Chapter 1: Ojou Berjuanglah
"Aku penasaran bagaimana rasanya pergi ke sekolah dengan kereta api."
Pagi hari. Di dalam mobil antar-jemput menuju Akademi Tenjouin, Ojou tiba-tiba mengatakan sesuatu seperti itu.
“Apakah Anda tidak puas dengan antar-jemput menggunakan mobil? Jika Anda memiliki permintaan, harap beri tahu kami. Kami akan segera menanganinya."
"Bukan begitu. Aku hanya penasaran karena salah teman sekelasku selalu membicarakan tentang pergi ke sekolah dengan naik kereta."
Dengan kata lain, dia mulai tertarik.
Ojou memiliki intuisi yang tajam dan mampu melakukan berbagai hal, sehingga rasa ingin tahunya besar. Dia mudah tertarik pada hal-hal yang belum pernah dia tidak ketahui. Kali ini, ketertarikannya tertuju pada 'pergi ke sekolah dengan naik kereta'.
"...Ngomong-ngomong, Ojou jarang sekali menggunakan kereta, ya."
"Kalo aku ingin pergi ke suatu tempat, aku biasanya diantar. Jadi pengalamanku naik kereta untuk pergi ke sekolah benar-benar tidak ada. Pokoknya, aku ingin mencobanya sekali."
"Tapi... itu tidak terlalu menyenangkan. Sesuai namanya, pergi ke sekolah naik kereta, hanyalah naik kereta untuk pergi ke sekolah. Terutama di pagi hari, kereta akan penuh sesak, jadi itu pasti akan terasa sempit."
"Sempit?"
"Bukan hanya siswa, tetapi orang dewasa yang berangkat bekerja juga menggunakan kereta. Karena itu, jumlah orang akan banyak apalagi di pagi hari Anda mungkin tidak bisa mendapatkan tempat duduk."
"Hmm. Ini sama sulitnya dengan yang kudengar."
"Terutama saat keretanya sedang penuh, Anda harus berdekatan dengan orang lain. Jadi, Ojou—"
“Hari ini kita pulang naik kereta.”
"Apa anda mendengar apa yang saya katakan?"
"Tentu saja."
"Kalau begitu, hari ini—"
"Kita pulang naik kereta."
"Ojou!?"
Bagaimana ini bisa terjadi sih? Apa dia salah mendengar kata-kataku?
Demi memastikan, aku akan menjelaskan sekali lagi.
"Ojou, saya rasa pulang dengan naik kereta tidak akan sebaik yang Anda harapkan."
"Begitukah?"
"Benar. Jika kita terjebak dalam jam sibuk sore, kita akan berdekatan dengan orang lain sampai sulit untuk bergerak."
"Hari ini, meski terjadi bencana besar yang membalikkan dunia, kita tetap akan pulang dengan naik kereta."
Kenapa...! Kenapa Ojou begitu bersikeras untuk naik kereta…!
"Kageto. Hari ini kamu juga harus naik kereta bersamaku."
"Tentu saja, itu niat saya… Tapi Ojou, saya tidak tahu apa niat Anda, tapi tolong jangan terlalu memaksakan diri."
"Aku tidak memaksakan diri. Justru, aku merasa sangat bersemangat hingga dadaku hampir meledak."
Entah apa alasannya, sepertinya Ojou benar-benar ingin naik kereta apapun yang terjadi.
Tingkah Ojou kali ini juga mengarah ke arah yang aneh.
Yah, itulah daya tarik Ojou. Sebagai seorang pelayan, tugasku hanyalah memenuhi keinginan Ojou.
(Aku sudah memikirkan jalur dari stasiun yang dekat akademi ke mansion, begitu juga dengan tingkat kepadatan rata-rata berdasarkan waktu... Cuaca juga tidak masalah. Tinggal jam pulang sekolah. Aku ingin menghindari jam sibuk, tapi... ini tergantung pada suasana hati Ojou, jadi aku hanya bisa berdoa.)
Sambil merencanakan jadwal pulang sekolah di kepalaku, aku melihat Ojou sedang mengetik pesan di hp-nya dengan ekspresi yang sangat serius di wajahnya.
...Sungguh itu tidak biasa. Ojou yang sangat berbakat dan pekerja keras. Dengan Hasilnya, spesifikasi, kemampuannya secara keseluruhan sangat tinggi meskipun dulu mungkin tidak seperti ini, tapi sekarang dia bisa melakukan sebagian besar hal dengan sempurna dengan wajah tenang (tentu saja, ada usaha di balik itu). Jika Ojou memasang ekspresi serius di wajahnya, itu pasti masalah yang sangat penting.
(Aku ingin memangilnya, tapi... itu mungkin bisa mengganggu konsentrasinya, jadi aku akan mengawasinya saja.)
*
Pelajaran hari ini berakhir tanpa masalah, dan waktu pulang sekolah pun tiba.
Dalam suasana hati yang baik seperti ingin bersenandung, dia berjalan lurus menuju stasiun bersama siswa-siswa yang tidak mengikuti kegiatan klub.
...Ojou, apa ini pertama kalinya dia berjalan dari sekolah ke stasiun? Langkahnya seperti sudah mempelajari peta dengan seksama dan menghafal rute dengan sempurna.
"Ojou, apakah Anda pernah berjalan di jalan ini?"
"Belum pernah. Biasanya kita kan naik mobil."
Jadi, kenapa dia bisa berjalan tanpa ragu seperti ini?
Apa dia benar-benar mempelajari peta dengan seksama dan menghafal di kepalanya... Yah, itu tidak mungkin, meskipun dia tertarik untuk naik kereta, itu tidak mungkin.
"Ah, itu Kageto-kun dan Tendou-san."
"Hari ini kenapa kalin di sini? Bukanya kalian biasanya naik mobil?"
Yah, pasti terlihat aneh melihat Ojou dan aku pulang bersama dengan berjalan kaki.
Siswi dari kelas yang sama menyapa kami.
"Halo. Hari ini aku ingin merasakan suasana yang berbeda, jadi kami pulang naik kereta."
Apakah mereka siswa dari kelas sebelah? Kami tidak pernah berada di kelas yang sama selama sekolah menengah.
Saya tidak memiliki kontak apa pun dengan Ojou ini, tetapi mungkin akan ada lebih banyak lagi di masa depan.
Aku kemudian berusaha tersenyum dengan menyegarkan tanpa membuat orang lain merasa tidak nyaman. Aku tidak ingin membuat reputasi Ojou buruk karena aku.
"...ah... Begitu ya. Kita pulang bersama, ya?"
"Bagaimana kalau kita pulang bersama? Aku juga ingin mendengar cerita Kageto-kun."
"Ojou. Bagaimana kalau..."
"Maaf. Kami sedang terburu-buru hari ini."
Setelah memberikan senyuman sempurna pada mereka, Ojou lalu meraih tanganku dan berjalan dengan cepat.
"Ojou? Ada apa?"
"Apa apaan tadi itu? Apa maksud senyummu tadi?"
"Saya hanya berusaha menjaga agar reputasi Ojou tidak menjadi buruk..."
"Jika kamu melakukan itu pada wanita lain, lebih baik reputasiku jatuh ke tanah!"
"Tidak mungkin saya melakukannya!"
"Pokoknya, cepatlah! Sekarang! Tinggalkan daerah berbahaya ini!"
Setelah berjalan cepat sesaat, kami akhirnya sampai di stasiun.
Pada saat ini keretanya tidak ramai. Terlebih lagi, kereta api yang penuh sesak tidak mungkin terjadi kecuali langit dan bumi dijungkirbalikkan. Kebanyakan orang di sana sama seperti kami, siswa sekolah yang mungkin sedang dalam perjalanan pulang dari sekolah.
"Kageto. Aku tidak menemukan bento dijual di mana pun."
"Untuk hal seperti itu, biasanya ada di stasiun besar yang akan dilalui shinkansen. Setidaknya, stasiun seukuran ini tidak menjualnya."
"Begitu ya. Sayang sekali padahal aku ingin mencobanya sekali."
"Ayo kita lakukan itu lain kali saja. Saat itu, saya akan mengaturnya."
"Tidak boleh. Aku ingin membeli bentonya di stasiun."
Saat kami mengobrol, kereta tiba tepat waktu.
Pintu lalu terbuka, dan aku masuk bersama Ojou. Seperti yang diharapkan, pada jam-jam seperti ini keretanya cukup sepi.
Selain murid-murid dari sekolah yang sama, hampir tidak ada penumpang lain.
"Ojou, silakan duduk. Ada kursi yang kosong."
"Tidak apa-apa. Aku akan berdiri saja."
Aku tidak bisa langsung duduk begitu saja sementara tuaku, Ojou, berdiri. Jadi, aku juga akan berdiri di kereta yang hampir kosong itu.
(Kuharap ini bisa sedikit memuaskan rasa penasaran Ojou tentang kereta...)
Saat aku berdiri di samping Ojou, kereta berhenti di stasiun berikutnya.
Pintu terbuka, dan orang-orang keluar dari peron satu demi satu... dan naik?
"Hah?"
Entah kenapa, banyak orang mulai masuk dari peron. Saat aku bingung, kereta dengan cepat menjadi penuh dan tidak ada tempat untuk duduk.
(Apa yang terjadi? Ini bukan jam sibuk, kenapa jadi banyak orang...)
Selama di sekolah, aku sudah mempelajari informasi sekitar jalur pulang dengan baik.
Tidak ada acara besar. Paling-paling hanya undian atau pembagian balon yang tidak begitu penting...
"Astaga. Keretanya jadi penuh ya."
"Ya, benar. Maafkan saya, Ojou. Ini kesalahan saya."
"Ini bukan kesalahanmu. Ini hanya kebetulan saja kalo banyak orang yang masuk ke kereta ini. Kamu tidak mungkin bisa mengendalikan aliran semua orang, jadi tidak perlu merasa bersalah."
"Tapi, saya akhirnya malah membuat ojou merasa tidak nyaman..."
"Tidak apa-apa. Aku tidak merasa tidak nyaman sama sekali."
Seperti biasa, ojou tetap tersenyum meskipun kereta mendadak jadi penuh dengan orang.
Aku harus belajar darinya. Aku tidak boleh panik hanya karena ada kejadian yang tak terduga.
"Uh..."
Saat kereta bergetar, gelombang manusia pun ikut berguncang. Aku mencoba untuk menyediakan ruang sebanyak mungkin untuk Ojou, tapi dengan jumlah orang sebanyak ini, sepertinya hal itu tidak mungkin dilakukan.
"Maaf, ojou. Mohon bersabar sebentar..."
"Santai saja. Kamu tidak perlu khawatir tentang ini. Lindungi saja aku."
POV OJOU
Aku tidak menyangka bahwa setelah aku masuk SMA, aku tidak pernah menyangka kalau kucing pencuri akan muncul secepat itu.
Jujur saja, aku merasa cemas. Aku berpikir kalo aku harus melakukan sesuatu. Tapi meskipun aku berpikir keras, aku tidak bisa menemukan solusi yang baik... sampai akhirnya, pepatah 'gelap di mercusuar' benar-benar terbukti. Jawabannya ternyata ada di dekat ku.
Kereta yang penuh sesak. Aku tidak menyadari itu sebelumnya. Aku masih jauh dari sempurna.
Biasanya, orang mungkin berpikir kalo tidak ada keuntungan dari kereta yang penuh sesak.
Ya, begitu juga dengan ku. Jujur aku juga tidak ingin naik kereta yang penuh sesak.
Tapi bagaimana jika ada keuntungan dari situasi itu? Keuntungan yang sangat besar, apa pendapatmu?
"Terutama di kereta yang penuh sesak, kita tidak punya pilihan selain bersentuhan dengan orang lain, jadi untuk ojou..."
"Hari ini, kita akan pulang dengan kereta."
Bersentuhan. Ya, kontak fisik mungkin efektif.
Aku tidak bermaksud menyombongkan diri, tapi perkembangan tubuh ku cukup baik (belakangan ini, bagian psyudaraku terasa agak sesak).
...Selain itu, di kereta yang penuh sesak, kita bisa bersentuhan dengan cara yang tak terduga, alami, dan santai. Ini adalah situasi yang sempurna untuk memanfaatkan kelebihan ku. Dan aku juga senang dengan itu.
Setelah menemukan ide itu, aku lalu segera bertindak.
Aku mengambil Hp-ku dan mengirim pesan melalui aplikasi khusus keluarga Tendou (Oh ya, ini adalah aplikasi khusus yang ku buat sendiri). Rencana itu ku susun dalam dua detik. Yang perlu ku lakukan hanya memastikan ada orang-orang yang bisa diandalkan. Dengan kekuatan keluarga Tendou, itu tidaklah sulit.
Tindakan yang harus diambil sangat sederhana.
Mereka hanya perlu naik ke gerbong yang telah ku tentukan pada waktu yang telah ku tentukan juga. Hanya itu saja.
[TL\n: definisi kalo lu punya duit semua bisa lo lakuin]
...Yah, munculnya kucing pencuri lain yang tidak terduga saat Kageto pulang dengan kereta juga di luar dugaan... tapi itu tidak masalah. Aku akan menyelesaikannya di kereta yang penuh sesak ini.
Saat orang-orang yang ku tugaskan mulai naik ke kereta, Kageto sempat terlihat bingung, tapi aku merasa puas. TIDAK, aku tidak puas. Pertarungan baru saja dimulai.
"Maaf, Ojou. Mohon bersabar sebentar..."
"Santai saja. Kamu tidak perlu khawatir tentang ini. Lindungi saja aku."
"...Baik, saya mengerti."
Didorong oleh orang-orang yang sudah ku atur, jarak antara aku dan Kageto menjadi lebih dekat. Kageto berusaha melindungiku dengan menempelkan lengannya ke dinding kereta, tapi karena banyaknya orang, akhirnya tubuh kami menjadi saling menempel.
...Tapi yah jujur agak memalukan kalo tubuh kami berdekatan satu sama lain seperti ini.
Tapi, mungkin ini bisa menjadi alasan bagi Kageto untuk menjadi lebih sadar akan diriku.
...Hehe. Maaf ya, kucing-kucing pencuri yang mengincar Kageto.
Sepertinya aku akan segera bisa mengumumkan kemenanganku.
"Ojou, Apa anda merasa sesak?"
"Aku baik-baik saja. Sebaliknya,
kamu bida lebih mendekat lagi..."
Aku mendongak.
(...Ah.)
Ini lebih dekat dari yang ku bayangkan, wajah Kageto berada di depanku.
Aku merasa seolah-olah aku sedang tersedot ke dalam mata yang seindah langit malam itu, dan semua rencana dan ketenangan yang ada di kepalaku menjadi hilang seketika.
(Ini dekat... lebih dekat dari yang ku bayangkan... dan posisi ini... bagaimana aku harus mengatakannya ya...)
Aku pernah melihatnya dalam drama atau manga yang pernah kutonton untuk bahan penelitian.
Ini kan? Ini yang disebut 'kabe-don'? Meskipun itu baru saja terjadi, aku tidak menyangka Kageto akan melakukannya untukku...
[TL\n: Kabe-don adalah istilah dari bahasa Jepang yang menggabungkan dua kata, yaitu "kabe" (dinding) dan "don" (bunyi yang dihasilkan saat sesuatu menghantam dengan keras). Dalam konteks budaya populer Jepang, "kabe-don" merujuk pada adegan di mana seseorang (biasanya pria) mendorong orang lain (biasanya wanita) ke dinding dengan satu tangan, sering kali dengan tujuan untuk mengesankan atau menakuti mereka, tetapi kadang-kadang juga digunakan sebagai cara untuk menunjukkan perasaan romantis atau mendominasi.]
(A-apa?)
Tiba-tiba wajahku menjadi panas. Jantungku pun berdegup kencang...
"Ojou"
"Hyaa... a-ada apa?"
"Wajah Anda terlihat memerah. Mungkinkah Anda sedang tidak enak badan..."
"T-tidak papa! Aku baik-baik saja. Aku baik-baik saja, jadi..."
...Ternyata aku tidak sepenuhnya memahami batas kemampuanku sendiri.
"Sekarang... jangan terlalu sering menatapku."
Aku menyadarinya setelah aku tidak bisa bergerak ketika sudah waktunya turun dari kereta.
Ngomong-ngomong, beberapa hari kemudian.
Aku hampir menabrak dinding ketika aku mengetahui kalo jumlah penggemar Kageto bertambah sedikit karena rumor Kageto melindungi seorang gadis sambil melakukan kabe-don.
POV KAGETO
Kelas 1A di SMA Tenjo Gakuen.
Itulah kelas tempat aku dan Ojou akan bersekolah mulai musim semi ini.
Sudah sebulan berlalu sejak upacara penerimaan siswa baru, dan pada saat ini, kelompok-kelompok di kelas sudah mulai terbentuk.
Di antara para siswa di sekolah, siswa-siswa seperti Ojou dan aku yang melanjutkan dari SMP Tenjo ke SMA Tenjo disebut 'siswa internal'. Sementara siswa yang masuk melalui ujian dari luar disebut 'siswa eksternal'. Kelompok-kelompok utama di kelas terbagi antara 'siswa internal' dan 'siswa eksternal'.
Karena kami sudah saling kenal sejak SMP, siswa internal cenderung lebih mudah untuk membentuk kelompok. Di sisi lain, siswa eksternal mengalami kesulitan untuk masuk ke dalam kelompok yang sudah terbentuk dan akhirnya mereka berkumpul dengan sesama siswa eksternal.
Salah satu masalah yang aku hadapi saat ini adalah,
(Ojou sepertinya belum punya teman...)
Meskipun sudah sebulan berlalu sejak kami masuk SMA, tapi Ojou belum memiliki satupun teman. Bahkan, ini adalah masalah yang sudah ada sejak SMP.
Sebenarnya, dia tidak dihindari oleh orang lain. Malah sebaliknya, dia sering mendapat tatapan kagum dan ketika ada yang berbicara denganya dia akan merespons dengan baik. Belum lama ini, didekati oleh beberapa siswi yang tidak dia kenal dalam perjalanan pulang dari sekolah.
Tapi, sangat sedikit siswa yang memiliki hubungan dekat dengannya yang dapat disebut sebagai sahabatnya.
Entah itu baik atau buruk atau itu hal yang dama? sulit untuk mengatakan itu hal yang buruk, dan dia tidak perlu memaksakan diri untuk mencari teman, tapi bukankah itu akan mempersempit dunia Ojou? Itulah satu-satunya hal yang ku khawatirkan.
"Kenapa tampangmu begitu serius, Kageto? Jangan-jangan, kau sedang membayangkan para gadis di gym dengan pakaian olahraga mereka? Aku mengerti. Aku mengerti perasaanmu, Kageto. Terutama bayangan tentang Tendo-san dengan pakaian olahraganya, pasti sangat memikat..."
"Jika kamu ingin membuka mulut lebih jauh, cepatlah minta maaf dan bertobat, Yukimichi."
"Seperti biasa, kau jadi menakutkan kalau menyangkut Tendo-san..."
Siswa laki-laki dengan rambut cokelat yang agak panjang, tubuh ramping namun seimbang dengan massa ototnya yang sedang. Jika aku harus membandingkannya dengan sesuatu, itu akan seperti anjing yang ramah. Tingkah lakunya membuat orang merasa nyaman dan mbuat mudah akrab dengannya.
Biasanya dia mengenakan seragam yang tidak rapi, tapi kali ini dia memakai pakaian olahraga. Namanya Yukimichi Kazami.
Orang tua kami... Lebih tepatnya, orang tua Ojou dan Yukimichi berteman baik, jadi kami sudah saling kenal sejak kami masih kecil. Meskipun tidak setinggi standar Ojou, Yukimichi memiliki kemampuan akademis yang tinggi dan dalam waktu kurang dari sebulan dia sudah bisa berbaur dengan 'siswa eksternal'. Keterampilan komunikasinya sangat luar biasa.
"Kalo kau sampai terlihat serius seperti ini, pasti ada hubungannya dengan Tendo-san, kan?"
"...Kau memang selalu bisa menebak dengan tepat."
Orang ini bisa disebut sebagai teman Ojou. Setidaknya mereka dapat dikatakan kalo mereka adalah teman baik.
Saat ini, Ojou hampir tidak memiliki teman yang benar-benar dekat denganya. Yah ku katakan 'Hampir' karena dia tidak termasuk di dalamnya.
"Kau punya banyak teman kan?"
"Itu benar. Aku tidak membual, tapi aku yakin bahwa aku akan menjadi orang pertama yang akan bisa mengumpulkan semua kontak 'siswa eksternal'. Yah perkiraanku sekitar satu minggu lagi."
"Itu bukan sesuatu yang perlu dibanggakan."
"Nah, kalau ada yang ingin kau bicarakan, katakan saja padaku. Aku mungkin satu-satunya orang yang bisa kau ajak bicara dengan bebas kan?"
Memang benar dia bukan orang yang hebat, tapi kemampuan komunikasinya tidak bisa dianggap remeh.
...Mungkin ada baiknya aku berkonsultasi dengannya. Kalau ada dampak buruk pada Ojou, aku bisa menghentikannya denganya.
"Sebenarnya..."
Setengah putus asa, aku menceritakan kekhawatiranku pada Yukimichi.
"...Begitu ya. Memang benar Tendou-san hampir tidak punya teman perempuan di sekolah ini. Kecuali yang berasal dari keluarga kelas atas."
"Namun, keluarga yang sekelas dengan keluarga Tendou jarang ada..."
"Kadang ada yang tak tahu diri, tapi itu urusan lain... Aku paham kekhawatiranmu."
"Kau mengerti."
"Aku mengerti, tapi... ini sulit. Apalagi belakangan ini dia lebih waspada."
"...Apa alasannya?"
Aku berpikir kalo orang ini tidak akan mengatakan 'sulit' tanpa alasan.
"Begini... Ada beberapa hal yang ingin aku konfirmasi dulu."
"Tanyakan saja. Aku tahu banyak tentang Ojou."
"Pertama, kau baru-baru ini mendapat pengakuan cinta dari seorang gadis, kan?"
"Iya."
"Apa kau memberi tahu Tendou-san tentang itu?"
"Iya aku memberitahunya."
"Aku mengerti. Sekarang aku paham semuanya."
"Apa yang kau pahami dari itu!?"
"Aku tidak tahu laki-laki yang lebih ceroboh darimu."
"Apa segitu parahnya...? Aps aku melakukan sesuatu yang seburuk itu...?"
Sial. Aku tidak mengerti apa-apa... Aku tidak mengerti sama sekali...!
Apa yang sebenarnya telah ku lakukan...!?
"Ngomong-ngomong, aku mendengar sesuatu tentangmu."
"Tentang ku? Bukan tentang Ojou?"
"Iya. Bukan tentang Tendo Hoshine, tapi tentang Kageto Yogiri... Kagehito, kau baru-baru ini berjalan sendirian di alun-alun dekat stasiun, kan?"
"Iya. Aku ingat kalo aku lewat sana pas aku belanja sedikit."
"Apa kau melihat seorang siswi yang diganggu oleh seorang pria waktu itu?"
"Iya. Aku melihatnya."
"...Apa kau ikut campur dalam situasi itu dan dipukul oleh pria-pria tersebut?"
"Jangan meremehkan ku. Tidak mungkin aku terkena pukulan dari amatir seperti itu. Mereka menyerang tanpa mendengarkankan dulu, jadi aku hanya menghindar dengan mudah."
"...Begitu."
"Kenapa kau melihat ke atas?"
"Sebagai teman masa kecil, aku merasa kasihan pada Tendo-san... Dia pasti akan tetap waspada untuk sementara waktu."
Sebelum aku bisa menanyakan lebih lanjut tentang maksud dari kata-kata Yukimichi, peluit dari guru olahraga terdengar.
"Pemain berikutnya, cepat masuk!"
"Hei, ini giliranmu, Kageto. Ayo, maju."
"Oh, baiklah..."
Sayangnya, pelajaran hari ini adalah baseball. Jadi aku harus berdiri di kotak pemukul.
Percakapan pun terputus, dan aku kehilangan kesempatan untuk mendengar penjelasan lebih lanjut dari Yukimichi.
POV OJOU
"Te-Tendo-san... bisa bicara sebentar...?"
Setelah pelajaran olahraga berakhir, dan aku keluar dari ruang ganti setelah berganti pakaian, seorang gadis tiba-tiba mangilku. Jujur aku tidak mengenalnya. Tidak ada yang familiar tentangnya, jadi mungkin dia dari kelas lain... mungkin seorang 'siswa eksternal'.
Jika aku bisa mengatakan satu hal... yah, dia sangat imut dan mengemaskan, hamapir seperti binatang kecil. Sepertinya dia bukan tipe yang berani. Pasti dia membutuhkan keberanian besar untuk berbicara denganku yang tidak dikenalnya.
"Iya, aku tidak kebaratan. Ada apa?"
"Ada sesuatu yang ingin ku berikan kepada Kageto-kun..."
"...Sesuatu yang ingin diberikan?"
Aku berharap seseorang memujiku karena tidak membeku saat ini. Siapapun, sungguh.
"Iya. Beberapa waktu lalu, dia membantuku..."
"Maaf, aku tidak tahu cerita ini. Bisa kau ceritakan lebih detail?"
Gadis itu menceritakannya dengan rinci.
Saat dia berjalan di alun-alun dekat stasiun, dia diganggu oleh seorang pria.
Pria itu memaksa mengajaknya, dan dia terlalu takut untuk menolaknya.
Kemudian Kageto datang dan menolongnya.
Dia tampak seperti pangeran berkuda putih... Ah, gadis ini sepertinya tipe yang suka berkhayal. Kali ini seperti ini ya...
"Oh... begitu... aku tidak tahu. Terima kasih sudah memberitahuku."
Ya. Aku benar-benar tidak tahu. Aku sama sekali tidak tahu tentang cerita penting ini.
"Jadi, apa yang ingin kau berikan kepada Kageto?"
"Ini... sebenarnya..."
Apa yang gadis itu keluarkan adalah paket berwarna pink yang imut.
Bungkusan ini... kue panggang. Kue kering, mungkin buatan sendiri.
"Ini... sebagai ucapan terima kasihku karena dia telah membantuku... Apa kau bida memberikannya pada Kageto-kun?"
"...Apa kau tidak mau memberikan padanya langsung?"
Aku barhapa ada seseorang yang memujiku lagi karena tidak membeku. Siapapun, sungguh.
"Aku... Saat aku bertemu dengannya, aku teringat kejadiana saat itu dan aku jadi merasa malu... tapi aku ingin segera mengucapkan terima kasih padanya..."
"Oh... begitu... baiklah, aku akan memberikannya."
"Terima kasih...!"
POV KAGETO
"Ojou, bagaimana pelajaran olahraganya?"
"Biasa saja... Omong-omong, ini."
"Apa ini? Kue...?"
"Itu ucapan terima kasih karena kau telah membantunya di alun-alun stasiun. Makanlah dengan baik."
"Oh, dari waktu itu..."
"Kageto, kita akan singgah sepulang sekolah nanti."
"Tidak masalah... tapi ke mana?"
"Mungkin alun-alun stasiun."
"Tidak ada yang baru di sana, kan?"
"Tidak apa-apa. Pokoknya kita harus pergi... aku tidak bisa kalah."
Aku dalam masalah. Kalau aku lengah, bisa-bisa suatu hari aku mendengar laporan mendadak 'Aku sudah punya pacar' yang pasti akan membuatku pingsan. Aku harus bertindak secepatnya. Tapi kalau menggunakan pendekatan biasa, hasilnya akan sama saja seperti sebelumnya. Aku butuh perubahan... mungkin meminta bantuan seseorang? Jika memungkinkan, aku ingin dari sudut pandang yang berbeda... bukan dari sesama gadis sepertiku, tapi dari sesama pria seperti Kageto. Selain itu, seseorang yang mengenal Kageto sebagai teman, bukan hanya saat bersamaku. Jika aku punya sekutu seperti itu...