Kamu saat ini sedang membaca Tsukushita garina uchi no yome ni tsuite derete mo ī ka? volume 1, chapter 5 cerita 3. Kalo kamu menyukai karya ini silahkan tinggalkan jejak komentar. Dan juga jangan lupa dukung mimin dengan cara donet se iklasnya di Trkateer mimin buat mimin makinsemagat+buat dana untuk beli raw
MALAM UNTUK DUA ORANG③
Makanan buatan Riko malam ini sangat lezat dan membuatku terkejut...
Aku sudah menghabiskan semua yang ada di meja makan.
Meskipun rasanya kurang sempurna, tidak ada pilihan lain selain menghabiskan semua makanan yang dibuat dengan penuh usaha oleh Riko.
Kemungkinan besar, aku akan melawan dorongan yang semakin meningkat karena efek makanan itu.
Hebatnya, serangan misterius Riko tidak berhenti sampai disitu saja.
Aku mencoba menenangkan diri dan pergi ke kamar mandi. Tapi, kamar mandi dipenuhi dengan aroma manis yang sangat feminin.
Sambil melirik ke sekitar, aku menemukan botol kaca dengan stiker yang sama dengan kotak yang kulihat di ruang tamu sebelum makan malam.
"Jadi, ini aroma body scrub yang dibeli Riko."
Aroma yang tersisa ini benar-benar menggoda.
Riko memiliki kehadiran yang begitu kuat hingga hampir menciptakan ilusi bahwa dia bersamanya, dan itu membuatku menelan ludahku.
"Kalau aku tinggal di sini lebih lama, aku bisa gila..."
Aku mandi secepat mungkin sambil melantunkan "Tenag, Tenaga" dan lari dari kamar mandi.
"Sungguh, apa yang terjadi hari ini..."
Bahkan hanya tidur bersama Riko sudah jadi masalah besar, tapi satu demi satu kejadian yang mengganggu rasionalitasku terus berlanjut.
"Dan yang membuat semua ini adalah Riko..."
Aku sama sekali tidak bisa mengerti apa yang dipikirkan Riko.
"Haah..."
Dengan langkah goyang, aku menuju ruang tamu. Begitu membuka pintu, aroma manis yang sama masih terasa.
Tapi, yang lebih mengejutkan...
"Ugh..."
Saat aku mandi, Riko telah menyiapkan dua futon di ruang tamu.
Futon-futon itu diletakkan dengan rapi tanpa celah.
"Eh, Riko, ini..."
Riko yang duduk di atas selimut berwarna pink yang imut, menatapku dengan senyum malu.
"Minato-kun, malam ini tolong jaga aku, ya. Hehe..."
"...Aduh."
Tidak mungkin...
Bahkan dengan kekuatan rasionalitasku yang tak tertandingi, aku merasa aku tidak bisa menang melawanya.
Bagaimana mungkin aku bisa menghadapi serangan yang secara psikologis melemahkan seperti ini?
Makanan yang meningkatkan energi seksual, aroma manis, futon yang disusun rapi, dan Riko yang tersenyum malu dengan piyama.
Menyatukan 'sangat imut' dengan 'sedikit erotis' sepertinya tidak bisa dibenarkan!
Seorang perjaka pasti akan kalah dalam sekejap!
...ku semakin panik karena memikirkan hal-hal erotis dan status perjakaku, dan kepala serta tubuhku semakin kacau.
"Ini tidak bisa dikendalikan..."
Aku terjatuh di atas futon yang telah disiapkan, mengeluh dengan rasa malu dan mengakui kekalahanku.
"Minato-kun...!?"
Riko tampaknya terkejut dengan tindakanku yang aneh ini.
Dia mendekat dengan langkah pelan di atas futon.
Ah, aroma bunga manis terasa semakin dekat.
Kepalaku berputar-putar.
Detak jantungku berdetak sangat cepat, mungkin ini adalah efek dari makanan yang aku makan tadi.
Sungguh menyedihkan. Rasionalitasku sudah hancur.
Rasa tertekan yang berwarna merah jambu menyerang dan membuatku sesak napas.
Kepalaku terasa seperti musim semi. Tidak, bahkan seperti musim panas. Tidak, itu hanya tubuhku. Aku terlalu gelisah dengan situasinya, hingga alur pikiranku mulai goyang.
...Mungkin, sepertinya tidak masalah jika aku menyentuh Riko seperti ini?
...Tunggu, itu tidak mungkin!!
Aku benar-benar bingung.
"Riko, sebenarnya kamu mau apa dariku...?"
"Minato-kun...?"
Sekarang juga, jika aku berpura-pura tidak terjadi apa-apa, kita bisa kembali seperti biasanya.
Tapi, sepertinya itu mustahil.
Aku ingin tahu apa yang sebenarnya dipikirkan Riko.
"Mengenai makan malam tadi..."
"Ya."
"Maaf jika aku salah paham, tapi... bahan-bahan yang digunakan itu, b-bahan yang meningkatkan energi seksual, kan?"
Wajah Riko langsung memerah. Dia menundukkan kepala dengan malu, menggigit bibirnya.
Tampaknya ekspresinya bukan karena terkejut dengan apa yang kukatakan, melainkan karena dia tertangkap basah dalam sesuatu yang dia coba sembunyikan.
"...Apa kamu mengetahuinya?"
"..."
Tidak mungkin...
Wajahku pasti terlihat seperti udang rebus sekarang.
"Riko, kenapa...?"
"Uu... Apa aku harus mengagtakanya...?"
"....Katakan."
Aku menyuruhnya dengan suara yang hampir tidak terdengar.
Riko, yang masih malu, menunduk dan berbisik.
"Aku ingin Minato-kun merasa bergairah..."
Aku terpaku menatap Riko, baahkan aku sampai lupa cara untuk bernapas.
Apa yang diinginkan pria horny selanjutnya?
Tentu saja, Riko juga tahu, kan...?
Tapi, aku tidak bisa benar-benar yakin.
Gambaran tentang Riko di pikiranku adalah gadis yang polos dan tak berdosa. Aku sama sekali tidak menyangka dia akan mengatakan hal seperti itu.
Tapi, meskipun Riko tidak sesuai dengan gambaran yang kuanggap, dan sebenarnya aku tidak pernah menganggapnya sebagai orang yang akan berkata, 'Aku ingin membuatmu terangsang.'
Karena, gadis yang aku suka sedikit nakal, bukankah itu ideal bagi pria!?
Lagipula, aku sudah jatuh cinta dengan 'Riko', jadi apapun sisi kejutan yang ditunjukkannya, semuanya terasa imut bagiku.
"...Minato-kun? ...Apa kamu akan mumdur ...?"
" Tidak, aku tidak akan mumdur!"
Aku langsung menjawab dengan bersemangat.
"Aku tidak alan mundur, tapi, kenapa...?"
"U-uh, ya... Ah, sebenarnya..."
"Ya?"
"Kalau kamu merasa terangsang, mungkin kamu akan merasa ingin menyentuhku?"
Tentu saja. Itu pasti terjadi.
Sekarang, aku bahkan harus berjuang keras untuk mempertahankan rasionalitasku yang hampir hancur.
Tapi, apa ini? Mungkin tidak perlu mempertahankan diri?
Aku menutup mataku erat-erat dan bertanya dengan suara yang tersekat.
"Jadi... kamu bilang kamu ingin aku merasa bergairah, kan?"
"Ya."
"Jadi, maksudnya, kamu ingin aku merasa bergairah dan menyentuhmu?"
Aku mengumpulkan semua keberanian yang kumiliki dan bertanya, dan yang mengejutkan, Riko mengangguk dengan wajah merah merona.
Tidak bisa. Aku sudah tidak tahan lagi.
Pikiranku berhenti.
Kalau aku teruskan dan meraih──.
"Karena aku benar-benar ingin tidur sambil bergandengan tangan dengan Minato-kun...!"
"...!!"
Ri, Riko!
Aku hampir kehilangan keseimbangan dan jatuh ke atas futon karena aku menarik tangan yang hampir meraih bahu Riko.
"Minato-kun…!? "
"...Riko-san, itu tidak benar."
"Eh?"
Ternyata, Riko memang gadis yang polos seperti yang kubayangkan.
Pria yang merasa bergairah tidak akan bisa berhenti hanya dengan bergandengan tangan.
Mungkin keinginan untuk bergandengan tangan seperti itu sama dengan merasa tenang ketika mendekati seseorang saat takut petir.
Ngomong-ngomong, sekarang tidak ada guntur sama sekali yang terdenger. Tapi itu bukan masalahnya saat ini.
...Mungkin ini saatnya untuk lebih berhati-hati.
Aku tidak bisa selalu menahan diri, dan jika dia melakukan ini pada orang lain selain aku, dia pasti sudah di dorong jatuh.
Di sinilah hatiku harus menjadi iblis…
"Kau tahu, Riko. Seharusnya kau tidak boleh membuat laki-laki terangsang. Laki-laki bukan tipe makhluk yang bisa dipuaskan hanya dengan sedikit sentuhan."
"Se-sungguhnya?"
"Iya. Riko juga tidak ingin didorong olehku, kan? Oh! Aku tidak akan melakukan itu, tapi, ada kemungkinan hal seperti itu bisa terjadi──"
"Minato-kun, apa kamu ingin mendorongku?"
"...!!"
Riko, jangan menayakan hal seperti itu dengan wajah imut yang bingung!
Aku tidak bisa lagi. Aku takut...!!
Riko tampaknya tidak sengaja membuatku terombang-ambing dan rusak.
"...Kalau ditanya ‘apa aku ingin mendorongmu atau tidak’ itu malah mebuatku tidak tau harus menjawan apa, maka jangan tanya."
Berbicara sambil menghadapi Riko di futon seperti ini benar-benar berbahaya.
Saat aku mencoba berdiri, Riko menghentikanku.
"Tu-tunggu...! Aku tidak keberatan... Jadi jangan pergi..."
Sambil menarik lenganku, Riko berusaha dengan keras.
"Kalau Minato-kun sedang terangsang saat ini... jika aku bisa bertanggung jawab untuk itu... Aku baik-baik saja..."
Aku tertegun menatap Riko yang masih memegang lenganku.
──Aku baik-baik saja──
Kata-kata Riko membuat pikiranku kosong.
"Kenapa... Tapi, meskipun kita sudah menikah, kita tidak berpacaran..."
"...Iya. ...Tidak masalah meskipun aku bukan pacarmu..."
Tidak mungkin aku akan senang mendengar hal seperti itu.
Tubuh dan pikiranku yang sempat panas, kini mendingin dengan cepat.
Lagi pula, Riko memaksakan senyum di wajahnya, tidak mungkin aku bisa merasa senang sendirian.
Aku tidak mengerti apa yang Riko pikirkan sama sekali.
Apa dia ingin melakukan ini meskipun kami tidak berpacaran?
Tapi lihat ekspresi Riko. Tidak mungkin dia tertarik karena rasa ingin tahunya tentang seks.
Apa dia berpikir bahwa setelah membuatku bergairah, dia harus bertanggung jawab dengan itu?
Tidak, tidak, itu tidak mungkin. Bahkan Riko yang suka melayani tidak akan berpikir seperti itu.
Lagipula, meskipun dia menyukai orang lain, apa alasannya dia merasa bisa melakukan hal ini dengan orang lain?
...Jangan-jangan, orang yang disukai Riko adalah aku...?
Aku sejenak berpikir begitu, tapi aku segera menggelengkan kepalaku.
Riko sudah mengatakan tentang tipe orang yang dia suka sebelumnya, dan aku berbeda dari itu.
Bagaimana mungkin aku bisa berpikir bahwa aku adalah tipe pria yang dia suka? Aku terlalu percaya diri, sampai aku merasa malu pada diriku sendiri.
"Pria yang langsung berpikir dia disukai itu sangat berat."
Kata-kata itu menghantui pikiranku.
...ku benar-benar belum belajar dari kesalahanku di masa lalu.
Tapi, kalau begitu, kenapa Riko merasa dia bisa melakukan ini dengan orang yang tidak dia suka...?
Jangan-jangan ini hasil dari keinginan untuk melayani yang berlebihan?
Meskipun aku tidak bisa yakin, sepertinya aku perlu mengatakan ini.
"Riko, kamu tidak boleh berpikir, 'Jika orang lain menginginkannya, kamu bisa melakukannya.' untuk hal seperti ini. Karena jika Riko tidak menginginkannya, itu pasti salah."
"Ah...! Tidak, bukan begitu...!? Aku juga menginginkannya...!"
"Eh?"
"Ah..."
Rikoyango panik langsung menutup mulutnya dengan kedua tangannya, tapi kata-kata yang telah terucap tidak bisa diambil kembali.
Dia menginginkanku...?
Ini kembali membuka kemungkinan bahwa Riko hanya ingin melakukannya karena rasa ingin tahunya.
Tapi, ekspresi Riko saat itu terlihat sangat sedih...
Aku benar-benar kehabisan kapasitas untuk berpikir.
Sudah cukup. Aku akan bertanya secara langsung.
"Riko, apa kamu ingin melakukannya denganku meskipun kamu menyukai orang lain?"
"...U-uh..."
"Kenapa?"
"Se-s-sebenarnya..."
"Karena kamu penasaran tentang hal itu?"
"...! Iya...! Itu benar!!"
[TL\n: anjing lama lama gua kesel juga, alasan gua gak beri banyat note karena ni novel novel guala jadi gua gak mau banyak komen, tapi ni si MC anjing banget, udah mental tahu gak peka lagi, padahal si riko udah kasih berbagai macam kode.]
...!?
Ekspresi Riko yang sebelumnya tampak tertekan seperti binat5 kecil yang terpojol kini tiba-tiba menunjukkan ekspresi seolah dia menemukan solusi.
Tapi setidaknya, aku akhirnya mendapatkan jawaban yang kucari.
Ternyata, Riko adalah gadis yang memiliki rasa ingin tahu tentang hal-hal seperti itu.
Tapi sayangnya, tubuhku mulai terasa panas lagi.
Betapa sederhana diriku ini.
Tapi, aku tidak bisa begitu saja melompat dan menyambutnya dengan senang hati.
Untuk menenangkan diriku, aku mengambil napas dalam-dalam dan duduk bersila di depan Riko.
Riko juga duduk dengan serius dan wajahnya kembali menjadi serius.
"Hei, Riko. Tetap saja, kamu akan menyesal kalo kamu tidak melakukannya dengan seseorang yang kamu cintai."
"...Tapi aku sudah ditolak."
"Kalau kamu begitu menyukainya, kenapa tidak mengaki padanya lagi?"
Sebenarnya aku tidak ingin Riko melakukan itu, tapi demi kebaikannya, aku harus mengatakan hal itu.
Bukan tentang apa yang aku inginkan, tapi ini karena Hariko adalah prioritas utamaku.
Riko dengan lemah menggelengkan kepalanya mendengar kata-kataku.
"Aku tidak bisa lagi mengungkapkan perasaanku."
"Kenapa?"
"Karena... ketika aku pernah mengatakan hal seperti itu sebelumnya, dia pergi dari hadapanku... Aku tidak ingin kehilangan seperti itu lagi…"
"...."
Melihat wajah Riko yang hampir menangis, rasa frustrasi yang tak tertahan muncul dalam diriku.
Riko, kenapa kamu menyukai orang seperti itu?
Jika aku yang ada di tempatnya, aku tidak akan pernah membuatmu merasa seperti ini.
Mungkin jika aku memanfaatkan celah di hati Riko saat ini, aku bisa menyentuhnya. Dunia ini mungkin menganggap situasi seperti ini sebagai 'sajian yang sudah disiapkan.'
Tapi, aku sama sekali tidak ingin menyentuh Riko dengan cara seperti itu.
Karena aku mencintai Riko.
Aku tidak bisa memanfaatkan gadis yang aku sukai hanya untuk memenuhi hasratku.
Tentu saja aku sangat ingin menyentuh Riko, tapi yang aku inginkan adalah berbagi perasaan, bukan sekadar memenuhi hasrat.
Jika seseorang melihat ke dalam hatiku, mereka mungkin akan tertawa melihat seorang pria yang tidak populer dan perjaka berpikir dirinya istimewa.
Ada kemungkinan bahwa aku akan menyesal ketika aku berusia 40 tahun, berpikir 'Seharusnya aku meletakkan tanganku di sana dan tidak memikirkannya banyak hal.' dan merasa malu.
Namun, pada usia 18 tahun ini, aku tetap merasa murni dan tulus dalam perasaanku terhadap Riko.
Untungnya, tampaknya Riko tidak keberatan jika aku menyentuhnya dalam keadaan putus asa.
Aku sepenuhnya sadar kalau ini kurang ajar, tapi sepertinya aku masih ada dalam hati Riko.
Kemungkinannya tidak nol.
Jika demikian, aku harus berusaha keras untuk membuat Riko jatuh cinta padaku...!
Aku selama ini berpikir bahwa jika seseorang sudah memiliki seseorang yang mereka suka, itu tidak bisa diubah, tapi sepertinya orang yang disukai Riko adalah orang yang tidak layak.
Aku tidak bisa membiarkan Riko jatuh cinta pada pria seperti itu.
Aku ingin Riko bahagia.
Aku tidak tahu apa aku bisa membuatnya bahagia, tapi aku yakin aku jauh lebih baik daripada pria itu...!
"Betapa percaya dirinya kamu mengira kaalo kamu disukai. Lucunya."
Kata-kata itu mengolok-olokku di pikiranku.
Tidak, bukan begitu. Aku sama sekali tidak berpikir bahwa aku disukai.
Aku tidak punya kepercayaan diri untuk disukai.
Hanya saja, karena aku mencintai Riko, aku ingin melakukan sesuatu.
Aku tidak peduli jika mereka tertawa melihatku yang terlalu percaya diri.
Aku bisa merasakan seperti ini karena aku bisa jatuh cinta pada Riko.
Sejujurnya aku masih merasakan sakit di hatiku, tapi aku sangat senang bisa jatuh cinta pada Riko.
"Minato-kun, kamu terlihat bingung... Apa itu karena aku tidak menarik?"
"Tidak! Riko adalah gadis yang sangat menarik! Sebenarnya, aku sangat ingin menyentuhmu. Tapi, saat ini belum bisa."
"Belum bisa...?"
Uh. Kenapa dia tertarik pada itu.
Karena tidak ada gunanya menghindar, aku mengangguk pada Riko.
"Kalau begitu, apa suatu saat nanti kamu akan menyentuhku?"
"...."
Ri, Riko...
Tidak ada cara lain. Aku menutup mataku rapat-rapat dan mengangguk dengan keras.
Dengan harapan agar itu terjadi.
"...Kalau begitu, aku akan membuat pesaan."
"Eh?"
Saat aku hendak membuka mataku, tiba-tiba...
Sebuah kehangatan lembut menyentuh bibirku.
Na... apa yang terjadi...?
Saat aku membuka mata dengan napas tertahan, aku bertemu dengan tatapan Riko yang pipinya berwarna merah muda.
Riko, dengan malu-malu, menyentuh bibirnya dengan ujung jari dan berkata,
"Aku mencurinya lebih awal..."
"...."
Aku...telah dicuri…
Masih ada rasa lembut dan manis dari bibir Riko yang tersisa.
Aku sudah tahu betapa manisnya itu.
Sudah...tidak bisa...
Aku jatuh telentang di atas futon.
"Minato-kun…!?"
Riko melihatku dari atas, jadi aku buru-buru menutupi wajahku dengan kedua tanganku.
Aku takut membayangkan ekspresi seperti apa yang aku tunjukkan sekarang. Pasti terlihat sangat lemah dan memalukan.
Meskipun aku mengatakan bahwa kita harus saling memahami sebelum melakukan hal seperti itu, ciuman yang terjadi sebelum itu membuatku sangat bahagia. Rasanya sunguh sangat tidak adil.
Tenanglah, aku. Kurasa aku akan menjaga jarak yang pantas darinya sampai dia jatuh cinta padaku.
Aku tidak boleh kalah dengan godaan manis Riko...!
Yang ada di depan bukanlah kehidupan pacaran yang bahagia, tapi hanya kesenangan semata.
"Hey, yuk tidur! Ini sudah waktunya tidur!"
"Uh, iya. Lagipula sudah ini sudah sangat larut. Tapi..."
Riko berdiri perlahan, menuju jendela, dan sedikit membuka tirai.
"Ah. Tidak mungkin... Hujannya berhenti..."
"Eh..."
Aku buru-buru berdiri dan mendekati Riko.
"Benar juga."
Di langit yang tadinya suram, bulan sabit muncul, dan angin yang agak kencang mulai menghapus awan.
Sepertinya cuaca tidak akan memburuk lagi.
"Jadi, tidak ada lagi alasan untuk tidur bersama Minato-kun..."
"Iya."
Kami berdua menoleh ke arah dua futon yang berbaris berdampingan.
Apa kita akan tidur seperti ini?
Aku hampir mengucapkan kata-kata itu, tapi aku segera menahannya.
Tidur berdampingan dengan Riko malam ini terlalu berisiko.
"Aku akan mengembalikan futon ke kamar."
"...Jadi, tidur bersama harus ditunda."
Setelah mengatakan itu dengan nada kecewa, Riko mulai tersenyum kecil.
"Aneh kalau selama ini aku berharap malam badai tidak akan pernah datang, tapi sekarang aku tidak sabar menunggu malam nadai."
"...."
Ah, sudah…!!
Aku ingin membuat Riko jatuh cinta padaku, sehingga kalo saat itu tiba aku bisa memeluknya, yang sangat manis ini.
Benar. Aku harus membuatnya jatuh cinta padaku.
Dengan tekad yang tersembunyi di dalam hatiku, aku menggenggam erat kedua tanganku yang ingin sekali meraih Riko──.