> ABSOLUT ROMANCE

Tanpa judul

 


Chapter 2(part2) 


POV KAGETO






"Selanjutnya adalah '5'. Di kotak kelima adalah... [Peluk orang di sebelahmu selama 10 detik]."


"Um... Ojou."


"Yang di sebelah Kageto adalah... aku"


"Ojou?"


"Ayo. Peluk aku."


Ojou tersenyum lebar, lalu membuka kedua tangannya dengan siap untuk dipeluk.


"Saya tidak keberatan, tapi..."


"Ada apa?"


"Bukankah permainan 'Jinsei Game (tentatif)' ini agak aneh...?"


"Benarkah? Aku pikir tidak ada yang aneh sama sekali."


Senyumnya benar-benar tidak tergoyahkan. Dia sama sekali tidak peduli dengan keraguanku..


"Ayo cepat, peluk aku?"


"Baik, saya mengerti…"


Aneh. Lagipula Jinsei Game ini, ada yang tidak beres...!


Sudah cukup lama sejak permainan ini dimulai, tapi perintahnya seperti ini terus.


Aku juga mulai merasa kasihan dengan Yukimichi yang masih belum kembali dari berlari mengelilingi sekolah, tapi dia tidak ada di sini... seharusnya dia sudah kembali sejak tadi, perasaan ini sudah cukup lama, tapi masih belum ada tanda-tanda dia kembali.


"Kalau begitu, permisi."


"Ya."


Aku lalu memeluk ojou yang membuka kedua tangannya. Tubuhnya yang ramping seperti karya seni kaca yang indah dan halus, membuat ku ragu. Tapi,aku bertanya-tanya apa Ojou tidak menyadari keragu-raguan ku. Dia memelukku dengan erat, sambil melingkarkan tangannya di punggung ku.


"...Kageto, kamu sudah semakin kuat dibandingkan dulu."


"Saya kan sudah sering berlatih."


"Haha. Benar. Seperti anak laki-laki... ya, keren."


Meskipun aku bertanya-tanya apakah aku benar-benar boleh memeluk ojou, tapi dia terlihat sangat puas.


"Tinggimu juga jauh lebih tinggi dariku sekarang."


"Tentu saja. Kan saya sudah bukan anak kecil lagi."


"Ya. Benar. Kamu bukan anak kecil lagi. Kita berdua."


... Sepertinya Ojou terlalu menekankan pada bagian kata 'kita berdua' tadi.


"Hey, Kageto, aku juga sudah tumbuh, kamu tahu?"


"Iya, saya tahu."


"Apa kamu benar-benar mengerti maksudku?"


"Ya?."


"Sama seperti Kageto yang bertambah tinggi, fisik, dan hal lainnya, aku juga sudah tumbuh... Kageto di mana menurutmu aku tumbuh? Bagian mana yang tumbuh?”


aku merasa 10 detik telah berlalu. Tapi, Ojou tidak mau melepaskanku. Bahkan sebaliknya dia malah memelukku lebih erat lagi, dia menekan seluruh tubuhnya ke tubuhku...?


"Ojou anda sudah tumbuh setiap hari, jadi tidak ada batasan berapa banyak yang bisa saya hitung..."


"Kamu tidak perlu memikirkan hal yang rumit. Katakan saja apa yang kamu rasakan dengan jujur."


...Katakan saja apa yang ku rasakan dengan jujur, kah? 


"Baiklah. Menurutku..."


"...Menurutmu?"


Ojou mendongak, menatap ku dengan penuh harap, matanya bersinar terang.


"Anda menjadi lebih terbuka untuk bergantung pada orang lain, kurasa?"


"..."


Cahaya di mata Ojou menghilang seketika.


...Hah? Mungkin maksud ku tidak tersampaikan dengan jelas padanya.


Ku pikir aku harus menjelaskan dengan benar.


"Ojou, memang benar bahwa sejak dulu Anda sangat berbakat dan pekerja keras, tapi karena itu, saya merasa Anda kurang bisa mengandalkan orang lain dengan jujur. Namun, sekarang saya melihat Anda bisa meminta bantuan orang lain dan bergantung pada seseorang dengan jujur. ...Saya pikir itu adalah pertumbuhan yang luar biasa."


"Itu bukan maksudku!"


"Itu bukan maksud Anda!?"


Aku mencoba untuk menunjukkan bagaimana Ojou telah tumbuh dengan luar biasa, tapi sepertinya dia sangat tidak puas dengan hal itu.


"Hey, Kageto, sekarang kamu sedang memelukku, kan?"


"Ya, saya merasa sangat terhormat, tapi..."


"Saat aku memelukmu erat-erat seperti ini, pasti ada sesuatu yang kamu rasakan, kan?"


"Ada."


"Coba katakan."


"Rasanya Anda sudah bisa bergantung pada orang lain."


"Bukan itu."


"Bukan itu maksud anda?"


Aku tidak mengerti... Aku benar-benar tidak mengerti apa yang ojou maksud...!


"Aku tidak sedang berbicara tentang hal yang bersifat emosional seperti itu. Aku berbicara tentang sesuatu yang lebih langsung."


"Apakah itu yang Anda inginkan, ojou?"


"Kamu yang harus mengatakan itu."


Aku dapat merasakan tekanan luar biasa dari senyuman ojou itu. Yang aku tahu hanyalah ini salahku.


"Karena aku tidak bisa berbuat apa-apa mengenai sisi emosional, jadi aku mencoba menyampaikan maksud ku secara lebih langsung."


Meski itu tidak bersifat emosional, jika itu tentang ojou, itu pasti sesuatu yang sangat tinggi sehingga bahkan pemikiranku pun tidak dapat mencapainya.


"Kalau begitu, mohon maaf, bisakah Anda memberi tahu saya bagian mana yang telah berkembang?"


"Payudaraku sudah menjadi lebih besar."


"Ojou!?"


"Belakangan ini terasa sesak lagi, itu sangat merepotkan."


Ojou dengan bangga membusungkan dadanya yang sepertinya terasa sesak. Bahkan dari balik seragam, terlihat jelas bahwa ada sedikit pembesaran yang menarik perhatian ku. Tapi, aku tidak boleh memandang tuan ku dengan pikiran yang tidak pantas. Aku harus mengingat posisi dan status ku. Fakta kalo aki bisa melayani di samping Ojou sendiri adalah sebuah keajaiban. Jadi aku tidak boleh sombong. Tenangkan pikiranmu.


"...Itu tidak baik, Ojou. Tidak sopan membicarakan hal seperti itu sembarangan. Itu akan merusak martabat keluarga Tendo. Ingat Anda adalah adalah seorang Ojou."


"Aku tidak membutuhkan kesopanan seperti itu."


"Tidak, kesopanan itu penting..."


Untuk saat ini, aku yakin 10 detik telah berlalu, jadi aku melepaskan Ojou. 


Sialan, Yukimichi. Karena kamu membuat permainan aneh ini, Ojou jadi mengatakan hal-hal aneh karena terpengaruh suasana.


"Selanjutnya giliran anda Ojou."


Bagaimanapun, mari kita selesaikan permainan ini dengan cepat. Untungnya, permainan ini sudah mendekati akhir. Jadi tidak akan butuh waktu lama lagi untuk permainan aneh ini selesai. Ada banyak perintah yang aneh, tapi mungkin karena kesulitan membuat variasi jadi kotaknya tidak terlalu banyak.


Meski Ojou tampak tidak puas, dia lalu melempar dadu dan mendapatkan angka 8.


"Di kotak kedelapan ada..."


Aku sudah diberi berbagai perintah aneh sejauh ini, tapi pasti sekarang perintah aneh sudah habis. 


Yukimichi mungkin sudah kehabisan ide sampai disini dan dia mulai memasukkan sesuatu yang lebih ringan...


[Sampai giliranmu berikutnya, pelayan harus menggendong tuannya seperti putri]


"Pelayan harus menggendong tuannya seperti putri!?"


Aku hampir tidak percaya dengan mataku sendiri, tapi di kotak itu jelas tertulis [Sampai giliranmu berikutnya, pelayan harus menggendong tuannya seperti putri].


"Ojou! Ini benar-benar aneh!"


"Di mananya yang aneh?"


"Ini jelas-jelas menyebut namaku!"


"Itu cuma perasaanmu saja."


"Tidak, itu bukan hanya perasaanku saja. Ini tertulis dengan jelas dalam huruf!"


"Tidak ada nama yang disebutkan, kan?"


"Iya, tapi tetap saja...!"


Wajah Ojou tetap tenang.


... Apa... apa ini memaang hanya perasaanku saja...!?




POV OJOU






...Mm. Lagipula, Kageto itu tangguh.


Aku sudah mencoba berbagai perintah, tetapi dia tidak juga menyadarinya.


Meskipun aku sudah menekankan tubuhku yang sudah berkembang, itu pun tidak berhasil. Padahal aku cukup percaya diri dengan tubuhku ini.


Tapi, permainan ini sudah mendekati akhir.


Dari sini, aku akan menyerang habis-habisan dan menaklukkanmu...!


"Kageto, peluk aku."


"...Saya mengerti. Saya khawatir Anda benar-benar menyebutkan nama saya, tapi jika hanya itu, baiklah."

 

Dengan nada sedikit enggan, Kageto membawaku ke dalam pelukannya.


Dia mengangkat tubuhku dengan mudah, menunjukkan betapa kuatnya dia.


... Benar. Seperti yang kubilang tadi, Kageto juga sudah tumbuh.


Saat dia memelukku tadi, aku merasa gugup karena tubuhnya yang berotot, dan sekarang pun, wajahnya yang tampan dan tangannya yang lembut...


(Tidak, tidak, ini tidak boleh. Sekarang bukan waktunya. Aku yang seharusnya menaklukkan dia.)


Kalau aku yang gugup, itu malah berlawanan dengan tujuanku.


"Anda ringan, Ojou."


"Aduh, kamu pintar memuji."


"Ini sungguhan... Saking ringannya, saya agak khawatir.'


"Kalau begitu, peluk aku dengan erat supaya aku tidak terbang."


Meskipun aku bilang itu hanya pujian, aku merasa senang saat Kageto mengatakan aku ringan. Apalagi karena Kageto yang mengatakan itu, aku tahu kalo itu bukan hanya sekedar pujian, melainkan itu benar-benar dari hatinya.


"Ano, Ojou. Dengan posisi seperti ini, saya tidak bisa melempar dadu, jadi bisakah anda yang melakukannya untuk ku?"


"Eh, iya, benar."


Aku lalu melempar dadu atas nama Kagebito, dan hasilnya adalah 'satu'.


Maju satu kotak, lalu membuka stiker.


"[sebutkan sepuluh hal yang kamu suka dari orang di sebelahmu]... Dengan kata lain, aku harus menyebutkan 10 hal yang kusuka dari Ojou, kan?"


"Sepertinya begitu. Apa kamu bisa melakukannya, Kageto?"


"Itu mudah saja."


"Oh ya? Baiklah, kenapa kamu tidak memberitahuku?"


"Anda pekerja keras."


Ketika aku memintanya, Kageto mulai menyebutkan hal-hal tersebut tanpa ragu.


"Anda selalu jujur pada diri anda sendiri"


.........


"Anda mampu bergantung pada orang lain."


............. Tunggu.


"Anda slalu menghargai perasaan orang lain."


"Anu, Kageto.'


"Anda selalu percaya diri."


"Tunggu, berhenti. Tunggu sebentar!"


"Ojou? Ada apa?"


"Tidak... itu..."


Dalam posisi ini, dengan aku dipeluk seperti putri, wajah kami lebih dekat daripada saat dia memelukku tadi. Rasanya seolah-olah dia membisikkan kata-kata ini di telingaku... dan mendengar dia menyebutkan hal-hal yang dia sukai tentang ku dengan mudah seperti ini... efeknya lebih kuat daripada apa yang kubayangkan.


"Masih ada lima lagi, lho?"


"Eh… adakah hal lain yang bisa kamu sebutkan?"


"Hal lain?"


"Bukan hal-hal tentang kepribadian seperti itu, tapi lebih seperti... ya, sesuatu yang lebih... ya, tentang penampilan fisik saja."


"Meskipun daya tarik Ojou bukan hanya tentang penampilan fisik saja..."


"Aku tidak tahan dengan yang ini. Tidak apa-apa, pembicaraan internal tidak diperbolehkan. Mulai sekarang, hanya tentang penampilan."


"Saya tidak keberatan, tapi..."


Kalo hanya tentang penampilanku, aku sudah sering mendengar pujian seperti itu dari banyak orang. 


Dengan membicarakan hal-hal yang dangkal, aku mungkin bisa bertahan bahkan dalam posisi ini di mana dia memelukku seperti putri.


"Rambut emas Anda sangat indah."


"Begitu. Terima kasih."


... Ya, meskipun begitu, aku tetap senang saat Kageto memujiku. Itu tidak bisa dibandingkan dengan ketika orang lain yang mengatakannya. Tapi, karena aku sudah terbiasa mendengarnya, mungkin aku bisa bertahan sampai akhir.


"Selain kelembutannya seperti sutra, keindahannya saat memantulkan cahaya matahari tak pernah cukup dilihat. Saat sarapan, ketika Ojou disinari oleh cahaya matahari pagi, keindahannya seperti Elf... atau lebih tepatnya, seperti dewi..."


"Tunggu."


"Ojou? Mengapa Anda menutupi wajah Anda dengan tangan?"


"Tunggu sebentar."


Tidak, tidak bisa. Aku tidak bisa membiarkan wajah ini terlihat olehnya. Karena, pasti... aku pasti wajahku sangat merah sehingga matahari senja pun tidak bisa menyamarkannya. 


"... Apa yang tadi itu?"


"Saya hanya menyebutkan hal-hal yang saya sukai dari Ojou berdasarkan penampilan anda."


"... Aku tidak butuh pujian."


"Itu bukan pujian, itu perasaan saya yang sebenarnya.”


"... Begitu."


Ah, tidak. Aku bisa merasakannya. Senyum tulus ini tidak mengandung kebohongan sama sekali. Itu sebabnya... sangat berbahaya.


"Jangan sebut rambut lagi... sebutkan yang lain."


"Baiklah, berikutnya adalah mata biru anda itu. Mereka transparan seperti langit, biru yang jernih yang tak pernah bosan saya pandang, bahkan bisa saya pandangi selamanya. Mata anda seperti lautan yang berkilauan, juga memiliki keindahan seperti permata, nilainya tidak bisa diukur. Tidak, menentukan harganya saja tidak pantas. Bahkan jika kita mengumpulkan semua permata di dunia, mereka tidak akan bisa menandingi keindahan mata Ojou..."


"Baik, aku menyerah!!!"


Tidak mungkin. Jika dia terus berbisik seperti ini ke telingaku saat aku dipeluk seperti putri, hatiku tidak akan bisa menahannya.


"... Hei, apa kamu juga mengatakan hal-hal seperti ini kepada gadis lain?"


"Jika ada yang bertanya apa yang saya suka tentang orang lain, maka saya akan menjawab dengan jujur, seperti yang saya lakukan sekarang."


"Ya, benar. Aku mengerti."


Tentu saja. Aku sudah tahu itu. Kageto selalu menemukan hal baik tentang seseorang dan mengungkapkannya. Ini hanyalah hal biasa yang dia katakan, bukan sesuatu yang istimewa. Bukan sesuatu yang istimewa...


"....Tapi, hanya di depan Ojou saya bisa mengekspresikan semua yang saya suka dengan sepenuh hati seperti ini."


... Hah?


"Itu artinya... aku spesial bagimu?"


"Tentu saja."


Tanpa jeda, ragu, atau kebimbangan sedikit pun, Kageto menjawab.


"... Aku satu-satunya yang spesial?"


"Ya. Bagi saya, satu-satunya yang spesial di dunia ini adalah Ojou."


"..."


Spesial? Dia bilang aku spesial? Dia bilang itu, kan? Dan dia berbisik di telingaku? Manis sekali? Apa ini hanya imajinasiku saja? (Bukan, ini bukan hanya imajinasiku saja) Apa ini sungguhan? Ini bukan mimpi kan? Ini bukan mimpi, kan? Ini sungguhan kan? Apa ini nyata? Ini tidak terasa nyata, ini lebih seperti mimpi, atau lebih tepatnya, apa ini hanya mimpi? Lihat, itu sering terjadi. Klub malam di mana kamu dapat membayar uang, minum, dan mewujudkan impianmu... Ah, kalau begitu, haruskah aku membayarnya saja? Aku ingin tau kalo aku memesan minuman mahal, apakah aku bisa bermimpi tentang ini lagi? Tidak apa-apa, serahkan padaku, Kageito. Hoshine Tendou ini akan menjadikanmu host nomor satu. Lagi pula, aku punya banyak uang, aku bisa pergi ke luar pemandian Watou dan menikmati pantai pribadi Watou! Ayo, Kageto, kita jelajahi dunia malam bersama!

 

"Boleh aku memesan 20.000 botol Dom Pèrignon dan bisakah kamu mengatakan itu lagi!?"


"Ojou!? Apa yang Anda bicarakan sambil memutar mata anda begitu!?"


...Dan begitu, karena aku kehilangan akal sehatku, permainan pun berakhir.


(... Aku yang seharusnya menaklukkan Kageto, tapi malah aki yang ditaklukkan)


Setelah itu, untuk sementara waktu, aku tidak bisa menatap wajah Kageto dengan benar.




『Yah, seperti yang kuduga, aku merasa simpati dengan serangan nya tadi.』



"...Ya, akan ku terima simpatimu itu dengan tulus."


『Wah... ini lebih serius dari yang kukira.』



Suara Yukimichi di telepon penuh dengan simpati yang tulus. Dalam kondisi seperti ini, aku bahkan tidak bisa menjawab dengan 'Itu tidak perlu' dengan nada acuh tak acuh.


『Kamu bahkan sampai berhutang budi padaku untuk mengatur permainan ini, dan malah berakhir dengan kekalahan. Wajar saja sih...』


"Fufu... tapi, aku, Hoshine Tendou, tidak pernah bangun dengan tangan kosong setelah jatuh."


『Apa ada yang kamu dapatkan dari situ?』


"Tentu saja. Kamu pikir aku hanya kehilangan akal karena bisikan manis Kageto?"


『Maaf, kupikir kamu hanya kehilangan akal karena bisikan manis Kageto.』


"Fufufu... kamu hanya bisa mengatakan itu sekarang."


『Jadi, apa yang kamu dapatkan?』


"Aku menemukan bahwa jika Kageto mengatakan 'Ojou adalah orang yang spesial,' aku siap memberikan segalanya! Aku tahu aku siap untuk itu!"


『Sebenarnya, kamu justru tidak cocok untuk tempat seperti itu.』


Itu tidak benar. Aku punya uang.


『Daripada menghabiskan waktu untuk memberi, kenapa tidak menggunakan kekayaanmu itu untuk mendekati Kageto?』


"Diamlah. Aku sudah tidak tahu harus bagaimana lagi..."


『Kalau begitu, kenapa tidak mengaku saja?』


"Itu tidak mungkin."


『Kenapa tidak?』


"... Aku sudah mencoba beberapa kali, tapi setiap kali aku ingin mengaku, aku terlalu gugup dan tidak bisa mengucapkan kata-katanya dengan benar."


『Ah... jadi karena itulah situasinya jadi seperti ini.』


Bagian 'jadi seperti ini' sedikit menyakitkan, tapi aku tidak punya energi untuk membalasnya saat ini, jadi aku menelan kata-kataku.


"... Mungkin, aku harus berhenti dengan pendekatan cepat dan memilih untuk mengambil waktu lebih lama. Baru-baru ini, aku menyadari bahwa mungkin kami terlalu dekat. Mungkin kita perlu menghabiskan lebih banyak waktu sendiri-sendiri."


『Yah, kalian sudah bersama sejak kecil... mungkin karena kalian terlalu dekat, dia jadi tidak menyadari perasaanmu. Itu ide yang bagus, tapi aku khawatir.』


"Khawatir?"


『Jika kamu terlalu santai, dia bisa diambil oleh orang lain. Misalnya, kamu mungkin bertemu dengan pendatang baru yang menarik saat sedang sendiri-sendiri... atau semacamnya?』


"Pendatang baru yang menarik? Seperti siapa?"


『Uh... apakah kamu tahu berita baru-baru ini? Tentang seorang diva yang kembali ke negara ini?』


"Iya, perusahaan kita pernah mengelola konsernya sebelumnya... tapi diva itu, bukankah dia sedang hiatus?"


『Kabarnya dia ada di kota ini sekarang, dan katanya dia seumuran dengan kita.』


"Kamu bilang Kageto mungkin bertemu dengan diva itu? Itu lelucon yang cukup lucu."


『Haha, iya kan?』


"..."


『...』


Keheningan yang tak terkatakan menyelimuti. Sepertinya Yukimichi juga berpikir sama.


...Kalau itu Kageto, itu mungkin saja terjadi.


『...Ngomong-ngomong, Kageto lagi ngapain hari ini?』


"...Aku memberi dia hari libur dan memaksanya keluar. Dia selalu ingin bekerja bahkan di hari libur, jadi aku harus melakukan ini agar dia bisa beristirahat... Selain itu, aku berpikir untuk memberi jarak sedikit agar dia lebih menyadari perasaanku."


『...Oh, begitu ya.』


"..."


『...』


Keheningan yang tak terkatakan menyelimuti mereka sekali lagi. Sepertinya Yukimichi juga berpikir sama.


... Apa mungkin ini adalah langkah yang salah?


『Yah, sejujurnya, seberapa besar kemungkinan dia akan bertemu dengan diva yang sedang hiatus di tengah kota?』


"Iya, benar. Seberapa besar kemungkinannya, ya..."


Setelah menutup telepon, aku langsung menghubungi Kageto.


Bukan karena aku khawatir. Aku hanya ingin mendengar suaranya sedikit saja. Jika dia menjawab, mungkin aku akan menanyakan kabarnya. Begini percakapannya nanti: 'Halo, Kageto. Apa kamu menikmati hari liburmu? Cuaca sedang nyaman, jadi berjalan-jalan dan bersantailah. Sampai jumpa.' ...Ya, sempurna. Simulasi percakapan selesai tanpa masalah. Sekarang tinggal Kageto menjawab teleponnya...


... jika dia menjawab...


... dia... tidak menjawab...


... ini aneh. Biasanya dia akan langsung menjawab dalam tiga deringan.


"..."


Aku lalu menyimpan Hp-ku dan langsung menuju lemari pakaian, mengambil baju dan memanggil pelayan rumah.


"Aku mau keluar. Tolong siapkan mobilnya."






Selanjutnya

Posting Komentar

نموذج الاتصال