CERITA 3
DIA YANG INGIN MEMBANTU DAN AKU YANG BINGUNG
Hanae Riko yang membawa tas ku, juga mendukungku dalam berbagai hal lainnya. Misalnya, menekan tombol lift, mengeluarkan kunci dari tasku, dan membuka pintu.
Jujur saja, itu benar-benar membantuku. Gerakan yang biasanya ku lakukan dengan mudah dalam kehidupan sehari-hari menjadi sangat melelahkan ketika tubuh ku demam dan lesu.
Terlebih lagi, tubuhku nampaknya mengalami kerusakan lebih parah daripada yang kusadari. dan meski aku hanya bisa berdiri dan bersandar padanya, aku bahkan tidak bisa berjalan dengan baik tanpa dukungan Hanae Riko.
Tapi, tidak perlu dikatakan bahwa kedekatan ini semakin membuat suhu tubuh saya naik.
"Lho? Shiyaama-kun, kamu menahan diri? Tidak apa-apa, kamu bisa menaruh berat badanmu lebih banyak."
"Tapi posisi ini..."
"Ayo, pegang bahuku seperti ini."
Hanae Riko mengambil kedua tangan ku dan dengan kuat menaruhnya di bahunya.
Ini hampir seperti memeluknya.
Apa yang kupikirkan, bodoh!!
Menyadari hal seperti ini terlalu tidak sopan untuknya yang tulus membantu ku.
Meskipun aku berusaha keras untuk menegur diriku sendiri dan mengalihkan perhatian ku, aroma sampo dari rambutnya dan perasaan lembut saat bersentuhan mengolok-olok sisa rasionalitas ku.
"Hey, Shiyaama-kun, posisi ini sedikit memalukan, ya?"
"......!!"
Jangan bilang seperti itu lah! Itu membuat jantungku berdetak lebih kencang!
Setelah dibantu oleh Hanae Riko dan aku berhasil pindah ke sofa di ruang tamu, dia bahkan menawarkan diri untuk mengurus pekerjaan rumah tangga.
"Apa kamu punya bahan makanan di kulkas?"
"Aku biasanya hanya makan bento dari kombini."
"Eh? Setiap hari?"
"Memalukan, tapi ya."
"Apa kamu punya peralatan memasak didapur?"
"Ada, yang digunakan oleh orang tuaku."
"Kalau begitu, aku akan cepat-cepat pergi berbelanja."
"Eh, tidak, itu benar-benar terlalu merepotkanmu."
"Aku suka masak, jadi jangan khawatir."
"Tapi di luar sangat dingin dan bersalju."
"Aku juga suka dingin, jadi tidak apa-apa. Lagipula, hari ini kamu kan berbicara dengan Sawa-kun di kelas tentang ingin makan nabe (hotpot)?"
"......!"
Ternyata dia mendengarnya.
Sawa memang selalu berbicara dengan suara keras...
"Ada rasa nabe yang kamu suka?"
"Ku-kurasa rasa asin mungkin. Tapi sebenarnya, aku suka semua jenis nabe."
"Fufu, hari ini kita buat yang rasa asin, ya? Bagaimana dengan mandi? Mungkin sebaiknya jangan, ya?"
Mandi saat sedang demam mungkin bukan ide yang baik, tapi sebagai orang yang terjatuh di pintu masuk dan basah kuyup hingga sampai ke pakaian dalam, aku merasa hanya mengganti pakaianku sata itu tidak cukup.
Untungnya, efek infus mulai terasa, dan aku tidak lagi merasa panas seperti saat puncak demam. Setelah istirahat sebentar, aku mungkin bisa mandi.
"Aku akan mandi sebentar, karena kotor setelah jatuh tadi."
"Benar? Kamu yakin?"
Setelah aku menjelaskan efek dari infus, Hanae Riko terlihat khawatir tapi akhirnya mengerti.
"Pertama, aku akan menyiapkan air untuk mandimu."
"Aduh. Tapi aku tidak punya alat pembersih untuk mandi, jadi mungkin hanya shower saja."
"Kalau begitu aku akan membeli itu juga. Sementara itu, Shiyaama-kun, istirahatlah. Apa lebih nyaman bagimu untuk berbaring di tempat tidur atau di sofa?"
Aku merasa tidak enak hanya tidur di kamar sementara Hanae Riko melakukan semua pekerjaan rumah, jadi aku menjawab akan tetap di ruang tamu.
Kemudian, Hanae Riko mengatur tempat tidur untukmu, dia menumpuk bantal di sofa agar aku bisa berbaring dengan nyaman.
"Istirahat di sini sampai kau bida mandi dan makan malam siap."
"Aku juga akan membantu..."
"Tidak boleh. Shiyaama-kun kan sedang sakit. Tetaplah di sini dan istirahat."
Dengan tangan di pinggang, Hanae Riko berbicara dengan nada seperti memarahi anak kecil, 'Mou!' Aku tanpa sadar menjawab, 'Ah, ya'.
"Bisa tunjukkan di mana kamarmu? Aku akan mengambilkan selimut."
Setelah aku memberitahu dimana kamar ku, Hanae Riko pergi mengambil selimut dan dengan hati-hati menaruhnya di atas tubuhku.
"Kamu tidak kedinginan, kan?"
"Ya."
Sambil mengatur selimut agar menutupi leherku dengan baik, aku mengucapkan terima kasih untuk kesekian kalinya. Meskipun benar-benar berterima kasih, aku merasa malu pada diriku sendiri yang hanya bisa mengucapkan 'terima kasih' dan 'maaf'.
"Baiklah, aku akan mulai sekarang."
Hanae Riko menggulung lengan seragamnya dan mulai mengikat rambut panjangnya menjadi satu.
Gerakan tangan saat mengusap telinga dengan ibu jari untuk mengumpulkan rambut, bibir yang menggigit karet gelang, dan gerakan rambut yang mengalir saat terikat menjadi satu.
Aku yang terpaku pada pemandangan itu, buru-buru mengalihkan pandangan dari dirinya.
Setelah itu, Hanai Riko pergi berbelanja. Ketika kembali, dia segera menyiapkan makan malam, menanak nasi, dan bahkan dia membersihkan kamar mandi saat menunggu nasinya matang.
Dan semua itu dilakukan dalam waktu sedikit lebih dari satu jam sejak kami sampai di rumah.
Aku terkejut dengan kecepatan dan efisiensi Hanae Riko.
Aku teringat obrolan di lobi apartemen saat dia bilang kalo dia bisa melakukan semua pekerjaan rumah tangga. Tapi ternyata, dia bukan hanya bisa, tapi benar-benar mahir dalam hal itu, dia seperti seorang master.
"Luar biasa. Bagaimana kamu bisa melakukan semua itu dalam waktu singkat?"
Saat aku menanyakan pertanyaan itu, Hanae Riko menempatkan ujung jarinya di bibirnya dan berpikir sejenak.
"Mungkin karena hanya aku membiasakan diri dan karena latihan?"
"Apa ada latihan untuk pekerjaan rumah tangga?"
"Ada, kok. Soalnya, Hana ya─. Ah, tidak, tidak ada apa-apa...! Sebaiknya, bagaimana kalau kamu mandi sekarang? Aku akan membantumu."
Ha? Apa? Kamu ingin membantuku mandi?
"Maksudmu membantu mandi..."
Saat aku menanyakan itu dalam kebingungan, Hanae Riko sedikit memiringkan kepalanya dengan wajah bingung.
"Maksudku, membantu mencuci tubuh dan rambut? Menyokongmu? Apapun yang Shiyaama-kun butuhkan, akan ku lakukan."
Apapun...
Sebelum sempat berpikir, pikiran tidak kotor melintas di kepalaku, tapi aku segera menggelengkan kepalaku untuk menghapusnya.
Tidak, sangat tidak realistis jika Hanae Riko mengatakan, 'Aku bisa melakukan apa pun untukmu'.
"Maksudku, ini mandi, kan? Apa kamu mengerti?"
Berpikir mungkin dia tidak menyadari, aku bertanya lagi padanya, dan Hanae Riko dengan malu-malu menunduk dan berbisik, 'A-aku mengerti kok'.
"Tunggu! Aku bukan wanita cabul atau semacamnya, tahu...!?"
Apa yang anak ini katakan?
Terlebih lagi, dia terlihat sangat serius, dan meskipun dia malu dengan kata wanita cabul, dia mengepalkan tangannya erat-erat dengan ekspresi serius di wajahnya.
"Aku juga telah belajar tentang perawatan melalui kursus korespondensi. Jadi jangan khawatir tentang apapun..."
Bagi Hanae Riko, mungkin ini seperti perawatan, tapi bagiku, itu berbeda.
Oleh karena itu, aku tidak bisa membiarkan dia membantuku mandi.
Jika aku memanfaatkan niat baiknya dan Hanae Riko mengetahui niat burukku, dia pasti akan sangat memandang rendah diriku.
Hanya membayangkan Hanae Riko menatapku seperti melihat sampah membuatku menggigil.
Kau dapat menertawakan diriku yang tidak punya keberanian mengikuti niat burukku. Aku sangat takut dibenci oleh perempuan, jadi aku tidak bisa melakukannya.
"Hanae-san. Aku sangat berterima kasih, tapi untuk hal ini, berbeda dengan yang lain, aku tidak bisa membiarkanmu membantuku. Meskipun kamu tidak memikirkanku dengan cara itu, aku tetap merasa tidak nyaman."
"Kenapa kamu berpikir aku tidak memikirkanmu dengan cara itu...?"
"Karena kamu bilang ini seperti perawatan."
"Itu karena...! Aku berpikir kalau aku tidak bilang begitu, Shiyaama-kun mungkin tidak akan menerimaku...! Jadi bukan berarti aku tidak memikirkanmu dengan cara itu..."
"Apa?"
"Tidak, lupakan saja...! Pokoknya, ayo ke kamar mandi!"
"Tunggu, tunggu, itu benar-benar tidak boleh."
"Aduh... Baiklah. Aku tidak ingin membuat Shiyaama-kun yang sedang sakit merasa kesulitan. Sebagai gantinya, tolong izinkan aku membantu dengan makan malam...!"
Membantu dengan makan malam? Dia memang bilang akan memasak, tapi apa maksudnya membantu dengan makan malam?
Kalau dia akan mundur dengan itu, lebih baik aku terima saja.
"Baiklah, kalo begitu aku akan serahkan itu padamu, Hanae-san."
"Iya...! Serahkan padaku!"
Entah kenapa, Hanae Riko mengatakan itu dengan malu-malu seperti sebelumnya.
Apa yang membuatnya malu?
Dengan pikiran yang kabur karena demam, aku tidak bisa berpikir lebih jauh.
Aku menyerah untuk berpikir dan menuju kamar mandi.
Menggigil di ruang ganti yang dingin, aku melepas baju olahragaku, dan membuka pintu yang terhubung ke kamar mandi, dimana uap dan udara hangat segera menyelimuti seluruh tubuhku.
Air di dalam bak mandi berwarna putih susu, dan baunya seperti susu.
Seharusnya tidak ada persediaan bath bomb di rumah, jadi mungkin Hanae Riko membelinya untukku saat dia pergi berbelanja bahan makanan.
[TL\n: Bath bomb adalah produk perawatan tubuh yang dirancang untuk digunakan saat mandi. Terbuat dari campuran bahan kering yang mengandung asam sitrat dan natrium bikarbonat, bath bomb akan larut dan menghasilkan efek mendesis ketika dimasukkan ke dalam air]
Meskipun sebelumnya aku tidak punya perasaan khusus terhadap berendam, airnya terlihat begitu mengoda sehingga aku ingin segera tenggelam ke dalamnya. Hari ini, karena tubuhku terasa berat, mencuci tubuh terasa sedikit sulit.
"Akhirnya selesai..."
Baiklah...
Untuk menghindari jatuh karena pusing, aku meletakkan tanganku di dinding dan perlahan masuk ke bak mandi.
Saat kakiku yang dingin menyentuh air hangat, sensasi yang tak bisa dijelaskan menjalar ke seluruh tubuhku.
"Wah..."
Suhu air yang sempurna membuatku mengeluarkan suara aneh.
Aku perlahan-lahan menenggelamkan tubuhku ke dalam air.
Ah... luar biasa...
Tanpa sadar aku menghela nafas dari lubuk hatiku.
Merasa tubuhku menghangat dari dalam, aku perlahan menutup mata.
Apakah mandi selalu seindah ini...
Selain itu, sendi-sendi ku yang terasa nyeri karena demam jelas merasa lebih baik.
Rasanya begitu lega.
Pada saat inilah aku menyadari untuk pertama kalinya kalo aku mungkin merasa gugup karena flu.
Mencuci tubuh dengan cepat menggunakan shower tidak akan memberikan perasaan seperti ini.
"Mandi memang yang terbaik."
Kebahagiaan yang telah kulupakan selama beberapa tahun ini. Hanae Riko mengingatkanku akan kebahagiaan itu, dan rasa terima kasih yang baru tumbuh dalam diriku.
──20 menit kemudian. Tubuhku yang hangat setelah mandi terbungkus oleh sweter yang kugunakan sebagai piyama, dan aku kembali ke ruang tamu.
Tapi, hanya 5 menit setelah itu, aku mengalami situasi yang sangat genting.
"Nishiyama-kun, buka mulutmu. Aaah."
"...uhhh."
Hanae Riko duduk sangat dekat di sebelahku, mengulurkan sendok kecil ke arahku. Aku hanya bisa menggerakkan mataku dengan gelisah.
Apa ini, apa yang harus kulakukan? Bagaimana ini bisa terjadi...?