> CHAPTER 2

CHAPTER 2

 Kamu saat ini sedang membaca  Netoge no Yome ga Ninki Idol datta ~Cool-kei no kanojo wa genjitsu demo yome no tsumori de iru~volume 1 chapter 2. Kalo kamu menyukai karya ini silahkan tinggalkan jejak komentar. Dan juga jangan lupa dukung mimin dengan cara donet se iklasnya di Trkateer mimin buat mimin makin semagat+buat dana untuk beli raw



IDOL BERKEPRIBADIAN DINGIN ITU TERNYATA BENAR-BENAR MENGANGGAP DIRINYA SEBAGAI ISTRIKU DI DUNIA NYATA




Beberapa hari telah berlalu setelah aku mengetahui kalo identitas Rin sebenarnya adalah Mizuki. 


Tanpa terasa, kini sudah hari Kamis. 


Lusa, kami bertiga, termasuk Kurumizaka-san, berencana bermain game online bersama.


"Hei, Ayanokouji, semangat dong, ya?"


"Itu benar, kau harus bersyukur pada Tuhan karena setidaknya kau pernah pergi ke kantin bersama Mizuki."


"...Tapi aku tidak merasa sedang murung, kok."


Suasana di kelas terasa damai saat jam istirahat siang. 


Seperti biasa, aku makan siang bersama mereka. 


Sejak hari Senin itu, aku belum berbicara lagi dengan Mizuki-san di sekolah.


Semua bermula ketika aku dan Mizuki-san pergi ke kantin ber-2, lalu rumor mulai menyebar keseluruhan sekolah. 


Mungkin karena Kurumizaka-san juga ikut saat itu, rumornya semakin cepat menyebar. 


Mengingat aktivitas idol mereka, lebih baik aku tidak terlalu terlibat dengan mereka di depan umum. 


Akhirnya, aku hanya menghabiskan waktu makan siang bersama Mizuki-san satu kali saja.


"Itadakimasu... ngg... glek... Gochisousama."


Aku memakan telur rebus, lalu menyatukan ke-2 tanganku. 


Ini satu-satunya makan siangku.


"Seperti biasa, apa kau yakin kau cukup hanya dengan 1 telur rebus?"


"Ya, aku sudah terbiasa."


"Menurutku terbiasa dari itu bukan hal yang baik, tahu... Siswa SMA makan siang hanya dengan 1 telur rebus? Itu tidak sehat."


"Seperti yang dikatakan Saito, kau dapat uang dari orang tuamu, kan? Kenapa kau tidak membeli makanan yang layak?"


"Aku sedang menghemat uang... untuk top-up game(menyeringai)!"


"Senyum licik macam apa itu... Dasar bodoh...!"


"Kau terlihat seperti orang yang berakal sehat, Ayanokouji-kun, tapi begitu menyangkut game online, kau seolah-olah berhenti jadi manusia," 


Tachibana mengangguk mendengar kata-kata Saito. 


Sungguh tidak sopan.


"Ngomong-ngomong, kenapa kau tidak memanggil Mizuki-san dengan nama depannya?"


"A-ada apa kenapa kau tiba-tiba bicara begitu? Aku tidak punya nyali untuk melakukan itu!"


"Tapi Mizuki memanggil Ayanokoji 'Kazuto-kun', kan?"


"Y-ya, memang begitu..."


Kalo dipikir-pikir, sejak awal dia sudah memanggilku dengan nama depanku. 


Awalnya aku pikir itu hanya bagian dari kepribadiannya.


"Memanggil laki-laki dengan nama depan, itu bukan hal biasa bagi Mizuki."


"Begitukah?"


"Benar. Aku pernah dengar cerita setengah tahun lalu. Ada seorang cowok ganteng yang mencoba mendekati Mizuki dan memanggilnya dengan nama depannya."


"Wow, lalu apa yang terjadi?"


"Mizuki sama sekali tidak menoleh, malah mengabaikannya."


"Aku bisa membayangkan itu terjadi."


"Tapi entah bagaimana, si cowok itu salah paham, mengira Mizuki malu. Jadi dia dengan santainya memeluknya dari belakang."


"Lalu?"


"Mizuki langsung melemparnya ke lantai dengan teknik judo."


"Ah...pasti itu sakit!"


Yah, mendengar cerita itu, jelas si cowok yang salah. 


Memanggil nama tanpa izin lalu memeluk dari belakang—itu sudah masuk kategori pelecehan.


"Untungnya, cowok ganteng itu hanya berakhir dengan beberapa memar. Tapi kejadian itu membuktikan betapa Mizuki tidak suka pada laki-laki."


"Ini bukan soal benci laki-laki, itu lebih ke pembelaan diri yang sah, kan?"


"Tapi, faktanya Mizuki memanggilmu dengan nama depan, Ayanokouji."


Tachibana mengabaikan kata-kataku dan melanjutkan pembicaraan.


"...Maksudmu apa?"


"Yah, itu... kau tahu lah."


Dengan nada misterius, Tachibana memberi isyarat yang penuh makna, sementara Saito tersenyum penuh arti.


"Menurut perhitunganku, kemungkinan Mizuki jatuh cinta pada Ayanokouji itu 84%!"


"Apa!? A-a-apa yang kau katakan!?"


Aku terkejut dengan pernyataan percaya diri Saito, sampai-sampai aku langsung berdiri dari kursi dan berteriak. 


Tak pelak, seluruh teman sekelas langsung menatapku.


"...Ugh."


Wajahku terasa panas seperti akan meledak. 


Aku buru-buru duduk kembali.


"Puahah! Ayanokouji-kun, kau terlalu panik!"


"Itu karena kau mengatakan hal yang aneh! Mizuki-san menyukaiku? Itu tidak mungkin!"


"Tidak, aku pikir itu cukup masuk akal."


"Tidak mungkin. Aku dan Mizuki-san hanya teman di game online, tidak lebih, tidak kurang."


"Benarkah? Akhir-akhir ini aku memperhatikan Mizuki-san secara diam-diam, dan sepertinya dia cukup memikirkanmu, Ayanokouji-kun."


"Aku juga melihatnya. Nggak salah lagi."


"...Ti-tidak mungkin."


Mizuki Rinka, idol populer itu, menyukai ku, seorang pecandu game online? 


Sulit dipercaya.


"Lalu bagaimana kalo ternyata itu benar?"


"Jangan bercanda! Aku sempat senang, tahu!"


"Tidak, ini serius kok."


"Apa-apaan, sih...?"


Ini gila, aku benar-benar sedang dipermainkan oleh Saito. 


Aku menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri.


"Kalo kau tidak percaya, kenapa kau tidak mencoba memangil Mizuki dengan nama depannya?"


"...Kalo dia mengabaikanku atau melemparku, aku tidak akan bisa pulih seumur hidup."


"Heh, Saito, menurutmu berapa peluang Ayanokouji-kun berhasil memanggil Mizuki-san dengan nama depannya?"


"Berdasarkan perhitunganku, sekitar 70%."


"Itu angka yang membuatku ragu. Dan lebih rendah dari kemungkinan dia menyukaiku..."


Perhitungan Saito benar-benar tidak masuk akal.


"Hei, kau Ayanokouji Kazuto, kan?"


"Eh―?"


Aku mendengar suara yang memanggilku, aku lalu menoleh ke samping. 


Seorang siswi yang tidak kukenal berdiri di sana. 


Dia bukan teman sekelasku, tapi dari pita biru yang tersemat di seragamnya, aku bisa memastikan dia seangkatan denganku.


"Bisakah kau menemaniku sebentar?"


"Heh, hei, hei...! Sepertinya Ayanokouji-kun benar-benar memasuki masa populer...!" 


"Oh, bukan seperti itu, kok. Lagipula, aku sudah punya pacar." 


Meskipun Tachibana mengatakan itu dengan nada tidak ketakutan dan tidak percaya, siswi itu menjawab dengan santai, seolah itu hal biasa.


"Aku tidak keberatan, tapi bisakah kau memberitahuku urusanmu?"


"Aku tidak bisa bicara keras-keras, tapi Nana-chan memanggilmu."


"Kurumizaka-san?"


Aku bertanya-tanya urusan apa yang membuatnya memanggilku. 


Bagaimanapun, kalo itu dari Kurumizaka-san, aku tidak bisa mengabaikannya.


"Kalau begitu ayo kita pergi." 


"Baiklah."


Saat aku bersiap untuk mengikuti siswi itu, Tachibana dan Saito menatapku dengan mata terbelalak, ekspresi mereka penuh keterkejutan.


"Ti-tidak mungkin... Setelah Mizuki, sekarang Nana-chan juga!? Kau monster atau apa...!?"


"Berdasarkan perhitunganku, peluang Ayanokouji memasuki masa populer adalah... 100%!"  


...Apa yang sebenarnya mereka bicarakan?


Dengan perasaan aneh dan tatapan mereka yang menusuk punggungku, aku pun meninggalkan ruang kelas.


★★★


Kurumizaka-san menungguku di tangga menuju atap. 


Aku berjalan menyusuri koridor sepi, dipandu oleh seorang gadis yang mengaku sebagai teman Kurumizaka-san.


"Ngomong-ngomong, kita belum saling memperkenalkan nama. Aku―"


"Ayanokouji Kazuto, aku sudah tahu~. Namaku Kotone. Panggil saja aku Kotone-sama dengan santai, ya~."


"Mana santainya? Itu terdengar seperti perintah dari atas. Bisa tidak kasih memberitahu nama keluargamu saja? Aku agak malu memanggil gadis dengan nama depannya."


"Kalo kau menanyakan nama seseorang, kau harus memperkenalkan diri dulu, lho~."


"Oh, ya. Aku Ayanokouji Kazuto―tapi kau sudah tahu, kan? Bukankah kau yang tadi memotong perkenalanku?"


Kotone-san, sambil tetap bersikap santai, terus melontarkan pernyataan aneh yang membuatku bingung. 


Hanya dari percakapan singkat ini saja, alarm sensor 'orang aneh' di kepalaku sudah berbunyi kencang.


"Aku tahu banyak tentangmu, lho~. Ayanokouji Kazuto, 17 tahun, pecandu game online, punya 2 teman, golongan darah A, kidal, anak tunggal, dan... laki-laki."


"Berhenti menyebutku 'laki-laki' seperti itu. Dan kenapa kau tahu banyak tentangku?"


"Aku ini teman dari idol populer, Kurumizaka Nana, tahu~."


"Itu tidak ada hubungannya! Kalo kau terus bercanda, bahkan aku bisa marah!"


Dengan ekspresi datar dan tatapan kosong, Kotone-san terlihat sulit dipahami, dan itu membuatku semakin bingung. 


Aku tidak bisa mengikuti gaya bicaranya yang santai dan asal-asalan, yang seolah berasal dari sumber informasi misterius.


Siapa sebenarnya gadis bernama Kotone ini?


Dia terlihat seperti gadis yang berpenampilan biasa saja, tapi...


Aku berjalan di sampingnya sambil sedikit memiringkan kepala, mencoba memahami keanehannya.


"Yah, aku ini cuma pemandu, kok. Kalo diibaratkan, aku hanya karakter figuran, jadi aku tidak bisa memberitahumu banyak detail tentang diriku atau menegaskan diriku sendiri."


"Hmm."


"Artinya, apa pun yang kukatakan setelah ini hanyalah gumaman saja... Seperti ini, Nana memang memiliki payudara yang besar, tapi tanpa pakaian, dia lebih menakjubkan lagi. Lekuk tubuhnya, terutama pinggulnya, sungguh seperti seni yang luar biasa. Meski begitu, Mizuki Rinka tidak kalah, lho. Meskipun payudara nya lebih kecil dibanding Nanao, dia tipe yang terlihat ramping saat berpakaian. Kakinya juga indah, memberikan daya tarik yang berbeda dari Nana. Oh, ngomong-ngomong, ukuran tubuh mereka yang sebenarnya adalah― Oops, itu rahasia besar. Bahkan situs resmi tidak menuliskannya. Kalo kau mau tahu lebih, bayar dulu, ya."


"Boleh aku melaporkanmu ke polisi sekarang, Kotone-san? Aku merasa kau mungkin terlibat dalam kejahatan."


Kotone berbicara dengan lancar, membuatku hanya bisa menghela napas.


Figuran apanya? 


Jelas dia sengaja menciptakan perannya sendiri.


"Ngomong-ngomong, Ayanokouji Kazuto, apa kau tahu kenapa Nana-chan memanggilmu?"


"Kurasa ini tentang Mizuki-san."


Kupikir-pikir, hanya itu yang masuk akal.


"Insiden di kantin beberapa waktu lalu sudah jadi bahan gosip. Mizuki Rinka, yang dikenal membenci laki-laki, tiba-tiba pergi ke kantin bersama pecandu game online, Ayanokouji Kazuto... Ini jelas kejadian besar."


"Ya, karena itu aku menjaga jarak untuk sementara."


"Lalu, bagaimana kau bisa mendekati Mizuki Rinka? Memeras? Mengancam? Rahasia apa yang kau pegang darinya?"


"Apa aku ini bajingan? Aku tidak melakukan hal seperti itu... yah, ada banyak hal yang terjadi."


"Kalimatmu terdengar penuh rahasia~. Informasi itu akan kubeli dengan harga tinggi, lho."


"Aku tidak akan menjualnya. Jangan meremehkanku."


Hatiku tidak selemah itu hingga tergoda oleh uang.


"Kalo begitu, bagaimana kalo mulai dengan 1 juta yen?"


"Hah!?"


Aku goyah dengan mudah.


"Tenang saja. Aku tidak akan mengungkapkannya ke publik~. Aku hanya ingin tahu sendiri, kok."


"Meski kau bilang begitu...lagi pula, mana mungkin seorang siswa SMA biasa punya sejuta yen."


"Hmm? Siapa yang bilang Kotone-chan ini siswa SMA biasa?"


"Apa...jangan-jangan...?"


"Benar, aku ini... ya, cuma siswa SMA biasa, kok~."


"Aku tidak akan bicara lagi denganmu. Tidak akan pernah...!"


Ini pertama kalinya aku dipermainkan oleh seorang gadis seperti ini. 


Tapi kemudian aku sadar, itu karena aku belum pernah benar-benar berbicara dengan seorang gadis sebelumnya.


Makan siang bersama Mizuki-san adalah yang pertama bagiku, dan ini juga pertama kalinya aku berjalan di lorong sambil berbicara dengan seorang gadis. 


Faktanya, aku bahkan belum pernah bertukar sapa dengan seorang gadis sebelumnya.


Apa sebenarnya yang kulakukan selama ini di sekolah campuran ini...?


"Ayanokouji Kazuto, pakailah ini~."


"Hah?"


Kotone tersenyum lembut sambil menyerahkan saputangan berwarna merah muda pucat kepadaku.


"Saputanganku ini kering seperti Gurun Sahara. Kuharap air mata indahmu bisa membasahinya~."


Aku baru menyadari setelah dia mengatakannya. 


Mataku dipenuhi dengan air mata.


Aku mulai memikirkan kembali perjalanan hidupku dan menyadari betapa aku jauh dari dunia gadis-gadis.


"Kotone-san... tidak, Kotone-sama!"


Aku menerima saputangan itu dengan penuh rasa syukur dan mengusap air mata di wajahku.

Kemudian, aku menyadari satu hal lagi.


Ini adalah pertama kalinya seorang gadis bersikap lembut padaku.


Air mataku tidak bisa berhenti mengalir.


★★★


Dibimbing oleh Kotone-san, aku tiba di platform sebelum pintu atap.


Tempat ini sepi, jadi seharusnya tidak ada yang akan menggosipkan kami.


"Ah, Kazu-kun! Lama tidak bertemu!"


Kurumizaka-san yang menyadari kehadiranku, melompat turun dari anak tangga yang rendah.


Saat itu, rok yang dia kenakan terangkat dengan lembut—aku segera membalikkan wajahku dengan cepat.


"Hm? Ada apa, Kazu-kun?"


"Ah, tidak ada apa-apa!"


"Begitu ya. Terima kasih sudah datang, Kazu-kun!"


Kurumizaka-san yang tersenyum lebar, menggenggam ke-2 tanganku. Lembut...


"Kalo begitu, tugas ku sudah selesai, ya?"


"Ya, terima kasih banyak, Kotone-chan!"


Kotone-san mencoba pergi setelah Kurumizaka-san berterima kasih padanya.


Tapi, sebelum dia pergi, Kotone-san menoleh ke arah Kurumizaka-san.


"Ayanokouji Kazuto mungkin adalah pria yang jujur dan baik hati."


"Ya, aku tahu."


Kurumizaka-san menjawab dengan nada yang seolah-olah itu sudah pasti. 


Ada rasa kepercayaan yang aneh.


Dan dia masih menggenggam tanganku...!


"Hm, jadi begitu ya."


Kotone-san mengarahkan pandangannya kearahku seolah-olah dia sedang menilai diriku. 


Aku merasa canggung.


Setelah beberapa saat, sepertinya dia menemukan sesuatu yang membuatnya puas, lalu Kotone-san mengangguk dengan senang dan mulai menuruni tangga dan menghilang dari pandanganku.


"A-apa itu tadi?"


"Entahlah. Kotone-chan sering berkata atau bertindak secara misterius tanpa alasan, jadi mungkin lebih baik kau tidak terlalu memikirkannya."


Meskipun aku tidak mengerti, kalo Kurumizaka-san mengatakan begitu, sebaiknya aku lupakan saja. ... 


Tapi, ada hal lain yang ingin aku tanyakan.


"EM, Kurumizaka-san...?"

Aku menatap ke-2 tanganku yang masih digenggam erat, aku mencoba menunjukkan kebingunganku.


"Ah, maaf! Tadi saya... tidak sengaja..."


Kurumizaka-san tersipu dan mundur selangkah.


Mungkin wajahku juga terlihat serupa dengan ekspresinya sekarang.


"... Jadi, apa yang ingin kau katakan, Kurumizaka-san?"


"Eh, ya... Sebenarnya, aku ingin minta tolong padamu, Kazu-kun."


"Minta tolong?"


Apa itu? 


Aku yang seorang pecandu game, rasanya tidak akan mampu memenuhi memenuhi permintaan seorang idola.


Bagaimana kalo dia meminta aku membeli 100 CD dengan jabat tangan...


"Tolong jadi lebih dekat dengan Rin-chan!"


Setelah mengatakan itu, Kurumizaka-san menundukkan kepalanya dengan penuh semangat.


"Lebih dekat... maksudmu?"


"Ya, bukan sebagai teman game, tapi lebih ke kehidupan nyata, aku ingin kau lebih dekat dengan Rin-chan."


"Bahkan kalo kau meminta itu...itu agak sulit..."


Sebetulnya, aku ingin lebih sering berbicara dengan Mizuki-san di kehidupan nyata, tapi itu bisa jadi masalah.


"Tentu saja, kami adalah idola, jadi jika kami dekat dengan pria tertentu, pasti akan ada sedikit kehebohan..."


"Aku rasa itu bukan hanya sedikit kehebohan. Itulah kenapa aku dan Mizuki-san sudah sepakat untuk tidak berbicara di sekolah."


"Ah, begitu ya. Jadi, itu sebabnya Rin-chan akhir-akhir ini terlihat bahagia tapi juga sedikit kesepian, ya?"


"...?"


Bahagia tapi kesepian? 


Itu ungkapan yang agak membingungkan.


"Apa Kazu-kun bisa mencoba lebih mendekatkan diri dengan Rin-chan? Aku rasa kalo begitu, Rin-chan pasti akan sangat senang."


"Kalo kami berbicara di depan orang, bukankah itu akan menjadi rumor di sekolah dan di masyarakat umum kan?"


"Kalo begitu...kalian harus tetap bergaul secara diam-diam, tanpa ada yang tahu!"


"Eh...?"


Kurumizaka-san berkata dengan penuh semangat, seolah-olah itu adalah ide yang sangat bagus.


Sementara aku hanya bingung, dipaksa dengan dorongan kuat yang tidak bisa kuhindari.


"Atau... Kazu-kun tidak suka Rin-chan?"


"Tidak, bukan itu... tapi..."


"Tolong, aku mohon! Dekatlah dengan Rin-chan!"


Kurumizaka-san memohon dengan sangat serius.


Melihatnya seperti itu, aku pun akhirnya memutuskan untuk bertanya.


"... Kenapa, Kurumizaka-san, ingin aku dan Mizuki-san jadi lebih dekat?"


Dari sudut pandang seorang idola, ini pasti berisiko tinggi.


Mungkin sebaiknya Kurumizaka-san memberiku sejumlah uang dan berkata, "Jangan dekati Rin-chan!"

Itu ide yang sedikit berlebihan, tapi masalah antara idola dan pria harus diperlakukan dengan sangat hati-hati.


Apa lagi di zaman sekarang ini. 


"Ja-jadi begini... aku tidak bisa mengatakannya, atau lebih tepatnya, seharusnya aku tidak mengatakannya..."


Kurumizaka-san mengalihkan pandangannya dengan canggung, sambil menggabungkan jari-jarinya dan terlihat gelisah.


"Apa kau diminta oleh Mizuki-san untuk melakukan sesuatu?"


"Bukan! Rin-chan tidak mengatakan apapun! Aku yang melakukannya sendiri!"


"Ah, begitu..."


Dia sangat cepat menyangkalnya, jadi aku sedikit terkejut.


"Sebenarnya, aku ingin Rin-chan lebih bahagia. Dia sudah melewati banyak hal sulit."


Bukan dalam konteks sebagai seorang idola, tapi sepertinya dia berbicara tentang kesulitan lain yang lebih dalam.


"Aku ingin Rin-chan bahagia, baik sebagai idola maupun sebagai seorang gadis. Aku tidak ingin dia harus mengorbankan salah satu dari keduanya."


"Ah, paham..."


Aku sama sekali tidak mengerti sepenuhnya, tapi aku bisa merasakan keseriusan Kurumizaka-san.


"Apa kau akan lebih dekat dengan Rin-chan di kehidupan nyata?"


"Yah, um... Aku juga ingin lebih dekat dengan Mizuki-san, kalo bisa..."


"Benarkah? Senangnya!"


Kurumizaka-san menghela napas lega.


Dia benar-benar peduli pada Mizuki-san.


"Jadi, untuk menjadi lebih dekat dengan Mizuki-san, apa yang harus aku lakukan?"


"Hmm... Mungkin pertama-tama coba kau ubah caramu memanggilnya?"


"Memanggilnya?"


"Ya. Sebenarnya, Rin-chan tidak suka dipanggil dengan cara yang terlalu formal olehmu."


"Eh? Benarkah?"


"Iya. Jadi, Kazu-kun kau harus memanggilnya Rin-chan."


"Serius? Itu... agak sulit."


Itu jelas merupakan tantangan yang sangat tinggi.


Aku sudah bilang pada Tachibana dan Saito, aku tidak punya keberanian sedikit pun untuk melakukan itu.


"Apa kau gugup?"


"Pasti lah."


Tidak mungkin aku tidak gugup. 


Hanya memikirkannya saja sudah membuat jantungku berdebar-debar.


"Kalo begitu Sabtu depan bisa jadi kesempatanmu. Menurutku kau harus mulai memanggilnya dengan nama depannya di dunia game, lalu pelan-pelan cobalah terbiasa untuk memanggilnya di dunia nyata."


"Apa aku bisa terbiasa?"


Memanggilnya 'Rin' dan 'Rinka' sangat berbeda. 


Makna dari kedua panggilan itu berbeda.


"Aku akan mendukungmu secara diam-diam, jadi coba panggil Rin-chan dengan nama depannya!"


"...Baiklah."


Aku mengangguk, terdesak oleh sikap agresif Kurumizaka-san.


Sikap memaksanya seperti ini mirip dengan Mizuki-san.


"Terima kasih, Kazu-kun! Kau luar biasa!"


"Kurumizaka-san, ternyata lebih keras kepala dari yang ku kira..."


Tugas yang diberikan padaku adalah menjadi teman baik Mizuki-san di dunia nyata.


Karena kami memiliki hobi yang sama dalam game, aku berharap ini tidak terlalu sulit.


"Jadi, Kazu-kun, tolong bertukar informasi kontak denganku."


"Eh, boleh?"


"Tentu saja! Kalo aku ingin membuat Kazu-kun dan Rin-chan dekat—eh, maksudku, kita perlu membicarakan strategi agar kalian bisa lebih dekat, kan? Akan lebih mudah kalo kita saling tahu kontak satu sama lain. Tentu saja, kita tidak boleh memberitahu Rin-chan tentang rencana ini."


"Benar juga..."


Kalo Mizuki-san mengetahui pertemuan rahasia ini, dia mungkin akan curiga tentang apa yang sedang terjadi. 


Demi melindungi posisi Kurumizaka-san, aku harus merahasiakannya.


"Kalo begitu, ayo tukar kontak."


Aku mengeluarkan Ho-ku dan tanpa masalah menyelesaikan pertukaran kontak.


"Baik, selesai! Oke, ini sudah benar!"


Artinya di Hp-ku saat ini terdapat informasi kontak 2 idola populer yang terdaftar.


...Hp ini mungkin memiliki nilai yang lebih tinggi daripada apa pun di dunia ini.


"Rencana besar untuk membuat Rin-chan dan Kazu-kun lebih dekat, dimulai!"


"...Eh, benar?"


Apa yang sedang terjadi? 


Aku merasa seolah-olah aku dikelilingi dan terjebak.


Sebelum aku sempat berpikir, aku merasa seolah-olah segala sesuatunya dipaksa maju.


Tapi, kalo ini berarti aku bisa lebih dekat dengan Mizuki-san, aku merasa senang.


Masalahnya adalah kalo ini ketahuan orang lain...


Untungnya, kita memiliki dunia bersama yang terpisah dari kenyataan.


Selama aku tidak membuat kesalahan besar, seharusnya aman.


★★★


Sore itu, saat aku sedang bermain game di rumahku, aku menerima telepon dari Mizuki-san.


"......?"


Kupikir itu agak aneh menerima telepon, jadi aku menghentikan aktivitas mining dan mengambil Hp-ku.


"Halo, Kazuto-kun? Maaf tiba-tiba meneleponmu."


"Tidak, tidak masalah."


Selain suara Mizuki-san, samar-samar aku bisa mendengar suara gadis-gadis sibuk dari smartphone-ku.


Dari hp-ku, Selain suara Mizuki-san, samar-samar aku bisa mendengar suara gadis-gadis lain. 


Sepertinya mereka terdengar seperti idol.


Mizuki-san mungkin menelepon saat istirahat dari latihan?


"Sebentar lagi istirahatnya akan selesai, jadi aku tidak bisa bicara lama, tapi... ada satu hal yang benar-benar ingin aku tanyakan padamu."


"Apa itu?"


Aku bertanya tanpa berpikir terlalu dalam.


...Itu adalah kesalahan.


Mizuki-san mengajukan pertanyaan dengan suara rendah yang berbeda dari sikap dinginnya biasanya.


"Pada saat istirahat makan siang tadi, apa yang kau lakukan bersama gadis itu?"


Begitu aku mendengar suaranya itu, aku merasa hawa dingin menjalar di sepanjang punggungku.


Apa ini yang disebut intuisi?


Aku merasa kalo aku memberikan jawaban yang salah, itu bisa berdampak langsung pada keselamatanku.


"E-eh... gadis itu yang mana?"


"Pada saat istirahat makan siang, ada siswi yang tidak kukenal datang ke kelas dan memanggilmu, kan? Aku melihatnya... dengan mataku sendiri."


"―?!" 


Gadis itu—maksudnya, Kotone-san!


Aku tidak sepenuhnya mengerti, tapi sepertinya ada kesalahpahaman...!


Aku terdiam sambil memegang Ho-ku erat-erat, dan Mizuki-san mengeluarkan suara yang dingin.


"Tentu saja aku mempercayai Kazuto-kun. Ya, aku mempercayainya. Tidak ada ruang untuk keraguan terhadap anak laki-laki yang jujur seperti Kazuto-kun."


"Hah...?


"Jadi, ini adalah keraguan yang timbul dari kelemahan hatiku. Aku merasa sangat menyesal, tapi bisakah kamu mengizinkanku memastikannya hanya untuk memastikan?"


―Apa yang kau lakukan dengan gadis itu?



Kata-kata Mizuki-san yang berat dan dingin itu menembus gendang telingaku dan mengguncang otakku.


Ini buruk. 


Aku tidak tahu pasti apa yang menjadi keraguannya itu.


Tapi, aku merasa ini akan menjadi masalah besar.


Instingku sebagai seorang pria membunyikan alarm dengan keras.


"Kazuto-kun? Kenapa kau diam saja?"


"Eh, itu... Sebenarnya, aku sedang bertemu dengan Kurumozaka-san dengan bimbingan oleh Kotone-san."


"Hah? Apa yang kalian bicarakan?"


Tentang rencana besar untuk membuat Mizuki-san dan aku lebih dekat, tentunya!


...Tapi tentu saja, aku tidak bisa mengatakan itu.


Kalo aku salah menjawab, bisa-bisa hubungan antara Kurumozaka-san dan Mizuki-san akan rusak.


Aku tidak ingin jadi penyebab perpecahan antara mereka ber-2.


"Kazuto-kun, kalo kau mengkhianatiku, aku akan mengambil langkah hukum."


"Langkah hukum? Apa maksudmu? Ini maksudnya apa?"


Aku merasa seperti seorang suami yang sedang dituduh berselingkuh.


"Tolong jelaskan padaku. Masih ada waktu untuk menjelaskan."


Ah, aku sama sekali tidak mengerti!


Mizuki-san hanya ingin tahu apa yang aku lakukan dengan Kotone-san, kan?


Hanya itu saja, tapi kenapa ada tuduhan, pengkhianatan, dan tindakan hukum?


Apa sebenarnya yang sedang terjadi!?


"Rinka~. Waktunya untuk lanjut latihan."


Suara yang terdengar dari ponsel itu terdengar familiar. 


Itu suara salah satu anggota Star☆Mines.


"Baik, aku akan segera ke sana. ...Kazuto-kun, kita lanjutkan pembicaraannya malam ini."


"Eh, tunggu, sebentar."


Piro-rong♪ 


Tanpa ampun, teleponnya diputus...


"Apa ini, apa ini? Apa yang sedang terjadi...?"


Aku tidak mengerti apa-apa.


Siapa yang bisa menjelaskan situasinya padaku!?


"Bagaimana ini, aku jadi bingung...!"


Saat seperti ini, sebaiknya aku meminta bantuan teman-temankku. 


Aku lalu membuka WA di Hp-ku. 


Aku masuk ke grub yang dibuat Tachibana, Saito, dan aku.


『Dengar , tadi aku baru saja dapat telepon dari Mizuki-san.』


Beberapa menit kemudian, Hp-ku saya berbunyi 2 kali. 


Aku kemudian langsung memeriksanya.


『Kau pamer ya? Aku akan membuatmu makan paprika hijau!』


『Menurut perhitunganku, kemungkinan pamer itu 100 juta %!』


Balasan yang sangat sembarangan dan kejam... Ini parah.


『Bukan begitu! Aku tidak bisa menceritakanya secara rinci, tapi siang tadi aku ditanyain dengan suasana yang sangat menakutkan tentang apa yang terjadi!』


『Begitu ya. Yah, kami bahkan belum diberitahu apa yang terjadi saat istirahat makan siang.』


『Maaf! Itu tidak bisa kuceritakan!』


Aku sudah beberapa kali ditanya oleh mereka di sekolah tentang itu, tapi aku tidak mengatakan apa-apa karena memikirkan posisi Kurumozaka-san.


Dan, jujur saja, aku agak malu untuk mengatakan tentang rencana pertemanan itu.


『Ayakoji-kun., terlalu banyak informasi yang disembunyikan, jadi kami tidak tahu apa-apa.』


Aku sadar setelah diingatkan oleh Saito. 


Memang benar apa yang dia katakan.


Setelah mereka berjanji untuk merasasiakan apa yang aku katakan, aku kemudian menceritakan secara singkat percakapanku dengan Mizuki-san.


Kemudian, Tachibana mengirimkan stiker death god yang lucu dan chat berikut.


『Ayanokouji Yanderes selalu memiliki akhir yang buruk, kan?』


『Kau mau ku ditusuk? Lagipula, Mizuki-san bukan yandere!』


『Menurut perhitunganku, kemungkinan Mizuki-san menjadi yandere itu 120%』


Lalu, Saito mengirim stiker kacamata bersama chat ini.


...Stiker apa ini? 


Serius, itu hanya kacamata biasa, tidak ada yang menarik dari itu. 


『Kalo Mizuki-san benar-benar yandere, berarti dia jatuh cinta padaku, kan?』


『Tentu saja』


『Benar kan』


Keduanya langsung mengonfirmasi hampir bersamaan. 


Aku terkejut dengan kecepatan balasan mereka.


『...Ah, itu tidak mungkin, kan?』


『Kalo dipikir-pikir, Mizuki itu mungkin cemburu, kan?』


Mizuki Rinka, seorang idol terkenal, cemburu...? 


Itu tidak mungkin.


『Meski tidak bisa dibilang pasti, tapi jelas Mizuki sadar akan keberadaan Ayanokouji.』


『Benar. Tatapan Mizuki-san saat melihat Ayanokouji-kun memang berbeda dari biasanya』


Tidak peduli apa yang mereka berdua katakan padaku, aku tidak bisa mempercayainya.


Bukan karena aku bersikeras menolaknya.


Bagiku, Mizuki Rinka adalah sosok luar biasa yang memberikan mimpi dan harapan kepada banyak orang.


Bagi orang biasa sepertiku, itu seperti melihat bintang dan melambaikan tangan.


Seorang pecandu game dan seorang idol populer...


Bagaimana pun, itu tidak seimbang.


Saat aku merenung tentang hal itu, Saito mengirim pesan panjang yang tidak biasa.


『Sekarang tergantung pada Ayanokouji-kun, apa yang kau inginkan dari hubunganmu dengan Mizuki-san. Kalo kau ingin hubungan kalian terus berlanjut seperti ini, kau tidak perlu mengambil tindakan apa pun, dan kalo kau ingin menanggapi perasaannya, kau cukup mendekatinya dengan kecepatan mu, dan caramu sendiri Ayanokouji-kun, Apapun pilihan Ayanokouji-kun, kami akan menghormati keputusanmu, selama itu hasil pemikiranmu yang serius』


"Saito...!"


Kau, benar-benar orang yang baik...!


Aku hampir terharu, loh!


Meskipun dia sering melakukan perhitungan aneh, Saito itu sebenarnya teman yang perhatian dan baik hati!


『Ngomong-ngomong, menurut perhitunganku, kemungkinan hubungan Ayanokouji-kun dan Mizuki-san berjalan dengan lancar adalah... 0,12% loh!』


"Eh, hei! Itu kemungkinan terendah yang pernah ada!"


Aku merasa semua perasaanku tadi hancur. 


Kembalikan rasa haru dan penghormatanku!


『Jadi, Ayanokouji, usahakan agar hubunganmu dengan Mizuki lancar ya. Dan perkenalkan kami dengan idola lain!』


『Itu ide bagus! Tolong bantu kami ya, Ayanokouji-kun!』


"..."


Tanpa menjawab, aku menutup WA dan melemparkan Hp-ku ke kasur. 


Aku lalu menghela napas, aku menatap langit-langit.


"Hah... Aku benar-benar deg-degan..."


Mungkin Mizuki-san menyukaiku.


Meski itu sangat tidak mungkin, tapi pikiran 'mungkin saja' membuat dadaku berdegup kencang.


"Tapi, aku belum menemukan solusi untuk malam ini...!"


Sekarang seharusnya aku fokus pada masalah yang ada di depan mataku.


Kalo dibiarkan terus begini, rencana 'operasi persahabatan' pada hari Sabtu bisa gagal.


Untuk mempersiapkan malam ini, aku mulai membayangkan (atau lebih tepatnya berkhayal) percakapan dengan Mizuki-san.


★★★


Pukul 21:24. Sudah hampir waktunya untuk menerima telepon dari Mizuki-san.


"....."


Aku berjalan mondar-mandir di kamarku yang kecil ini seolah-olah dirasuki sesuatu.


Apa ada cara untuk meyakinkan Mizuki-san sambil merahasiakan insiden dengan Kurumizaka-san?


Sebenarnya, aku tidak ingin berbohong pada Mizuki-san.


Seandainya saja aku menolak permintaan Kurumizaka-san, semuanya tidak akan seperti ini.


Yah, tidak ada yang bisa memprediksi situasi seperti ini...


"Aku, kenapa sih aku jadi sebegini cemas?"


Aku sendiri tidak mengerti. 


Aku tidak ingin Mizuki-san salah paham tentangku.


Saat aku gelisah dan terus mondar-mandir di dalam kamarku, Hp yang sudah kupegang erat sejak tadi berbunyi. 


Panggilan.


Itu dari Mizuki-san.


Setelah ragu sejenak, aku menekan tombol terima panggilan dan menghubungkannya.


"Selamat malam, Kazuto-kun."


"Se-Selamat malam..."


Suara Mizuki-san terdengar sama seperti biasa.


Di kamar yang sunyi tanpa suara apapun, aku fokus pada percakapan.


"Tentang hari ini... maaf kalo aku berbicara kasar."


"Eh, tidak..."


Aku terkejut karena dia tiba-tiba meminta maaf. 


Ini tidak terduga.


"Sungguh, aku hanya tidak bisa mengabaikan tindakan Kazuto-kun. Dengan siapa, di mana, dan apa yang sedang kau lakukan... Tentu saja, aku mempercayai Kazuto-kun, tapi ketidakpastian ini tetap menggangguku. Kau mengerti kan?"


"Uh... mungkin?"


Jujur saja, aku tidak mengerti.


"Kazuto-kun adalah anak yang luar biasa, jadi aku paham kalau banyak wanita yang mendekatimu. Itulah sebabnya aku merasa cemas."


"Cemas?"


"Ya. Aku takut kau akan berpaling ke wanita lain selain aku."


Berpaling ke wanita lain?


Dia berbicara seolah-olah aku dan Mizuki-san sudah berpacaran.


"Aku tahu. Kazuto-kun pasti didekati oleh banyak wanita."


"Eh, eh, sama sekali tidak! Bahkan aku belum pernah berbicara dengan siswi lain sebelumnya!"


Aku merasa sedih saat mengatakannya sendiri.


Ketika melihat kembali hidupku, Mizuki-san adalah orang pertama yang memberi nomor kontaknya pada ku.


Yang ke-2 adalah Kurumizaka-san. ... Bukankah ini cukup luar biasa?


"Benarkah? Sulit dipercaya, Kazuto-kun tidak populer."


"Itu hal yang biasa, sih. Aku hanya seorang pecandu game online..."


"Begitu ya. Kalo begitu, mungkin itu memang tidak bisa dihindari."


"Tidak bisa dihindari?"


"Ya. Di zaman sekarang, kita terlalu dibanjiri informasi yang tidak perlu. Mungkin karena internet semakin berkembang, dan aturan-aturan di masyarakat semakin banyak. Mungkin aneh bagi seseorang yang bekerja sebagai idol seperti ku untuk mengatakannya, tapi orang yang berpura-pura menjadi seseorang yang bukan dirinya dan menunjukkan daya tarik lebih dihargai dibandingkan dengan mereka yang bertindak alami... Begitulah masyarakat manusia."


"Itu... mungkin bisa aku pahami."


Ini adalah sesuatu yang dapat ku rasakan bahkan selama kehidupan sekolah ku.


Sebagai contoh, kalo seseorang berusaha untuk menjadi diri sendiri dan bersikap diam, hasilnya bisa saja mereka dicap sebagai anak yang kesepian atau pemurung oleh teman-teman sekelas.


Mungkin ini sudah ada sejak dulu, tapi di zaman sekarang, orang yang pendiam dianggap lebih rendah dibandingkan dengan orang yang ceria. 


Karena itu, banyak anak muda yang terpaksa bertindak ceria, dan dalam beberapa kasus, mereka bahkan bisa terluka di dalam hatinya.


Kalo dipikir-pikir, seperti yang dikatakan Mizuki-san, dunia game online mungkin adalah dunia di mana kita bisa hidup lebih serius dan lebih bisa hidup sesuai diri kita sendiri daripada dunia nyata.


"Terutama karena aku seorang idol siswi SMA. Aku merasa semakin menyadari betapa manusia itu penuh dengan keinginan dan hasrat..."


"..."


Aku bahkan tidak bisa memberi respons. 


Aku merasakan kesulitan yang tidak bisa kubayangkan dalam suara indahnya.


"Tentu saja, kalo ada orang jahat, pasti ada juga orang baik... Dan Kazuto-kun adalah orang yang baik, dan di antara orang baik, kamu adalah anak yang luar biasa."


"Bagaimana bisa kau begitu yakin? Kita baru berinteraksi di dunia nyata kurang dari seminggu."


"Di dunia game, kita sudah bersama hampir 4 tahun. Kita memiliki hubungan yang murni, tanpa terikat oleh informasi yang tidak perlu, kita saling membuka hati satu sama lain."


"..."


Perasaan yang kuat tiba-tiba datang menghantam dadaku.


Aku bisa merasakan betapa penting baginya waktu yang kami habiskan di dunia game bersama. 


Ternyata, tindakan Rin tidaklah bohong.


"Selain itu, , Kazuto-kun dan aku sudah menikah dalam game. Jadi, aku ingin kau berhenti berbicara dengan perempuan lain selain aku."


"...Itu kan hanya di dunia game."


"Ya, benar. Karena kita menikah di dunia yang bebas dari informasi yang tidak murni, hubungan kita lebih luar biasa dibandingkan pasangan yang menikah di dunia nyata."


.........Eh?


"Sepertinya pembicaraan kita melenceng. Mari kita kembali ke topik utama. Apa yang kau lakukan dengan perempuan itu?"


"Tunggu sebentar, aku rasa aku baru saja mendengar sesuatu yang jauh lebih penting daripada topik utama."


"Apa maksudmu? Apa ada hal yang lebih penting daripada perselingkuhan dalam hubungan suami istri?"


"Ini aneh! Eh, suami istri? Bukankah kita hanya teman game biasa?"


"Benar. Kita adalah teman di dunia game, dan juga suami istri karena kita sudah menikah di sana."


"Ah, iya. Itu benar, benar. Tapi di dunia nyata, itu berbeda, kan?"


Perasaan tidak enak yang aku rasakan semakin membesar dengan cepat.


Aku menelan ludah, aku menunggu kata-kata Mizuki-san.


"Kazuto-kun."


"...Ya?"


"Aku sudah bilang, kan? Meskipun itu di dunia game, aku tidak akan menikah dengan sembarang orang."


"Kau memang bilang begitu."


"Aku percaya, hanya di dunia game yang bebas dari informasi dunia nyata, kita bisa membangun hubungan yang benar-benar tulus."


"Benar. Aku juga tidak menyangkalnya."


"Kita menikah di dunia seperti itu, kan?"


―Bahkan di kehidupan nyata, aku adalah istri Kazuto-kun, kan?


"..."


Aku terdiam, terlalu terkejut untuk berkata apa-apa.


Aku berdiri tercengang di tengah kamarku dan membeku, memegangi Hp-ku.


Saito dan yang lainnya sudah mengatakan dengan tegas. 


Mereka yakin kalo Mizuki-san menyukaiku.


Taoi, kenyataannya berbeda.


Tidak.


Kenyataan ini bahkan melampaui segala yang ku bayangkan!!


Dia...


Mizuki Rinka, seorang idola, ternyata menganggap dirinya sudah menjadi istriku di dunia nyata!


"Ada apa, Kazuto-kun? Apa ada yang salah dengan kata-kataku?"


"Ah, eh... tentang pernikahan, itu... agak..."


Ini terlalu berat bagiku.


Coba pikirkan. 


Seorang idola super terkenal dan seorang pecandu game seperti ku... Itu seperti langit dan bumi, itu tidak bisa dibandingkan.


"Pernikahan, apa? Kau tidak akan bilang kalo itu sebuah kesalahan, kan?"


"...Kalo aku bilang begitu, apa yang akan kau lakukan?"


"Kalo begitu, aku tidak punya pilihan selain mati."


"Eh!"


"Ya, bersama Kazuto-kun."


"Ha!?"


Jadi ternyata idola populer ini menganggap kita akan mati bersama, ya?


"Aku tidak bisa membayangkan hidupku tanpa Kazuto-kun. Sejak kita bertemu di kehidupan nyata, aku bisa merasakan kalo cintaku pada Kazuto-kun semakin kuat."


"Ah, cinta... ya?"


Perasaan bahagia dan malu sudah terlewati, yang ada sekarang hanya keheranan.


Kata cinta terasa sangat jauh dari kenyataanku sebagai seorang pecandu game yang hanya menghabiskan waktu di dunia maya.


"Jujur, katakan padaku, Kazuti-kun. Kalo kau berselingkuh, itu mungkin hal yang tak terhindarkan. Sejak awal aku tak pernah berpikir bisa memiliki pria sekeren Kazuti-kun untuk diriku sendiri. Sebenarnya aku sangat sedih dan marah, tapi... aku mungkin bisa memaafkan sedikit perselingkuhan."


"Tunggu, tunggu, bisakah kau tidak melanjutkan pembicaraan sendirian!? Aku sama sekali tidak bisa mengikuti percakapan ini!"


Aku memotong pembicaraan dengan keras.


Taoi, Mizuki-san melanjutkan dengan suara yang lembut dan penuh kesedihan.


"Begitu, ya."


"...Maksudmu apa?"


"Aku pernah dengar, katanya pria yang populer itu pandai berpura-pura."


"Sudah kubilang, bukan begitu! Aku beneran tidak bisa mengikuti percakapan ini!"


"Tenang saja, Kazuto-kun. Asalkan kau tidak meningalkanku dan tetap ada di sampingku... aku tidak akan minta lebih."


"Mizuki-san!? Sepertinya remmu sudah lepas, ya!?"


Aku merasa semakin lama kami melanjutkan pembicaraan ini, pembicaraannya akan semakin masuk ke arah yang berbahaya.


Bukan cuma remnya yang rusak, tapi rasanya seperti ada kereta api yang keluar dari rel dan melaju kencang di tengah kota.


"Kazuto-kun, ingat ini baik-baik. Istri sahmu adalah... aku."


"Tu-tunggu, Mizuki-sa―"


Piiirorooon♪


...Pangilannya terputus.


Kata-kata Mizuki-san yang begitu cepat mengalir bagai gelombang besar terus berputar di kepalaku.


"Haha... apa-apaan ini?"


Yang aku pahami hanya satu hal.


Dia, idol yang berkepribadian dingin itu ternyata benar-benar menganggap dirinya sebagai istriku di dunia nyata—.




 Selanjutnya

Posting Komentar

نموذج الاتصال