Kamu saat ini sedang membaca Tsukushita garina uchi no yome ni tsuite derete mo ī ka? volume 1, chapter 2 cerita 4. Kalo kamu menyukai karya ini silahkan tinggalkan jejak komentar. Dan juga jangan lupa dukung mimin dengan cara donet se iklasnya di Trkateer mimin buat mimin makin semagat+buat dana untuk beli raw
TANDA RAHASIA YANG HANYA DIPAHAMI OLEH DUA ORANG
Aku sama sekali tidak menyadarinya sampai mulai tinggal bersama Riko, tetapi rupanya aku punya kebiasaan menggosok hidung dengan jari telunjuk saat merasa malu.
Beberapa hari yang lalu,Riko memberitahuku dengan senyuman nakal, 'Aku menemukan kebiasaanmu, Minato-kun,' dan saat itulah aku pertama kali mengetahuinya.
Sekarang aku memikirkan kembali, terutama ketika Riko tersenyum padaku, aku memang sering menggosok hidungku untuk menyembunyikan rasa maluku.
Karena Riko berbisik, 'Mungkin aku suka kebiasaan itu...' dan aku secara reflek menggosok hidungku lagi, membuatku semakin malu.
"Shiyaama, kenapa kamu tersenyum seperti itu?"
Aku, yang sedang melamun mengingat interaksiku dengan Riko, ditarik kembali ke realitas oleh suara Sawa yang menggodaku.
"Jangan-jangan kamu sedang memikirkan sesuatu yang mesum? Ayo ceritakan padaku juga lah, biar kita nikmati bersama."
"Jangan bicara omong kosong. Dan suaramu terlalu keras."
Meskipun aku mencoba marahinua karena itu bukan topik untuk dibicarakan di kantin sekolah di siang hari, Sawa tidak mendengarku seperti biasanya.
Sambil menggelengkan kepalaku, aku duduk di meja kosong dekat jendela. Sawa meletakkan nampan berisi miso ramen di depanku. Aku membawa obento yang dibuatkan Riko untukku, aku lalu membukanya. Kantin ini mengizinkan siswa membawa bekal dari rumah, jadi ada beberapa siswa lain yang juga makan bekal.
"Ngomong-ngomong, bento benar-benar terlihat enak, Shiyaama. Dan setiap hari tampaknya sangat rumit? Itu seperti bento buatan istri tercinta. Aku tidak menyangka kamu sehebat itu dalam memasak."
"Haha..."
Aku memberikan tawa kaku pada Sawa yang sangat terkesan.
Pada hari pertama aku membawa bento, Sawa banyak bertanya padaku, jadi aku terpaksa berbohong dan mengatakan kalo aku yang membuat bento ini.
Aku tidak memberitahu siapa pun tentang pernikahanku dengan Riko, termasuk Sawa. Sebelum mulai tinggal bersama, aku sempat membicarakan hal ini dengan Riko dan memutuskan untuk merahasiakannya.
Tidak banyak siswa SMA yang menikah, dan Riko adalah tipe gadis yang menarik perhatian banyak orang. Jadi kalo orang lain mengetahui pernikahan kami, itu pasti akan jadi kehebohan besar.
Selain itu, aku merasa kasian pada Riko karena dia harus menikah dengan orang yang tidak menonjol sepertiku.
Gadis paling cantik di sekolah tidak mungkin cocok dengan pria yang tidak menonjol sepertiku.
Orang-orang yang tidak tahu tentang pernikahan kontrak kami pasti akan meragukan selera Riko.
Aku ingin menghindari reputasi Riko hancur karena aku.
"Wah! Ayam teriyaki itu pasti enak. Ayo tukar dengan chashu-ku."
"Tidak."
"Kenapa? Kamu bisa membuatnya sendiri kapan saja."
"Ini milikku."
"...Ada yang aneh."
"Apa?"
"Shiyaama biasanya kau suka berbagi. Kamu belum pernah menolak seperti ini sebelumnya."
Dia benar. Biasanya aku lebih suka menyerah daripada bersaing.
Tapi kali ini berbeda.
Ini bento yang dibuat Riko untukku. Aku ingin makan semuanya dan memberi tahu Riko bahwa itu enak.
Aku tidak bisa bersikap kasar pada Riko yang meluangkan waktu dan tenaga untuk membuat ini, dan seperti yang sudah ku katakan berkali-kali, ini milik ku.
Jujur saja, aku tidak ingin berbagi bento buat Riko dengan siapa pun, bahkan jika itu dengan temanki.
"Pokoknya, tidak bisa."
Saat aku melindungi bento ku dengan lenganki, Sawa akhirnya menyerah meskipun dengan protes.
Sawa masih memandang teriyaki-ku, jadi aku tetap waspada sampai tiba-tiba pandangannya beralih.
Apa itu?
Aku mengikuti pandangannya ke pintu masuk. Di sana dia melihat Riko memasuki kantin sekolah bersama beberapa gadis.
Uwah.
Aku berusaha mengatur posisi dan secara tidak sengaja membentur siku di sudut meja.
"Ugh... Sakit..."
"Hei, apa yang terjad tiba-tiba? Kamu baik-baik saja?"
"...Ya, lumayan."
Aku membalas dengan tesenyum canggung sambil mengusap siku yang masih kesemutan.
Setiap kali aku bertemu Riko di luar rumah, aku jadi gugup dan bertingkah aneh. Ini tidak bisa terus begini.
Setiap kali melihat Riko, aku selalu merasa cemas, dan jika ini terus berlanjut, mungkin orang lain akan curiga. Bahkan sekarang, Sawa sedang melihatku dengan tatapan aneh.
Aku lalu pura-pura berdeham dan memegang sumpitku kembali.
Tidak seperti aku, Sawa terus terang menunjukkan ketertarikannya, dan terus memandang ke arah Riko.
"Sawa, kalau kamu terus melihatnya seperti itu, dia pasti akan menyadarinya."
"Itu memang tujuanku. Kamu ingat? Ketika aku sedang melihat ke lapangan, mataku bertemu dengan mata Riko-hime!!”
"Oh, kamu pernah bilang begitu. Dan tolong kecilkan suaramu...! Dia bisa mendengar kita."
Riko dan beberapa gadis lain mengambil tempat di meja yang tidak terlalu jauh dari kami.
Meskipun ada keributan dari siswa lain, jika Sawa terus berbicara sekeras ini, mereka mungkin bisa mendengar percakapan kita.
Sawa mendorong nampan miso ramen-nya ke samping dan mencondongkan tubuh ke depan sambil melihat sekeliling.
"Sebenarnya, sejak saat itu, aku sering merasa Riko melihat ke arahku."
"Itu cuma perasaanmu."
"Berhentilah langsung menyangkal! Tidak, itu bukan cuma perasaanku saja. Meskipun mata kita tidak bertemu, setiap kali aku melihat ke atas, dia selalu melihat ke arah sini!!"
"Itu sebabnya tolong kecilkan suaramu..."
"Mungkin dia merasa malu jika mata kita bertemu, jadi dia mencoba melihat secara diagonal ke sampin. Aku yakin itu!!"
Sawa mulai berbicara tentang fantasi positifnya yang tidak berdasar, dan aku hanya menanggapinya sambil minum teh hijau dari termosku.
Haa... hangat sekali...
Ini juga yang Riko persiapkan untukku di pagi hari.
Aku benar-benar berhutang budi pada Riko. Setiap kali dia melakukan sesuatu untukku, aku selalu berterima kasih dengan tulus, tapi menurutku itu belum cukup.
Aku sudah lama memikirkan cara membalasnya, tapi aku tidak bisa menemukan ide bagus, dan hari-hari berlalu begitu saja.
Aku berharap bisa melakukan sesuatu untuk Riko.
Apa yang bisa membuatnya senang?
Aku benar-benar tidak tahu dan ini membuatku bingung.
Bahkan jika aku melakukan sesuatu yang tidak sesuai, itu hanya akan merepotkannya...
Mungkin karena aku sedang memikirkan hal ini, padahal aku sudah menyuruh Sawa untuk tidak terlalu memandangnya, aku akhirnya secara tidak sengaja melihat ke samping ke arah Riko.
Segera setelah itu, mata Riko yang sedang berbicara dengan seorang gadis di sebelahnya bertemu dengan mataku.
Aku dan Riko sama-sama terkejut, dan kami berdua berkata 'Ah.'
Setelah jeda sejenak, Riko dengan lembut menyentuh hidungnya dengan ujung jarinya.
Eh... Kenapa...?
Itu adalah kebiasaan yang Riko beri tahukan padaku.
Riko masih menatapku sambil tersenyum sedikit seperti anak kecil yang berhasil melakukan lelucon.
Melihat senyum itu, aku menyadarinya.
Riko baru saja mengirimkan tanda yang hanya bisa kumengerti, tanpa ada yang menyadarinya.
Aku buru-buru menutupi mulutku yang mulai tersenyum dengan telapak tanganku.
Wah... Gawat...
Aku tidak tahu kenapa Riko melakukan itu, tapi aku tidak bisa menghentikan wajahku dari tersenyum.
Hari itu, setelah pulang ke rumah, aku menanyakan kepada Riko kenapa dia melakukan hal itu, dan dia menjawab sambil tersenyum nakal seperti sebelumnya.
"Bahkan jika aku tidak bisa berbicara dengan mu, aku dapat memastikan kalo aku bisa terhubung dengan Minato-kun. Hei, Minato-kun. Aku akan memastikan tidak ada yang mengetahuinya, jadi aku akan mengirimkanmu tanda hanya untuk Minato- kun dari waktu ke waktu. Oke?"
Riko bertanya sambil memiringkan kepalanya dengan manis. Tentu saja aku tidak bisa mengatakan kalo aki tidak menyukainya.
Sebuah tanda rahasia hanya untuk kami berdua...
Tidak mungkin Anda tidak bersemangat dengan hal seperti itu...