> Chapter 1 part 2

Chapter 1 part 2

 Kamu saat ini sedang membaca  Netoge no Yome ga Ninki Idol datta ~Cool-kei no kanojo wa genjitsu demo yome no tsumori de iru~volume 1 chapter 1 part 2. Kalo kamu menyukai karya ini silahkan tinggalkan jejak komentar. Dan juga jangan lupa dukung mimin dengan cara donet se iklasnya di Trkateer mimin buat mimin makin semagat+buat dana untuk beli raw


Hari berlalu dengan tenang seperti biasanya.


Setelah pelajaran selesai, teman-teman sekelas mulai bergegas meninggalkan ruangan.


Mereka pasti sibuk dengan kegiatan klub atau berkumpul dengan teman-teman mereka.


Sementara itu, aku yang tidak memiliki urusan apapun hanya duduk santai di bangkuku.


Dengan perasaan yang agak samar, aku memandangi punggung Mizuki-san.


Saat keluar dari kelas, Mizuki-san melambaikan tangannya padaku dengan ringan.


Aku berusaha menahan senyum yang hampir muncul dan membalas lambaian tangannya.


Setelah itu, Mizuki-san pergi bersama Kurumisaka-san yang menunggunya di lorong.


Meskipun aku tidak tahu detailnya, mereka pasti pergi untuk kegiatan idol.


Mungkin mereka akan berlatih menyanyi dan menari, atau sibuk dengan rekaman...


Aku bertanya-tanya, bagaimana hari seorang idola siswi SMA ya?


Hal-hal yang sebelumnya tidak terpikirkan kini mulai mengusik pikiranku.


Aku ingin lebih mengenal Mizuki-san.


Tapi, dia tidak terlalu suka membicarakan kehidupan nyata, jadi sepertinya lebih baik menahan diri.


Setelah duduk beberapa saat sambil melamun, aku pun berdiri dan berpikir untuk pulang.


"Ayanokouji-kun...! Mau kemana kau?!" 


"Menurut perhitunganku, kemungkinan kau bisa menghindar dari kami hanya 5%."


"Kalian...!"


Tachibana mengulurkan kedua tangannya untuk menghalangi jalanku.


Sementara Saito bahkan menahan tasku. 


Mereka serius.


"Jangan-jangan... kau benar-benar akan menghabiskan waktu pribadi dengan Mizuki Rinka, kan!?"


"Tidak, aku hanya akan pulang dan main game saja."


"Benarkah!? Kau serius, kan!?"


"Tentu saja."


Tachibana yang matanya merah menatapku dengan tajam, jadi aku pun mengangguk besar-besaran. 


Orang ini menakutkan.


"Tenang saja, Tachibana-kun. Ayo duduk, Ayanokouji-kun."


"Tapi aku ingin pulang."


"Silakan duduk. ...Sebelum kacamataku meledak, ya."


"..."


Karena ancaman yang tidak masuk akal itu, akhirnya aku pun terpaksa duduk. 


Aku benar-benar tidak mengerti.


Apa hanya aku yang ingin melihat kacamatanya meledak?


"Baiklah, Ayanokouji. Kau harus membicarakan semuanya sekarang." 


"Apa yang harus aku katakan?" 


"Tentu saja! Ceritakan bagaimana kau bisa dekat dengan Mizuki!"


"Ah..."


"Dan katanya kau bahkan sempat ngobrol dengan Nana-chan! Dasar kau bajingan yang benar-benar beruntung!"


"Yang beruntung itu tubuhmu, kau harus sedikit lebih hemat." 


Aku mengatakan ini sambil melihat perut Tachibana yang lembek.


"Eh!? Apa katamu!?"


"Ahahaha! Jawabanmu tadi, menurut perhitunganku, sempurna! ...Ahaha." 


"Termasuk kau juga, Saito...! Tapi tubuhku ini baik-baik saja! Sekarang bukan tentang tubuhku! Sekarang mari kita bicara tentang Ayanokoji! Bagaimana kau bisa dekat dengan Mizuki?"


"Daripada itu, aku merasa aneh karena kau memanggil Mizuki dengan nama belakang, tapi memanggil Kurumisaka dengan nama depannya."


"Ah, mungkin karena kesan yang ada? Mizuki itu terasa agak sulit dipanggil dengan nama depannya...kalo Nana-chan lebih terasa dekat. Aku benar-benar ingin dia jadi pacarku."


"Perasaan itu aku sedikit paham. Jadi, seperti itu..."


"Kau benar-benar buruk dalam mengalihkan pembicaraan, ya? Cepat ceritakan semuanya!"


"Hmm..."


Apa yang harus aku lakukan?


Mizuki-san bermain game online. 


Ini bukan informasi yang bisa dianggap remeh, kan?


Tentu saja, aku tidak merendahkan game, tapi ini terasa tidak sesuai dengan citra Mizuki-san.


Bahkan bisa dibilang, karakter nya sedikit hancur... meskipun mungkin itu berlebihan.


Tapi tetap saja, ini bukan sesuatu yang seharusnya diumbar ke publik.


"Oi, Ayanokouji! Kalo kau tidak cepat memberitahu, mulai sekarang aku tidak akan memberikan paprikaku padamu!"


"Aku tidak suka paprika. Bukan berarti aku membencinya, tapi aku juga tidak menyukainya."


"Baiklah! Kalo begitu, aku akan memberimu 1000 yen, beri tahu aku!"


Tachibana dan Saito bergabung dan merapatkan kedua tangan mereka seperti sedang berdoa. 


Mereka sangat putus asa, jadi aku merasa agak terganggu...


Sebenarnya, aku ingin mengabaikan mereka.


Tapi, kalo aku tetap diam, mereka mungkin malah membuat keributan.


Akhirnya, dengan berat hati, aku memutuskan untuk mengungkapkan semuanya.


"...Tapi jangan pernah memberitahukan siapa pun, oke?"


"Tentu! Kami temanmu, kan? Kami akan memegang janji itu!"


"Menurut perhitunganku, kemungkinan kami akan memegang janji itu adalah 2000%!"


"Jadi semakin terdengar mencurigakan... Jadi, aku dan Mizuki-san bertemu di game online."


"Benarkah? Bagaimana ceritanya?"


"Yah, lebih tepatnya... 2 tahun lalu, aku menikah dengan Mizuki-san di game online."


""Ben... benarkah!?""


Mereka ber-2 sangat terkejut bersamaan. 


Memang reaksi yang wajar, kan?


"Oi, Saito! Apa peluang istri dari game online menjadi idol populer? Berapa persen?"


"Uh, menurut perhitungan ku, sekitar 30% mungkin."


"Lumayan tinggi juga, ya!"


Tachibana dan Saito mulai berteriak-teriak.


Beberapa teman sekelas yang masih berada di ruang kelas menoleh ke arah mereka, penasaran.


"Oi, kalian! Jangan berisik! Kalo orang lain tahu, akan jadi masalah."


"Hah? Apa yang masalah?"


"Itu berhubungan dengan citra Mizuki-san. Selain itu, aku rasa kalo hobi Mizuki-san bermain game online diketahui publik, dia mungkin akan berhenti bermain game."


Aku tidak yakin sepenuhnya. 


Aku tidak mendengar langsung dari Mizuki-san tentang hal itu.


Tapi sebagai teman yang sudah lama bermain bersama, aku hanya punya firasat.


"...Mungkin saja. Menurut perhitungan ku, peluang hobi game online Mizuki-san akan membuat keributan di publik itu 99%. Banyak orang akan mulai bermain game online hanya untuk bertemu dengan Mizuki-san. Keributan pasti akan terjadi."


Meski lebih ke perkiraan, itu terasa cukup akurat.


Setidaknya, aku yakin itu akan mempengaruhi mental Mizuki-san.


"Jadi, bisa tolong jangan beri tahu siapa pun tentang ini?"


""...""


Keduanya terdiam dan tidak mengatakan apa-apa.


Aku mulai merasa cemas dan melanjutkan perkataan ku.


"Aku ingin melindungi tempat Mizuki-san berada. Aku rasa dunia game online adalah satu-satunya tempat dimana dia bisa bermain tanpa khawatir akan pandangan orang lain. Tolong, jangan beri tahu siapa pun tentang ini."


Dengan keseriusan yang jarang kh tunjukkan, aku berbicara.


Keduanya saling bertukar pandang, kemudian Tachibana meletakkan tangannya di bahu saya.


"Ayanokouji... Kau tidak perlu khawatir. Kami mengerti perasaanmu dengan baik."


"Tachibana..."


Apa ini yang disebut kekuatan persahabatan?


Tachibana menatap ku dengan mata yang penuh ketulusan.


"—Aku akan memberikanmu, paprika milikku."


"Sungguh, aku temanmu, tapi aku benar-benar akan memukulmu."


Hebat sekali dia bisa bercanda seperti itu setelah dia berbicara dengan begitu serius. 


Rasa marah ku mulai muncul.


"Hahaha! Itu hanya bercanda, Ayanokouji! Tentang Mizuki, itu akan jadi rahasia kita saja!"


"......."


"Sungguh, maaf. Kalo Ayanokouji yang biasanya pendiam seperti itu menatap ku, rasanya sangat menakutkan."


Aku menatapnya dengan penuh kemarahan, dan Tachibana buru-buru bersembunyi di belakang Saito.


"Sudahlah, Ayanokouji-kun. Ini Tachibana-kun, jadi kau maafkan saja dia. Oh, tentu saja aku juga akan menjaga janji saya, jadi tenang saja."


"Sigh... Baiklah, aku mengerti."


Tidak ada gunanya untuk terus marah.


Lagipula, aku juga memahami kalo mereka bukan tipe orang yang akan melanggar janji.


Itulah kenapa aku memutuskan untuk memberitahunya.


Saat aku menghela napas melihat mereka tertawa terbahak-bahak, Hp-ku berbunyi tanda ada pesan masuk.


Aku mengambil Hp-ku dan memeriksa pesan tersebut. 


Pengirimnya adalah Rin.


"Bagaimana kalau kita main game sebentar, malam ini?" 


"Heh..."


Saito dan Tachibana langsung mendekat dan melongok ke layar Hp-ku.


"A-ada apa?"


"Apa kami boleh ikut?"


"Tentu saja tidak. Di dalam game, Mizuki-san itu terlihat ceria, tapi dia juga pemalu. Dia akan sangat waspada terhadap orang lain kecuali orang yang sudah dia percayai."


Aaku belum pernah melihat Mizuki akrab dengan orang lain dalam game.


Hubungan sosialnya dalam game bisa dibilang cukup eksklusif.


"Dia seperti kucing ya, ya? Tapi kalo Ayanokouji bilang begitu, kami akan diam saja."


"Benar. Lagipula, aku juga jadi tertarik untuk main game lagi. Siapa tahu aku bisa menikahi seorang idola!"


Mereka ber-2 melanjutkan percakapan mereka dengan santai. 


Sepertinya masalah tentang Mizuki sudah selesai.


Sambil ikut memberi respons terhadap percakapan mereka, aku membalas Rin dengan, "Tentu. Aku akan online sekitar jam 9 malam."


Di satu sisi, aku merasa senang, tapi di sisi lain, kegelisahan ku membuat jantung ku berdegup kencang.


★★★


"......Waktu janji sudah hampir tiba."


Hanya beberapa menit lagi hingga pukul 21.


Aku sudah login dan sekarang aku menatap layar komputer.


Di layar, terlihat karakter seorang pemuda bergaya pejuang yang sedang memancing di tepi pantai.


Karakter yang aku kendalikan. 


Pekerjaannya adalah Warrior.


Seorang pria tampan yang mengandalkan pedang dan perisai untuk bertarung jarak dekat.


Tapi, karena keterampilan menambangnya sangat tinggi, dia kini lebih cocok dengan sekop daripada pedang. 


Dan saat ini, dia sedang memancing. 


Sepertinya dia sedang menikmati liburan sebagai penambang.


"Ah, dapat. ......Sepatu bot?"


Aku segera membuang sepatu bot itu dari inventori. 


Itu sampah yang tidak berguna.


Aku mengatur ulang fokus dan melanjutkan memancing.


Mungkin malam ini akh akan mengobrol dengan Rin sambil memancing.


Biasanya, aku jarang bermain dengan Rin di hari biasa. 


Kalo pun bermain, durasinya hanya sekitar 20 hingga 30 menit.


Dulu, aku hanya menganggapnya sebagai hal yang wajar karena kesibukan di dunia nyata.


Tapi sekarang, aku bisa mengerti kenapa dia hanya bisa bermain di akhir pekan.


Sebagai seorang idola, Mizuki sangat sibuk dengan kegiatan idola yang menyita sebagian besar waktunya.


"......Ternyata lebih biasa dari yang ku kira."


Aku kira aku akan lebih gugup karena akan bermain dengan seorang idola terkenal, tapi anehnya aku merasa jauh lebih santai daripada yang aku bayangkan.


"Rin, dia belum datang ya?"


Beberapa menit berlalu aku menunggu sambil memancing.


Tiba-tiba di kolom chat bawah layar muncul notifikasi: "Rin-san telah login."


Aku segera mengirimkan pesan.


"Selamat malam~. Sekarang aku lagi memancing."


『Eh, ini jarang sekali! Kazu memancing, ya?』


Oh, ternyata Rin seperti biasa.


Aku sempat bertanya-tanya, dari sisi mana dia akan datang, tapi seperti yang aku duga, dia datang dari sisi Rin.


『Sekarang aku menuju ke sana ya~』


"Baiklah."


Aku terus memancing di tepi pantai untuk menghabiskan waktu.


Tak lama kemudian, Rin muncul menunggang kuda, turun dari kudanya, dan berjalan ke samping aku di sepanjang pantai.


Tentu saja, dia tampil dengan penampilan yang sama seperti biasanya. 


Sebagai seorang elf berambut pirang dengan pakaian tradisional yang agak terbuka. 


Apa ini juga selera Mizuki-san?


"Tidak biasa kau mengajak aku bermain di hari Senin."


『Karena ada kejadian hari ini. Aku jadi ingin bermain bersama Kazu, meski hanya sedikit.』


"Begitu ya."


Aku tanpa sengaja tersenyum lebar. 


Aku merasa sangat senang.


Tak peduli siapa dia sebenarnya, bisa bermain bersama Rin meskipun hanya untuk sedikit waktu di hari biasa benar-benar membuat saya senang.


Rin mempersiapkan pancingannya dan melempar umpan ke laut.


Kami berdua mulai memancing berdampingan. 


Pemandangan ini sudah sering kami lihat selama beberapa tahun ini. 


Ketika kami pertama kali saling mengetahui siapa sebenarnya, pemandangan ini tak berubah, tetap ada di layar.


『Sebenarnya, sepanjang di sekolah tadi, aku agak gugup lho~』


"Gugup? Kenapa?"


『Yah, aku sedikit gugup memikirkan kalk aku akan bertemu seseorang di yang mengandalikan Kazu.』


"Tapi sama sekali tidak terlihat seperti itu. Pagi tadi kau kan sedang membaca buku."


『Itu hanya aku berpura-pura agar tidak terlihat tegang. Bahkan aku sama sekali tidak ingat isi bukuny.』


Ternyata begitu. 


Ternyata aku bukan satu-satunya yang merasa gugup.


『Ketika aku bertemu pandang dengan Kazuto-kun, aku tidak tahu harus berbuat apa, jadi aku langsung melambaikan tanganku.』


"Ah, itu..."


『Aku sangat senang kau membalas lambaian tanganku. Apa Kazuto-kun tidak merasa gugup?』


"Tentu saja aku sangat gugup. Bahkan pagi itu aku mengurung diri di toilet karena saking gugupnya."


『Wah, kau terlalu gugup. Tapi, Kazuto-kun terlihat biasa saja.』


Padahal sebenarnya aku sangat gugup...


Bahkan aku rasa aku menggunakan kata 'gugup' lebih banyak daripada siapa pun di dunia ini pada hari itu.


『Ketika istirahat makan siang, aku sempat ingin mengajak bicara Kazuto-kun, tapi suaraku sedikit bergetar... Aku merasa sangat malu, rasanya seperti wajahku terbakar.』


"Apakah suaramu bergetar? Menurutku sih biasa saja."


『Tidak, aku yakin sekali suaraku bergetar.』


Oh iya, saat itu Mizuki-san langsung keluar dari kelas setelah menyampaikan maksudnya.


Karena ekspresinya yang begitu tenang, sulit untuk membaca perasaannya. 


Tgapi, setelah mengetahui isi hatinya seperti ini, dia terlihat sangat manis di mataku.


Setelah itu, kami terus berbicara dengan menyenangkan tentang kejadian hari ini.


Percakapan kami mengalir tanpa henti, seperti obrolan dalam chat yang terus berlanjut.


Hingga tanpa sadar...


『Ah, ternyata sudah jam segini.』


Waktu berlalu begitu cepat, hingga ternyata sudah 1 jam berlalu. 


Saat ini pukul 22.12.


Sejauh ini, Rin selalu logout tepat pukul 22.00.


Tapi kali ini, dia sedikit melewati waktu tersebut.


"Kau akan logout sekarang, kan?"


Aku bertanya dengan nada biasa, dan beberapa detik kemudian, balasan singkat muncul: 『Ya.』


".....?"


Ada jeda diam yang terasa sulit untuk dimengerti.


Haruskah aku memulai pembicaraan lagi? 


Saat aku masih berpikir, pesan dari Rin masuk.


『Apa kau memiliki headset dengan mikrofon?』


"Ada. Kenapa?"


『Bagaimana kalo sesekali kita menggunakan voice chat?』


"Baiklah, ayo kita coba."


Jadi begitu, karena tidak perlu lagi menyembunyikan identitas, menggunakan suara sudah tidak masalah.


Aku tidak menemukan alasan untuk menolak usulan ini.


『Ngomong-ngomong, Sabtu malam nanti, apa kau ada waktu? Sepertinya aku dan Nana bisa meluangkan waktu.』


"Ada. Aku akan memastikan untuk meluangkannya."


『Memastikan, ya? Haha. Aku tidak bisa login hingga Sabtu, jadi bersabarlah, ya.』


"Sayang sekali. Aku akan bermain sendirian dengan sedikit kesepian."


『Haha. Kalo begitu... selamat malam, Kazuto-kun. Sampai jumpa besok di sekolah.』


"Iya, selamat malam. Sampai besok."


Sosok Rin menghilang dari layar.


Pada kolom chat, muncul pesan, 


"Rin-san telah logout."


"...Haruskah aku juga berhenti sekarang?"


Biasanya, aku bermain game online hingga pukul 23.00.


Tapi kali ini, aku ingin menikmati perasaan nyaman ini sambil berbaring di tempat tidur.


"Hari ini benar-benar luar biasa, ya..."


Aku ingin tahu apa yang akan terjadi mulai sekarang.


Sambil terbaring di tempat tidur, dan memikirkan tentang Mizuki-san dan Rin sampai aku tertidur.




Selanjutnya

Posting Komentar

نموذج الاتصال