari tempat ku duduk.
Aku sempat terdiam dengan sendok yang menggantung di tangan.
Mayat? Di kelas kosong?
Perkataannya menggema di kepalaku, menggantikan suara bising kantin yang biasanya tak kupedulikan. Tangan kiriku secara reflek meraih gelas air, mencoba menelan rasa tidak nyaman yang tiba-tiba muncul di tenggorokanku.
“Kamu tahu gak, katanya kelas itu udah dikunci sejak awal semester. Tapi mayatnya baru ditemukan kemarin sore.”
“Aku juga denger itu. Katanya guru-guru pada nutup-nutupin, biar gak bikin panik. Tapi yang nemuin katanya siswa dari kelas 2.”
Aku mencoba terlihat biasa, tapi telingaku terus mendengarkan percakapan mereka.
“Mayatnya aneh, loh. Kayak… dia duduk aja di kursinya. Gak ada luka, gak ada darah, cuma matanya... katanya terbuka lebar kayak ketakutan.”
Jantungku mulai berdebar sedikit lebih cepat.
Aku menunduk, menatap nasi kuningku yang kini rasanya hambar. Tak lagi kupedulikan teksturnya, ataupun tahu setengah matang di sampingnya. Suasana kantin masih sama, riuh dengan suara siswa-siswi lain yang tertawa dan mengobrol, tapi dunia di sekitarku terasa berbeda sekarang.
Kenapa aku merasa seperti... pernah mendengar nama kelas itu?
Kelas 3A, lantai dua, kelas kosong yang katanya sudah lama tak dipakai.
Aku mencoba mengingat.
Aku pernah lewat situ, sekitar 2 minggu lalu, saat mencoba menjelajahi tangga belakang sekolah. Jendelanya ditutup tirai, dan saat itu aku pikir cuma ruang penyimpanan atau kelas rusak.
Tapi sekarang...
Apakah benar ada seseorang yang meninggal di sana?
Dan kalau iya, kenapa baru ditemukan sekarang?
Aku meneguk sisa air di gelasku dan berdiri perlahan, mataku menatap ke luar jendela kantin, ke arah gedung utama. Dari sini, aku bisa melihat sedikit bagian lantai dua. Tirai itu masih tertutup.
Entah kenapa, tubuhku terasa lebih dingin dari biasanya. Mungkin karena hujan baru saja turun tadi pagi. Atau mungkin karena untuk pertama kalinya, aku merasa...sesuatu yang baru muncul dalam diriku.