Kamu saat ini sedang membaca Ossananajimi no Imouto no Kateikyoushi wo Hajimetara volume 3 chapter 18. Kalo kamu menyukai karya ini silahkan tinggalkan jejak komentar. Dan juga jangan lupa dukung mimin dengan cara donet se iklasnya di Trkateer mimin buat mimin makin semagat+buat dana untuk beli raw
"Fuu..."
Syukurlah, tidak ada insiden seperti seseorang yang menerobos masuk ke dalam pemandian air panas.
Ketika masuk, ternyata ini juga bukan pemandian campuran, sehingga aku bisa menikmati waktu berendam dengan santai, tanpa gangguan apa pun.
Aku sempat berpikir akan mendengar suara Manami dari arah sana, tapi hal itu tidak terjadi.
Ini benar-benar suasana yang damai.
"Meski begitu..."
Liburan bersama ber-3 ini... Kalo hanya dengan Aisha, itu mungkin masih biasa saja.
Tapu, dengan Manami juga ikut serta, dan bahkan kami berbagi satu kamar...
"Entah kenapa, kalo dipikir-pikir ulang, ini terasa agak tidak biasa..."
Aku mulai merasa seolah-olah sedang melakukan sesuatu yang luar biasa.
Saat memikirkan hal itu, rasanya seperti aku mulai pusing, seolah terkena uap panas di pemandian terbuka ini.
"Sebaiknya aku keluar sekarang."
Karena rambut mereka akan memakan waktu lama untuk dikeringkan, kunci kamar ada padaku.
Aku tidak bisa membiarkan mereka menunggu terlalu lama.
Lagipula, keluar lebih awal sepertinya tidak akan menjadi masalah.
Aku lalu meninggalkan pemandian dan memeriksa Hp-ku di ruang tunggu.
"Belum ada kabar. Kalo mereka ber-2 belum selesai, mungkin sebaiknya aku memilih oleh-oleh dulu."
Saat sedang mencari camilan untuk diberikan ke keluarga kami di rumah, aku tanpa sengaja melihat sebuah hiasan rambut.
Karena Yuki sudah tahu tentang perjalanan ini melalui pekerjaan paruh waktunya, rasanya tidak buruk kalk aku membelikannya sesuatu.
"Aku akan membicarakanya dengan Aisha dan yang lain dulu, tapi ini bisa jadi pilihan."
Meskipun terlihat sederhana, jepit rambut bermotif bunga kuning yang simpel itu sepertinya akan cocok untuk Yuki.
◆【POV AISHA】
"Apakah kamu baik-baik saja? Onee-chan, begitu kita kembali ke kamar, tangkap Kouki-nii."
"Eh...tapi, apa yang harus kulakukan?"
"Itu... anggap saja sebagai kejutan untuk Kouki-nii."
"Kenapa aku juga harus ikut terkejut..."
Kalo dia tidak berniat memberitahuku, ya sudahlah.
Mungkin karena berada di tempat yang berbeda dari biasanya, aku merasa bisa lebih dekat dengan Kouki, bahkan aku sendiri terkejut akan hal itu. Dan, Kouki pun tidak menolak.
Kalo hanya kami ber-2 yang pergi, mungkin aku akan gugup dan canggung.
Tapi, berkat kehadiran Manami, aku merasa lebih tenang, begitu juga Kouki.
Jadi, meskipun aku tidak tahu apa yang direncanakan Manami, kurasa semuanya akan berjalan baik-baik saja.
"Terima kasih ya, Manami."
"Eh!? Aku belum melakukan apa-apa, kok!"
Mungkin bagi Manami, dia merasa belum melakukan apa pun... Tapi, sebenarnya dia tidak perlu melakukan apa-apa.
Hanya dengan keberadaannya saja, aku sadar kali segalanya bisa berjalan lancar untuk kami.
Meskipun hubungan kami tidak lagi seperti saat liburan musim panas, di mana kami sepenuhnya bergantung padanya, Manami tetap menjadi sosok yang tak tergantikan bagi kami.
Hal itu baru kusadari sekarang.
"Tapi, apa Kouki-ni benar-benar akan menerima semuanya dengan baik?"
"Jangan khawatir soal itu."
"Benarkah!?"
"Ya. Barusan saja..."
Janji yang dibuat di pantai.
Aku tidak tahu apa yang akan terjadi, tapi kalo itu Kouki, aku yakin dia akan menerimanya.
"Onee-cha , kau jadi begitu tegar tanpa aku sadari...!"
Ketika aku melihat ekspresi Manami yang benar-benar terkejut, aku merasa sedikit rumit.
Tapi, kalo mengingat semua yang sudah terjadi sebelumnya, aku tidak bisa menyangkal apa pun.
◇
"Pemijatan...?"
"Benar... sepertinya begitu."
Apa maksudnya 'sepertinya'...?
Tentu saja, sepertinya dia belum diberitahu sebelumnya... Aisha pun wajahnya terlihat sangat merah.
"Ayo, cepat! Cepat!"
Tanpa terasa, aku diundang menuju futon yang sudah disiapkan.
Tentu saja, ini belum waktunya untuk mengeluarkan futon, jadi kemungkinan Manami dan Aisha yang menyiapkannya.
"Apa mengganti pakaian hanya alasan...?"
Setelah selesai dari pemandian air panas dan berkumpul di kamar, aku sudah merasa aneh karena harus mengganti pakaian lagi dan disuruh keluar dari kamar.
Tapi, keduanya ternyata mengenakan yukata pink yang sama seperti saat aku pergi tadi di lobi.
"Sudahlah, cepat!"
Dengan wajah Aisha yang merah, aku pun terburu-buru pergi ke futon, tapi...
"Kenapa harus pijat?"
"Kan kau tadi kalah dariku... Jadi..."
Aisha memalingkan wajahnya dan berkata begitu.
Sebenarnya, aku merasa seharusnya itu terbalik, tapi aku memutuskan untuk tidak mengatakannya.
Kalo aku yang diminta sebaliknya, itu berarti aku akan menyentuh tubuh Aisha, dan aku merasa itu akan lebih sulit.
"Baiklah, jadi ini adalah paket pijat tubuh penuh selama 120 menit! Master!"
"Tidak, nanti makan malamnya jadi terlambat."
"Ahaha. Sekarang aku mulai ya!"
Dengan semangat, Manami mendorongku ke tempat tidur dan meletakkan pantatnya di punggungku, lalu mulai memijat bahuku.
Ini... aku rasa aku harus berhenti berpikir hal-hal aneh.
Setiap kali Manami bergerak, aku merasakan sensasi lembut di punggungku, tapi... aku berusaha untuk tidak memikirkannya.
Tiba-tiba, Aisha yang duduk di sampingku mengambil tanganku.
"...Ada apa?"
"Tidak... tidak apa-apa."
Aku hanya dipijat di telapak tanganku saja.
Kontaknya lebih sedikit daripada dengan Manami.
Sebenarnya, aku sudah sering menggenggam tangan Aisha, tapi sekarang dia memijat telapak tanganku dengan hati-hati menggunakan ke-2 tangannya, dan aku tidak bisa menatapnya langsung, akhirnya aku secara tidak sadar memalingkan wajahku.
"Baiklah! Sekarang aku lanjut ke kaki!"
Karena Manami yang polos, atau karena aku menganggapnya seperti adik perempuanku, aku tidak melihatnya dengan cara seperti itu.
Tapi setidaknya, aku tahu kalk Aisha melakukan hal yang sama padaku, seperti yang dilakukan Manami, aku akan kesulitan untuk 'berusaha untuk tidak memikirkannya.'
Tapi walaupun begitu...
"Manami, kau sepertinya cukup ahli,"
"Eh, hehe. Aku sering pergi ke tempat pijat dan mencari tahu sendiri tentang ini."
"Begitukah?"
Sekarang aku ingat, kamar Manami memang penuh dengan buku-buku olahraga, termasuk beberapa yang membahas tentang tubuh manusia.
"Tentu saja, dengan aktivitas sebanyak itu, perlu juga merawat tubuh."
"Betul! Berkat itu, aku tetap sehat dan bugar!"
Tentu saja, aku tidak pernah membayangkan Manami mengalami cedera.
Dia sangat aktif, dan seharusnya ada risiko tinggi dia mengalami cedera, tapi tetap saja dia sehat-sehat saja.
Mungkin itulah yang membuatku sedikit terkesima dengan tingkat perhatiannya terhadap kesehatannya.
"Tunggu! Manami?!"
"Karena kau terlihat sedang berpikir hal-hal yang tidak sopan, aku pikir pijat refleksi kaki ini bisa membantumu!"
"Tapi, kenapa kau tahu..."
Aku benar-benar bingung bagaimana dia bisa mengetahuinya.
Kemampuan intuisi seperti ini sangat luar biasa.
"Ahaha. Tapi kalo aku pijat ini, kekakuanmu akan berkurang kok."
"Tapi aku sedang kesakitan sekarang!"
Tapi, meskipun aku ingin melawan, aku sadar kalo aku melakukan itu, aku bisa saja tidak sengaja menendang Manami.
Jadi, aku memutuskan untuk tetap diam dan menerima pijatannya.
"Bagaimana kalo aku urus bagian pinggangmu juga? Um...untuk memastikan Kouki tetap tenang dan rileks."
"Eh...?"
Aisha yang sebelumnya memijat tanganku kini perlahan-lahan berlutut dan semakin dekat ke arahku.
Dan dalam sekejap, dia melangkah lebih dekat dan akhirnya dia duduk di atasku.
Ah, ini dia. Posisi yang membuatku sulit untuk tidak memikirkan hal-hal yang seharusnya tidak kupikirkan."Hngg...sebentar, jangan bergerak."
"Maaf... sakit, sakit!"
"Ahaha!"
Untungnya, karena pijat refleksi kaki dari Manami, aku tidak menyadari kontak fisik dengan Aisha.
Tapi, setiap kali Manami menekan titik-titik tersebut, tubuh ku bergerak di luar kendali.
"Hngg! Apa ini udah cukup! Kouki!"
"Mau bagaimana lagi!?"
Lebih tepatnya, jangan menindih ku dan mengeluarkan suara-suara aneh!
Setelah itu, sambil merasa sangat kewalahan, pijat yang dilakukan oleh mereka berdua berlanjut hingga tepat sebelum waktu makan malam.
Tubuh ku terasa lebih ringan dan aku merasa sangat baik, tapi... tidak perlu dikatakan lagi, aku merasa canggung saat bertemu satu sama lain saat makan malam.
Makan malam yang menggunakan banyak hasil laut sangat lezat.
◇
"Informasi tentang pemandian terbuka pribadi..."
Setelah makan malam selesai dan kembali ke kamar, aku menemukan futon yang tertata rapi dan kunci yang diletakkan di sana.
Bersama dengan kertas pemberitahuan yang menyatakan bahwa karena tidak ada tamu lain, aku boleh menggunakan pemandian pribadi ini sampai waktu pembersihan.
Layanan pemandian terbuka pribadi ini menjadi salah satu kriteria dalam memilih penginapan, berkat pengaruh Aisha yang sangat memperhatikannya.
Tentu saja aku sudah mengingatnya, tapi ketika aku membaca kembali pemberitahuan tersebut...
Aku tentu saja tidak berniat masuk bersamanya, tapi saat itu Manami mulai bersemangat.
"Wah! Pemandian pribadi! Ayo kita masuk bersama, Kouki-nii!"
Begitu dia menemukan kertas tersebut, Manami langsung berlari kerahku dengan semangat.
Dan dengan semangat yang sama, dia langsung melompat ke arah ku.
"Tunggu dulu, jangan! Aku baik-baik saja, kalian ber-2 saja yang pergi. Lagi pula, pemandian biasa juga hampir seperti pemandian pribadi, aku akan masuk lagi nanti."
"Eh..."
Meskipun tadi aku sudah hampir kehabisan tenaga setelah pijatan, aku sama sekali tidak bisa membayangkan bagaimana cara aku menghadapinya di pemandian pribadi ini, atau bagaimana alu akan berbicara dengan Aisha.
Ini bukan pemandian besar seperti saat kami pulang kampung.
Kalo kami masuk bersama, pasti ada banyak yang terlihat, dan kali ini aku harus menolak dengan tegas.
Saat itulah Aisha, yang sebelumnya diam, membuka mulutnya.
"Kalo begitu, kenapa tidak Kouki yang masuk duluan? Kami akan lama, jadi kau bisa masuk duluan."
Ah, benar juga. Meskipun akh penasaran seperti apa rasanya pemandian pribadi...
"Apa kau yakin?"
"Tentu saja. Aku dengar pemandangannya sangat bagus. Sementara kami mandi, kau bisa menonton TV, atau kalo merasa kurang, kau bisa pergi ke pemandian umum lagi. Kami bisa menyelesaikan pengaturan barang-barang saat kau pergi."
"Begitu ya..."
Baiklah...
"Kalo begitu, aki akan mengikuti saranmu."
"Ya sudah, kalo begitu."
"Hehe. Semoga perjalanannya menyenangkan."
"Sampai nanti, Kouki-nii!"
Dengan ucapan perpisahan dari ke-2 orang itu, aku menuju pemandian pribadi.
Yah, dengan Aisha di sana, aku rasa Manami tidak akan melakukan hal yang aneh.
◇
Perkiraan ku pun langsung runtuh begitu aku masuk ke pemandian pribadi.
Pintu masuk kamar mandi terbuka dengan suara berderit.
"Manami!"
"Wah, jangan lihat ke sini, Kouki-nii!"
Mendengar itu, aku dengan panik buru-buru mengalihkan pandanganku.
Sebenarnya, masalahnya bukan pada Manami yang entah kenapa mengenakan baju renang yang sudah ditentukan oleh sekolah, melainkan pada aku yang tentunya hanya mengenakan handuk kecil tanpa pakaian lain.
"Hehe, mau aku bantu untuk mengosokan punggungmu?"
"Tidak usah, kembali saja."
"Eh, padahal aku sudah datang jauh-jauh kesini."
"Aisha sedang melakukan apa...?"
Aku tahu dengan kemampuan fisik ku, tidak akan mungkin bisa menghentikan Manami yang serius.
Tapi, aku tidak membayangkan kalo Manami akan datang ke sini dengan memaksa meskipun Aisha mencoba menghentikannya.
Berarti...
"Jangan-jangan... Aisha juga datang, kan?"
"Hm? Entahlah."
Manami tersenyum seolah menghindari jawabannya, lalu mengambil sabun dari tangan ku.
"Hehe, kalo begitu, aku anggap ini sebagai kencan untuk acara turnamen bola itu sudah selesai, ya?"
Oh, itu janji kalo dia menang sebagai MVP dia akan berkencan denganku...
"Tapi itu kan berbeda..."
"Ah, ah, tidak apa-apa. Tidak apa-apa!"
Meskipun Manami mengenakan baju renang, aku hanya duduk dengan handuk yang melilit di bagian bawah tubuhku.
Kalo aku menolak, itu akan menjadi situasi yang buruk bagiku, jadi aku tidak bisa berbuat apa-apa, jadi Manami mulai mengoleskan busa sabun ke tubuh ku.
"Sigh..."
"Hehe, Kouki-nii, terima kasih ya."
Setelah aku hampir menyerah, dan membiarkan tubuh ku di sabuni, Manami tiba-tiba berbisik di telinga ku.
"Ada apa?"
"Karena seharusnya, seharusnya Onee-cha ada di sini juga..."
Maksudnya mungkin adalah perjalanan bersama.
Pada awalnya, Aku dan Aisha sudah merencanakan untuk datang ber-2.
"Jangan khawatir. Baik aku maupun Aisha hanya ingin kau ada di sini, Manami."
"Hehe~"
Manami dengan gembira mulai mencuci lengan ku.
"Tapi, Kouki-nii..."
"Hm?"
Tiba-tiba tangan Manami berhenti.
"Aku pernah bilang waktu acara kembang api, kalo aku tidak akan tetap menjadi adik kalian ber-2 selamanya!"
Manami pun mendekatkan tubuhnya dan memeluk ku dari belakang.
Aku yang hanya mengenakan handuk, sementara Manami hanya mengenakan baju renang.
"Oi... Manami..."
"Bagus. Aku senang aku bisa membuat jantung Kouki-nii berdebar kencang."
"......"
Sama seperti Manami yang merasakan detak jantungku, aku juga bisa merasakan detak jantungnya secara langsung.
Itu mungkin berbeda dengan apa yang aku dan Aisha kira tentang Manami...
"Aku juga perempuan, lho."
Aki jadi tidak bisa berkata apa-apa.
"Hmm, aku ingin tau apa Onee-chan akan segera datang ya?"
Manami tiba-tiba melepaskan pelukannya.
Pada saat itu, wajahnya kembali seperti biasanya, seperti adik yang biasa.
Atau lebih tepatnya...
"Aisha akan datang!?"
──Galara
Sebelum aku bida melarikan diri atau bersembunyi, suara pintu kamar mandi yang terbuka terdengar dengan kejam.
Lalu...
"Aisha juga memakai baju renang sekolah, ya..."
"Ini... maksudnya... Manami yang bilang kalau ini juga oke..."
Aki memutuskan untuk diam tanpa memberikan komentar.
◆【POV MANAMI】
"Apa ini benar-benar tidak apa-apa, Onee-chan?"
Setelah Kouki-nii keluar dari kamar, aku bertanya pada Onee-chan sambil mengeluarkan sesuatu dari koper.
"A-Apa...Maksudku, aku malu...itu..."
Onee-chan memerah dan dia terlihat canggung.
Meskipun itu imut, tapi aku merasa sedikit kesal... Kami sudah datang sejauh ini.
Dan sebenarnya, aku pikir Onee-chan juga perlu merasa sedikit khawatir.
Kouki-nii pasti sudah populer sejak semester ke-2.
Hinako-chan dan Yuki-kun sudah pasti, dan ada juga teman sekelas dan Senpai yang mulai melihat Kouki-nii dengan cara yang berbeda.
Pokoknya, melihat bagaimana Kouki-nii diperlakukan di sekolah, tidak diragukan lagi kalo dia sudah menjadi populer.
Dalam situasi seperti ini, kalo Onee-chan tetap seperti sekarang, itu berbahaya.
Aku tidak berarti tidak mempercayai Kouki-nii, tapi memang ada beberapa bagian dari dirinya yang agak ceroboh...
Aku yakin, karena aku yang mengatakan ini. Kouki-nii sangat ceroboh terhadap ku.
Setelah mereka berpacaran, aku yang lebih banyak berusaha, tapi mereka ber-2 selalu manja pada ku...
Pokoknya!
Aku harus membuat KoUki-nii sadar dan membuat Onee-chan lebih aktif mendekatinya!
Kalo tidak, kalo ada orang lain, misalnya Yuki-chan, yang merebutnya, aku tidak akan bisa lagi menjadi seperti dulu...
Jadi meskipun ini sedikit egois dari ku, pertama-tama aku harus membujuk Onee-chan!
"Duh, aku sudah membawa baju renang, tapi sekarang malah seperti ini..."
"Memang begitu! Tapi Koki-nii kan tidak membawa baju renang!"
"Ahaha."
"Ahaha!"
Ini tidak bisa dibiarkan!
Ternyata aku gagal.
Mungkin Onee-chan kali ini tidak akan terpengaruh.
Tapi, kalo begitu...
"Kalo begitu, aku pergi sendirian saja, ya."
"Hah?"
Meskipun begitu, tujuan ku tetap bisa tercapai.
Sebenarnya, aku tidak masalah kalk Kouki-nii memilih ku, dan kalk tidak, aku tetap ingin bisa manja padanya seperti sebelumnya.
"Hehe, aku akan mengosok punggung Kouki-nii, ya!"
"Eh!? Tunggu, Manami!?"
"Kalo Onee-chan ingin menghentikanku, sebaiknya ikut mengejarku!"
Sekarang aku tidak akan terlalu mempertimbangkan perasaan Onee-chan lagi.
Aku tidak berniat hanya menjadi adik yang baik selamanya! Onee-chan!
◆
"Meski begitu...bahkan Aisha pun datang."
"Soalnya..."
Aku yang telanjang dikelilingi oleh Aisha yang mengenakan pakaian renang sekolah dan Manami.
Situasi macam apa ini...
"Baiklah, lanjutkan, lanjutkan~!"
"Ah. Aki juga..."
Tidak mungkin...aki tidak bisa menghentikan mereka.
"Lain kali aku harus lebih berhati-hati..."
Ketika aku memikirkannya, aku juga bersalah karena bahkan tidak mengunci pintu, dan juga karena tidak memperingatkan Manami sebelumnya.
Tidak, kalo aku ingin menghentikan Manami, mungkin aki seharusnya memberikan sesuatu untuk mengalihkan perhatiannya selama aku di dalam.
Sambil mencoba melarikan diri dari kenyataan, aku membiarkan Manami memegang lengan kanan ki dan Aisha memegang lengan kiri ku, aku memilih pasrah pada keadaan.
Kemudian, Aisha, yang wajahnya masih sangat merah sejak dia masuk, berkata dengan cemas.
"Itu...apa kau tidak suka?"
Sulit untuk menjawab…
Bukannya aku tidak suka. Tentu saja...
Tapi kenyataannya aki tidak tahu harus berbuat apa.
Di saat itu, Manami berkata dengan riang.
"Onee-chan, Kouki-nii hanya malu, jadi tidak apa-apa!"
"Malu?"
Semakin sulit untuk menjawab, aku mencoba memalingkan wajahku.
Namun, ke mana pun aki melihat ke kanan atau ke kiri, tidak ada jalan untuk melarikan diri.
"Fufu...begitu. Jadi, dia malu,"
Aisha berkata begitu dengan gembira...
"Imut."
Dia memeluk lengan ku dengan hati-hati.
"Tunggu!"
Tidak ada waktu untuk berhenti.
Kalk dua melakukan hal seperti itu dengan pakaian renang, tentu saja...
"Onee-chan kau berani sekali ya,"
seperti yang dikatakan Manami sambil tersenyum, tanganku sudah terangkat dan terbenam di payudaranya Aisha...
"〜〜〜!?".
Setelah menyadarinya, wajah Aisha yang sudah merah menjadi semakin merah.
"Bukan!? Ini... eh...,"
"Aku mengerti, jadi tenanglah───"
"Hyaa!? Kouta! Jangan gerakkan tanganmu!"
"Tidak, itu tidak sengaja───"
"Hyan!?".
Tolonglah!
"Ahaha. Kalo begitu, aku harus keluar dari sini. Nikmati waktu kalian berdua. Kouki-nii, Onee-chan."
Manami mencoba melarikan diri, dan buru-buru menghilangkan busa yang ada di tubuhnya...
"Tunggu sebentar, Manami!? Aku juga akan pergi! Aku ikut!"
"Eh, kalian ber-2 bisa menikmati waktu kalan bersama, lho?"
"Tidak bisa!"
Aisha pun buru-buru mengejar dan keluar.
"Eh...? Mereka ber-2 kan ganti pakaian di sini...?"
Di ruang ganti yang hanya dipisahkan oleh satu pintu.
Bayangkan saja, mereka ber-2 sedang melepas pakaian renang di sana...
"Tidak boleh. Jangan pikirkan itu! Aku...!"
Akhirnya, aku mencoba berendam di bak mandi untuk menenangkan pikiranku, tapu tentu saja, meskipun aku merasa pusing, pikiranku tidak juga menjadi tenang.
◇
"Kouki-nii! Aku pulang!"
Akhirnya, setelah itu, aku menyerahkan kamar mandi pribadi pada Aisha dan yang lainnya secara bergiliran, dan aku menunggu di kamar, sesuai dengan rencana semula.
Manami terus mengacaukan situasi dengan mengatakan hal-hal seperti, "Ah, Kouki-nii, kalo kau mau ikut mandi lagi dengan kami, aku akan buka kuncinya." itu membuat suasana menjadi agak canggung, tapi untungnya, aku tidak merasa canggung berlarut-larut.
Mungkin ini adalah salah satu hal baik di tengah kebingunganku.
Tapi, sumber masalahnya adalah Manami...
"Selamat datang kembali."
"Hehe, Onee-chan terlihat cantik setelah mandi, kan, Kouki-nii!"
"──!?"
Tiba-tiba dipanggil begitu, aku terkejut. Benar juga, Aisha memang cantik dan manis.
Rambutnya yang basah, pipinya yang sedikit merah, dan yukata yang tidak biasa dikenakan di dalam ruangan.
Berbeda dengan yukata yang dipakai saat festival musim panas, bahan kainnya lebih tipis, dan obi yang diikat sendiri terlihat agak kurang rapi.
Karena panas, sepertinya bagian lehernya sedikit terbuka, dan saat dia mengelap keringat dengan handuk, ada sesuatu yang aneh dalam diriku yang membuatku tiba-tiba gugup, melihat Aisa yang tidak biasa.
Dari segi pendedahan, mungkin lebih terbuka saat dia mengenakan pakaian renang tadi, atau saat kami di kolam renang atau pantai...
"Ada apa...?"
"Tidak... maksudku... selamat datang kembali."
"...Aku pulang."
Interaksi seperti itu adalah hal terbaik yang bisa aku lakukan.
"Aku sengaja tidak memakai pengering rambut agar tidak membuat Kouki-nii menunggu. Yah, kan ada juga pengering rambut di kamar ini!"
"Oh, jadi itu sebabnya rambutmu basah."
"Ya. Oh iya!"
Manami tiba-tiba mengeluarkan suara seperti mendapatkan ide, lalu berlarian dengan cepat.
Tidak lama kemudian, dia duduk di pangkuanku dan tiba-tiba tanganku memegang pengering rambut.
"Eh?"
"Kouki-nii, tolong keringkan rambutku?"
Manami yang duduk di pangkuanku menoleh dan dengan cara manja memiringkan kepalanya sambil mengatakan hal itu.
Entah kenapa, jarak antara kami yang seperti ini terasa berbeda dari biasanya... Mungkin karena dia mengenakan yukata yang tidak biasa, atau mungkin karena dia yang baru selesai mandi, atau... entah apa, yang jelas, aku merasa sedikit gugup dan tidak bisa langsung menjawab.
"Apa tidak boleh?"
"Tidak... bukan tidak boleh, tapi..."
"Hehe, tolong ya. Aku tidak akan memakan waktu sebanyak Onee-chan, jadi jangan khawatir! Selanjutnya yang penting!"
"Selanjutnya?"
"Kalo Kouki-nii melakukannya untukku, kau juga harus melakukannya untuk Onee-chan, kan?"
Saat Manami mengatakan itu, tanpa sadar aku bertemu pandang dengan Aisha dan kami terdiam.
Aisha setelah mandi sekarang bahkan lebih memikat daripada Manami... dan dia berada di jarak sedekat ini...?
"Sudahlah, gerakkan tanganmu sambil berpikir!"
"...Ah."
Karena aku tidak bisa terus seperti ini, aku mulai menyisir rambut Manami dengan tanganku dan mengeringkannya menggunakan pengering rambut.
"Hehe, ya ini enak. Aku ingin Kouki-nii ada di setiap rumah!"
"Jadi, aku dianggap sebagai alat rumah tangga pengering rambut?"
"Ahaha! Ah! Komedian inilah yang kubicarakan dengan Onee-chan tempo hari, tentang betapa baiknya dia melakukan ini!""
"Jangan gerakkan kepalamu!"
"Waah!"
Tapi, Manami tetap tertawa riang sambil menunjuk ke TV.
Melihat Manami yang selalu ceria seperti itu, Aisha juga memandangnya dengan senyum lembut.
◇
"Ugh..."
"Ahaha, Onee-chan malu sampai mengerang begitu."
"Diam!"
Setelah mengeringkan rambut Manami, giliran Aisha yang sudah mengungu selama 20 menit.
Akhirnya, Aisha duduk di pangkuanku seolah menyerah.
"Sudah beberapa kali kukatakan, kau bisa melakukannya sendiri."
"...Aku ingin tahu apa Kouki tidak suka menata rambutku?"
"Bukan itu maksudku..."
"Ugh..."
Begitulah suasana sepanjang waktu.
Nah, kalo begitu, aku akan bertindak lebih tegas kali ini.
"Hyaa!?"
"Aku hanya memegang rambutmu saja, kok!?"
Aisha mengeluarkan suara seolah-olah aku melakukan hal yang salah, dan tubuhnya mengejang.
"Ugh... baiklah. Lakukan saja!"
"Ucapan dan tubuhmu tidak sinkron!"
"Baiklah, aku akan mengendurkan ketegangan Onee-chan!"
"Eh!?"
Tanpa memberi kesempatan kepada Aisha untuk melakukan apapun, Manami tiba-tiba duduk di depan Aisha...
"Eh... jangan-jangan tanganmu itu..."
Manami mendekat dengan tangannya yang bergerak-gerak.
"Koshokosho!"
"Kyaa!? Manami, tunggu!"
"Aah, Kouki-nii! Onee-chan harus dipegang agar tidak melawan, nanti berbahaya!"
"Eh?! Begini...?"
"Hei, Kouki!?"
Seketika, seperti yang diperintahkan, aku menahan lengan Aisha dari belakang.
Keadaannya seperti sedang diborgol.
"Oke! Baiklah, aku mulai ya~!"
"Tunggu, Manami! Aku mengerti! Aku mengerti!"
"Hmm? Koshokosho~!"
"Kyaaaahaha tunggu...! Jangan!"
Karena Aisha mencoba memberontak, tanpa sadar kekuatan pada lenganku yang menahannya bertambah.
Meski begitu, Aisha masih berputar-putar hingga rambutnya mengenai ku.
Setiap kali itu terjadi, aroma sampo yang harum tercium oleh hidung ku.
"Aha ha ha ha tunggu... Manami! Ampuni aku."
"Hmm? Rasanya kau masih belum rileks~?"
"Jangan! Ketiak benar-benar jangan!"
"Eeei!"
"Hngg! Aaaahahaha! Jangan, aku bisa mati...ahahaha."
"Kau ini berlebihan sekali. Kouki-nii, apa kau mau mencoba juga?"
"Eh...?"
Mata ku bertemu dengan mata Aisha yang sayu dan sedikit kosong.
Sejujurnya, aku ada sedikit keinginan untuk mencobanya, tapi...
"Ko...ki?"
"Aku mau."
"Tunggu! Jangan! Aaa! Ahahaha."
"Ooh..."
Aku akhirnya mengerti kenapa Manami begitu menikmati ini.
"Ahahahaha hya...ja...ngan..."
"Ups..."
Karena sepertinya akan berbahaya kalo dilanjutkan, aku akhirnya melepaskan tangan ku.
"Hah...hah...Kouki..."
Dengan tatapan penuh kebencian, Aisha memandang ke arahku.
Tapi, Aisha yang wajahnya memerah karena berbagai hal yang berantakan itu ternyata tidak terlalu menakutkan... tunggu dulu? Berantakan...?
Tanpa sengaja mataku tertuju pada payudaranya, dan aku buru-buru mengalihkan pandanganku.
"Ah...!"
Aisha kemudian segera menyadarinya, dan meskipun dengan lemah, dia berusaha merapikan yukata yang berantakan.
"...Apa kau melihat?"
"..."
"Aah... ini mungkin hukuman juga untuk Kouki-nii, ya?"
"Benar, aku setuju, Manami."
"Eh...?"
Aisha dengan ekspresi marah dan Manami yang tetap tersenyum mendekat...
"Diam! Manami yang jadi penyebabnya, kan?!"
"Manami itu, kita tidak bisa menahannya!"
"Kenapa kau begitu percaya diri...?"
Sambil berbicara, aku tidak sadar Manami sudah memposisikan diri di belakang dan memelukku seperti yang aku lakulan pada Aisha tadi.
Aku bertanya-tanya, bagaimana mungkin tubuh kecil Manami bisa memiliki kekuatan seperti itu, tapi aku merasa tidak ada jalan keluar sama sekali.
Di saat seperti itu, Aisha semakin mendekat...
"Lakukan saja, Nee-chan!"
"Apa kau siap, Kouki?"
"Tidak..."
Karena Manami yang terlalu dekat dari belakang, aku tidak bisa berpikir tentang hal-hal seperti kelembutan yang bisa terasa, dan aku terjebak dalam situasi yang sangat tidak menyenangkan.
◇
"Manami, sudah tertidur, ya."
Setelah kejadian itu, kami cukup berlarian, dan entah bagaimana rambut kami sudah kering.
Aku juga sempat menghubungi Yuki yang seharusnya sendirian di tempat kerja untuk memastikan apa semuanya baik-baik saja...
Yuki sepertinya cukup ceria, dan ada nuansa kalk dia telah mendapatkan kembali kepercayaan dirinya, seolah-olah melalui turnamen olahraga baru-baru ini.
Beruntung berkat penyebaran informasi oleh Akitsu, perhatian mulai terkumpul.
Aku pun, meskipun sedikit, sering mendapatkan pertanyaan mengenai campuran dan pilihan mana yang lebih baik, jadi aku cukup menantikannya.
"Benar juga. Yuki sepertinya baik-baik saja, jadi kita tinggal tidur saja, kan?"
"Ya... benar."
Manami tertidur setelah bermain kartu, sama seperti saat di camp sebelumnya, jadi aku membungkusnya dengan selimut...
"Dia tidur sangat nyenyak..."
Kami juga masuk ke futon, tapi tidak semudah itu untuk tidur.
Ada 3 futon yang disusun rapi tanpa celah, dan aku berusaha sedikit menjauh, tapi Manami yang terjaga dengan panik mencegahnya, jadi akhirnya aku tetap berada di sampingnya, dan Aisha tidur di sebelahku.
Di ujung lainnya, Manami tidur. Jadi, Aisha harus mendekatiku untuk berbicara, agar tidak membangunkan Manami...
"Kalo Manami tidak ada, kita mungkin tidak akan bisa melakukan hal seperti ini."
Aisha berkata begitu sambil d dengan lembut menggenggam tanganku.
Tentu saja, 'hal seperti ini' bisa merujuk pada banyak hal...
Perjalanan, tentu saja, mungkin juga kami tidak akan bersama seperti ini, dan mungkin bahkan tidak akan sampai pada titik saling berbicara.
"Benar, itu pasti."
"Hehe."
Sungguh ini semua berkat Manami.
Meskipun kami sudah berpacaran, aku masih merasa ada jarak sedikit antara aku dan Aisha.
Aisha, meskipun sekarang terlihat seperti ini, setiap kali aku berinteraksinya itu selalu membuat wajahnya memerah.
Tanpa bantuan Manami, kami mungkin tidak akan bisa berinteraksi seperti tadi, saling mendekat seperti itu... Mungkin butuh waktu yang sangat lama, atau bahkan, bisa saja masa depan seperti itu tidak pernah terwujud.
"He... Kouki."
"Mm?"
"Kouki... apa kau merasa senang bersama kami?"
"Tentu saja."
Aku langsung menjawab.
"Begitu ya. Senang mendengarnya."
"Kalk Aisha...apa kau lebih suka hanya kita ber-2 saja?"
"Ah... Tidak. Dengan Manami ada di sini, dan Kouki di sini, aku rasa aku tidak akan lebih bahagia dari itu."
"Begitu ya..."
Aku terdiam, tidak bisa membalas kata-kata langsung yang diberikan.
"Tapi, sedikit saja, bolehkan aku memiliki Kouki untuk diriku sendiri?"
"Eh?"
Tiba-tiba aku merasa Aisha merangkak masuk ke dalam futonku.
"Aku mencintaimu... Kouki."
"?!"
Kata-kata yang langsung ditujukan padaku dari jarak yang begitu dekat.
Kami sudah berpacaran.
Kami sudah saling mencintai, itu sudah jelas.
Tapi, meskipun begitu... atau bahkan karena itu, aku tidak bisa mengabaikan perasaan yang muncul saat mendengar kata-kata itu.
"Hehehe. Mungkin karena aku benar-benar lelah dan mengantuk... rasanya aku bisa lebih jujur daripada biasanya."
"Ah..."
Aku hanya bisa memberikan jawaban yang samar, dan Aisha menggenggam tanganku dengan ke-2 tangannya, dan membawanya ke depan wajahnya, dia memeluk tanganku dengan penuh perhatian.
"Hehe... terima kasih."
Aku tidak tahu untuk apa ucapan terima kasih itu, tapi ada perasaan saling memahami di antara kami...
"Aku juga, terima kasih."
"Mm..."
Aisha begitu dekat denganku.
Hingga aku bisa merasakan hembusan napasnya, dia begitu dekat di depanku.
Perasaan itu membuatmu luar biasa bahagia, menyenangkan, dan mungkin...aku juga sedikit lelah, jadi aku bisa bertindak lebih berani dan jujur dari biasanya.
"Eh?"
Aku memeluk Aisha dan berkata.
"Aku juga, aku mencintaimu... selamat tidur."
Aku hanya mengatakan itu, lalu segera melepaskan pelukanku dan membalikkan tubuhku.
Karena aku merasa tidak bisa menahannya lebih jauh lagi.
Tapi...
"Curang..."
Aisha mengatalan itu sambil menempelkan tubuhnya ke punggungku.
"Aku rasa, Aisha yang lebih curang..."
Sejak saat itu, kami tidak saling menatap atau bertukar kata.
Kami hanya merasakan kehangatan tubuh masing-masing... dan akhirnya...
"Selamat tidur, Kouki."
"Selamat tidur, Aisha."
Kami tenggelam dalam kantuk yang dalam.