Kamu saat ini sedang membaca Netoge no Yome ga Ninki Idol datta ~Cool-kei no kanojo wa genjitsu demo yome no tsumori de iru~volume 1 chapter 4. Kalo kamu menyukai karya ini silahkan tinggalkan jejak komentar. Dan juga jangan lupa dukung mimin dengan cara donet se iklasnya di Trkateer mimin buat mimin makin semagat+buat dana untuk beli raw
CARA MEMANGGIL NAMA IDOLA
『Kau terlambat, Kazu! Apa yang kau lakukan dari tadi?』
Begitu aku login ke【Black Plains】, pesan marah dari Rin langsung meluncur ke arahku.
Nada marahnya terdengar sedikit imut, membuatku tersenyum kecil.
Hari ini adalah Sabtu, pukul 21.07.
Aku, Mizuki-san, dan Kurumizaka-san telah sepakat untuk bermain bersama.
Waktu janjian sebenarnya pukul 21.00 tepat, jadi aku sedikit terlambat.
Alasan keterlambatanku sangat sederhana.
Karena aku gugup, perutku sakit, dan aku menghabiskan waktu di toilet sampai beberapa saat yang lalu.
...Bukan berarti aku pengecut.
Pikirkan saja sebentar: bermain game online bersama 2 idola terkenal.
Bagi seorang pecandu game online seperti ku, beban mentalnya sungguh tidak main-main.
Setelah membalas Rin dengan pesan, 『Maaf』, aku membuka aplikasi chat game di komputerku.
Aku memilih ruang obrolan yang sudah kubuat bersama Rin sebelumnya, lalu mengklik saluran suara untuk masuk.
Ada 3 anggota yang sudah berada di ruang itu:
『Kazu』, 『Rin』, dan 『Sturmangriff』.
...Siapa itu?
Ada seseorang dengan nama asing yang keren di sini.
"Kau terlambat, Kazu. Kami sudah menunggumu dari tadi, tahu?"
Rin, dengan gaya yang terlihat keren, berbicara padaku.
Nada ini sangat berbeda dengan pesan imut yang baru saja dia kirim sebelumnya.
...Yah, mungkin aku tidak perlu terlalu mempermasalahkannya. Dia pasti punya alasannya sendiri.
Tapi yang lebih membuatku penasaran adalah siapa sebenarnya Sturmangriff-san ini.
"Umm, siapa Sturmangriff-san, ini?"
"Ya, itu aku! Aku Kurumizaka Nana!"
Suara ceria dan lantang terdengar dari headset-ku.
Volume suaranya luar biasa, membuat telingaku sedikit berdenging.
"Nana, tolong kecilkan suaramu. Jangan terlalu berisik."
"Ah, maaf!"
Sepertinya Kurumizaka-san, yang memang dikenal sering bersuara keras, tetap membawa kebiasaan itu ke obrolan suara.
Karena penasaran, aku bertanya tentang asal-usul namanya.
"Kurumizaka-san, kenapa kau memilih nama Sturmangriff?"
"Ah, itu nama kucingku! Bagaimana? Imut, kan namanya?"
Awalnya kupikir itu hanya candaan yang menunggu ditanggapi, tapi dari nada suara ceria Kurumizaka-san, aku sadar dia benar-benar serius.
Saat aku bingung bagaimana harus merespons, Rin mengambil alih percakapan.
"Nana itu memang punya selera yang agak beda dari orang kebanyakan. Jadi jangan terlalu dipikirkan."
"Bukan begitu! Aku ini normal, kok!"
...Dia sama sekali tidak terlihat normal.
Ngomong-ngomong, aku tadi sempat mencari arti nama 'Sturmangriff' di internet.
Ternyata, itu bahasa Jerman yang artinya 'serangan mendadak'.
Aku jadi penasaran, apa yang sebenarnya ingin dilakukan Kurumizaka-san pada kucingnya dengan nama seperti itu.
"Ngomong-ngomong, Sturm—eh, maksudku, Nana sudah menyelesaikan tutorial. Maaf, Kaz, bisakah kau datang ke desa pertama?"
"Oke, aku akan segera ke sana."
Sepertinya Rin sudah malas memanggilnya dengan nama usernamenya dan langsung menggunakan nama aslinya.
Aku pun memutuskan untuk melakukan hal yang sama.
Sesuai permintaan, aku menaiki kuda dalam game dan butuh beberapa menit untuk sampai ke desa pertama.
Dalam perjalanan, aku sempat mendengar cerita kalo meskipun Kurumizaka-san sudah menyelesaikan tutorial, dia masih belum terbiasa dengan kontrol permainan.
Jadi, sampai dia terbiasa, kami memutuskan untuk melawan monster lemah di sekitar desa.
Aku mengarahkan karakterku menuju alun-alun desa yang tenang untuk berkumpul dengan mereka.
Yang sudah menunggu di sana adalah seorang elf cantik berambut pirang dengan busur di punggungnya, yaitu 『Rin』, dan seorang pria beastman bertubuh kekar yang membawa kapak besar di bahunya, yaitu 『Sturmangriff』.
"...Hei, Kurumizaka-san. Kau sengaja membuat karakter itu untuk main-main, kan?"
Di 【Black Plains】, pemain bisa cukup detail dalam membuat karakter.
Tapi, karakter buatan Kurumizaka-san jelas-jelas terlihat seperti seseorang yang hanya memaksimalkan kekuatan fisik, menghasilkan sosok pria berbadan kekar dengan otot yang berlebihan.
"Main-main? Eh, karakter ini imut, kan?"
"...Jadi benar kalo langit tidak memberikan segalanya pada satu orang. Menyedihkan."
"Hei, Kazu-kun!? Maksudmu apa dengan itu!?"
Itu artinya sesuai apa yang kukatakan.
"Setelah melihat lagi selera aneh Nana, ayo kita mulai berburu sekarang."
"Huuh, Rin-chan dan Kazu-kun kalian jahat sekali..."
Sambil mengeluarkan suara tidak puas yang terdengar seperti sedang manyun, Kurumizaka-san tetap mengikuti Rin keluar dari desa.
Tidak lama kemudian, kami sampai di padang rumput tempat monster berkeliaran.
"Ah, lihat! Di sana ada kucing besar yang imut sekali!"
"Itu adalah saber cat. Hati-hati, itu monster terkuat di daerah ini. Dengan kondisi Nana sekarang, kau tidak mungkin menang. Jangan mendekat—"
"Dia sangat imut! Lihat, dia seperti bermain-main dengan senang hati padaku!"
"Bukan begitu, Nana! Itu sedang menyerangmu! Cepat lari!"
"Eh? U-uh, bagaimana caranya lari, ya—ah!"
『Anggota party: Sturmangriff telah tumbang.』
Pengumuman kematian itu muncul tanpa ampun di kolom chat.
Hanya 5 menit sejak keluar dari desa, dan bukannya menyerang, dia malah berdiri diam hingga terbunuh.
"Nana..."
"Maaf, Rin-chan."
Dengan nada jengkel, Rin menyebut nama Kurumizaka-san.
Yah, untuk sekarang, sebaiknya aku membalaskan dendamnya.
Karakterku, 【Kazu】, yang sudah mencapai level maksimal, cukup mengayunkan pedang sekali untuk menghabisi saber cat itu.
Sebagai tambahan, saber cat sama sekali tidak imut.
Itu hanya sekilas mirip kucing, tapi tubuhnya sebesar manusia, wajahnya garang, dan taring besar mencuat dari mulutnya.
Orang yang bisa menyebutnya imut pasti juga bisa menganggap monster paling buruk rupa sebagai sesuatu yang layak dicintai.
"Ayo, kita lanjut saja. Kazu, bantu aku ya."
"Oke."
Memahami maksudnya, aku mulai berpatroli di sekitar area, menghabisi monster yang kira-kira terlalu sulit untuk Kurumizaka-san.
"Ah, yang ini sepertinya aku bisa menang!"
Pria beastman berbadan besar yang menjadi karakternya terlihat memutar-mutar kapak besar, mencoba memukul seekor musang kecil.
Tapi, serangannya sering meleset karena bahkan serangan biasa pun dia masih tidak terbiasa.
Sistem permainan ini memang tidak hanya bergantung pada klik untuk memilih target, jadi itu cukup sulit untuk seorang pemula seperti Kurumizaka-san.
"....Jauh di luar dugaanku. Tapi, kurasa aku tidak perlu mengatakannya lebih lanjut,".
Aku dapat memahami apa yang ada di pikiran Rin.
Mungkin Kurumizaka-san adalah seseorang yang kurang ahli dalam bermain game.
Yah, kemungkinan besar dia hanya kurang pengalaman dalam bermain game saja.
Saat Kurumizaka-san berjuang melawan monster terlemah, aku dan Rin terus berburu monster di sekitar secara perlahan.
Meskipun tidak memberikan keuntungan apa pun, hanya dengan mendengar suara Kurumizaka-san yang terlihat menikmati permainan sudah cukup menjadi hasil yang memuaskan.
"Kalian berdua benar-benar kompak, ya."
Tiba-tiba Kurumizaka-san mengatakan sesuatu seperti itu.
"Apa maksudmu?"
"Bukankah kalian saling memberi arahan hanya dengan menyebut nama?"
"Ya... Tapi itu juga karena monster di sini cukup lemah, jadi tidak perlu koordinasi yang rumit."
"Selain itu, aku dan Rin sudah lama bermain bersama. Aku bisa tahu apa yang dia butuhkan tanpa harus berpikir panjang."
"Benar sekali. Ini yang disebut ishin denshin."
[TL\n: Ishin denshin (以心伝心) adalah sebuah ungkapan dalam bahasa Jepang yang berarti 'komunikasi melalui hati'.]
Melihat itu, Kurumizaka-san terdengar kagum dan berkata, "Wah, hebat sekali."
Kami pun melanjutkan berburu sambil berbincang santai, hingga tiba-tiba Kurumizaka-san menghentikan aktivitasnya.
"Maaf, aku ada urusan mendadak. Aku akan pergi sebentar, ya."
Setelah mengatakan itu, Kurumizaka-san meninggalkan tempatnya tanpa keluar dari permainan.
Dia masih berada di saluran suara, jadi mungkin dia berencana untuk segera kembali.
Saat aku berpikir seperti itu, tiba-tiba Hp-ku yang ada di meja berbunyi memberikan notifikasi.
Aku memeriksanya dan melihat ada pesan dari Kurumizaka-san:
『Suasananya sudah terasa pas! Sekarang, saatnya bergerak karena kalian berdua sedang berduaan!』
Tidak perlu bertanya apa maksudnya.
Ini pasti soal panggilan nama.
Dia ingin aku memanggil Rin sebagai "Rinka."
"Terlalu mendadak. Aku belum siap secara mental."
『Tenang saja! Tadi kau sudah bisa memanggilnya Rin, kan?』
Setelah dia menunjukkannya, aku baru menyadari kalo tanpa sadar tadi aku memang memanggil Mizuki-san dengan sebutan 'Rin'.
『Kau tinggal tambahkan 'ka' saja! Mudah sekali kan?』
Mudah? Sama sekali tidak.
Begitu aku menyadarinya, aku malah merasa gugup hanya untuk memanggilnya Rin lagi.
"Ada apa, Kazu? Kok kau tiba-tiba diam saja?"
"A-aku, uh... R-Rin... k...kau lihat itu, burung camar sedang terbang!"
"Burung camar? Di mana? Apa di 【Black Plains】 ada burung camar?"
Hp-ku kembali berbunyi, kali ini pesan dari Kurumizaka-san berbunyi: 『....』seperti bentuk teguran tanpa kata-kata.
Aku tidak bisa membalas apa-apa.
Mungkin itu terdengar sederhana, hanya memanggil dengan nama depan seseorang.
Tapi, dalam hidupku yang selama ini hanya diisi dengan bermain game online, aku sama sekali tidak pernah memiliki kesempatan berinteraksi dengan perempuan.
Kalo yang kuhadapi adalah perempuan biasa, mungkin aku masih bisa mengatasinya.
Tapi, memanggil nama sang idola populer Mizuki Rinka?
Itu membuatku benar-benar gugup.
『Semoga berhasil, Kazu-kun!』
"Aku akan melakukan yang terbaik mulai besok."
『Itu cuma alasanmu untuk menunda-nunda, ujung-ujungnya kau tidak akan melakukannya kan?』
Dia benar.
『Cukup panggil saja Rinka dengan santai dan secara alami, tanpa dibuat-buat!』
......
Hmm, aku penasaran apa ini.
Ada sesuatu yang mengganjal di hatiku sejak tadi.
Rasanya sedikit tidak nyaman.
Apa aku hanya bisa mendekatkan diri dengan Mizuki-san karena dorongan dari Kurumizaka-san?
Bagaimanapun, Mizuki-san sangat menyukaiku hingga dia berusaha menjadi istriku di dunia nyata...
Sejak hari itu, saat aku mengetahui kalo Rin sebenarnya adalah Mizuki Rinka, hidupku berubah total.
Aku bahkan mulai memiliki hubungan dengan seseorang seperti Kurumizaka-san, sesuatu yang sebelumnya tidak pernah terjadi dalam hidupku.
Tapi, perubahan terbesar adalah kenyataan kalo Mizuki-san benar-benar bersikap seperti istriku di dunia nyata.
Itu adalah hal yang paling mengejutkan bagiku.
Meski sulit untuk tidak merasa bingung, aku harus mengakui kalo semua ini juga membawa kebahagiaan dan kesenangan yang tidak bisa kumungkiri.
"Ya, sepertinya memang begitu."
"Kazu? Apa yang sebenarnya terjadi?"
Mizuki-san bertanya dengan nada curiga, tapi aku mengabaikannya, memusatkan pikiranku pada apa yang ingin aku lakukan.
Semua kejadian yang berlangsung selama seminggu terakhir ini, setiap kenangan yang kubagi bersama Mizuki-san, mulai berputar di pikiranku.
Itu benar-benar satu minggu yang penuh makna.
Begitu sibuk, hingga dengan mudah mengubah kehidupanku yang biasa-biasa saja.
Dan setiap saat, Mizuki-san selalu menjadi pusatnya.
Kalo dia sungguh-sungguh memiliki perasaan terhadapku, bukankah aku juga harus dengan jujur menyampaikan isi hatiku?
Itulah yang disebut hubungan yang setara.
Hubungan yang diinginkan Mizuki Rinka, sebuah hubungan yang bebas dari kepentingan atau ketidaktulusan.
Memang, di dunia nyata, aku merasa ada jurang perbedaan status yang tak mungkin terisi di antara kami.
Tapi, meskipun caranya berbicara berbeda, Rin dan Mizuki-san tetaplah orang yang sama.
Dia juga berusaha mendekatiku di dunia nyata.
Sejujurnya, aku masih merasa ragu.
Masih ada banyak hal yang membuatku bimbang.
Tapi, di dalam hatiku, aku juga ingin melangkah mendekatinya.
"Rin... tidak, Mizuki-san. Bisakah kau mendengarkanku sebentar?”
"....Apa yang ingin kau bicarakan?"
Dia sepertinya menyadari keseriusan nada suaraku.
Suara Mizuki-san terdengar sedikit tegang.
"Sejujurnya, aku awalnya hanya menganggap Mizuki-san sebagai teman dekat di game online."
"───"
Melalui headphone, aku bisa merasakan seseorang menahan napas.
Di saat yang sama, Hp-ku berbunyi.
Panggilan dari Kurumizaka-san.
Sepertinya dia mendengarkan percakapan ini.
Aku bisa menebak maksud dari panggilannya.
Mungkin untuk menegurku karena alih-alih memanggil 'Rinka', aku malah mengatakan sesuatu yang bisa menghancurkan hubungan kami saat ini.
Tapi, aku tidak merasa perlu mendengar apa yang ingin dia katakan.
Aku mematikan daya Hp-ku dan melanjutkan pembicaraanku.
"Aku memang mengagumi Mizuki-san, tapi aku tidak yakin apa perasaan ini adalah cinta. Bisa saja ini hanyalah rasa kagum kepada seorang idola..."
"Jadi... begitu..."
Mizuki-san menjawab dengan suara yang bergetar.
Aku bisa membayangkan ekspresinya yang mungkin penuh keterkejutan dan kebingungan.
Tapi, ini bukan akhir dari apa yang ingin kusampaikan.
Aku belum sepenuhnya mengungkapkan isi hatiku.
"Tapi aku ingin membalas perasaan Mizuki-san. Tidak, lebih dari itu, aku ingin mengenal Mizuki-san lebih dalam dan menjalin hubungan yang lebih dekat dengan Mizuki-san. Aku ingin menghadapi semuanya dengan serius, di dunia nyata juga. Mungkin ini yang disebut keputusan yang tegas."
"....Apa?"
"Itu sebabnya, sebagai langkah awal... bolehkah aku memanggilmu Rinka?"
Meskipun merasa tegang, aku berhasil mengucapkannya dengan lancar.
Sejenak, keheningan menyelimuti kami.
Untuk sesaat, terlintas di pikiranku kemungkinan kalo aku akan ditolak, tapi suara Mizuki-san segera terdengar.
"...Tentu, itu tidak masalah. Tapi, ada satu hal..."
"Apa itu?"
"Sepertinya, dari apa yang kudengar, aku rasa Kazuto-kun juga memiliki perasaan padaku."
"Tapi... perasaan kagum yang mungkin seperti pada seorang idola juga sulit untuk aku bantah... Mizuki-san juga tidak akan suka itu, kan? Kalo aku mengatakan kalo aku hanya menerimamu karena kau seorang idola kau pasti tidak akan merasa tidak nyaman kan?"
"....Memang, kalo itu satu-satunya alasan, aku pasti akan sangat merasa tidak nyaman. Aku percaya kalo hubungan yang bisa terjalin di dunia game adalah hubungan yang murni, tanpa campur tangan informasi yang tidak perlu. Oleh karena itu, jika hubungan ini dimulai hanya karena status idola, itu akan aku tolak dengan tegas."
Mizuki-san menyampaikan kalimat-kalimat itu dengan nada yang keras dan penuh emosi.
Tapi, kata-kata yang dia ucapkan selanjutnya terdengar lebih lembut.
"...Tapi aku yakin. Aku yakin Kazuto-kun menyukaiku, bukan hanya sebagai seorang idola."
"....Apa?"
"Karena saat ini Kazuto-kun sedang bingung dan tidak bisa memahami perasaannya, tapi itu tidak masalah. Aku lebih mengerti Kazuto-kun daripada dirinya sendiri. Jadi kau tidak perlu khawatir."
"....."
Ha... ini mulai terasa aneh.
"Sepertinya aku pernah mendengar bahwa ada pria yang, meskipun sudah menikah, tidak bisa merasa seperti seorang suami."
"Itu bukan masalah seperti itu. Dalam kasusku, teman dekat di game online dan idola populer yang kupuja ternyata adalah orang yang sama, jadi aku menjadi bingung..."
Apalagi, dia ternyata memiliki perasaan yang sangat besar padaku.
Tentu saja aku merasa bingung.
"Kalo begitu, aku akan menunggu."
"Menunggu?"
"Ya. Aku akan menunggu sampai Kazuto-kun bisa mengatur perasaannya dan menerima hubungan kita."
"Ah, terima kasih...?"
Itu mungkin adalah kalimat yang paling menenangkan yang bisa kudengar.
Aku memang ingin waktu untuk benar-benar menghadapi perasaanku.
"Tapi, aku benar-benar terkejut pada awalnya. Kau bilang kau tidak tahu apa kau menyukaiku atau tidak."
"Ya, memang..."
"Tapi setelah mendengar kata-katamu berikutnya, aku mengerti. Kau menyukaiku dengan sepenuh hati."
"Eh... Mizuki-san? Bukankah pembicaraan ini berputar-putar?"
Bukan hanya berputar-putar, ini malah mulai terasa bertentangan.
Apa yang kukatakan adalah, aku tidak tahu apa aku menyukainya atau tidak, tapi aku ingin lebih dekat dengannya di dunia nyata.
Karena itu aku memintanya untuk mengizinkanku untuk memanggilnya Rinka.
Tapi, Mizuki-san bersikeras kalo aku pasti memiliki perasaan padanya.
"Begitu, ya... Kalo memang perasaan Kazuto-kun itu bukan cinta, melainkan rasa suka sebagai teman atau rasa hormat, itu juga tidak masalah."
"Eh?"
"Itu hal yang sederhana. Sebagai istri, aku harus menjadi perempuan yang membuat Kazuto-kun jatuh cinta padaku."
"Eh... maaf, aku mulai bingung dengan apa yang kau katakan."
"Itu bukan hal yang sulit. Intinya, kita sudah menikah sebelum saling jatuh cinta, jadi kita bisa mulai saling mencintai sekarang."
Ah, ah... Jadi begitu.
Aku bisa memahaminya meski kepala terasa agak pusing.
Mizuki-san, meskipun dalam situasi seperti ini, masih menganggap dirinya sebagai istriku.
"Aku senang Kazuto-kun akhirnya mengungkapkan perasaannya. Memang, itu bukan jawaban yang aku harapkan... tapi setidaknya aku bisa mengetahui perasaan Kazuto-kun yang jujur dan tanpa kepura-puraan."
"Mizuki-san..."
"Ah, apa aku salah dengar? Aku kira kau akan memanggilku dengan nama depanku mulai sekarang."
"....Rinka."
"...."
"Hm, Rinka? Kenapa kai tiba-tiba diam... Apa kau tidak suka?"
"Tidak, maaf. Aku sangat senang bahkan sampai aku menahan nafas."
"A-apa-apaan itu?..."
Aku tidak pernah mendengar cerita tentang seseorang yang begitu bahagia hanya karena dipanggil dengan nama depannya.
Mungkin itu berarti dia benar-benar menyukaiku...
Hanya memikirkan itu saja sudah membuatku malu.
"Kazuto-kun, kau benar-benar telah lama berpikir tentang hal ini, ya?"
"Sebenarnya aku tidak sedang terlalu memikirkannya..."
"Tidak, itu sudah cukup menunjukkan kalo kau sedang kebingungan."
"..."
Aku tidak bisa membalas kata-kata itu.
Melihatku yang begitu lemah, Rinka dengan tegas menyatakan perasaannya.
"Kau tidak perlu berpikir terlalu dalam. Karena aku jatuh cinta pada Kazuto-kun tanpa alasan apa pun."
"───"
Jatuh cinta tanpa alasan...
Betapa mulianya kata-kata itu.
Tidak ada niat terselubung, bukan karena penampilan atau status.
Dia benar-benar menyukaiku sebagai diriku sendiri.
"Dan... pembicaraan ini, Nana juga mendengarnya, kan? Meskipun dia pura-pura tidak ada."
"Ah, hahaha. Apa kau mengetahuinya?"
Dengan tawa kecil, Kurumisaka-san muncul kembali.
Sepertinya dia mengaku kalah dengan cara yang cukup yakin.
"Akumendengat sedikit suara tadi. Meskipun tidak jelas, aku bisa merasakan ada sesuatu yang tidak beres."
Pintar. Seperti penampilannya yang keren, dia sepertinya cukup tajam.
Aku tidak berpikir dia tahu semuanya, tapi sepertinya dia sudah menduga hubungan antara aku dan Kurumisaka-san.
"Maaf ya, Rin-chan. Aku juga tidak punya niat buruk melakukan hal seperti ini."
"Tidak apa-apa. Sejak dulu, setiap kali Nana melakukan sesuatu yang aneh, itu selalu demi aku."
"Rin-chan...!"
Dengan suara yang penuh perasaan, Kurumisaka-san berbicara.
"Tapi, aku tidak suka kalo kalian diam-diam melakukan ini tanpa memberi tahuku."
"Rin-chan..."
Suasana ceria Kurumisaka-san menjadi sangat turun...
"Tapi, ya... Kalo kalian ingin meminta maaf, aku ingin kalian sedikit lebih peka, mungkin?"
Peka? Apa maksudnya?
Aku tidak mengerti, tapi Kurumisaka-san sepertinya langsung paham.
"Tentu! Aku akan sangat senang kalo kalian berdua menjadi lebih dekat. Jadi... Kazu-kun, tolong jaga Rin-chan, ya."
"Eh, 'jaga' apa maksudmu───"
Piroron♪ Sturmangriff telah meninggalkan ruang obrolan...
Sepertinya, para idol memiliki kebiasaan memutuskan panggilan tanpa mendengarkan sampai akhir.
"Begitu, Kazuto-kun. Ketika Nana dengan sengaja pergi, kau akhirnya mengungkapkan perasaanmu. Aku rasa ini bukan kebetulan."
"I-itu... maksudnya..."
"Aku ingin mendengar semuanya. Apa yang terjadi di balik layar antara kau dan Nana... semuanya, ya."
"...Um, apa boleh kalo aku menulisnya lewat obrolan teks?"
"Kenapa?"
Karena di dalam game, Rin lebih hangat dan mudah untuk diajak bicara.
Tentu saja, aku tidak bisa mengatakan itu...
"Karena akh rasa akan lebih mudah menjelaskannya kalo ditulis."
"....Baiklah, kalo begitu, mari kita lakukan itu."
Segera pesan chat muncul di dalam permainan.
『Kazu! Setelah sampai sejauh ini, tidak ada lagi yang perlu disembunyikan!』
Ah, iya, ini dia. Ini yang terasa lebih tepat.
Baiklah, saatnya untuk mengungkapkan semuanya. Pasti ini saat yang tepat.
"Jadi, tentang saat istirahat makan siang kemarin, aku dipanggil oleh Kurumisaka-san."
『Nana!? Jangan-jangan kau selingkuh dengan sahabatku...?』
"Tidak! Tolong jangan langsung menghubungkannya dengan selingkuh!"
Tunggu, selingkuh...
Walaupun aneh, Rin-chan sepertinya memang menganggap dirinya sebagai istriku.
Ini terasa aneh, tapi entah kenapa aku tidak merasa jijik.
Seiring berjalannya waktu, aku malah merasa lebih tenang.
Apa ini karena aku sudah mengungkapkan semua perasaan ku...?
Mungkin karena aku seorang pemain game sejati, perkataan ku tidak begitu berharga.
Tapi ada satu hal yang aku yakini.
Kalo manusia saling mengungkapkan perasaan dengan jujur dan menghilangkan informasi yang tidak perlu, kita bisa saling memahami tanpa perlu bertengkar...
『Jadi, tidak ada apa-apa dengan gadis bernama Kotone, dan tidak ada apa-apa dengan Nana, kan?』
"...Pada awalnya, dia yang menggenggam tanganku."
『Kazuuuuuuuuuuuu!!』
Aku menarik kembali kata-kata ku.
Tidak perlu mengatakan hal-hal yang tidak perlu.
『Kau bahkan belum peranah memegang tanganku, tapi... Kazu, pengalaman pertama Kazu dirampas Nana!』
"Itu berlebihan! Itu hanya moment seperti fans yang saling berjabat tangan, jadi tenang saja"!
『Sudah kuputuskan! Mulai sekarang, aku yang akan mengelola hubungan sosial Kazu! Aku akan memeriksa daftar temanmu! Rencana harianmu juga harus kau serahkan!』
"Apa ini masyarakat yang terkontrol? Aku akan mati tercekik karena sesak!"
Memiliki istri seperti ini di dunia nyata pasti akan sangat sulit.
Ah, dia memang berniat menjadi istriku di dunia nyata, ya?
Ini benar-benar gawat.
Sambil memikirkan hal itu, aku mulai mengetikkan balasan di chat Rin.
Kami masih terhubung lewat voice chat, tapi kami tetap berbagi pikiran melalui chat di dalam game seperti dulu.
Akh merasa yakin kalo kami akan terus bersama di masa depan───.