> CERITA 7

CERITA 7

Kamu saat ini sedang membaca   Tsukushita garina uchi no yome ni tsuite derete mo ī ka?  volume 2,  chapter 3 cerita 7. Kalo kamu menyukai karya ini silahkan tinggalkan jejak komentar. Dan juga jangan lupa dukung mimin dengan cara donet se iklasnya di Trkateer mimin buat mimin makinsemagat+buat dana untuk beli raw

 

PERASAAN YANG SALING TERHUBUNG



"A-a-a-apa yang harus kulakukan...? Riko, maaf, umm, apa yang harus aku lakukan supaya kau berhenti menangis...!?"


Aku panik melihat air mata Riko dan melangkah setengah langkah maju.


"Uuh, maaf tiba-tiba menangis begini... Tapi, aku terlalu senang... Soalnya, i-ini bukan mimpi, kan...? Minato-kun, kau suka padaku...?"


Dengan mata yang penuh air mata, dia bertanya dengan cemas, dan aku buru-buru mengangguk kuat-kuat.


Tapi, saat Riko melihat itu, air matanya justru mengalir semakin deras dari matanya.


"Ueeeen, ternyata tetap saja tidak bisaaaa... Aku benar-benar terharuuuu..."


Ke-kenapa...!?


Padahal aku ingin membuat Riko berhenti menangis, tapi malah jadi sebaliknya...!!


"Ano ne, aku ya, hikku..."


"Ya."


"Aku benar-benar, benar-benar sangat menyukai Minato-kun...hikku..."


"....Ta-tapi...itu...bukankah Riko menyukai orang lain...?"


"Eh? Orang lain?"


Riko, dengan mata semerah kelinci, memiringkan kepalanya dengan ekspresi benar-benar bingung.


"Riko, kau bilang di hari Tanabata... Kalo kau bertemu lagi dengan orang yang kau sukai saat SMP... Tapi aku dan Riko tidak pernah bertemu di masa itu, kan...?"


"Ah."


Riko tiba-tiba mengeluarkan suara terkejut, lalu dia mulai panik dengan cara yang hampir tifak bisa dipercaya.


"I-i-itu, maksudku...itu..."


Melihat reaksinya, satu dugaan muncul secara alami dalam benakku.


Orang yang disukai Riko sampai belum lama ini adalah piria-A itu.


Tapi, entah bagaimana, pada suatu titik, dia secara ajaib mulai menyukai diriku.


Karena pada saat Tanabata pun dia seharusnya masih menyukai pria-A, mungkin perasaannya berubah kepada diriku kemarin atau hari ini, atau bisa jadi, meskipun dia masih menyukai pria-A, perlahan-lahan perasaannya mulai berpindah kepadaku.


Tapi, semua itu tidak penting.


Selama meskipun sedikit, dia menyuk—menyukai diriku...!!


Hal itu sendiri sudah merupakan keajaiban yang mustahil bagiku.


"Maaf, aku menanyakan hal yang sulit untuk dijawab. Tapi...akhir-akhir ini, kau mulai merasa aku cukup baik, kan...?"


Saat aku mengatakannya sendiri, rasanya terlalu tidak nyata hingga membuatku cemas.


Karena, Riko menyukai diriku...?


Kalo hal seindah mimpi itu benar-benar terjadi... 


Riko menundukkan alisnya dengan wajah penuh rasa bersalah, lalu berbisik pelan, "Y-ya, anggap saja begitu..."


Sepertinya, dugaanku tidak sepenuhnya benar.


Tapi, itu sama sekali tidak masalah.


Kalo itu yang Riko inginkan, aku tidak keberatan untuk menganggapnya begitu.


Yang penting bagiku adalah apa yang akan terjadi mulai sekarang.


...Tunggu, kami...saling menyukai...artinya...itu...artinya?


"Aku, bisa pacaran dengan Riko...?"


"Aku, bisa jadi pacar Minato-kun...?"


"....! Maukah kau....menjadi pacarku...?"


"Y-ya! Tentu saja...!!"


Meski kami sudah menikah, sekarang kami malah baru akan menjadi sepasang kekasih, rasanya memang aneh.


Tapi, kebahagiaan ini begitu besar sampai-sampai aku hampir pingsan dan tidak peduli dengan kontradiksi itu.


Saat itulah, tiba-tiba terdengar tepuk tangan dan sorakan dari belakang.


"Eh!?"


"Wah!?"


Aku dan Riko menoleh ke belakang dengan kaget, dan melihat para turis yang sedang berteduh di bawah atap teras tengah bertepuk tangan dengan senyum lebar di wajah mereka.


Uwah... Jadi semua percakapan kami tadi terdengar oleh mereka!?


Karena terlalu fokus pada urusan kami sendiri, kami sama sekali tidak menyadarinya.


"Hei, selamat atas terbentuknya pasangan baru!"


"Masa muda memang indah, ya!"


"Hei, Tuan pacar! Jangan sering-sering membuat pacar imut-mu menangis, ya!"


Suara-suara seperti itu datang dari berbagai arah, aku dan Riko saling berpandangan dengan wajah memerah.


Aku, yang memang tidak terbiasa menjadi pusat perhatian, merasa ingin masuk ke dalam lubang karena saking malunya.


Tapi, rasa bahagia yang mengisi hatiku jauh lebih besar daripada rasa malu itu, karena Riko yang ada di sampingku tersenyum malu-malu padaku dengan ekspresi geli.


"Riko, mulai hari ini, aku mohon kerja samanya."


"Aku juga...! Meskipun aku masih belum sempurna, aku mohon bimbingannya untuk waktu yang lama ke depan. ──Ah, ini kedua kalinya aku mengucapkan itu, ya."


Riko menyipitkan matanya seakan merasa nostalgia.


Sesaat kemudian, hujan musiman musim panas yang datang begitu tiba-tiba berakhir secara mendadak, sama seperti saat dia mulai turun.


"Ah! Lihat, Minato-kun! Pelangi!"


Saat aku mengikuti arah yang ditunjuk Riko, aku melihat pelangi terbentang di langit yang cerah.


Tertarik oleh perkataan kami, para turis pun mengarahkan pandangan ke arah itu.


Berkat mereka yang langsung memotret pelangi itu dengan penuh semangat, tidak ada lagi yang memperhatikan kami, dan aku merasa lega secara diam-diam.


"Kita jadi benar-benar basah, ya. Aku khawatir Riko akan masuk angin."


"Aku juga khawatir soal Minato-kun. Maaf, aku yang memaksakan dan menahanmu di tengah hujan..."


"Riko, jangan meminta maaf. Berkat itu, aku bisa menyampaikan perasaanku padamu..."


"Iya..."


Riko mengangguk malu, lalu perlahan dia menggenggam tanganku.


Entah karena hati kami telah saling terhubung, aku merasakan suhu tubuh Riko lebih hangat daripada sebelumnya.


Jantungku yang terus berdebar sejak tadi terasa semakin berisik.


Tapi, kalo itu adalah bukti dari perasaanku terhadap Riko, aku tidak keberatan sama sekali.


"Nee, Minato-kun. Pelangi ini, juga keajaiban hari ini, akan kuingat seumur hidup."


Aku juga.


Aku akan megukirnya dalam hatiku, dan aku jadikan sebagai harta yang berharga seumur hidupku.


Saat aku membalas genggaman tangan Riko dengan perasaan yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata, kehangatan lembut yang sudah menjadi hal yang wajar itu pun membalas perasaanku──.



Sebelumnya     Daftar isi

Posting Komentar

نموذج الاتصال