Kamu saat ini sedang membaca Netoge no Yome ga Ninki Idol datta ~Cool-kei no kanojo wa genjitsu demo yome no tsumori de iru~volume 1 chapter 3. Kalo kamu menyukai karya ini silahkan tinggalkan jejak komentar. Dan juga jangan lupa dukung mimin dengan cara donet se iklasnya di Trkateer mimin buat mimin makin semagat+buat dana untuk beli raw
ISTRI DI GAME ONLINE TIDAK MUNGKIN MENJADI ISTRI DI DUNIA NYATA
"Hei, ada apa, Ayanokouji? Kenapa kau pagi-pagi begini sudah pura-pura tidur?"
Di ruang kelas pagi itu, saat aku sedang merebahkan kepalaku di meja, Tachibana yang sepertinya sedang menyeringai mendekat dan mengajakku bicara.
Tanpa tenaga untuk mengangkat kepalaku, aku hanya mengangkat tangan kanan sedikit sebagai balasan.
"Memangnya kenapa? Aku sudah repot-repot menyapamu."
"Sepertinya, Ayakouji-kun terlihat sangat lelah, ya."
"Sepertinya begitu. Mungkin dia begadang semalaman."
"Berdasarkan perhitunganku, penyebab begadangnya adalah Mizuki-san."
Saito berkata dengan penuh keyakinan. Kali ini dia benar. 100 poin untuknya.
"Heh, Ayakouji! Apa yang terjadi dengan Mizuki? Kalian akhirnya jadian, ya?"
"....."
Bahuku diguncang dengan keras, tapi aku tidak mengangkat wajahku. Aku tidak punya tenaga untuk melawan.
"Seperti yang sudah kuperkirakan, Mizuki-san memang menyukai Ayakouji-kun, kan?"
"Wah, aku iri sekali! Kalian asyik mengobrol lewat chat, ya? Atau mungkin lewat telepon? Jadi begini rasanya punya istri online sekaligus idola yang dikagumi, sampai-sampai tidak bisa tidur, ya?"
Aku tidak tahan lagi mendengar mereka berbicara sesuka hati.
Akhirnya, aku mengangkat wajah dan menggumamkan satu kalimat.
"Hah, dasar orang-orang yang terlalu ceria."
" "!?" "
Kalo memang seperti yang mereka bilang, kalo itu hanya 'perasaan suka yang biasa', mungkin aku pun bisa ikut merasa senang.
Tapi, perasaan Mizuki-san yang ditujukan padaku jauh melampaui hal yang biasa.
Pernyataannya tentang 'menjadi istri' itu terlalu mengejutkan, sehingga aku sama sekali tidak bisa tidur tadi malam.
"Mana mungkin aku bisa senang dengan situasi seperti ini."
Ingin lebih dekat dengan idola populer yang selama ini dikagumi.
Tadinya aku memang menginginkannya, tapi ini sudah terlalu dekat. Tolong, beri jarak yang wajar.
Piron!
Suara notifikasi terdengar dari Hp-ku. Aku mengambilnya untuk memeriksa.
Aplikasi yang terbuka adalah aplikasi chat khusus game. Pengirimnya adalah Rin.
".....!"
Aku menelan ludah, lalu membuka pesan itu.
『Siang ini, apa kau mau makan siang bersamaku? Sebenarnya, aku membuat bekal khusus untukmu, Kazu-kun.』
Ajakan makan siang yang sama sekali tidak kusangka. Dengan jari yang sedikit gemetar, aku membalas pesan itu.
"Bukankah akan jadi masalah kalo seseorang mengetahuinya?"
『Kenapa kau pakai bahasa formal? Haha. Aku sudah menemukan tempat di mana tidak akan ada yang melihat kita, jadi ayo habiskan waktu bersama di sana!』
......
Aku mengangkat wajahku dari Hp-ku dan memandang Mizuki-san, yang duduk di barisan paling depan.
Dia terlihat sedikit menunduk sambil memandangi Hp-nya.
『Kazu-kun, kau hanya makan telur rebus, kan? Itu tidak baik! Kesehatan suami juga adalah tanggung jawab istri... Jadi, makanlah bekal yang kubuat untukmu!』
Pesan ke-2 datang seperti serangan susulan. Sepertinya Mizuki-san benar-benar memahami situasi makan siangku. Dia terlihat khawatir sebagai 'istri'.
"Ada apa, Ayakouji-kun? Lagi bertukar pesan cinta dengan Mizuki-san, ya?"
"Itu bukan sesuatu yang semanis itu."
"Eh!?"
Aku tidak tahu bagaimana menjelaskannya, jadi kuputuskan untuk memberikan jawaban yang samar.
Lagipula, aku sendiri masih belum bisa memahami situasinya sepenuhnya.
"Hei, jelaskan dengan jelas! Kita kan teman?"
"Meski aku menjelaskannya, kau tetap tidak akan percaya."
"Hei, aku pasti percaya! Seorang pecandu gamer dan idola populer jadi pasangan suami istri... Kedengarannya seperti mimpi, tapi dalam batas kemungkinan, itu mungkin saja terjadi."
"Pasangan Suami istri... Ah, iya, kalo dipikir secara normal, itu hanya sampai di situ, ya."
Aku mengucapkan itu sambil memandang langit biru yang cerah.
Tachibana mengguncang bahuku sambil berkata, "Maksudmu apa!?"
Tapi aku hanya bisa tersenyum samar, seperti sedang melarikan diri dari kenyataan.
★★★
Makan siang di sekolah, sendirian dengan idola populer...
Apa ada situasi lain yang bisa membuat jantung berdegup kencang seperti ini?
Apalagi idola populer itu berpikir kalo dirinya adalah seorang istri.
Siapa pun pasti akan merasa berdebar-debar (dalam arti yang berbeda).
"Uh, tempatnya... sekolah lama, ya."
Tempat aku di undang adalah sekolah kayu tua (sepertinya ada alasan tertentu kenapa ini tidak bisa dihancurkan). Sekarang, tempat itu tidak digunakan lagi. Tentu saja, tidak ada orang yang masuk atau keluar, dan semua ruang kelas seharusnya terkunci.
Aku melangkah ke dalam sekolah lama itu, berjalan di atas lantai kayu yang berderak, dan naik ke tangga.
Ketika aku Sampai di lantai 2, lalu aku berjalan menuju tujuan ku, ruang kelas paling ujung.
Menurut pesan yang ku terima di, sepertinya Mizuki-san sudah ada di dalam kelas itu.
Ternyata, hanya kelas ini yang pintunya tidak terkunci. Mungkin ada yang lupa menguncinya.
Aku kagum, bagaimana bisa dia menemukan tempat seperti ini.
Dengan rasa kagum, aku membuka pintu dan melangkah ke dalam kelas. Terlihat meja dan kursi kayu yang tersusun rapi, dengan aroma kayu yang lembab.
"Di sini, Kazu-kun."
Mizuki-san duduk di pojok dekat jendela di belakang. Dia tersenyum lembut dan melambaikan tangan ke arahku.
"......"
Sekolah lama yang sepi, ber-2-an dengan idola populer, dan tidak boleh ada yang tahu...
Aku menyadari kembali betapa terlarangnya situasi ini, dan dadaku berdegup kencang.
"Eh, terima kasih untuk bekalnya."
Aku berjalan mendekat ke Mizuki-san dan mengucapkan terima kasih sambil memandang kotak bekal yang terletak di atas meja.
Kotak bekal berbentuk persegi panjang yang dibungkus dengan kain biru muda. Mungkin ini bekalku. Kotak bekal yang lebih kecil lagi sepertinya milik Mizuki-san. Begitu juga, dibungkus dengan kain biru muda. Terasa seperti ada kesan keseragaman di sini.
"Tidak perlu mengucapkan terima kasih. Bukankah kita sudah dekat, Kazu-kun?"
"Mm, ah, iya. Kita kan 'teman net game sejak bertahun-tahun,' kan?"
"Benar, tepat sekali. Kita adalah 'Kita sudah menikah bertahun-tahun,' Kazu-kun. Jadi menyiapkan makan siang untuk suami itu hal yang wajar... sebagai istri, kan?"
Mizuki-san tersenyum lembut, senyum yang mungkin tidak akan dia tunjukkan pada pria lain.
Dengan situasi seperti ini, apa aku harus senang?
Bagi orang lain, ini mungkin situasi yang sangat membanggakan hingga bisa membuat mereka menangis karena iri, tapi ketika aku mengalaminya, kebingunganku jauh lebih dominan.
Bahkan, jika ini adalah prank dari seorang YouTuber kontroversial, aku mungkin akan lebih mudah menerimanya.
"Eh, maksudku, aku rasa tidak perlu seorang istri menyiapkan makan siang untuk suami, kan...?"
"Aku ingin menyiapkannya. Apa itu masalah?"
"Tidak... itu tidak masalah."
Aku mencoba melawan dengan argumen yang terpaksa, tapi seketika itu juga dihancurkan.
Kalo dia mengatakan kalo itu adalah hal yang ingin dia lakukan, aku tidak bisa berkata apa-apa.
Selain itu, meskipun aku merasa bingung, aku juga merasa senang karena sebagai seorang penggemar, aku bisa mendapatkan makan siang dari idola yang ku kagumi.
Yah, aku memang bingung, tapi selain itu, aku bahagia sebagai penggemar..
"Ayo kita, makan. Ayo uduk."
Mizuki-san dengan lembut mengajakku. Di sampingku, sudah ada kursi lain yang disiapkan.
Aku duduk di kursi yang menghadap Mizuki-san, lalu membuka kain yang membungkus kotak bekal. Ketika kotak bekalnya terbuka, muncul kotak makan dengan warna perak, dan aku pun membuka tutupnya untuk melihat isinya.
"Wow, kelihatannya enak..."
Tanpa sadar, aku menggumamkan kata-kata itu.
Telur dadar, sosis, salad kentang... dan berbagai bahan klasik lainnya tersusun rapi di dalam kotak bekal.
Ini adalah kotak bekal yang sederhana, tapi dengan cara yang baik. Karena kesederhanaannya, kemampuan memasak yang dimiliki bisa terlihat jelas.
Telur dadarnya dipanggang dengan sempurna, bersinar keemasan, dan sosisnya dipotong dengan bentuk lucu seperti kepiting. Secara keseluruhan, semuanya tampak bersinar.
Ternyata, bahkan idola populer pun memasak dengan sangat baik (tapi mungkin tidak seperti itu).
"Ayo, makan... eh, Mizuki-san?"
Ketika aku mengambil sumpit yang sudah disiapkan, aku baru menyadari kalo Mizuki-san sedang menatapku dengan tatapan lembut.
"Ada apa?"
"Kalo kau menatapku seperti itu, aku jadi kesulitan makan..."
"Ah, iya... maaf. Aku sudah lama menunggu saat ini, jadi aku tidak bisa menahan diri..."
"Saat ini... maksudmu makan siang?"
"Ya. Menghabiskan waktu makan siang ber-2 dengan Kazu-kun. Dan juga, aku bisa memberi makan bekal buatan tanganku pada mu."
Setelah mengatakan itu, Mizuki-san melanjutkan kata-katanya.
"Untuk momen ini, aku sudah berlatih memasak sejak bertahun-tahun yang lalu."
"Eh...?"
"Tenang saja, pelatihanku menjadi pengantin sudah selesai!"
Mizuki-san berkata dengan ekspresi penuh kepercayaan diri yang khas idola keren (apa ini ekspresi sombong?), lalu dengan percaya diri dia mengatakannya.
Dan aku pun terdiam.
Aku tidak tahu harus berkata apa lagi. Mungkin yang terbaik adalah tidak mengatakan apa-apa.
"Ada apa, Kazu-kun?"
"Eh... maksudku, kau... benar-benar...?"
"Suka padamu."
"───!!"
Tanpa menunggu aku menjawab, Mizuki-san menjawab dengan tenang, tanpa mengubah ekspresi wajahnya.
"Eh, jadi... kau tidak merasa malu mengatakan itu?"
"Tentu saja tidak malu."
Mizuki-san menjawab dengan cepat. Mungkin aku yang terlalu pengecut, tapi menurutku mengatakan perasaan seperti itu kepada orang lain adalah hal yang sangat memalukan.
Tapi, Mizuki-san mengatakannya seolah itu adalah hal yang biasa, seperti mengucapkan salam.
Terlebih lagi, ini kepada seseorang seperti aku yang hanya seorang pecandu gamer...
"Yah, itu benar...kalo ini adalah hubungan yang baru mulai pacaran, atau bahkan sebelum pacaran, mungkin aku tidak akan bisa mengatakannya karena malu."
"Eh, maksudnya apa itu?"
"Sekarang kita sudah menjadi suami istri, kan? Itu berarti kita punya hubungan yang lebih dari sekadar pacaran, dan menjadi hal yang biasa untuk berjalan bersama dalam hidup... kita adalah keluarga. Jadi, tidak ada alasan untuk merasa malu ketika mengungkapkan perasaan suka."
"Ah... iya, benar."
"Benar."
Di depan Mizuki-san yang dengan percaya diri mengatakannya, aku hanya bisa tersenyum canggung, ekspresi yang bahkan sulit disebut senyum.
"Makan bersama orang yang kita suka... itu adalah hal yang sangat membahagiakan, kan?"
"Y-ya, benar..."
Makan siang bersama idola populer yang ku kagumi. Bagi seorang penggemar, ini pasti kebahagiaan tertinggi.
...Tentu saja, kalo berlebihan bisa menjadi masalah.
"Hei, Kazu-kun. Bolehkah aku meminta satu hal?"
"Y-ya, apa itu?"
"Apa aku boleh minta 'ah~n'?"
[TL\n: maksudnya minta di suapin.]
Mizuki-san yang pipinya sedikit memerah, menatapku dengan tatapan merendah, bertanya dengan malu-malu. Dia terlihat sangat canggung. Jujur saja, dia terlalu imut.
"Memberi 'ah~n' kepada orang yang kita suka... itu adalah impianku sejak kecil. Apa... itu tidak boleh?"
Dia berkata dengan nada seolah takut akan ditolak.
Di sini, dia tidak mengatakan "Karena kita suami istri, tentu saja kita bisa saling memberi 'ah~n'," melainkan dengan hati-hati memeriksa terlebih dahulu.
Pasti ada batasan tertentu dalam pikirannya.
Sepertinya ada campuran antara rasa malu terhadap orang yang disukai dan perasaan sebagai suami istri yang harus saling berinteraksi.
"Ah, ya sudah, boleh kok."
"Benarkah? Kalo begitu, ini dia, ah~n..."
Mizuki-san mengambil sepotong telur dadar dengan sumpit dan mengarahkannya ke mulutku.
Ini... sangat berbahaya. Hari ini akhirnya datang juga, aku bisa menerima 'ah~n' dari Mizuki-san...!
Entah kenapa, aku menutup mataku dan menggigit telur dadar yang ditawarkan Mizuki-san.
...Tidak bisa, aku terlalu terharu sehingga rasanya aku tidak bisa merasakan telur dadarnya. Meski begitu, rasanya luar biasa enak.
"Bagaimana, enak?"
"E-enak...!"
"Aku senang kalo begitu."
Mizuki-san tersenyum dengan penuh kebahagiaan.
Itu adalah wajah yang tidak pernah kulihat saat dia di Tv, itu adalah ekspresi yang begitu tulus.
Hanya dengan melihat wajah itu, aku sudah merasa kenyang.
Idola yang aku dukung, terlihat begitu bahagia.
Mungkin itulah yang membuat para penggemar merasa puas, hanya dengan melihat sosok mereka bahagia.
"Ini, ah~n."
Sekali lagi, Mizuki-san memberiku 'ah~n'. Setelah beberapa kali melakukannya, aku menyadari bahwa aku sudah mulai menghabiskan kotak makan siang yang kedua... Eh, kotak makan siang ke-2?
"Kazu-kun, masih banyak lagi kok, jangan ragu untuk makan lebih banyak. Ini, ah~n."
"Tapi, ini sudah cukup, aku benar-benar kenyang..."
Aku mengayunkan tangan, menolak.
Tiba-tiba wajah Mizuki-san terlihat sangat terkejut, seolah ada suara 'garn' yang terdengar.
"Eh, kenapa...?! Jangan-jangan, kita sedang mengalami masa-masa membosankan!?"
"Masa... apa!? "
"Memang, sudah beberapa tahun kita menjadi suami istri. Tapi, aku masih merasa berdebar setiap hari, dan sekarang aku hanya memikirkan Kazu-kun."
"Tapi... sebenarnya, aku hanya kenyang saja dan—"
"Tapi Kazu-kun sudah bosan padaku, kan...?"
"Jangan bersedih begitu!"
Melihat Mizuki-san yang terlihat begitu kecewa dan hampir menangis, aku merasa seolah aku yang salah.
Apa ini semua salahku?
Melihatnya begitu sedih, aku, sebagai penggemar, merasa harus melakukan sesuatu.
Dengan sedikit keberanian, aku membuka mulutku.
"Eh, Mizuki-san?"
"Ada apa?"
"Eh, maksudku... aku tidak akan pernah bosan bersama Mizuki-san, itu pasti."
"Benarkah? Kenapa kau bisa yakin begitu?"
"Karena aku penggemar berat Mizuki-san... Sekarang juga aku masih merasa deg-degan..."
Ah, aku malah salah bicara.
Wajahku panas, dan mungkin aku sedang memerah sekarang.
Sebenarnya aku adalah laki-laki yang pemalu, bahkan untuk menyapa perempuan saja aku merasa gugup.
Tentunya aku akan jadi canggung saat mencoba mengungkapkan perasaan ku yang sebenarnya kepada idolaku yang sangat aku kagumi.
"Terima kasih, Kazu-kun. Aku sangat senang mendengar itu."
Dari wajahnya yang tadinya terlihat sedih, Mizuki-san tiba-tiba tersenyum bahagia, seperti yang dia katakan. Bahkan matanya sedikit basah. ...Apa dia sampai menangis?
"Aku juga penggemar berat Kazu-kun. Apa pun yang aku lakukan, aku selalu memikirkan Kazu-kun."
"O-oh...?"
Kemudian, dengan ekspresi serius, Mizuki-san berkata dengan keyakinan.
"Suami istri itu berarti saling menjadi penggemar berat satu sama lain, kan!?"
"Tidak, ini sangat berbeda!"
Aku menggelengkan kepala dengan serius.
★★★
Setelah istirahat makan siang dengan Mizuki-san, aku melanjutkan hari tanpa terjadi apapun. Kemudian, setelah pulang sekolah, aku berada di belakang sekolah.
Tidak ada seorang pun di sana selain aku.
Suara para siswa yang pulang terdengar dari kejauhan, membentuk satu kesatuan suara.
"Apa ya yang ingin dia bicarakan?"
Aku berada di sini karena aku janjian dengan Mizuki-san. Tadi, aku mendapat pesan dari Mizuki-san yang mengatakan, 『Ada yang ingin kubicarakan. Tolong datang ke belakang sekolah.』 Mungkin akan lebih mudah kalo kami bicara lewat pesan saja, tapi...
Pertemuan langsung memang lebih berisiko. Aku yakin Mizuki-san juga sadar akan hal itu.
"Kazuto-kun."
Tiba-tiba, ada sentuhan lembut di punggungku, dan nama ku dipanggil.
Saat aku menoleh, Mizuki-san sudah berdiri di sana.
Entah kenapa, interaksi ini membuatku merasa berdebar.
Rasanya sedikit manis dan memalukan.
"Heh, Mizuki-san. Bukankah kita sebaiknya tidak bertemu langsung? Bukankah itu berisiko?"
"Benar, tapi aku ingin berbicara langsung dengan Kanato-kun. Aku sudah tidak bisa puas hanya dengan berkomunikasi lewat pesan lagi..."
Mizuki-san sepertinya ingin berbicara denganku langsung meskipun dia tahu itu berisiko.
Aku merasa senang karena dia sangat memikirkanku, tapi aku juga khawatir tentang masa depannya.
Aku tidak ingin dia tersandung hanya karena aku, seseorang yang tidak sebanding dengan idolanya.
"Heh, Kazuto-kun. Boleh aku mampir ke rumahmu setelah sekolah hari ini? Aku rasa sudah saatnya aku bertemu dengan orang tuamu."
Aku terkejut mendengar kalimat itu dan mataku sedikit terpejam.
"Apa maksudmu? Aku tidak mengerti."
"Aku tahu kau pasti gugup. Tapi tenang saja. Perasaanku terhadap Kazuto-kun tidak akan pernah goyah, apapun yang terjadi."
"Ah, tidak... orang tuaku bekerja, mereka baru pulang malam. Maaf, tapi hari ini—"
"Itu malah kebetulan baik. Aku selalu ingin mengunjungi kamarmu. Kita bisa menghabiskan waktu ber-2 dengan tenang."
Mizuki-san tersenyum. Aku merasa seperti tidak bisa mundur lagi. Aku tidak keberatan, sebenarnya.
Hanya saja aku merasa malu dan tidak tahu harus bagaimana. Ketika seorang gadis, terutama idol yang terkenal, mendekat seperti ini, aku jadi ingin melarikan diri.
"Rumah Kazuto-kun, aku sudah tidak sabar."
"... Oh, begitu ya."
Aku hanya bisa memberikan senyuman kaku di hadapan senyuman Mizuki-san yang polos, yang terlihat tidak sesuai dengan citra idolnya yang dingin.
★★★
"Ini kamar Kazuto-kun... lumayan berantakan ya?"
"Padahal aku sudah berusaha membersihkannya sebelum Mizuki-san datang. Mizuki-san kau datang terlalu cepat."
Aku menjawab dengan heran sambil melihat ekspresi terkejut Mizuki-san yang melihat sekeliling kamar.
Setelah kami berpisah di belakang sekolah, aku langsung pulang dan mulai membersihkan kamarku.
Tapi, dalam waktu kurang dari 30 menit, aku melihat Mizuki-san sudah tiba dengan taksi.
Dia sangat cepat.
Dari seragam yang masih dikenakannya, sepertinya dia bahkan tidak mengganti pakaian.
Rumahku adalah rumah 2 lantai yang biasa saja. Kamarku berada di lantai 2, dengan berbagai barang hiburan seperti light novel dan konsol game yang berserakan di sana-sini.
Aku memang tipe orang yang tidak terlalu pandai merapikan, atau lebih tepatnya malas.
"Ah, kau menempelkan posterku ya. Aku sangat senang..."
Mizuki-san terlihat terharu dan matanya bersinar saat melihat poster yang menempel di dinding.
Poster itu menampilkan Mizuki-san mengenakan kostum idol yang keren, dengan mikrofon yang digenggam erat di tangannya, dan ekspresi penuh gairah di wajahnya—sesuatu yang jarang terlihat.
"Aku kan fans-nya Mizuki-san..."
Aku berkata dengan sedikit malu, sambil menggaruk pipiku.
"Jadi, kau selalu merasakan keberadaanku seperti ini ya. Mungkin ini yang disebut ikatan suami istri, ya?"
"Hmm, itu tidak salah sih..."
Aku mencoba menanggapi dengan tenang dan menyangkalnya.
Tapi, senyum bahagia di wajah Mizuki-san sepertinya membuat suaraku tidak sampai ke telinganya. Kenapa begini?
★★★
"Hmm, sepertinya pertama-tama kita harus membersihkannya dulu..."
Mizuki-san melihat-lihat kamar berantakan milikku dan mengatakan itu.
"Eh, kau tidak perlu melakukan itu......!"
Meminta seorang idola populer untuk membersihkan kamarku, itu terlalu...!
"Tidak boleh. Seorang suami harus tinggal di kamar yang bersih. Ini adalah tugas seorang istri... Aku pasti akan membersihkan."
"O-Oh..."
Dia mengatakannya dengan tegas, dan aku hanya bisa mengeluh pelan.
Pikiranku melayang, tapi aku ingat, Mizuki-san adalah wanita yang punya tekad yang kuat.
Itu sudah jelas sejak dia menjadi [Rin] di game online. Tapi, kalo aku pikir-pikir, Rin mungkin sedikit lebih egois.
Terlepas dari itu, Mizuki-san mulai membersihkan dengan cepat tanpa memperdulikan kegugupanku.
Dia mulai dengan membereskan barang-barang yang tersebar di lantai, dan bertanya di mana sebaiknya barang-barang itu diletakkan.
Dia juga memisahkan barang yang perlu dibuang dan yang masih diperlukan—dalam sekejap, kamar ini jadi bersih. Ternyata, kata-kata Mizuki-san tentang telah menyelesaikan pelatihan pengantin itu tidak bohong.
"Eh, jadi kau juga suka light novel ya, Kazu-kun?"
Mizuki-san mengambil satu buku light novel yang terjatuh di lantai dan bertanya padaku.
"Ya, aku suka. Apa ada orang lain yang juga suka light novel?"
"Ya, Nana mengoleksi light novel. Beberapa anggota lainnya juga suka membaca light novel, bahkan ada yang menulisnya."
Wow, ternyata gadis-gadis dari Star☆Minds ini cukup suka membaca.
"Tapi, itu bukan yang penting... kenapa heroinnya bukan seorang idola? Penampilannya juga tidak mirip dengan ku."
"Aku bingung harus jawab apa."
Mizuki-san sepertinya cemburu, dia menatap tajam pada gambar heroin di sampul buku itu.
... Sepertinya memang dia tipe orang yang mudah cemburu, ya?
Dulu dia juga menyebut Kotone-san sebagai 'wanita itu'...
"Pokoknya, istri Kazu-kun adalah aku. Seberapa menarik pun kau, ikatan pernikahan kita tak akan goyah. Kau harus senang-senang sekarang."
Mizuki-san berkata dengan bangga, seolah sedang berbicara kepada heroin di sampul buku tersebut (seorang gadis cantik dengan 2 kuncir dan senyuman lebar). Apa yang sedang diperebutkan, sih...?
Setelah selesai dengan light novel, dia melanjutkan membersihkan.
Tapi, saat Mizuki-san meraih sesuatu dari bawah tempat tidur dan menarik sebuah kain, pembersihan terhenti lagi.
"Ini... celana dalam...?"
Mizuki-san membuka kain hitam berbentuk segitiga itu dengan kedua tangannya, matanya terbelalak.
Itu jelas adalah celana boxer milikku.
"Eh, a, kenapa... celana dalam ini ada di sini...!"
Mizuki-san dengan cepat memerah wajahnya. Mulutnya terbuka dengan gugup, terlihat jelas bahwa dia sangat bingung.
"Celanaku ada di bawah tempat tidur rupanya. Aku sudah mencarinya dari tadi."
"E-eh, tunggu sebentar, Kazuto-kun! Kau ceroboh sekali!"
"....Maaf."
Dimarahi dengan suara bercampur teriakan, aku tanpa sadar menundukkan kepala.
"Ti- tidak kusangka...aku akan menyentuh celana Kazuto-kun dengan cara seperti ini...!"
Wajahnya benar-benar merah, matanya berkaca-kaca. Tapi, dia tidak mengalihkan pandangannya dari celana tersebut.
Sepertinya, dia tidak memiliki kekebalan terhadap hal-hal semacam itu. Yah, kalaupun punya, itu juga akan merepotkan....
Melihat kepribadian Mizuki-san, aku punya bayangan dia akan bersikap tenang meskipun melihat celana pria.
"Kazuto-kun terlalu tidak peduli dengan urusan pribadimu, ya?"
"Eh, benarkah?"
"Tidak membersihkan kamar, makan siang hanya sebutir telur rebus...ini masalah yang serius. Sepertinya aku perlu meninjau kembali kehidupan Kazuto-kun dari awal. Mulai sekarang, aku akan rutin mengunjungi kamar Kazuto-kun."
"Huh?"
"Itu 'huh' adalah 'huh' yang berarti tidak suka, kan. Apa ada masalah?"
"Tapi, aku sih sebenarnya suka dengan kehidupanku yang sekarang."
"Tidak bisa begitu. Kau terlalu malas, itu sudah keterlaluan. Sebagai istri, aku tidak bisa membiarkannya begitu saja."
Sepertinya ada sesuatu yang membuat semangat Mizuki-san bangkit.
Dengan penuh semangat, dia mulai membersihkan dengan lebih giat dibandingkan sebelumnya.
"Kenapa kau hanya bengong begitu? Kazuto-kun, bantu aku."
"Y-Ya!"
Ah... kenapa bisa begini.
Membawa seorang gadis ke dalam kamar seharusnya menjadi sebuah momen yang manis dan penuh deg-degan, kan?
"Ah, celana dalamnya jatuh lagi... Astaga, Kazuto-kun!?"
"Maafkan aku!"
★★★
"Ah, aku lelah... Mizuki-san benar-benar suka kebersihan ya. Bahkan sangat teliti."
Setelah mengangkut kantong sampah yang sudah membengkak ke lantai satu, aku beristirahat sejenak.
Mizuki-san benar-benar memperhatikan setiap sudut ruangan. Setelah dia merapikan barang-barang, dia mulai membersihkan debu dan tanpa ampun memberi perintah padaku.
Rasanya seperti latihan militer.
Ya, dia membersihkan untukku, jadi rasanya aneh kalau aku mengeluh.
"Seperti apa ya kamar Mizuki-san?"
Pasti kamar yang sangat teratur dan bersih. Dari bayanganku, pasti sudah sangat rapi dan higienis.
"Sekarang sudah sore ya."
Sinar matahari sore yang masuk dari balkon menyinari ruang tamu dengan warna oranye.
Biasanya, aku akan sibuk bermain game online pada jam-jam seperti ini.
Aku kembali ke kamarku dan memanggil Mizuki-san.
"Sampahnya sudah aku taruh di bawah—eh?"
Begitu membuka pintu, yang langsung terlihat adalah kamar yang jauh lebih bersih daripada sebelumnya dan—Mizuki-san yang tertidur nyenyak di tempat tidurku.
Selain itu, entah kenapa dia memeluk bantalku...!
"Ae, serius."
Apa yang harus aku lakukan sekarang?
"Zu, zu, zu..."
Dia mengeluarkan napas tidur yang tenang, dengan wajah tidur yang lucu tanpa sedikit pun rasa waspada.
Sebagai seorang penggemar, aku merasa senang bisa melihat pemandangan langka ini, tapi di saat yang sama, aku juga merasa bingung.
"Omong-omong, tadi dia bilang kalo hari ini adalah hari liburnya setelah sekian lama."
Aku teringat perkataan Mizuki-san saat dia sedang membersihkan.
Karena dia sibuk dengan aktivitas idol, pasti dia merasa sangat lelah.
Mungkin dia tertidur saat istirahat.
"Jadi ini dia, idol bertipe keren yang membenci laki-laki."
Mungkin... Aku mungkin satu-satunya pria yang pernah melihat wajah tidur Mizuki-san.
Itu pasti tanda kalo dia mulai mempercayai ku───.
Karena itu, aku jadi berpikir. Mizuki-san pasti punya perasaan suka padaku.
Tapi aku hanya merasa seperti seorang penggemar, atau perasaan sayang yang biasa aku rasakan terhadap teman game online.
Memang, aku berharap bisa lebih dekat dengan Mizuki-san, tapi berharap hubungan spesial rasanya tidak pantas.
Bahkan hanya memanggil namanya terasa tidak sesuai dengan posisiku.
"Mn... Kazuto-kun... hehe..."
Mizuki-san menyebut namaku sambil menunjukkan ekspresi tidur yang sangat manis. Eh, "hehe" itu...
"Ah, sial, dia memang sangat imut...!"
Ini dia, yang disebut dengan 'gap moe'. Gadis yang berperilaku keren, tapi saat tidur menunjukkan wajah polos...
Aku semakin terpikat dengan sosok Mizuki Rinka.
"..."
Melihat wajah tidurnya ini, semua kekhawatiranku jadi terasa tidak penting lagi.
Mungkin, kalo aku bisa merasakan kehadiran Mizuki-san dalam hidupku, itu sudah cukup bagiku.
"Mn... Kazuto-kun, kalo kau selingkuh... aku memotong itu mu."
"Hah, potong apa!?"