> ABSOLUT ROMANCE

Tanpa judul


 


CERITA 6


 MESKIPUN AKU TIDAK SEMPURNA, TAPI MOHON BANTUANNYA DI MASA DEPAN




"Aku bisa memasak masakan Jepang, Barat, atau Cina, dam aku bisa membuat semua makan sesuai dengan permintaanmu! Aku juga suka membersihkan, jadi serahkan semua pekerjaan rumah padaku! Aku juga punya pengetahuan DIY yang mungkin berguna suatu saat nanti. Dan... Ah! Jika ada serangga, aku akan berusaha menanganinya! Meski aku agak takut laba-laba... tapi demi melindungi Shiyaama-kun, aku akan bertarung. Aku sudah mengikuti kursus online untuk memperoleh sertifikasi dalam perawatan mental, pijat limfatik, bela diri, nutrisi, pengobatan herbal, dan menjadi ahli lilin! Jika ada hal lain yang diperlukan, aku akan belajar dengan sungguh-sungguh...!"


"......"


"......"


"....untuk saat ini"


"I-iya!"


"...Ahli lilin itu apa?"

 

Karena Aku tidak dapat mengikuti apa yang sedang terjadi aku malah terpaku pada hal yang aneh.


Harusnya ada banyak hal lain yang lebih penting untuk ditanyakan, pikirku. Harusnya aku bisa lebih tenang...


"Maaf, lupakan tentang ahli lilin itu sebentar, tunggu dulu. Eh, me-menikah...?"


Suaraku bergetar dengan memalukan saat mengulang pertanyaan itu.


"Aku dan Hanae-san?"


"Iya..."


Sial. Gerakan malu-malu dengan menundukkan kepala itu terlalu imut sehingga membuatku ingin segera mengulurkan tangan dan berkata 'Baiklah, ayo menikah!'.


Hanae Riko yang memiliki senjata tak terkalahkan berupa kelucuan ini semakin membuatku ketakutan.


Bagaimanapun, aku harus tenang. Aku berdeham dan menarik napas dalam-dalam.


Meskipun berusaha keras untuk mendapatkan kembali ketenanganku, tapi sepertinya itu tidak semudah yang kupikirkan.


"Begini, dari mana tiba-tiba muncul ide tentang pernikahan ini?"


"Aku berpikir untuk tinggal bersama di rumah Shiyaama-kun."


"Sampai situ aku mengerti."


"Kalau tinggal bersama, berarti kita harus menikah...!"


"Sampai situ aku tidak mengerti."


Saat aku mengernyitkan dahiku dan menyilangkan tanganku, Hanae Riko mungkin menganggap ini sebagai tanda penolakan, dia lalu mencengkeram ujung pakaianku dengan kuat.


"Aku akan menjelaskan secara bertahap, jadi tolong dengarkan...! Ma-maksudku, ada rintangan yang dihadang oleh ayahku. Itu hanya ide untuk mengatasi hal itu, bukan berarti aku ingin menikah dengan  Shiyaama-kun, bukan... ah, tidak, maksudku, kali ini tidak ada hubungannya dengan itu, tolong abaikan yang barusan...!? Jadi, umm, ku pikir satu-satunya cara untuk melewati rintangan dari ayahku, adalah dengan kita menikah...!"


Yah, ini membingungkan. Bukan hanya aku tidak mengikuti urutannya, tapi ini semakin membingungkan daripada sebelumnya.


Pasti Hanae Riko menjadi bingung karena terlalu gugup.


"Hanae-san, aku akan mendengarkan dengan baik, jadi tolong tenanglah dulu. Apa kamu bisa mulai dari awal lagi?"


Saat aku mendesaknya dengan nada tenang untuk menenangkannya sebanyak mungkin, Hanae Riko mengangguk dengan ekspresi serius di wajahnya.


"Pertama, tarik napas dalam-dalam."


"Ya, baik. Ssshh... haah. Ssshh... haah."


"Bagus. Jadi, kenapa kita harus menikah jika kita ingin tinggal bersama?"


"Itu karena, uh, ayahku selalu berkata, 'Tinggal bersama tanpa menikah itu tidak bertanggung jawab!' Jadi, ku pikir dia tidak akan pernah mengizinkan kita kalo hidup bersama."


"Hmm. Jika dia menentang tinggal bersama begitu keras, bagaimana mungkin dia akan mengizinkan pernikahan saat kita masih pelajaran?"


"Ini tidak mudah untuk membujuknya, tapi kata-kata favorit ayahku adalah 'kesungguhan' dan 'tanggung jawab'..."


Aku bisa menebak karakter ayah Hanae Riko dari penjelasannya yang mudah dipahami, dan aku tersenyum kecut.


Ayahnya mungkin adalah tipe orang yang sangat bersemangat, sangat berbeda dariku. Padahal putrinya begitu lembut.


...Tapi, ada satu poin yang harusnya kutanyakan sejak awal, kan...?


"Tinggal bersama itu agak aneh, kan? Maksudnya tinggal serumah, bukan tinggal bersama?"


Meskipun kita laki-laki dan perempuan, jika kita tidak dalam hubungan romantis, tinggal bersama hanyalah tinggal serumah, bukan hidup bersama.


Saat aku menunjukkan hal itu, Hanae Riko menggosok-gosok ujung jarinya dengan gelisah.


"Memang saat ini, itu hanya tinggal serumah... Tapi, tinggal serumah bisa berubah menjadi hidup bersama, kan? Kalau kita mendapatkan izin untuk tinggal serumah, begitu hubungan kita berubah, aku tidak bisa tinggal bersama Shiyaama-kun. Itu... aku tidak mau..."


Apa!? Apa yang baru saja dikatakan Hanae Riko!?


"Sepertinya kamu mengatakan sesuatu yang aneh! Kamu bilang hubungan kita mungkin berubah dari tinggal serumah menjadi hidup bersama!? Tidak, tidak, tidak, itu tidak mungkin terjadi!"


Aku tertawa karena menganggap ini lelucon. Tapi, hanya aku yang tertawa, sehingga suasana menjadi canggung dan senyumku hilang.


Tapi aku tidak tahu reaksi apa yang harus kulakukan selain tertawa.


Ini adalah gadis tercantik di sekolah, dan aku.


"Bahkan jika dunia terbalik, tidak mungkin ada sesuatu yang terjadi antara kita!!"


Aku tidak ingin dianggap sebagai pria yang salah paham, jadi aku berusaha sekuat tenaga untuk menyangkalnya lagi, tapi entah kenapa Hanae Riko menundukkan kepala dan bibirnya bergetar.


Ah, apa aku mengatakan sesuatu yang salah...?


"Jadi, Shiyaama-kun dan aku tidak bisa bersama..."


"Uh, ya. Kamu juga berpikir begitu, kan, Hanae-san?"


"......"


Hanae Riko terdiam. Aku tidak tahu harus berbuat apa, jadi aku menggaruk-garuk kepala tanpa alasan.


Aku bertanya-tanya kenapa  Hanae Riko tidak mengatakan, 'Ada kemungkinan 100% kalo hubungan kita tidak akan mengalami kemajuan.'


Apa? Apa dia menjaga perasaanku? Aku tidak bisa memikirkan alasan lain.


"...Mungkin Hanae-san sedang terburu-buru. Aku bisa memahami perasaanmu, tapi menurutku sebaiknya kamu memilih orang yang akan tinggal bersamamu dengan lebih hati-hati. Kamu pasti akan menyesal jika kamu memilih sembarang orang."


"Shiyaama-kun, aku benar-benar minta maaf atas permintaan yang tidak masuk akal ini. Tapi, tolong percaya ini. Aku bukanlah seseorang yang akan memilih sembarang orang."


"......"


Aku tahu. Aku dipilih olehnya karena aku tinggal sendirian, aku terlihat tidak berbahaya, ada kamar kosong di rumahku, dan aku adalah seseorang yang memiliki cara untuk membantunya.


Dan bahkan setelah aku tahu semua itu, aku tetap saja ingin menerimanya.


Aku baru saja berpikir bahwa akan lebih baik jika kita berpisah demi menghentikan perasaanku yang mulai tumbuh pada Hanae Riko beberapa menit yang lalu.


Lagipula, pernikahan antara aku dan gadis paling populer di sekolah tidak akan cocok.


Segera setelah menikah, orang akan menjadi kecewa karena perbedaan pandangan setelah dan merasa terbebani untuk tinggal bersama—itu sering terjadi.


"Menurutku akan lebih baik kalo kamu mencari seorang pria yang sama populernya sepertimu, Hanae-san... Aku tidak pandai bersosialisasi, dan aku bukan tipe orang yang disukai orang lain, aku sangat berbeda denganmu."


"Tidak, itu tidak benar...!"


"Apa?"


"Dulu aku juga tidak pandai berteman, jadi aku selalu sendirian. Saat aku masih di Tk, aku tidak berbicara sepatah kata pun di depan orang lain selain keluargaku. Jadi, wajar saja kalo aku tidak punya teman."


Melihat Hanae Riko yang selalu dikelilingi oleh banyak orang, sulit membayangkan hal itu.


"Kenapa kamu tidak berbicara?"


"Aku lahir di New York, aku tinggal di sana sampai usia ku 5 tahun. Di rumah, kami berbicara bahasa Jepang, tapi aku masih memiliki aksen asing dalam intonasi dan pengucapanku. Ketika aku kembali ke Jepang dan aku masuk Tk, pada hari aku pindah, seseorang menggodaku dan berkata, 'Cara bicara Riko-chan aneh!!'... Karena itu, aku jadi takut berbicara."


Interaksi anak-anak kecil memang bisa menyakitkan.


"Aku mengerti..."


"Tapi, tahu tidak? Karena hal itu, hidupku berubah..."


"Hidupmu berubah?"


"Ya... Karena aku sendirian, aku bertemu dengan anak laki-laki yang istimewa bagiku. Dia menyelamatkanku dengan kata-katanya yang sangat lembut..."


Saat dia mengatakan itu entah kenapa, Hanae Riko menatapku karena suatu alasan. 


Apa, a-apa...!?


Bahkan hanya berbicara dengan seorang gadis cantik membuatku gugup, tapi ketika seseorang menatapku tanpa mengucapkan sepatah kata pun seperti ini, aku tidak tahu harus berbuat apa.


Dalam keadaan setengah panik, aku mengalihkan pandangan ke kiri dan kanan.


Karena itu, aku tidak menyadari kalo Hanae Riko menunduk dengan kecewa.


"Jadi, kamu tidak ingat ya..."


"Apa?"


"Tidak, bukan apa-apa! Kembali ke pembicaraan tadi, meskipun aku bisa berteman berkat anak laki-laki itu, sifat dasarku tidak berubah sejak saat itu. Aku masih pemalu, introvert, dan gugup saat berbicara dengan orang lain. Jadi, menurutku kita tidak jauh berbeda."


Kata Hanae-san sambil tersenyum malu-malu.


Jika apa yang dia katakan itu benar, mungkin ada beberapa kesamaan di antara kami.


Memikirkan hal ini saja sudah terasa tidak pantas... 


"Jadi, tentang pembicaraan tadi... apa ini tetap sulit...?"


"Jadi... menurutmu sendiri bagaimana, Hanae-san?"


"Apa? Menurutku?"


"Iya. Maksudku, apa benar-benar tidak papa? Kamu menikah dengan orang sepertiku..."


Hanae Riko menatapku dengan tatapan memohon seolah memintaku untuk percaya padanya, lalu mengalihkan pandangannya dengan malu-malu dan berbisik dengan suara yang hampir tidak terdengar.


"Shiyaama-kun yang aku inginkan..."


...Sial, ini tidak adil.


Sialan jika aku melihaynya dengan ekspresi seperti itu, aku merasa ingin melindunginya.


Ya. Aku ingin membantunya.


Itulah perasaanku yang sebenarnya.


Tapi kenapa aku memaksa diri untuk melawan perasaanku sendiri?


Hanae Riko bergantung padaku, dan ada hal yang bisaku lakukan untuknya, jadi kenapa aku harus ragu?


Tidak masalah kenapa atau apa aku tidak percaya atau tidak.

 

Karena kenyataannya, aku sedang menghadapi situasi di mana gadis tercantik di sekolah melamarku.


Meskipun ini seperti mimpi, tapi ini adalah kenyataan. Ini nyata, kan?


Dengan cara yang klasik, aku mencubit bagian daging di pahaku agar tidak terlihat oleh Hanae Riko.


Aku mencubit diriku cendiri dan itu menyakitkan. 


Baiklah, tidak perlu ragu lagi.


Mari kita terima situasi ini daan angap saja ini seperti memenangkan lotre dan terimalah situasi ajaib ini.


Lagipula, apa yang membuat seorang pria yang tidak pernah punya pacar sepanjang hidupnya ragu-ragu.


Jika aku melewatkan kesempatan ini, kemungkinan besar aku akan tetap lajang selamanya.


Itu dia. Karena aku mempunyai peluang nol persen untuk bertemu seseorang dan menikah di masa depan, aku tidak mempunyai kewajiban untuk menjaga sejarah pernikahan ku tetap bersih bagi siapa pun. 


Aku jadi berpikir kalo menyerah dalam ketakutan adalah hal yang sia-sia.


...Aku bahkan tidak masalah jika tidak punya pacar, dan biasanya merasa takut berinteraksi dengan perempuan.


Hanae Riko dengan mudah menjadi pengecualian bagi diriku.


Ini tidak bisa dihindari. Maksudku coba bayangkan, diriku.


Istriku yang sangat imut memakai celemek.


Istriku yang sangat imut duduk di sebelahku di sofa ruang tamu.


Istriku yang sangat imut berdiri di sebelahku di kamar mandi setiap pagi sambil menggosok gigi.


Dalam sekejap, sekitar 50 'adegan dengan istri imut' berlari-lari di pikiranku. Sungguh luar biasa.


Meskipun ini pernikahan kontrak, tidak masalah.


Bisa menjalani kehidupan pura-pura dengan istri yang imut sudah cukup menjadi hal yang luar biasa.


Dengan tekad yang sudah bulat, aku memberanikan diri untuk berkata.


"Kalau begitu... kau mau kita lakukan? Ni-nikah..."


Sial. Aku terlalu menyedihlan, sampe mengatakannya dengan nada yang bertanya.


Kelemahanku yang ragu-ragu benar-benar terlihat, membuatku merasa jengkel dengan diriku sendiri.


Tapi, Hanae Riko memberikan reaksi yang luar biasa terhadap lamaranku yang mengecewakan.


"Apa yang harus ku lakukan..."


Matanya yang jernih melebar dan bibir kecilnya yang berwarna merah terang terbuka.



Lalu dia menutupi mulutnya dengan kedua tangannya, dan setelah hening cukup lama, dia berbisik dengan suara yang hampir tidak terdengar, "Ini Seperti mimpi..."


Seolah-olah dia baru saja dilamar oleh orang yang sangat dicintainya.


...Apa dia benar-benar ingin tinggal di Jepang sampai dia bereaksi sebegitunya.


Sepertinya pilihanku tidak salah.


"Aku tau meskipun akan ada banyak kesulitan di masa depan, aku akan berusaha sebaik mungkin untuk membantu. Mari kita berjuang bersama."


"...! Iya...!  Shiyaama-kun, terima kasih banyak... Aku tidak akan pernah melupakan hari ini..."


Dengan mata berkaca-kaca karena kebahagiaan, Hanae Riko tersenyum manis.


"Kalau begitu, ehem...  Shiyaama Minato-kun, meskipun aku tidak sempurna, tapi tolong terus dukung aku selama bertahun-tahun yang akan datang."

 

Hanae Riko duduk dengan manis di lantai kayu kamar apartemenku, dan dengan wajah serius dan pipi yang memerah, dia menundukkan kepalanya dengan sopan.








Selanjutnya

Posting Komentar

نموذج الاتصال