CHAPTER 2 (part 1) : MANUVER TERSEMBUNYI SANG OJOU
"Tendou-san, apa kamu punya waktu luang sekarang? Aku ingin kamu dan Kageto membantuku dengan sesuatu."
Saat jam pulang sekolah, Yukimichi memanggil kami tepat ketika kami akan pulang. Di tangannya dia memegang sebuah kantong kertas besar yang tidak biasa.
"Aku tidak ada masalah."
"Aku akan mengikuti jadwal Ojou... Tapi apa yang kamu ingin kami bantu? Sepertinya ada hubungannya dengan isi kantong kertas itu."
"Benar sekali."
Sambil mengangguk, Yukimichi mengeluarkan sebuah kotak yang sedikit lebih besar dari tablet dari kantong kertas tersebut. Sepertinya itu bukan barang yang dijual di pasaran. Di permukaan kotak, terdapat tulisan yang ditulis dengan spidol.
"...'Jinsei Game (tentatif)'?" [Permainan Kehidupan(sementara)]
"Ya, aku diminta oleh seorang kenalan untuk membuat ini. Jadi aku ingin kalian membantuku dengan melakukan uji coba."
Di dalam kotak tersebut memang terdapat satu set alat yang digunakan dalam Jinsei Game. produk ini dibuat dengan sangat baik sehingga sulit membedakannya dari produk yang dijual di pasaran.
"Kamu memang ahli dengan tanganmu."
"Jangan berlebihan begitu. Ini hanya karena aku sering disuruh-suruh oleh perempuan."
Aku sempat ragu apakah perlu merasa kasihan, tapi jika dia sendiri puas, kurasa aku tidak perlu mengasihaninya.
"Terlepas dari keterampilan Kazami, ini terdengar menarik. Mari kita coba."
"Jika Ojou bilang begitu..."
Apa mungkin Ojou tertarik pada bagian yang buatan tangan dan itu bukan barang yang dijual di pasaran?
Memang benar, ada daya tarik tersendiri dalam permainan ini karena kemungkinannya ini lebih mengejutkan dan tak terduga dibandingkan yang dijual di pasaran, yang mungkin menggelitik rasa ingin tahu Ojou.
"Aturannya dasar sama seperti Jinsei Game biasa. Lempar dadu, dan maju sesuai angka yang keluar. Kemudian, ikuti apa yang tertulis di kotak tempat pion kalian berhenti, atau lakukan tugas yang diberikan."
"Dadu? Bukankah itu roulette?"
"Aku belum sempat membuatnya. Untuk sekarang, kita gunakan dadu dulu."
Yukimichi mengeluarkan dadu 10 sisi, tapi...
"Tunggu dulu. Tidak ada yang lebih tidak bisa dipercaya di dunia ini daripada dadu yang dibawa oleh Kazami."
"Itu kejam sekali..."
"Kamu memang pantas mendapatkannya."
Sebenarnya, aku juga setuju dengan Ojou.
" ‘Lakukan tugas’ berarti kita harus melakukan sesuatu, kan? Kemungkinan besar kamu mencoba membuat kami, terutama Ojou dan aku, melakukan hal-hal aneh..."
"Sungguh rasanya menyakitkan tidak dipercayai oleh kalian. Tapi aku tidak membawa dadu lain."
"Tidak masalah, aku punya dadu sendiri."
Ojou lalu mengeluarkan dadu hitam 10 sisi dari saku seragamnya dengan gerakan halus.
"Apa? Bagaimana anda bisa punya dadu sepuluh sisi, Ojou?"
"Yah, itu kebetulan saja, tiba-tiba ada di sakuku."
[TL\n: kamu bohong]
"Ah, begitu..."
Apa mungkin kebetulan seperti itu memang bisa terjadi...?
... Mungkin aku terlalu banyak berpikir. Pertama-tama, tidak ada alasan bagi Ojou untuk sengaja membawa dadu sepuluh sisi di sakunya. Lagipula, dia tidak tahu kalo Yukimichi akan membawa Jinsei Game (tentatif) hari ini.
Dan setidaknya, dadu Ojou lebih dapat dipercaya daripada dadu yang dibawa Yukimichi.
"Baiklah, kita akan menggunakan dadu yang Tendo-san bawa. Urutannya... Bagaimana kalo kita mulai dari ku dan bergerak searah jarum jam?"
"Aku tidak keberatan. Akan lebih lancar jika orang yang membuat permainan ini mulai duluan."
"Jika Ojou setuju, aku juga tidak masalah."
Searah jarum jam... Kalo berdasarkan tempat duduk sekarang, yang pertama Yukimichi, kedua Ojou, dan yang ketiga aku.
"Oke. Jadi, kita akan menggunakan dadu sepuluh sisi milik Tendo-san... ini pionnya. Dan ini uang kertasnya..."
Pion itu berbentuk mobil, dan pemain memasukkan pin sebagai penanda.
Baik itu kualitas uang kertas dan pionnya tidak jauh berbeda dengan yang dijual di pasaran. Kemampuan kerajinan tangan pria ini mungkin cukup baik untuk memulai bisnis.
"Sudah selesai. Persiapannya selesai. ... Sebelum kita mulai, ada satu hal yang perlu kuingatkan, apapun yang tertulis di kotak tempat kalian berhenti adalah mutlak. Kamu harus mematuhinya. Kalau tidak, permainan ini tidak akan seru."
"... Kau ini, jangan-jangan kau berencana sesuatu yang aneh."
"Aku mengerti, ayo cepat kita mulai. Kamu membuang-buang waktu."
"Oke, oke. Baiklah, aku mulai dulu..."
Aku mencoba untuk memeriksa sesuatu, tapi Ojou mengabaikanku dan memaksa untuk segera memulai permainan.
Karena Ojou sudah bersemangat, aku tidak ingin merusak suasana hatinya.
... Yah, baiklah. Jika ada yang aneh, aku akan menghentikannya.
"Angka yang keluar adalah... langsung 10?"
Yukimichi menggerakkan pionnya 10 kotak. ... Tapi, tidak ada yang tertulis di kotak tempat dia berhenti.
"... Eh? Tunggu sebentar. Di Jinsei Game ini, tidak ada tulisan di kotak manapun."
"Hei, sebenarnya ini semua berisi stiker. Jika kau mengupas stiker di kotak tempat pionmu berhenti, isinya akan muncul. Ini jadi seru, kan?"
"Wow, ini menarik sekali."
Aku terkesan. Sepertinya semua kotak memiliki stiker.
Ini mungkin akan sedikit mendebarkan.
"Baiklah. Apa yang tertulis di kotak ini... oh tidak."
[Kelilingi gedung sekolah ini sebanyak 10 kali. Sementara itu, giliran pemain dilewatkan.]
"Fuck, tiba-tiba aku langsung mendapat hukuman besar."
"Aku merasa kasian untukmu bro."
"Dah lah, ya lagi pula sampai aku selesai mengelilingi gedung sekolah ini sebanyak 10 kali, giliran ku akan dilewati. Jadi, kalian lanjutkan saja permainan ini berdua."
"Baiklah, kami akan melanjutkan permainan berdua."
...Apa? untuk sesaat... sepertinya ada kontak mata di antara mereka berdua...?
Saat aku masih bingung, Yukimichi bangkit dari tempat duduknya dan berjalan keluar ke koridor sekolah setelah jam sekolah.
"Selanjutnya giliran ku."
"Y-ya, benar."
Ojou kemudian melempar dadu seolah-olah tidak terjadi apa-apa... Eh? Bukankah tadi ojou memegang dadu dengan tangan kanannya sebelum aku mengalihkan pandangan darinya...? Kapan dia menggantinya ke tangan kiri?
"Hasilnya... 8. Oke aku akan maju 8 langkah..."
Ojou kemudian menggerakkan pionya ke depan dan melepaskan stiker di kotak tempat dia berhenti.
[Bergandengan tangan bak seorang kekasih dengan orang yang ada di sebelahmu sampai giliran mu berikutnya.]
............................ Apa perintah ini?
"Umm, Ojou..."
"Oh. Tidak ada yang bisa kita lakukan jika perinta seperti ini yang keluar. Lagipula, hanya ada Kageto di sebelahku sekarang... Jadi ayo kita bergandengan tangan seperti pasangan."
"Apakah perintah ini tidak aneh...?"
"Aneh? Kurasa ini adalah perintah yang sangat umum."
"Umum...? ? ?"
Mungkin, definisi 'umum' antara ojou dan aku mungkin berbeda.
"Mematuhi semua perintah yang tertulis adalah aturannya, kan?"
"Jika itu yang ojou katakan, saya tidak masalah."
"Hmm."
Meski takut, aku memegang tangan ojou, dan menjalin jari-jari kami.
... Tangannya lembut. Dan hangat. Rasanya seperti aku bisa merasakan suhu tubuh ojou.
"Hehe. Kageto, tanganmu semakin besar, ya."
"Kapan Anda berbicara tentang itu?"
Sebelum aku menyadarinya, ojou sudah menggeser kursinya lebih dekat ke arahku... Sepertinya jarak kami juga lebih dekat, mungkin dia tidak menyadarinya.
"Ojou... bukankah anda terlalu dekat?"
"Mau bagaimana lagi tak ada pilihan lain, kita kan perlu bergandengan tangan seperti pasangan?"
Tapi, apakah perlu sedekat ini hingga bahu kami saling bersentuhan?
Tapi meski begitu, asalkan ojou merasa puas, jadi itu tidak masalah bagiku...
"Baiklah. Ayo lanjutkan permainannya. Sekarang giliran Kageto."
POV OJOU
Peristiwa 'Kue Pangeran di Depan Stasiun' (di mana Kageto menolong seorang gadis yang lewat dan menerima kue sebagai ucapan terima kasih) terungkap, aku memutuskan untuk melaksanakan rencana yang telah lama ku pikirkan.
"Ini hal langka. Aku tidak percaya Tendo-san memanggilku terlebih dahulu."
"Ada sesuatu yang ingin ku minta dari mu."
"Permintaan? Itu hal yang semakin langka. Apa kau ingat kalo kita adalah teman masa kecil?"
"Itu bukan kalimat yang bisa kamu ucapkan kalo kamu tidak pernah membuka hati kepada orang-orang di sekitarmu, apalagi 'teman masa kecilmu'."
"Oh, ini mengejutkan. Ojou punya keinginan untuk berinteraksi dengan ku dengan cara yang lebih ramah. Haruskah kita mulai memanggil satu sama lain dengan nama depan?"
"Tidak, terima kasih."
Teman masa kecilku ini memang sejak dulu tidak pernah membuka hatinya kepada orang lain. Oleh karena itu, dia tetap memanggil ku 'Tendo-san' dengan cara yang sangat formal. Sebenarnya, tidak ada masalah dengan itu dan aku juga tidak terlalu peduli.
Satu-satunya orang yang mungkin dia buka hatinya adalah Kageto. Aku curiga itulah sebabnya dia memanggil Kageto dengan nama depannya.
"...Aku ingin memulai bisnis sekarang, tapi aku ingin tahu apakah kamu tidak keberatan?"
"Tentu, tapi aku akan menerimanya atau tidak tergantung konpensasi yang akan kamu tawarkan."
"Itu mudah dimengerti dan membantu."
Pada dasarnya, selama aku bisa menyiapkan kompensasi, dia akan bekerja sama denganku. Aku menghargai bagian dirinya yang mudah dimengerti ini.
"Ada sesuatu yang aku ingin kamu buat. Kamu memiliki keahlian tangan yang baik, kan?"
"Yah, ibu ku adalah seorang teknisi, jadi aku pernah membantunya dalam berbagai hal, jadi aku memiliki kepercayaan diri. Jadi apa yang ingin aku buat untuk mu?"
" Jinsei Game."
"... Aku minta maaf, tapi, apa kamu bisa menjelaskannya lebih rinci?"
"Sigh... mau bagaimana lagi. Aku akan menjelaskannya lebih rinci untuk mu yang sepertinya kurang memahaminya."
"...Terima kasih."
"Jinsei Game di mana aku dan Kageto bisa saling bermesraan dengan cara yang sah."
"... kamu seharusnya tidur lebih banyak."
"Siapa bilang aku kurangan tidur?"
Itu sangat tidak sopan. Aku sudah memastikan untuk tidur cukup.
"Aku sudah membuat spesifikasi rinciannya disini, jadi aku ingin kamu menentukan sisanya. Selain itu, akan sangat membantu kalo kamu juga bisa membantu ketika aku bermain dengan Kageto."
"Yah... tidak masalah, ini terdengar menarik. Tapi aku akan menuntut kompensasi untuk itu."
"... Baiklah. Apa yang kamu inginkan?"
"Satu utang."
"... Aku tidak percaya aku harus berhutang budi pada mu. Akan lebih baik jika kamu meminta segepok uang padaku."
"Bagi ku, hutang dari Tendo Seion lebih berharga daripada uang."
Jujur aku merasa tidak nyaman berhutang kepada pria ini, tapi tidak ada pilihan lain.
Sejak menjadi siswa SMA, semakin banyak gadis yang mendekati Kageto. Jadi aku siap menghadapi risiko ini.
"Baiklah. Aku setuju dengan syarat itu."
[TL\n: jir gua takut ada NTR di novel ni bangke]
"Kesepakatan diterima."
Kemudian Yukimichi menyelesaikan 'Jinsei Game' itu dalam 3 hari setelah dia menerima detail spesifikasinya.
Tapi, masalah utamanya adalah bagaimana cara membuat Kageto bermain Jinsei Game.
Jika aku tiba-tiba membawa ini dan memerintahkannya untuk bermain denganku, itu hanya akan menjadi perpanjangan dari hubungan 'tuan-pelayan'. Itu tidak akan baik.
Permainan ini harus berlangsung secara alami. Jika kita memainkan ini di mansion, suasana 'tuan-pelayan' tidak akan hilang. Misalnya kita memainkan ini di sekolah... Mungkin di lingkungan sekolah, kita bisa bermain sebagai 'siswa-ke-siswa' daripada sebagai 'tuan-pelayan'.
Oleh karena itu, aku memutuskan untuk meminta Yukimichi yang mengajak kami untuk bermain.
Dengan cara ini, kita bisa membuat situasi di mana 'siswa yang berkumpul dengan teman-temannya sepulang sekolah' menjadi sesuatu yang alami.
Tapi ada satu masalah dengan rencana ini, Yukimichi bisa menjadi penghalang.
"Aku bisa memcari alasan untuk meninggalkan permainan."
"Tapi itu akan terlihat tidak alami. Kita harus membuatnya terlihat alami, dan pastinya... Ya, kita akan membuat mu keluar di perintah kotak ke-10. Kalo kita memanipulasi dadu dan memastikan angka '10' muncul, itu tidak akan menjadi masalah."
"Tapi bukankah Tendo-san dan Kageto juga akan berhenti di kotak ke-10?"
"Aku akan menukar dadu pada saat aku melihat celah. Yang harus kulakukan hanyalah memanipulasi dadu ku agar tidak menunjukkan angka 'sepuluh' juga."
"Wah, itu benar-benar rumit..."
Tapi, jika kita menggunakan dadu yang disiapkan oleh Yukimichi, mungkin kita akan dicurigai. Jadi, kita harus mengeluarkan dadu yang dikeluarkan oleh Yukimichi, dan membiarkan aku yang menyiapkan dadu tersebut. Dengan begitu, setidaknya kecurigaan tentang manipulasi dadu akan berkurang.
Lalu pada hari H.
Segala sesuatu berjalan sesuai rencana, aku dan Kageto akhirnya berdua saja melanjutkan permainan ini.
Di kelas setelah sekolah. Hanya kita berdua. Tidak ada situasi yang lebih baik dari ini.
Dengan ini, aku bisa menghabiskan waktu dan menggoda Kageto sebanyak mungkin.
Tapi itu bukan satu-satunya tujuan ku... Aku akan menaklukkan Kageto dalam permainan ini.