> CERITA 10

CERITA 10

 Kamu saat ini sedang membaca   Tsukushita garina uchi no yome ni tsuite derete mo ī ka?  volume 2,  chapter 1 cerita 10. Kalo kamu menyukai karya ini silahkan tinggalkan jejak komentar. Dan juga jangan lupa dukung mimin dengan cara donet se iklasnya di Trkateer mimin buat mimin makinsemagat+buat dana untuk beli raw

CARA YANG TEPAT BAGI PASANGAN SMA UNTUK MENGHABISKAN WAKTU BERSAMA (LIBURAN) ④



Karena waktu makan siang, restoran hamburger tersebut cukup ramai pengunjung.  


Riko terlihat bingung harus berbuat apa, alisnya melengkung seperti angka 8 sambil menatapku.  


[TL\n: 8 dalam bahasa jepang 八 (hachi)]


Rasa ketergantungannya terpancar jelas dari sorot matanya.  


Ini pertama kalinya seseorang mempercayaiku seperti ini, dan perasaan itu sungguh menyenangkan.  


Apalagi orang tersebut adalah gadis yang kusukai...  


Aku tidak ingin mengecewakan kepercayaan yang Riko berikan padaku.  


Ini pertama kalinya aku masuk ke restoran cepat saji bersama seorang gadis, dan aku begitu gugup sampai punggungku berkeringat.  


Tapi, aku tidak boleh menunjukkan rasa takut.  


Agar Riko tidak merasa cemas, sebagai orang yang lebih berpengalaman di tempat ini, aku harus bertindak tegas.  


...Baiklah. Pertama-tama, ayo cari tempat duduk.  


Setelah menoleh ke sekeliling, untungnya ada meja untuk dua orang di dekat jendela yang masih kosong.  


Aku meminta Riko menunggu sebentar, lalu meletakkan tas berisi dompetku di atas meja untuk menahan tempat.  


"Maaf, Membuatmu menunggu, Riko." 


Saat aku berkata begitu setelah kembali ke Riko, entah kenapa dia hanya menatapku dengan ekspresi kosong di wajahnya.  


"Riko? Ada apa?"  


"Ah! U-um... Eto... Minato-kun tadi terlihat seperti pangeran, aku sampai terpesona..."  


"Ahem...! Apa? Pangeran!?"  


Aku begitu terkejut sampai hampir tersedak.  


Bagian mana dari diriku yang terlihat seperti pangeran?  


Mungkin karena ekspresiku yang tidak percaya, Riko menutup matanya rapat-rapat sambil menambahkan. 

 

"Karena kau menyiapkan tempat duduk untukku seperti itu...hatiku berdebar..."  

 

Memang benar aku berusaha keras agar Riko tidak merasa malu, tapi aku tidak pernah menyangka kalo aku akan mendapat pujian sebesar ini.


Tapi, kalo aku menjadi terlalu senang dan terbawa suasana, semuanya akan sia-sia...


"Bukankah itu normal?" 


Kataku sambil berusaha terlihat tenang sebisa mungkin.


"Itu tidak benar. Kalo kita sendirian, pasti aku akan kebingungan. Hehe. Hari ini aku senang bisa melihat banyak sisi keren dari Minato-kun. Memang kau selalu terlihat keren, tapi mungkin karena hari ini kita menghabiskan waktu sebagai pasangan kekasih? Entah kenapa, jantungku berdegup lebih kencang dari biasanya."


"...!"


Perkataan Riko membuat detak jantungku tanpa sadar semakin cepat.


Kalo ini terus dibiarkan, Riko akan menyadari betapa gelisahnya diriku.


Sisi tidak keren seperti itu sebisa mungkin tidak ingin kutunjukkan.


Aku sengaja berdeham dengan tidak wajar sebelum mengajaknya mengantri di kasir.


Sambil melihat menu, aku menanyakan apa yang ingin dipesan Riko, dan dia menjawab ingin memesan yang sama denganku.


Saat giliran kami tiba, dengan otomatis aku memesan 2 paket cheeseburger dengan kentang seperti biasa, dan Riko kembali menatapku dengan pandangan penuh kekaguman seperti sebelumnya.


"Tetap saja kau terlihat keren..."


"...!"


Tenang, tetap tenang!


★★★


Kami duduk berhadapan di meja kecil untuk dua orang.  


Hanya dengan sedikit bergerak, lutut kami pun saling bersentuhan.  


"Ah, ma-maaf."  


"Tidak apa-apa...!"  


Kami saling bertukar kata-kata kikuk saling berpandangan malu-malu.  


Meski kami selalu makan bersama, suasana kali ini terasa sangat berbeda, dan itu membuatku semakin sadar akan kehadiran Riko.  


Aku harus tenang.  


Kalo terus begini, rasa cintaku pada Riko akan ketahuan karena sikapku yang tidak wajar...  


Meski begitu pikiranku, pandanganku tidak bisa lepas dari Riko.  


Karena setiap gerak-gerik dan ekspresinya sungguh menggemaskan.  


Ah, lihatlah. Bahkan sekarang pun...  


Setelah berdoa dengan suara pelan 'Itadakimasu', dia malah menatap hamburgernya sambil berkedip-kedip.  


Aku tersenyum melihat tingkah lakunya yang unik dan menggemaskan.  


"Riko, ada apa?"  


"Emm... Aku berpikir, makan hamburger itu ternyata sulit ya..."  


"Ah, benar juga. Bahkan kalo kau berhati-hati, sausnya bisa saja mengotori sekitar mulut."  


"Bagaimana kalo sausnya mengotori mulutku...? Aku akan sangat malu kalo Minato-kun melihatnya. Tapi membuka mulut lebar-lebar agar tidak terkena saus juga memalukan... Ugh. Perasaan seorang gadis memang rumit..."  

 

Apa sebenarnya yang dimaksud dengan perasaan seorang gadis?


"Tapi lihat, ada serbet kertas di sini jadi tidak perlu khawatir. Lagipula, entah sausnya menempel di mulut atau kau membuka mulut lebar-lebar saat makan hamburger, apapun yang kau lakukan kau tetap akan terlihat menggemaskan. Jadi tidak perlu terlalu dipikirkan."


Aku tahu mungkin kata-kataku sebagai seseorang yang tidak memahami perasaan gadis tidak akan berarti banyak, tapi aku ingin meringankan beban pikiran Riko, jadi kuucapkan apa yang ada dalam hatiku.


Tak lama setelah itu, wajah Riko tiba-tiba memerah.


"Minato-kun, barusan bilang aku menggemaskan..."


"Hah...!"


A-astaga...!


Aku terlalu terbawa suasana...!


"Ti-tidak apa-apa... aku mengerti... Pasti maksudmu menggemaskan seperti binatang atau bayi ya... Aku tidak boleh senang..."


Di seberangku yang membeku karena gugup, Riko seolah berbicara pada dirinya sendiri.


"Ri-Riko?"


Ketika aku memanggilnya dengan ragu-ragu, dengan wajah masih merah padam, Riko menggerutu dengan ekspresi kecewa, "Andai saja aku bisa merekam apa yang baru saja kau katakan..."


Eh? Kenapa...?


"Bukannya Riko sudah biasa dipuji menggemaskan?"


Bagaimanapun, semua orang mengakui Riko sebagai gadis tercantik di sekolah.


Tapi Riko mengerutkan kening karena tidak puas dengan apa yang kukatakan dan menggelengkan kepalanya.


"Minato-kun belum pernah mengatakannya padaku."


"Maksudku, bukan dariku, tapi dari orang lain."


"Dari orang lain tidak ada artinya..."


"...?"


Tidak ada artinya?


Menghadapiku yang bingung mengikuti pembicaraan, Riko menggembungkan pipinya.


Meski aku tidak mengerti kenapa pujian dari orang lain tidak berarti untuknya, tapi entah kenapa aku pikir akan lebih baik kalo aku mengatakan padanya kalo dia sangat menggemaskan.


Kalo mulai sekarang setiap kali aku merasa Riko menggemaskan, aku bisa mengatakannya tanpa malu...


Mungkinkah seseorang sepertiku bisa membuat Riko bahagia?


Selanjutnya

Posting Komentar

نموذج الاتصال