> Cerita 7

Cerita 7

Kamu saat ini sedang membaca   Tsukushita garina uchi no yome ni tsuite derete mo ī ka?  volume 2,  chapter 1 cerita 7. Kalo kamu menyukai karya ini silahkan tinggalkan jejak komentar. Dan juga jangan lupa dukung mimin dengan cara donet se iklasnya di Trkateer mimin buat mimin makinsemagat+buat dana untuk beli raw

 

CARA YANG TEPAT BAGI PASANGAN SMA UNTUK MENGHABISKAN WAKTU BERSAMA (LIBURAN) ①




Hari Sabtu, hari yang dijanjikan.


Setelah menyantap sarapan yang disiapkan Riko, kami berangkat menuju toko elektronik di pagi hari.


Langit tertutup awan mendung, cuaca yang tidak terlalu menyenangkan.


Sayangnya sepertinya akan turun hujan lagi di sore hari. 


Yah, itu masih lebih baik daripada hujan sejak pagi.


Semoga kami bisa pulang sebelum hujan turun.


Ketika aku hendak mengatakannya, aku merasakan ujung bajuku ditarik perlahan.


"Hmm?"


Ketika menurunkan pandanganku, aku melihat Riko memegang ujung kaos lengan panjangku dengan ujung jarinya.


"...!"


Gerakannya yang polos itu sangat menggemaskan sekaligus cocok sekali dengan Riko, membuat hatiku berdebar kencang.


"Ri-Riko, ada apa...!?"


Suaraku terdengar tinggi saat bertanya, Riko pun menggeliat gelisah sebelum akhirnya berbicara.


"Begini...? ...Tangan."


"Tangan?"


"Aku ingin...berpegangan tanganmu..."


"...!"


A-apa-apaan ini!?


Aku menjadi sangat gugup, dan hal itu sepertinya menular, karena Riko pun ikut kehilangan ketenangannya.


"A-ah, maksudku! Ehm ehm... Ah, ya! Seperti waktu di pusat perbelanjaan dulu, kita mungkin bertemu seseorang yang kita kenal di suatu tempat, kan? Kalo kita berjalan dengan jarak yang sopan seperti orang asing, mereka mungkin akan berpikir 'apa mereka benar-benar pacaran?'...!" 


"Ah, begitu...! Itu memang benar."


Kalo dipikir-pikir, ini pertama kalinya aku pergi keluar berdua dengan Riko sejak kami berbelanja di distrik perbelanjaan.


"Dan... Minato-kun juga bilang kita harus menunjukkan kalo kita pacaran...!"


"Ya, kau ada benarnya."


"Karena itu...! Di hari libur seperti ini, sebaiknya kita berusaha terlihat seperti pasangan kekasih...!"


Riko yang bersemangat mengangkat kedua tangannya seolah sedang mempresentasikan sesuatu.


Terbawa suasana, aku mengangguk dua tiga kali.


Tapi kalo aku memikirkannya dengan tenang, apa yang dikatakan Riko masuk akal.


Kalo kami bersikap biasa, kami sama sekali tidak terlihat seperti pasangan kekasih...


Lagipula, seperti yang dikatakan Sawa. 


『Lagipula, kalo ketahuan kalo kalian jarang bersama di sekolah bahkan tidak pernah berkencan, itu bisa bahaya. Pria lain mungkin akan mulai mendekati Riko-hime. Selama ini dia tidak dekat dengan pria manapun, jadi semua hanya mengaguminya dari jauh. Tapi sekarang dia punya pacar, dan pacarnya hanya Niiyama yang biasa-biasa saja. Bisa-bisa gelombang pengakuan cinta seperti saat dia baru masuk sekolah akan terulang.』

 

Bayangan mengerikan tentang Riko direbut orang lain melintas di pikiranku, membuatku segera menggelengkan kepalaku dengan panik.


Aku benar-benar tidak mau itu terjadi.


Kalo ada kemungkinan sekecil apapun bahwa kami akan ketahuan oleh seseorang yang kami kenal di sekolah, kami harus menjelaskan sejelas mungkin kepada dunia luar kalo kami adalah sepasang kekasih.....!


[Untuk menunjukkan kalo kami adalah pasangan kekasih]


Tentu saja, saat ini aku sama sekali tidak menyangka kalo kalimat ini akan menjadi semacam 'alasan pembenar' dalam berbagai situasi di kemudian hari.


"Ehm, kalo begitu..."


Ketika aku ragu-ragu mengulurkan tanganku, Riko yang pipinya memerah merah muda dengan lembut menggenggam tanganku.


Meski saat dia menyandarkan lengannya padaku dijalan pulang sekolah dulu sudah membuatku sangat bahagia, berpegangan tangan memberikan sensasi yang berbeda dan membuat jantungku berdegup kencang tak terkendali.


"Minato-kun..."


"Ya?"


"Cara memegang tangan, yang tadi...atau...yang seperti ini...mana yang lebih kau suka?"


Untuk sesaat dia melepaskan genggamannya, lalu menggenggam tanganku lagi dengan cara yang lebih intim, jari-jari kami saling terkait. Aku merasakan ilusi seolah batasan antara diriku dan Riko menjadi kabur.


Tentu saja, detak jantungku langsung menjadi berisik luar biasa.


"...Ini juga enak, tapi...aku jadi gugup..."


"Ya...aku juga, jantungku berdebar-debar..."


"Eh? Riko juga?"


"Soalnya ini pertama kalinya aku berjalan sambil berpegangan tangan seperti pasangan kekasih..."


Riko yang menunduk malu-malu, dia terlihat begitu menggemaskan sampai aku hampir tidak bisa menahan diri.


Oh begitu... Jadi Riko belum pernah berjalan seperti ini dengan siapa pun sebelumnya.


Aku yang pertama...


Padahal seharusnya aku tidak terlalu mempermasalahkan hal seperti ini, tapi perasaan bisa berbagi pengalaman pertama bersamanya membuatku sangat bahagia.


"Meski membuatku gugup, tapi aku lebih suka seperti ini..."


"Aku...aku juga setuju...!"


"Benarkah? Aku senang..."


Aku terlalu malu sampai tidak bisa melihat wajah Riko sama sekali, dan Riko mungkin juga merasa canggung karena dia terus menatap lurus ke depan seperti aku.


Tangan Riko terasa lebih dingin sedikit dibandingkan tanganku, sangat lembut sampai aku khawatir akan merusaknya kalo aku menggenggam terlalu kuat.


Karena itu, aku menggenggamnya dengan sangat hati-hati.


Berpegangan tangan memberikan perasaan yang aneh...


Seperti membungkus harta karun di telapak tanganku...


Perasaan bahagia yang membuat geli.


Dengan kikuk khas pasangan baru, kami berjalan berdampingan menuju Stasiun Ofuna.


Ketika melewati pintu tiket, tangan kami sempat terlepas, tapi Riko segera menggenggam tanganku lagi.


Aku jadi penasaran, apakah begini jadinya kalo aku berkencan dengan Riko.


Karena tanpa sengaja memikirkan hal itu, itu membuatku tiba-tiba merasa gelisah.


Selanjutnya

Posting Komentar

نموذج الاتصال