Kamu saat ini sedang membaca Netoge no Yome ga Ninki Idol datta ~Cool-kei no kanojo wa genjitsu demo yome no tsumori de iru~volume 1 chapter 5. Kalo kamu menyukai karya ini silahkan tinggalkan jejak komentar. Dan juga jangan lupa dukung mimin dengan cara donet se iklasnya di Trkateer mimin buat mimin makin semagat+buat dana untuk beli raw
AKU SEORANG PECANDU GAME ONLINE, TETAPI KETIKA AKU PERGI KE RUMAH SEORANG IDOLA, AKU DIKELILINGI OLEH JEBAKAN
Dengan suasana yang baik seperti itu, seandainya pembicaraan bisa berakhir, pasti akan lebih baik.
"Hei, Kazuto-kun. Kau mendengarkan ceritaku?"
"Ah, ya, aku mendengarnya. Aku hanya tenggelam dalam kenangan masa lalu."
Aku, yang sedang duduk bersila di kamar Rinka, kembali sadar ke dunia nyata sambil menatap kejauhan.
Seminggu telah berlalu sejak hari aku mengakui perasaanku yang sebenarnya.
Awalnya, aku merasa gugup saat memanggilnya 'Rinka', tapi manusia memang makhluk yang bisa terbiasa dengan segala hal.
Sekarang, aku sudah bisa menyebut nama Rinka dengan santai.
Lalu hari ini, Minggu siang, sebuah insiden (?) terjadi lagi.
"Memang benar aku bilang kalo aku akan menunggu sampai kau bisa merapikan perasaanmu. Tapi, aku tidak pernah bilang akan membiarkan perselingkuhan begitu saja."
"....Bukannya kau bilang akan memaafkan sedikit perselingkuhan?"
"Kalo aku menyadari ada perselingkuhan, sudah jelas aku akan marah, kan? Eh, tunggu, apa kau sengaja berselingkuh karena berpikir akan dimaafkan?"
"Tidak, tidak, aku tidak melakukannya! Itu hanya kesalahpahaman! Maafkan aku karena mengatakan hal yang tidak perlu!"
Tatapan dingin yang mengingatkan pada seorang pembunuh bayaran tertuju padaku, dan aku buru-buru menundukkan kepalaku untuk meminta maaf.
Ah, sungguh, kenapa situasinya jadi seperti ini?
2 hari yang lalu, Rinka mengajakku dengan berkata, "Hari Minggu nanti, keluargaku tidak akan pulang sampai malam. Bagaimana kalo kau datang ke rumahku, sekitar tengah hari? Aku ingin berdua saja denganmu." Mendengar itu, aku pun menuju rumah Rinka.
Bermodal alamat yang diberikan, aku tiba di sebuah apartemen biasa.
Sambil tetap waspada, aku berjalan melewati lorong hingga tiba di depan pintu apartemen.
Dengan jari yang sedikit gemetar karena gugup, aku menekan bel pintu.
Yang membukakan pintu adalah Rinka, mengenakan pakaian rumah yang begitu modis hingga sulit dipercaya itu hanya pakaian santai.
Penampilannya terlihat seperti langsung diambil dari halaman majalah.
Apa ini...mungkin?
Dengan harapan bercampur ketegangan yang membuat jantungku berdebar kencang, aku masuk ke dalam───.
"Hari ini, aku akan menyelidiki secara tuntas hubunganmu dengan para perempuan, Kazuto-kun."
"......"
Ya, seperti inilah hasilnya.
Harapanku dan impian pria yang sederhana langsung hancur seketika.
Mungkin semua ini bisa selesai kalo aku cukup berani untuk berkata, "Aku menyukaimu, Rinka!" Tapi...
Rasanya aku belum sampai di tahap itu.
Sulit dijelaskan, tapi ya begitulah.
Sikapku yang lamban ini bahkan membuat diriku sendiri kesal.
"Kau perlu menyadari kalo kau itu sebenarnya menarik, Kazuto-kun. Kalo kau sadar, kau bisa menangani para perempuan dengan lebih baik."
"Menyadari? Aku bahkan belum pernah merasa populer, apalagi didekati oleh perempuan."
Aku bukan tipe orang yang mudah menarik perhatian.
Meskipun kelihatannya aku cukup menarik bagi Rinka, awalnya itu hanya karena game online.
...Betapa tidak populernya aku di dunia nyata, ya?
"Begini, tolong jangan sampai menghapus semua daftar teman-temanku di game. Aku benar-benar tidak sanggup. Aku akan menjadi sangat kesepian..."
"Kan ada aku."
"Rinka hanya bisa login beberapa jam saat hari libur, kan? Di hari kerja, aku bermain dengan teman-teman lainnya."
"Jadi, maksudmu aku harus berhenti menjadi seorang idol?"
"Kenapa malah jadi seperti itu? Aku sepenuhnya memahami dan mendukung kerja kerasmu sebagai seorang idol! Aku ini penggemar berat Mizuki Rinka, sampai-sampai aku tidak pernah tertarik pada idol lain selain dirimu!"
"Be-benarkah? Terima kasih."
Rinka mengucapkan terima kasih dengan pipi yang sedikit merona.
Aku tidak mengatakan kebohongan.
Faktanya, setiap kali aku menonton video musik Star☆Minds, pandanganku hanya tertuju pada Rinka.
Bahkan sebelum aku mengetahui identitas aslinya sekalipun.
"Aku ingin kau terus menikmati kariermu sebagai idol, Rinka. Dan dengan itu, tolong izinkan aku tetap memiliki teman di game."
"Tidak, aku tidak mau."
"Kau bahkan langsung menjawab seperti itu! Apa salahnya memiliki teman di game?"
"Aku pernah mendengar cerita. Katanya, pria yang membuat wanita lengah seperti itu biasanya punya banyak simpanan di berbagai tempat."
"Siapa yang memberitahumu itu? Sumber informasimu pasti salah besar."
"Satoko-san, dia yang memberitahu. Satoko-san yang sudah bercerai 8 kali."
"Siapa itu, sih? Dan 8 kali cerai...benar-benar luar biasa."
Wah, pengalaman hidupnya pasti luar biasa kaya.
"Aku pulang! ...Hmm? Rinka-Onee-chan, kau di rumah?"
Suara seorang anak perempuan yang manis terdengar dari luar ruangan. Sepertinya dari arah pintu masuk.
"Ti-tidak mungkin, Nonoa sudah pulang...! Padahal dia bilang dia akan bermain dengan temannya sampai malam."
Wajah Rinka langsung pucat.
Kejadian tak terduga ini membuat suasana jadi tegang—keluarganya ternyata sudah pulang lebih awal.
"Adikmu?"
"Iya. Aku punya kakak perempuan yang masih kuliah dan adik perempuan yang masih kelas 1 SD. Tapi—ini bukan saatnya membahas itu! Cepat sembunyi!"
"Kalo hanya adikmu, bukankah tidak apa-apa ketahuan?"
"Aku tidak mau ambil risiko. Lagipula, Nonoa itu polos tapi suka ceplas-ceplos... Kazuto-kun, cepat sembunyi!"
"Di mana aku harus bersembunyi?"
Aku melihat sekeliling.
Di kamar yang tertata rapi ini, tidak ada banyak tempat untuk bersembunyi.
Meja, tempat tidur, lemari pakaian, rak buku, dan lainnya.
Kalo harus memilih, mungkin lemari pakaian?
Lemari itu memiliki pintu, jadi sepertinya bisa digunakan untuk bersembunyi.
Tapi...
"Bersembunyilah di tempat tidurku!"
"Hah? Apa kau yakin itu tempat persembunyian yang bagus? Bukankah lemari pakaian lebih baik—"
"Tidak apa-apa, cepat masuk saja!"
Entah karena panik sehingga kemampuan mengambil keputusan menurun, atau mungkin ada alasan khusus kenapa dia menghindari lemari pakaian.
Aku pun akhirnya didorong ke tempat tidur, dan Rinka menutupiku dengan selimut dari atas.
...Kenapa selimut ini memiliki aroma yang begitu menyenangkan?
Aku bisa merasakan wajahku memerah.
Saat aku masih mencoba mengendalikan diri, suara pintu yang terbuka terdengar jelas.
"Ah, Rinka-Onee-chan! Hari ini Onee-chan ada di rumah, ya?"
"Iya, aku ada di rumah. Tapi, Nonoa, kenapa kau sudah pulang? Bukankah kau berencana bermain dengan teman-temanmu sampai malam?"
"Soalnya, Aki-chan tiba-tiba pulang cepat! Jadi, Rinka-Onee-chan, ayo bermain denganku!"
"Uh, begitu ya... Tapi aku sedang agak sibuk sekarang. Pergilah dulu ke ruang tamu, ya."
"Baiklah!"
Karena aku bersembunyi di bawah selimut, aku tidak bisa melihat apa yang terjadi.
Tapi, dari percakapan mereka, sepertinya Rinka berhasil mengalihkan Nonoka.
Bagus, sekarang saatnya untuk...
"Ah, ada sepatu yang tidak kukenal di depan pintu! Rinka-Onee-chan, apa ada temanmu yang datang?"
"───!"
Anjir!
Aku lupa tentang sepatu di depan pintu.
Ini benar-benar kesalahan fatal.
"Eh, itu...itu tidak ada hubungannya denganmu, Nonoa. Jangan pikirkan soal sepatu itu."
"Hm...? Ah! Ada seseorang yang tidur di tempat tidur Rinka-Onee-chan!"
"Tu-tunggu, Nonoa!"
"Aku juga mau main petak umpet!"
Terdengar suara panik dari Rinka, disusul oleh langkah kaki kecil yang semakin mendekat.
Detik berikutnya, selimut yang menutupi tubuhku ditarik dengan kasar.
"Ah."
"Ah."
Aku bertatapan langsung dengan pelaku yang menarik selimut.
Seorang gadis kecil.
Mata besar yang bulat itu memantulkan wajahku.
Sebagai adik Rinka, dia luar biasa imut.
Kalo harus digambarkan, dia seperti versi muda Rinka yang meninggalkan kesan dingin dan sepenuhnya beralih ke keimutan polos.
Rambutnya diikat dalam gaya pigtail (kuncir kembar pendek), memanfaatkan kepolosannya untuk memaksimalkan daya tariknya.
Singkatnya, dia adalah gadis kecil yang sangat imut.
"...."
"...."
Nonoa-chan memandang wajahku dengan tatapan kosong.
Sepertinya dia kebingungan, mungkin tidak menyangka ada seorang pria di sini.
Baiklah, mungkin lebih baik aku memperkenalkan diri dulu.
"Kau Nonoa-chan, kan? Senang bertemu denganmu. Namaku Ayakouji Kazuto."
Ya, memperkenalkan diri itu penting, terutama saat pertama kali bertemu.
"O..."
"O?"
"Onee-chan membawa laki-laki ke rumah!!!"
Suara teriakannya yang manis dan imut bergema dengan begitu nyaring di seluruh ruangan.
★★★
"Waah, waah! Laki-laki! Rinka-Onee-chan membawa laki-laki ke rumah!"
"Nonoa! Berapa kali Onee-chan bilang untuk tidak mengatakan hal seperti itu!"
Rinka menegur Nonoa dengan nada tegas seperti seorang kakak yang bertanggung jawab, meskipun Nonoa terlihat senang sekali membuat kegaduhan.
Sementara itu, aku sendiri merasa bingung dengan kata-kata yang terdengar terlalu dewasa untuk anak sekecil dia.
"Umm, Nonoa-chan? Apa kau tahu arti 'membawa laki-laki ke rumah' itu apa?"
"Tahu! Itu artinya membawa seorang laki-laki masuk ke dalam rumah, kan?"
"Ah, dia paham, tapi tidak sepenuhnya paham."
Melihat mata Nonoa yang berbinar-binar, aku menyadari kalo ucapannya benar-benar polos, seperti anak kecil yang dengan bangga mencoba menggunakan kata-kata baru yang dia pelajari.
Ya, karena memang dia anak kecil.
Nonoa kini menatapku dengan mata besar yang penuh rasa ingin tahu, memperhatikan setiap detail wajahku dengan intens.
"Umm... Kazuto?"
"Ah, Kazuto."
"Apa sekarang Kazuto akan naik bersama Rinka-Onee-chan?"
"Naik? Naik ke mana?"
"Eh, ke tangga orang dewasa!"
[TL\n: maksudnya ngewe.]
"───!"
Nonoa-chan tersenyum cerah dengan sangat mempesona, sementara aku hampir pingsan.
Apa yang sedang dilakukan gadis kecil ini...!
"Kazuto, kau akan naik bersama Rinka-Onee-chan, kan?"
"Ah, tidak...!"
Betapa polosnya dia bertanya hal yang sangat tidak senonoh!
Mata Nonoa-chan yang indah dan tanpa dosa memantulkan wajahku yang tegang dan canggung.
"Nonoa, sudah cukup! Berhenti sekarang juga!"
Rinka, yang biasanya tenang, kini benar-benar marah.
Benar, inilah saatnya dia berbicara sebagai kakak!
"Tangga orang dewasa, apa kami akan naik? Itu pertanyaan bodoh! Kami sudah lama sekali melaluinya!"
Itu jelas bukan jawabannya! Kami tidak melaluinya sama sekali! Kami hanya bermain game online saja!
Sementara aku berteriak dalam hatiku, Rinka menunjukkan ekspresi percaya diri yang agak aneh, sementara Nonoka-chan tersenyum lebar dan berkata, "Wah! Begitu ya! Hebat!" sambil bertepuk tangan.
...Oh tidak, ada yang salah dengan saudari-saudari ini.
"Sejujurnya aku penasaran, tapi apa Nonoa-chan tahu apa arti 'naik tangga orang dewasa'?"
"Hm? Eh, tidak tahu! Ajarin aku!"
"Maaf, itu tidak bisa."
Nonoka-chan yang imut dengan sedikit miringkan kepalanya bertanya, sementara aku langsung menolak dengan tegas.
"Kazuto-kun, itu hanya ucapan aneh dari Nonoa, jadi jangan terlalu dipikirkan. Dia hanya mengucapkan kata-kata yang dia dengar di drama tanpa mengerti artinya."
"Ya, sepertinya begitu..."
Kalo ternyata Nonoa-chan mengatakan itu dengan memahami artinya, aku mungkin mulai meragukan keadaan dunia ini.
Tiba-tiba, aku merasa ada tarikan lembut pada ujung lenganku.
Itu adalah Nonoka-chan.
"Kazuto, apa kau pacarnya Rinka-Onee-chan?"
"Bukan."
"Ya, kami bukan pacar. Kami suami istri."
......
Ya, aku sudah tahu sih.
"Hm? Jadi, kalo kalian sudah menikah, berarti Kazuto jadi Onii-chan-ku?"
"Ya, benar."
"Tapi, ka───"
"Yey! Aku selalu ingin punya kakak laki-laki! Yey!"
......
"Ada apa, Kazuto-kun? Tadi kau sepertinya mau mengatakan sesuatu?"
"...Tidak ada apa-apa."
Aku tidak bisa mengatakan apa-apa setelah melihat Nonoa-chan yang begitu senang sampai-sampai mengangkat tangannya dengan riang.
Entah kenapa, aku merasa seperti dikelilingi dan terpojok dengan sangat cepat.
"Umm, jadi... Kazuto Onii-chan...?"
───!
Dengan rasa malu, namun suaranya bersemangat dan terlihat sangat senang.
Nonoa-chan menundukkan kepalanya, tapi sesekali menatapku dengan pandangan sedikit ke atas.
Pipinya terlihat sedikit memerah.
"...Kazuto-Onii-chan? Kazuto-Onii-chan... Kazuto-Onii-chan!"
Dia aengan hati-hati mengucapkan kata 'Onii-chan', Nonoa-chan terus mengulang 'Kazuto-Onii-chan' dengan cara yang berbeda setiap kali dia mengucapkannya.
Apa yang harus aku lakukan, Nonoa-chan sangat imut hingga menyakitkan...
"Jiii..."
"...Eh?"
Rinka menatapku dengan tatapan tajam tanpa berkedip.
"Kazuto-kun kau suka dengan gadis kecil, ya?"
"Kenapa itu terdengar seperti ada makna lain, ya?"
"Jadi, kau tidak suka?"
"Sebenarnya, aku tidak bisa bilang suka yang khusus sih..."
"Hm? Kazuto-Onii-chan, apa kau tidak suka padaku? ...Hiks."
Nonoa-chan menatapku dengan mata yang mulai berkaca-kaca, seakan-akan dia akan menangis.
Tidak bisa, hatiku sakit sekali...!
"Ti-tidak, aku menyukaimu kok."
Saat aku mengatakan itu, Nonoaa-chan berkata "Ehehe" dan tersenyum manis..
Di sisi lain, Rinka masih memandangku dengan tatapan tajam.
"Jadi ternyata Kazuto-kun seorang lolicon, ya?"
"Itu tuduhan yang tidak masuk akal!"
★★★
"Nene, Kazuto-Onii-chan! Sekarang jadi kuda, ya!"
Nonoa-chan sangat manja padaku.
Dia memang sudah sejak awal sangat ramah, dan itu mungkin karena dia ingin punya kakak laki-laki.
Nonoka-chan tersenyum ceria dan dengan tanpa ragu meminta untuk bermain.
"Kuda, kuda!"
"Ya, ya. Pegangan erat-erat, ya."
Aku menggendong Nonoa-chan di punggungku dan berjalan dengan posisi seperti kuda di dalam ruangan.
Aku berusaha untuk tidak menunjukkan kalo sebenarnya, sebagai seorang pecandu game yang sudah terbiasa duduk, tubuhku merasa cukup lelah.
"Awalnya aku kira ini akan merepotkan... tapi Kazuto-kun memang pandai menemani anak-anak, ya."
"Entahlah, aku cuma ikut menikmati saja..."
Sikap Nonoa-chan yang sangat ramah juga membuatku merasa senang.
Dia sangat imut.
"Selanjutnya, gendong aku!"
"Baiklah."
Aku mengangkat Nonoka-chan yang meminta untuk digendong dengan tanganku di ke-2 sisi tubuhnya.
Setelah itu, aku menggendongnya dengan hati-hati.
Melihat pemandangan itu, Rinka terkejut dan memandang dengan mata terbelalak.
"Ini jarang sekali. Nonoa meminta digendong oleh orang selain keluarganya."
"Dia memang anak yang ramah, kan?"
"Memang, tapi biasanya dia hanya meminta digendong oleh keluarganya. ...Ah, tapi karena Kazuto-kun sudah menjadi suamiku, berarti tidak masalah."
"Itu sepertinya tidak ada hubungannya sama sekali."
Mungkin Nonoa-chan belum sepenuhnya memahami hubungan kami.
"Maaf, Nonoa-chan. Tangan ku sudah mulai lelah. Boleh aku menurunkanmu?"
"Mm... tidak apa-apa."
Melihat Nonoka-chan yang terlihat sedih membuat hatiku sedikit sakit, tapi aku harus melakukannya.
Aku perlahan menurunkannya.
"Nene, sekarang aku mau main game online!"
"Tidak bisa, Nonoa. Belum saatnya."
"Belum juga!"
"Nonoa masih kelas 1 SD, kan? Setidaknya setelah SMP ya."
"Cuma Rinka-Onee-chan yang curang! Aku juga mau!"
"Tidak boleh."
"Emmmmmh.... Kazuto-Onii-chan, ku mohon."
"Eh, aku?"
Tiba-tiba arah pembicaraan berubah.
Nonoa menatapku dengan tatapan penuh harap.
"Tidak boleh, Kazuto-kun. Masih terlalu dini untuk Nonoa."
Terlalu dini maksudnya, apa ada batasan umur untuk game online?
Tidak, bukan urusanku untuk ikut campur dengan pemikiran keluarga Mizuki.
"Kazuto-Onii-chan...!"
"..."
Gadis kecil seperti malaikat itu menatapku dengan mata berkaca-kaca.
Tidak ada manusia yang bisa menolak ini.
"Rinka, sedikit saja mungkin tidak apa-apa, kan?"
"Hah, kau terlalu memanjakannya. ...Baiklah, hanya sedikit saja ya?"
"Yey! Terima kasih Rinka-Onee-chan! Aku juga sayang Kazuto-Onii-chan!"
Melihat Nonoa-chan yang melompat-lompat dengan gembira, Rinka menunjukkan ekspresi enggan, tapu wajahnya terlihat lembut dan tersenyum.
Memang, mungkin tidak baik membiarkan anak seusianya terjebak dalam game online.
...Tapi, aku sendiri sudah mulai bermain game online sejak usia 4 tahun, lho.
"Yah, kalo begitu, aku mulai ya."
Rinka menyalakan komputer dan membuka 【Black Plains】.
Dia menyuruh Nonoa-chan duduk di kursi dan membuka menu pembuatan karakter.
Sepertinya dia akan membiarkan Nonoa mulai bermain dari awal.
"Uh? Hm...""
Dengan gerakan canggung, Nonoa-chan mencoba mengatur karakter.
Dari samping, Rinka menjelaskan dengan suara lembut.
Mereka ber-2 memang terlihat seperti saudara perempuan yang sangat dekat.
Aku duduk di tempat tidur Rinka dan menatap punggung mereka ber-2 dengan kosong.
Melihat mereka, sepertinya akan memakan waktu cukup lama.
Akhirnya, karakter pertama Nonoa-chan selesai setelah sekitar 30 menit.
Karakter itu adalah seorang gadis kecil yang mengenakan jubah hitam.
Namanya 'Nonoa'.
Sepertinya dia menyesuaikan dengan penampilannya di dunia nyata.
"Lihat, Kazuto-Onii-chan! Anak ini imut, kan?"
"Ya, sangat imut."
"Hehehe."
Setelah aku memujinya, Nonoa-chan tersenyum puas.
Imut sekali.
Kemudian, tutorial pun dimulai.
"Umm, untuk bergerak itu... ini?"
"Ya, benar. Tekan tombol spasi untuk..."
Nonoa-chan kesulitan mengoperasikan mouse dan keyboard untuk pertama kalinya.
Dia berusaha dengan panik menggerakkan karakter di layar.
Setelah berhasil menyelesaikan misi berjalan, karakter 'Master' yang berambut putih di dalam game memuji dengan tepuk tangan,
"Bagus! Hebat sekali, Nonoa-chan!"
"Hehehe, aku dipuji. Nene, Kazuto-Onii-chan, aku hebat, kan?"
"Ya, kau hebat~"
Karena dia bertanya dengan ceria, aku mengelus kepalanya dan memujinya.
Anak-anak memang sangat polos dan imut.
Kalau aku, malah berpikir, "Jangan katakan hal bodoh dan lanjutkan saja tutorialnya?"
"...Aku juga bisa melakukan itu, lho."
"Hah?"
Aku mendengar sesuatu yang terucap pelan.
Apa itu hanya salah dengar?
Aku tidak terlalu peduli dan berdiri di belakang Nonoai-chan sambil menatap layar.
Kali ini, tutorial dimulai dengan melawan monster.
Meskipun dia dserang, HP-nya tidak berkurang, jadi ini pasti pertarungan yang bisa dimenangkan.
Nonoa-chan dengan suara imut "Ei, ei" melemparkan bola api berkali-kali ke monster dengan gerakan yang canggung, dan akhirnya meraih kemenangan dengan mudah (?).
"Hmm, seperti yang kuharapkan dari Nonoa-chan! Kau hebat sekali!"
"Yey! Aku hebat, kan!"
Nonoa-chan dengan mata berbinar menarik-narik lengan bajuku, seolah mencari perhatian dariku dan meminta supaya aku memujinya.
"Hebat sekali, Nonoa-chan."
Aku dengan lembut mengelus kepala Nonoa-chan.
Dia benar-benar polos dan imut.
Tuhan, aku benar-benar ingin punya adik perempuan!
"Aku belum pernah dipuji oleh Kazuto-kun hanya karena hal seperti itu."
"...Eh, Rinka-san?"
"Ada apa?"
"Jangan-jangan, kau cemburu dengan adikmu?"
"Tidak, aku tidak cemburu. Aku hanya bicara sendiri. Jangan salah paham."
...Apa yang sebenarnya terjadi?
Meskipun merasa heran, aku terus memuji permainan Nonoa-chan sambil mengawasinya selama satu setengah jam.Selama itu, Rinka yang duduk di sebelahku sering bergumam, "Untuk pemula, dia memang cukup bagus, tapi apa perlu dipuji sebanyak itu?" atau "Meski dia anak kecil, standar pujiannya rendah banget, ya?"
Dia pasti cemburu dengan adiknya.
"Mataku mulai perih... aku ngantuk."
Nonoa-chan berhenti menggerakkan tangan di mouse dan mengusap matanya sambil bergumam.
"Sepertinya kau sudah bermain game terlalu lama. Mata mu lelah, hari ini cukup sampai sini saja."
"Umm... Kazuto-Onii-chan, gendong aku."
Nonoa-chan yang terlihat mengantuk mengangkat ke-2 tangannya ke arahku.
"Tidak boleh, Nonoa. Jangan terlalu merepotkan Kazuto-kun."
"Mm... Gendong aku..."
"Sudah cukup, Nonoa..."
"Aku akan baik-baik saja, tidak masalah. Ayo, Nonoa-chan, datang ke sini."
Aku menenangkan Rinka yang mulai marah, dan dengan lembut menggendong Nonoai-chan.
"Padahal dia sudah kelas 1, tapi dia masih seperti ini..."
"Begitulah. Bahkan ketika aku kelas 3, aku masih meminta ibu untuk menggendongku."
"Kau anak yang manja ya... Tapi, Kazuto-kun kecil sepertinya dia sangat imut...!"
"...!"
Hei, kau terlihat seperti penjahat sesaat, apa kau baik-baik saja?
Aku mengalihkan perhatianku dari Rinka ke Nonoa-chan.
Matanya terlihat mengantuk, sepertinya dia hampir tertidur.
Sebelum bermain game, dia sempat bermain-main denganku, berlarian dan berteriak.
Sebelumnya, dia juga bermain dengan teman-temannya...
"Kazuto-kun kau suka anak kecil ya?"
"Ya, aku tidak akan membantah itu. Rinka, apa kau tidak suka anak kecil?"
"Aku menyukai mereka. Karena anak-anak seperti mereka tidak memiliki niat tersembunyi."
Aku setuju dengan itu.
Anak-anak tidak pernah memikirkan penampilan atau status orang lain.
Tentu ada pengecualian, tapi pada dasarnya anak-anak itu murni dan tulus.
Seperti dalam game online, mereka adalah makhluk yang bisa berkomunikasi dengan hati.
"Sudah sore, tapi apa tidak apa-apa kalo aku tidak pulang?”
"Tidak apa-apa. Ibu akan pulang malam nanti. Ayah-ku sedang bekerja, jadi kau tidak perlu khawatir."
"Meski hari Minggu, pekerjaan tetap banyak ya. Apa ibu-mu juga bekerja?"
"Tidak, ibu-ku pergi ke perjalanan sehari dengan teman-teman dari masa SMA-nya. Dia pergi dengan langkah ceria dari rumah."
"Ibu yang ceria ya... Bagaimana dengan kakak perempuan-mu yang kuliah?"
"Onee-chan tinggal di rumah temannya. Mungkin hari ini dia tidak akan pulang."
Rinka berkata dengan nada yang terdengar agak sedih.
Ternyata dia memang sangat mencintai keluarganya.
"Zuu, zuu..."
Dari dadaku terdengar napas tidur yang tenang.
Nonoa-chan benar-benar tertidur. Wajah tidur yang manis itu, seperti malaikat.
Saat aku menikmati betapa lucunya Nonoai-chan, Rinka menusukkan jarinya ke pundak kiriku.
"Hm, ada apa?"
"Sejujurnya, aku senang kau begitu perhatian pada adikku, tapi apa itu tidak terlalu berlebihan?"
Rinka mengalihkan pandangannya dengan malu-malu, pipinya memerah, dan dia berbicara dengan suara kecil.
Jangan-jangan dia cemburu...?
"...Rinka?"
"Perhatikan aku juga... dengan baik..."
"─────────"
Rinka menatapku dengan ekspresi sedikit malu di wajahnya, namun penuh harap.
Apa yang harus aku lakukan, dia mulai terlihat sangat imut.
Berbeda dengan keimutan yang pernah aku rasakan sebelumnya.
Keimutan menggemaskan yang menyebarkan kehangatan yang menyebar di dalam dadaku.
"Rinka..."
"Kazuto-kun..."
Sinar matahari sore yang masuk melalui jendela menciptakan bayangan pada wajah Rinka yang indah.
Di ruang yang hanya terdengar napas tidur Nonoa-chan, aku dan Rinka hanya fokus pada satu sama lain.
"........"
Kami saling menatap dalam jarak yang begitu dekat, seakan hanya satu langkah lagi bibir kami akan bersentuhan.
Aku merasakan seolah waktu berhenti sejenak, tapi pada saat itu──────.
"Sudah lama sekali aku tidak pulang! Rinka, Nonoa... eh, sepatu siapa ini!?"
Suara perempuan yang kuat namun tetap feminin terdengar dari balik pintu.
"Eh, bohong...? Onee-chan kembali untuk pertama kalinya dalam beberapa minggu...!"
Wajah Rinka berubah pucat lagi.
Suasana hangat dan manis yang ada sebelumnya langsung lenyap dalam sekejap.
Aku membuka mulutku meskipun aku merasa kalo aku dalam bahaya.
"Bagaimana, apa aku harus bersembunyi di tempat tidur lagi?"
"Sudah terlambat untuk itu... Haa..."
Rinka sepertinya sudah pasrah.
Dia menghela napas panjang dan menatap ke kejauhan.
"Kenapa harus hari ini...!"
Ah, ya.
Memang ada hari-hari seperti itu.
[TL\n: kasian jir, niat hati mau berduaan, malah kelaurganya gak mau ikut kerja sama]
★★★
"Jadi, bisa kalian jelaskan hubungan kalian ber-2?"
Kami, yang telah dipersilakan duduk di ruang tamu, kini duduk di kursi yang menghadap ke meja, di mana
『Mizuki Kasumi』 duduk dan menginterogasi kami.
Kasukami-san menyilangkan lengannya, dengan pandangan mata yang terlihat ramah namun sedikit terdistorsi oleh kemarahan, dan dia menatap kami dengan tajam.
Menurut Rinka, Kasumi-san adalah tipe wanita yang agak kasar dan tidak terlalu memperhatikan hal-hal kecil.
Tapi, saat dia marah, dia bisa sangat tegas dan selalu teguh pada prinsipnya.
"..."
Aku, yang sebelumnya menunduk, secara diam-diam mengangkat wajahku dan menatap Kasukami-san.
Dia sangat cantik.
Rambutnya yang panjang sampai bahu terlihat terawat dengan baik, rambutnya mengkilap dan lembut saat dilihat.
Tak perlu diragukan lagi, wajahnya juga sangat cantik.
Secara keseluruhan, dia memiliki aura yang sedikit seperti seorang kakak perempuan yang tegas.
Ternyata, ke-3 saudari Mizuki ini benar-benar memiliki kepribadian yang sangat berbeda.
"Hm? Apa ada sesuatu di wajahku?"
"Tidak, tidak ada apa-apa."
Aku hampir saja bercanda, "Kau punya mata dan hidung yang cantik", tapi aku segera menghentikannya.
Aku merasa kalo aku membuat lelucon seperti itu sedikit saja, aku akan langsung dipukul.
Ngomong-ngomong, Nonoa-chan sedang tidur nyenyak di kamar Rinka.
"Jadi, Rinka. Siapa pria ini?"
"Ini Kazuto Ayakouji, teman sekelasku."
"Begitu... Jadi apa kalian pacaran?"
"......"
Rinka terdiam.
Aku pikir dia mungkin akan menjawab dengan sesuatu seperti, "Kami lebih dari sekedar pacaran, kami sepasang suami istri", tapi ternyata...
Rinka menundukkan kepalanya dan tidak berusaha bertatap mata dengan kakaknya.
Ini benar-benar pemandangan yang langka.
"Hubungan kalian ber-2 sudah bisa ku tebak, tapi... Rinka, membawa seorang pria ke sini itu tidak baik."
"Ya, kau benar."
"Apa yang akan kau lakukan kalo ada orang yang mengetahuinya? Kau akan membuat masalah untuk semua orang."
"......"
Dengan argumen yang logis dan bertubi-tubi, Rinka menjadi terdiam.
Suasana menjadi sangat berat.
Ketika aku berpikir begitu, Kasumi-san dengan suara pelan bertanya sesuatu yang mengejutkan.
"Ngomong-ngomong, kalian sudah... apa kalian berdua sudah ngewe?"
" "Bufu!" "
Aku dan Rinka tertawa pada saat yang bersamaan.
Orang ini benar-benar bertanya dengan serius!
"Ch... Chotto, Onee-chan...!"
"Ah, jadi belum? Kalo begitu, apa kalian sudah ciuman?"
" "...." "
"Eh, belum!? Kalian ber-2 ini, sebenarnya hubungan kalian itu apa?"
Kami suami-istri dalam game online.
Sambil melihat ekspresi terkejut Kasumi-san, aku berkata begitu dalam hatiku.
"Umm, kalian ber-2 pacaran, kan?"
"Lebih tepatnya, kami suami-istri."
"......Ha?"
Akhirnya Rinka mengatakannya.
Kasumi-san menatap kami dengan mata terbelalak.
Aku merasa ingin meremas kepalaku.
"Aku dan Kazuto-kun bertemu lewat game online, 【Black Plains】."
"Ah, ngomong-ngomong, Rinka, kau sangat kecanduan game online dulu ya?"
"Benar. Di sana aku dan Kazuto-kun menikah."
"Begitu..."
"......"
"......"
"......"
"Eh, itu saja?"
"Benar."
Kasumi-san menatap kami dengan berkedip, lalu Rinka mengangguk dengan tenang.
Aku bisa merasakan dengan jelas apa yang ada di pikiran Kasumi-san.
Mungkin dia mengira kami diam-diam berpacaran dan sering bertemu secara sembunyi-sembunyi.
Tapi kenyataannya, kami hanya teman di game online.
Tidak heran kalo Kasumi-san terkejut.
"Jadi, maksudnya, kalian berpacaran di dunia nyata juga?"
"Karena kami sudah menikah di game, tentu saja di dunia nyata kami juga suami-istri."
"Aku tidak mengerti apa yang dikatakan adikku..."
...Mungkin ini adalah pertama kalinya aku mendengar reaksi yang lebih umum.
Ini pasti reaksi yang biasa.
"Onee-chan, kau mungkin tidak akan mengerti. Di game, kami bisa membangun hubungan yang jauh melampaui dunia nyata."
"........... Kazuto-kun, kan? Apa pendapatmu?"
Pembicaraan beralih ke arahku.
Sepertinya Kasumi-san sudah menilai kalo dia tidak dapat melakukan percakapan yang layak dengan Rinka.
"Kalo aku bisa menjadi dekat dengan Rinka—eh, maksudku, Mizuki-san..."
"Hm, oh, Rinka memang sangat cantik dan seperti seorang idola, kan?"
"Aku tidak bermaksud begitu. Meskipun Mizuki-san jelek atau orang biasa, aku rasa aku akan tetap berada di sisinya."
Ini adalah hal yang tidak ingin aku bantah.
Meski pemikiran Rinka kadang berlebihan, tahun-tahun yang kami jalani bersama Kazu dan Rin itu nyata.
Ikatan kami tidak sekecil itu untuk bisa hancur hanya karena informasi dunia nyata.
"Kazuto-kun..."
Dari sebelahku, aku merasakan perasaan yang mirip dengan rasa hormat dari Rinka.
...Apa aku baru saja mengatakan sesuatu yang sangat memalukan?
"Hm. Yah, aku tidak benar-benar mengerti tentang sistem pernikahan di game online... Tapi... ternyata kalian serius."
Kasumi-san menyilangkan tangannya dan mengangguk seolah-olah dia mengerti.
"Onee-chan, kalo Kazuto-kun tidak ada, aku rasa aku tidak bisa melanjutkan karierku sebagai idola. Jadi..."
"Jadi?"
"Bisakah kau menerima hubungan kami?"
"...Hubungan sebagai suami-istri?"
"Benar."
.........
Hm?
Bukan hanya sekadar suami-istri, bahkan aku bahkan tidak ingat pernah menjalani hubungan resmi dengannya...
Tapi, sepertinya kalo kakak yang tegas ini yang berbicara, dia akan marah dan berkata, "Jangan bicara omong kosong!"—tapi kenapa dia malah mengatakan ini?
"Tidak ada pilihan lain. Sebagai Onee-chan, aku akan mengizinkan kalian!"
Eh, dia benar-benar mengizinkan? Bagaimana dengan sikapnya yang mengintimidasi tadi?
"Onee-chan... Terima kasih."
"Yah, daripada memberi Rinka kepada pria yang sembrono, lebih baik memberikannya pada pria tampan yang terlihat lebih rendah hati di sana, kan?"
"Ta-Tampan? Maksudmu..."
Aku langsung membantah.
Melihat reaksiku, Kasumi-san tersenyum lebar.
"Ah, tidak perlu merendah begitu. Memang, kau tidak terlihat seperti tipe yang bisa membuat orang teriak-teriak, tapi aku rasa kau tipe pria yang diam-diam punya daya tarik. Kelihatannya kau tipe orang yang bisa dengan jelas mengungkapkan pendapatmi."
"Itu... Ya, tapi tidak usah membahas diriku. Bukankah aneh kalo seorang idola populer seperti Rinka berkencan dengan seorang pria?"
"Memang aneh. Tapi, hampir semua idola itu diam-diam berkencan dengan pria, kan? Bahkan kadang-kadang mereka punya hubungan fisik (ngewe) dengan banyak pria, termasuk manajer mereka."
Sungguh kisah yang menghancurkan mimpi.... Aku terdiam sejenak, tapi tetap membalas.
"Kasumi-san, awalnya kau juga menentang, kan? Kau bilang 'itu akan merepotkan semua orang'."
"Ah, itu cuma akting."
"Eh, akting?"
"Yah, aku sebenarnya sangat menginginkannya. Seperti ini, ketika anak perempuan membawa calon suaminya ke rumah, dan ayahnya berteriak dan membalikkan meja, tahu kan? Aku ingin mencoba hal seperti itu."
"..."
Kasumi-san tertawa ceria.
Apa-apaan wanita ini...
"Dan, Rinka yang dulu kesulitan membuat teman sesama jenis, tiba-tiba membawa seorang pria, itu tentu saja tidak biasa. Ini adalah kesempatan pertama dan terakhir, kan?"
"...Menurut ku, kalo hubungan kami terbongkar, Rinka tidak akan bisa melanjutkan kariernya sebagai idola."
"Itu tidak masalah, kan? Dia sudah cukup berusaha. Sekarang saatnya untuk dia mengejar kebahagiaannya sebagai seorang perempuan."
"..."
Meskipun cara penyampaiannya agak tidak langsung, itu adalah cara yang memikirkan kebahagiaan Rinka.
"Aku senang mendengar kau bilang begitu, Onee-chan. Tapi, aku tidak ingin merepotkan teman-teman di Star☆Mines. Bisakah kita merahasiakan hubungan aku dengan Kazuto-kun?"
"Tentu saja. Mereka juga anak-anak yang baik. Meskipun jadi populer, mereka tetap rendah hati dan terus berusaha."
Ternyata Kasumi-san sepertinya sudah pernah bertemu dengan anggota Star☆Mines yang lain.
Sebenarnya, itu bukan hal yang aneh.
Star☆Mines dibentuk ketika Rinka masih kelas 2 SMP, dan hubungan persahabatan antara Rinka dan Kurumizaka-san sudah dimulai sejak mereka masih SD.
Bahkan, kalo mereka tidak saling mengenal, itu akan terasa aneh.
"Sepertinya pembicaraan ini sudah selesai. Jadi, Ayakoji Kazuto-kun..."
"H-Hai?"
Kasumi-san menatapku dengan senyum yang penuh arti.
"Selanjutnya... bagaimana kalo kau juga menyapa ibu kami?"
...Serius?
Sekarang sudah ada suasana yang membuatku tidak bisa lagi mengatakan kalo aku dan Rinka sebenarnya belum resmi pacaran.
Aku merasa seperti sedang didesak dengan lancar tanpa celah.
"Onee-chan, bukannya terlalu cepat untuk menemui ibu?"
"Eh? Kalian kan menganggap diri kalian sebagai pasangan suami istri, kan? Kalo begitu, tidak ada masalah, kan?"
"Itu..."
Rinka melirikku dengan tatapan ragu.
Aku tahu apa yang membuatnya bimbang.
Rinka, yang sedang menunggu jawabanku, dia memang berperan seperti istri, tapi sepertinya dia tidak ingin situasi ini berkembang menjadi sesuatu yang terlalu serius.
"Kalian saling suka, kan?"
" "....." "
"Lho, ada apa?"
Melihat kami yang diam seribu bahasa, Kasumi-san memiringkan kepalanya dengan bingung.
"Jadi, begini... Kazuto-kun sepertinya belum sepenuhnya menyadari kalo dia adalah suamiku. Saat ini, aku hanya menunggu dia menyelesaikan perasaannya."
"Ah, ah... begitu ya. Jadi maksudmu, dia masih cukup waras."
Dengan cara bicaranya yang seperti itu, membuat seolah-olah Rinka terlihat seperti orang aneh.
Tapi... sulit untuk menyangkal juga.
"Tapi tenang saja. Sebenarnya, Kazuto-kun mencintaiku. Dia hanya belum menyadarinya."
"....Entah sejak kapan adikku berubah menjadi orang yang punya sisi gelap seperti ini."
Kasumi-san melirikku seakan meminta pertolongan.
Tapi aku tidak bisa melakukan apa-apa.
Kalo dipikir-pikir, semuanya memang sudah seperti ini sejak awal.
"E-ehm... coba aku luruskan lagi. Jadi, Rinka menganggap kalian sudah seperti pasangan suami istri, kan?"
"Ya."
"Kalo begitu, bagaimana dengan Ayakouji-kun?"
"Umm... aku hanya teman di game online... dan belakangan ini kami mulai sering berinteraksi di dunia nyata sebagai teman sekelas, mungkin begitu."
"Kau menyukai Rinka?"
"Aku menyukainya, sih... tapi, aku tidak yakin apakah itu perasaan cinta. Dari dulu aku lebih mengagumi Mizuki-san sebagai seorang idola."
"Ah, sepertinya situasinya menjadi cukup rumit. Dan sepertinya yang paling memperumit keadaan adalah Rinka, kan?"
"Apa maksudnya dengan itu?"
"Ya, maksudku persis seperti apa yang aku katakan."
"Walaupun Kazuto-kun belum memberikan kejelasan, tapi fakta kalo kami sudah menikah tidak berubah."
"....Eh, apa ini yang disebut yandere? Atau mungkin semacam penguntit?"
"Jangan katakan hal yang buruk seperti itu. Meskipun kau Onee-chan-ku, aku juga bisa marah padamu, tahu."
Rinka mengatakan itu dengan nada yang menyiratkan sedikit kemarahan.
Kasumi-san menghela napas sambil memijat pelipisnya, kemudian berbicara.
"Ah... sekarang aku mulai memahami hubungan kalian. Awalnya, aku mengira kalian saling menyukai dan sedang bermain peran sebagai pasangan suami istri. Tapi...apa ini sebenarnya Rinka yang hanya terus mengejar Ayakouji-kun?"
Pernyataan itu sepertinya ada benarnya, tapi tidak sepenuhnya benar.
Bagaimanapun juga, aku sudah menerimanya, meskipun aku belum sepenuhnya mengakui hubungan sebagai pasangan suami istri.
"Aku tidak mengejar-ngejarnya. Kalo kami sudah menikah, bukankah wajar untuk selalu bersama?"
"....Rinka..."
Akhirnya, Kasumi-san hanya bisa memegangi kepalanya.
Atau mungkin, kata 'terdiam tanpa kata' lebih cocok untuk menggambarkan situasinya.
Setelah itu, Kasumi-san mengangkat kepalanya dan menatapku dengan serius.
"Ayakouji-kun..."
"Ya?"
"Tolong jaga Rinka...dengan baik."
"Ya...eh? Apa!?"
"Yah, mau bagaimana lagi? Hanya kau yang mampu menerima cinta mendalam anak ini."
"Apa yang kau katakan!?"
"Lihat, Rinka itu sangat cantik, kan? Bahkan tanpa bias sebagai keluarganya, aku pikir dia termasuk kelas atas dalam hal penampilan di negara ini. Selain itu, dia pintar, suaranya bagus, bisa memasak, dan dia seorang idola tipe cool yang sering disebut sebagai gadis super cantik... Singkatnya, dia sempurna, kan?"
"Kenapa itu terdengar seperti kau sedang menyerahkan masalah besar pada ku?"
"Ah, sudah cukup! Dengar, ini momen langka di mana Rinka membawa seorang pria ke rumah! Aku sempat berpikir, oh, jangan-jangan adikku ini tidak tertarik pada laki-laki? Apa dia menyukai nge yuri? Apa seperti itu? Tapi sekarang dia membawa pria! Ini kesempatan terakhir, mengerti!?"
"Uh...sungguh...?"
Kasumi-san mulai melontarkan argumen yang terkesan asal dan memaksa.
Apa ini sebenarnya...?
"Aku tidak tahu apa yang membuatmu ragu, Ayakouji-kun, tapi ada juga cinta yang tumbuh setelah menjalin hubungan, kan? Jadi, bagaimana kalo kau mencoba melangkah lebih jauh dengan Rinka dulu?"
"Begitu ya, itu juga salah satu cara berpikir yang masuk akal──────tapi tidak mungkin aku setuju dengan itu! Itu kan seperti memaksakan keadaan!"
"Lalu kenapa tidak? Apa yang kurang dari Rinka!?"
"Bu-bukan berarti aku merasa ada yang kurang, atau semacamnya..."
"Bagus kalo begitu! Aku tahu kau serius memikirkan Rinka, dan itu menyenangkan. Tapi bagaimana kalo kalian sesekali bertindak dengan semangat muda kalian, tanpa terlalu banyak berpikir?"
"Kasumi-san..."
Ucapannya membuatku tertegun.
Memang benar, aku terlalu banyak berpikir hingga terjebak dalam dilema ini.
Tapu, Kasumi-san tersenyum dengan nakal dan menambahkan,
"Ikuti saja dorongan nalurimu."
"...."
Ini benar-benar keterlaluan.
Dari awal orang ini sudah bicara soal hal-hal tidak senonoh.
Mungkin dia adalah orang yang cukup berbahaya.
"Baiklah, kalo begitu aku akan menelpon Ibu. Setidaknya, makan malam di sini saja, ya."
Sambil berbicara begitu, Kasumi-san mengeluarkan HP-nya dan mulai melakukan panggilan.
Dia bergerak dengan kecepatan luar biasa, dia benar-benar mendesak segalanya.
Melihat penampilannya, aku awalnya berpikir dia adalah tipe wanita yang santai dan terbuka, tapi ternyata dia jauh melampaui bayanganku.
"Maafkan aku, Kazuto-kun. Sebelum kau siap sepenuhnya, semuanya jadi seperti ini."
Rinka, yang duduk di sebelahku, meminta maaf dari lubuk hatinya.
"Ti-tidak, ini bukan salahmu..."
Kemungkinan besar, ini memang bukan kesalahan Rinka.
Ah, rasanya aku ingin bermain game online sekarang...
Keinginan itu mungkin adalah bentuk dari pelarian diri dari kenyataan.
★★★
"Ah, Kazuto-kun kau memang anak yang menarik!"
"Be-benarkah?"
"Iya, iya. Berbicara denganmu itu sangat menyenangkan."
Sambil menunggu ibu mereka pulang, aku menemani Kasumi-san dan Nonoa-chan.
Di ruang tamu, aku menjadi lawan bicara Kasumi-san, sekaligus meladeni Nonoa-chan yang terlihat ceria dan sering mengajakku bermain.
Hal ini cukup menguras tenaga dan membuatku harus banyak menjaga sikap.
Sesekali, aku melirik ke arah dapur, mencari keberadaan Rinka.
Dia sedang sibuk memasak makan malam.
Biasanya, rambutnya yang indah tergerai hingga pinggang.
Tapi kali ini, rambutnya diikat menjadi kuncir kuda, dan dia mengenakan celemek berwarna biru muda.
Dari tempatku duduk, aku hanya bisa melihat punggungnya, tapi entah kenapa, pemandangan itu saja sudah menimbulkan rasa hangat di dadaku.
"Eh, apa itu? Kau sedang terpikat dengan Rinka, ya?"
"Y-ya...mungkin begitu,"
Menyangkalnya terasa tidak sopan, lagipula itu adalah kebenaran.
Dia memang sangat cantik, dan jantungku selalu berdebar setiap kali melihatnya.
Melihat sisi domestik seorang idola tipe cool seperti dirinya, mungkin aku adalah orang pertama yang memiliki kesempatan seperti ini.
"Hari ini kita akan makan kari! Kazuto-Onii-chan, apa kau menyukai kari?"
"Aku menyukainya!"
Nonoa-chan menarik rambut poniku dengan pelan.
Kalo begini terus, bagaimana kalo aku jadi botak muda?
"Kari hari ini rasanya manis, loh."
"Begitu ya. Sudah bertahun-tahun sejak terakhir kali aku makan kari manis. Apa iti dibuat manis supaya sesuai dengan selera Nonoa-chan?"
"Tidak, bukan untukku. Aku suka sekali kari super pedas!"
"Kau benar-benar anak SD yang luar biasa. Lidahmu benar-benar gila. ...Eh, kalo begitu, apa kari manis ini dibuat untuk Kasumi-san?"
"Hahaha, Kazuto-boy. Menurutmu, apa aku akan puas dengan kari manis seperti itu?"
"‘Boy’ apa itu... Tapi, ya, dari bayangan ku, Kasumi-san sepertinya lebih cocok dengan kari pedas."
"Benar, kan? Jadi alasan kari ini dibuat manis adalah..."
"Rinka?"
"Benar sekali!"
"Se-sepertinya ini mengejutkan. Ternyata Rinka lebih suka kari manis...."
Padahal aku membayangkan dia akan baik-baik saja meskipun makan kari pedas.
"Rinka-Onee-chan itu sebenarnya tidak suka yang pedas! Kemarin saja, dia menangis hanya karena menjilat cabai yang ada di udon!"
"Ternyata dia benar-benar tidak suka pedas, ya. Padahal cabai yang ada di udon itu kan cukup ringan."
Entahlah, aku merasa sedikit senang karena bisa mengetahui sisi lain dari Rinka yang tidak terduga ini.
"Buat kami sih, kami ingin makan makanan yang pedas. Tapi karena hanya Rinka yang bisa masak, kami jadi tidak bisa membantah."
"Hmm. Kasumi-san, apa kau tidak bisa memasak?"
"Tidak, aku tidak bisa! Beberapa hari yang lalu, aku mencoba membuat telur rebus dan aku memasukkannya ke dalam microwave dan meledak! Hahaha."
"Hore! Ledakan ledakan~!"
"Itu bukan sesuatu yang harus ditertawakan! Itu masalah serius, lho!"
Di zaman sekarang, rasanya sudah jadi hal yang umum untuk tahu kalo telur tidak boleh dipanaskan di microwave.
"Kazuto-boy, kau harus ingat kata-kata ini."
"....Apa itu?"
"Hidup adalah sebuah ledakan."
"Kalo begitu, yang benar itu 'seni adalah ledakan', kan? Kalo hidup sampai meledak, berarti semuanya berakhir."
Aku menatapnya dengan tatapan setengah terpejam, lalu terdengar suara pintu depan dibuka.
Itu berarti ibu mereka baru saja pulang.
"Ibu pulang!"
Dengan gembira, Nonoa-chan berlari menuju pintu.
Dia benar-benar menggemaskan.
Meskipun aku masih seorang pelajar, tiba-tiba aku merasa ingin memiliki anak perempuan.
Kemudian, ibu Rinka muncul, digandeng oleh Nonoa-chan──────.
"Uwaaah... Ah, ini parah sekali. Lantai ini terasa bergoyang!"
...Ibu Rinka sangat mabuk.
Wajahnya merah padam, dan langkahnya goyah.
Oh, benar juga, Kasumi-san sempat bilang tadi kalo ibi mereka baru saja minum sedikit dengan teman-temannya sebelum pulang.
...Apa ini yang dimaksud dengan 'sedikit'?
"Hei, Bu. Ini memalukan, jadi tetaplah kuat."
"Aha, maaf ya, Rinka~"
Rinka yang datang tergesa-gesa dari dapur memberikan segelas air kepada ibunya, dan ibunya meminum air itu dalam sekali teguk..
...Perasaan apa ini?
Aku sulit menjelaskannya, tapi ini sangat berbeda dari yang aku bayangkan.
Dia adalah ibu dari Rinka, kan?
Aku membayangkan dia akan memiliki kesan yang lebih tegas.
Tapi, kalo aku mempertimbangkan kepribadian Nonoa-chan dan Kasumi-san, seharusnya orang yang tegas itu malah terasa aneh.
Berarti, Rinka yang memiliki sifat lebih dingin itu adalah pengecualian?
Tapi, kalo itu adalah Rinka, rasanya tidak terlalu aneh.
"Kau... Kazuto-kun, kan?"
"Y-ya..."
Bicara ibu Rinka agak tidak jelas.
Dengan aroma alkohol yang sangat kuat, dia mendekat ke arahku, lalu memegang wajahku dengan keh2 tangannya dan mencubitnya.
"Ah, wajahmu imut sekali. Anak dari Johnny's, ya?"
[TL\n: maksud ibu Rinka tu dia naya kalo si Kazuto tu dari Johnny's Entertainment apa enggak. Btw Johnny's Entertainment tu sebuah agensi hiburan terkenal di Jepang yang didirikan oleh Johnny Kitagawa pada tahun 1962. Agensi ini mengelola banyak grup idola pria Jepang, termasuk SMAP, Arashi, dan Hey! Say! JUMP.
"Ti-tidak, bukan..."
"Benarkah? Sayang sekali. Kenapa kau tidak coba mendaftar sekarang saja?"
Apa yang sedang dikatakan orang ini?
Sepertinya dia terlalu mabuk.
"Hoi, ibu. Jangan buat Kazuto-kun repot."
"Rinka."
Rinka, lalu menarik ibunya dan menyuruhnya duduk di sofa.
Dia tidak terlihat seperti wanita yang memiliki anak seorang idola terkenal.
"Hehehe, kau pasti terkejut, kan, Kazuto-boy?"
"Memang sih... Tapi, apa sih maksudmu dengan 'boy’ itu?"
"Ibu kami, biasanya sangat serius dan terkadang menakutkan, tapi begitu dia minum sedikit alkohol atau terlibat dalam sesuatu yang kompetitif, dia bisa berubah menjadi orang yang berbeda."
"Begitu ya...?"
Aku penasaran bagaimana sifatnya saat tidak mabuk.
Melihat ibu Rinka yang sedang dirawat di sofa, rasanya sangat tidak mungkin dia adalah orang yang serius dan tegas seperti yang Kasumi-san katakan.
Tanpa sadar, aku tetap mengamati mereka berdua.
Rinka berbicara dengan ibunya, dan entah kenapa, dia kemudian berjalan mendekat ke arahku.
"Eh, Kazuto-kun. Ibu memintaku untuk memberimu ini."
"Hah?"
Rinka menyerahkan Hp-nya dengan ragu-ragu, jadi aku menerimanya.
Segera aku menyesalinya.
Hp-nya sedang dalam mode video call, dan yang muncul di layar adalah seorang pria berkacamata yang terlihat serius.
Hah, jangan-jangan orang ini adalah───.
『Selamat malam. Kau pasti Kazuto Ayanokoji-kun, kan? Aku, Mizuki Mikio, ayahnya Rinka.』
Ayahnya mereka ada disini! Kenapa?
『Maaf kalo perkenalannya seperti ini. Akh tidak bisa pulang karena pekerjaan.』
"Ah, ti-tidak apa-apa."
『Dengar-dengar, kau sedang berpacaran dengan Rinka?』
"A-ano... itu sedikit salah paham sebenarnya..."
『Salah paham?』
Mikio-san mengangkat kacamatanya sedikit, lalu mengeluarkan suara berat yang membuat tekanan terasa begitu kuat.
"Sebenarnya, aku hanya berteman dengan Rinka di game online... dan baru-baru ini kami mulai berinteraksi secara langsung, jadi hubungan kami lebih ke arah teman (?)."
Aku memutuskan untuk mengungkapkan semuanya dengan jujur.
Aku telah terbawa arus hingga sejauh ini, tapi aku rasa aku harus mengatakan yang sebenarnya pada ayahnya.
Karena dia adalah orang yang paling menakutkan, maka aku harus berbicara dengan jujur, meskipun mungkin akan dihina...
『Ayanokoji-kun.』
"...Ya."
『Jadi, kau ingin mengatakan kalo keluargaku hanya sedang terbawa suasana dan bersemangat tanpa alasan, kan?』
"A-aku minta maaf...tapi seperti itulah situasinya!"
Itu bukanlah ungkapan yang salah.
Bahkan bisa dibilang itu adalah kenyataan.
『.....』
"...."
Suasana hening yang berat mulai menyelimuti kami.
Mikio-san meletakkan tangannya di dagunya dan berpura-pura berpikir.
『...Ayanokoji-kun.』
"Y-ya?"
『Aku mengerti situasimu. Sepertinya perkiraanku benar.』
"...?"
Apa maksudnya?
Aku mendengarkan kata-kata Mikio-san dengan penuh perhatian.
『Ayanokoji-kun, aku juga pernah melalui di jalan yang sama dengan mu.』
"Eh, eh?"
『Lakukan yang terbaik.』
"A-apa maksudmu!? Kenapa kau seolah-olah memandang dengan penuh kebijaksanaan!"
『Aku akan memberikan nasihat dari seorang pendahulu mu. Pilihlah pekerjaan yang membuatmu sering bepergian dinas.』
"Ha!?"
Mikio-san mengatakan itu dengan suara berat yang penuh misteri.
Aku sama sekali tidak mengerti maksudnya.
『Istriku adalah sosok yang sangat kusayangi. Tapi kalo aku selalu bersamanya setiap hari, aku akan merasa lelah. Bahkan saat pagi tiba, kelelahan itu masih terasa.』
"Lalu, apa yang kau maksud!? Aku tidak mengerti!"
『Cinta kadang-kadang membuat orang terperangkap dalam jalan yang penuh penderitaan... Ingatlah kata-kata itu dalam hatimu.』
"Tung...!"
Tuu... Tuu... Video call terputus.
"...."
Kenapa orang ini mengabaikan kata-kataku dan tiba-tiba memutuskan telepon begitu saja!?
"Mikio-san... Apa yang terjadi padamu...!?"
Mungkin itu adalah saat aku sekilas melihat sisi gelap keluarga Mizuki.
Kemungkinan besar, dia (Mikio) punya masalah dengan ibu Rinka.
Masalah itu sudah ada sejak dulu dan sepertinya tidak berubah hingga sekarang.
Mikio-san memberikan peringatan padaku dalam telepon singkat itu.
"Apa itu cukup, Kazuto-kun?"
"Ah, a-ya."
Dengan tangan kanan yang gemetar entah kenapa, aku mengembalikan Hp ke Rinka.
Mungkin ini sudah terlambat.
Dalam berbagai hal.
★★★
"Seharusnya kau menginap saja, kan?"
"Ah, itu sih... sepertinya tidak bisa..."
"Ahaha, cuma bercanda kok, bercanda."
Di kursi pengemudi, Kasumi-san tersenyum nakal, seolah-olah dia sedang bercanda.
Tapi rasanya itu bukan sekadar candaan.
Aku yang duduk di kursi penumpang hanya melamun sambil memandang pemandangan kota yang berubah lewat jendela.
Setelah makan malam yang ramai di rumah Mizuki, waktu sudah agak larut untuk seorang pelajar seperti aku berkeliaran.
Keluarga Mizuki yang peduli dengan keselamatanku menyarankan agar aku menginap, tapi aku dengan sopan menolaknya.
Besok adalah hari Senin, dan juga aku harus sekolah.
Meskipun kalo itu libur sekalipun, aku tidak punya keberanian untuk menginap.
Setelah memberitahu kalo aku akan pulang, Kasumi-san setuju untuk mengantarku dengan mobil.
"Seperti ini, aku ingin bicara ber-2 dengan pacar adikku, lho."
"Eh, aku belum jadi pacarnya."
"Oh? Kau bilang 'belum', ya?"
"Eh, bukan begitu maksudku!"
Aku terburu-buru menjawab, dan Kasumi-san tertawa nakal dengan suara "ushishi".
"Kazuto-kun, apa ada orang lain yang kau suka?"
"Kenapa?"
"Ya, maksudku, meskipun Rinka terus mendekatimu, kau tetap bisa menjaga kewarasan mu. Jadi, aku pikir mungkin kau punya seseorang yang benar-benar kau suka."
"Seseorang yang aku suka... tidak ada."
"Hmmm. Jadi kau sangat populer, ya? Terlalu populer sampai Rinka tidak bisa membuatmu puas?"
"Aku, sama sekali tidak populer."
"Mungkin itu karena Kazuto-kun tidak menyadarinya? Kalo aku sekelas denganmu, aku pasti tidak akan membiarkanmu begitu saja."
"Aku senang mendengarnya, meskipun itu hanya candaan."
"Ahaha, itu bukan candaan. Sebenarnya, aku sedikit iri dengan Rinka."
"..."
'Aku sedikit iri pada Rinka...'
Kata-kata itu sepertinya mengandung banyak makna. ...Aku tidak tahu bagaimana harus menjawabnya.
Aku yang tidak terlalu percaya diri dalam berkomunikasi, tidak tahu apa yang harus kukatakan.
"Walaupun hari ini aku mengatakan banyak hal, kalo kau benar-benar tidak suka dengan Rinka, katakan saja dengan jujur. Aku akan mencoba untuk mengatasi masalah ini."
"Aku tidak membencinya. Hanya saja aku belum bisa membuat keputusan dalam diriku sendiri."
"Begitu, ya. Ya, pasti perlu waktu untuk berpikir. Yah, itu lebih baik daripada seorang anak laki-laki yang bertindak terburu-buru dan meraih gadis tanpa memikirkan konsekuensinya."
Kasumi-san melirikku sejenak dan tersenyum dengan ekspresi yang lega.
Dia mungkin bertingkah ceria, tapi pada dasarnya dia pasti orang yang serius.
Aku merasa sedikit lebih mengerti tentang dirinya dalam waktu singkat ini.
"Walaupun sekarang dia terlihat bersenang-senang, Rinka dulu sangat tertekan dan penuh ketegangan."
"Apa itu sebelum dia terkenal?"
"Ya, itu dulu. Waktu Rinka masih SMP."
Kasumi-san berkata sambil menatap jauh, mengenang masa lalu yang penuh kesulitan.
Aku rasa aku pernah mendengar sedikit tentang itu sebelumnya dari Kurumisaka-san di kantin.
"Dulu, grup Star☆Mines tidak populer sama sekali. Rasanya, meskipun mereka punya semangat, itu hanya sebatas itu saja. Masing-masing dari mereka memiliki bakat luar biasa, tapi mereka tidak bisa memanfaatkannya dengan baik."
"Begitu, ya..."
"Ya. Dan ternyata sering ada pertengkaran di antara para anggota grup."
"Benarkah? Sekarang rasanya mereka terlihat sangat akrab."
Memang, publik mengenal mereka sebagai grup yang sangat kompak.
"Sekarang mereka sangat akrab, sih. Tapi ada masa-masa sulit juga dulu."
Kasumi-san melanjutkan sambil mengemudi.
"Contohnya, ada Nana-chan, kan? Anak itu, dia sering menangis dan merasa bingung setiap malam. Terutama karena dia merasa bertanggung jawab sebagai orang yang mengajak Rinka ke dunia idola."
"Eh, Kurumizaka-san yang itu?"
"Ya, Nana-chan itu."
Aku sama sekali tidak bisa membayangkan Kurumizaka-san yang biasanya ceria dan penuh energi, sedang menangis atau merasa tertekan.
Itu berarti dia benar-benar tertekan pada masa itu.
"Kenapa Kasumi-san bisa tahu tentang itu?"
"Aku beberapa kali mendengarkan keluhan Nana-chan lewat telepon. Rinka dan Nana-chan sudah saling kenal sejak mereka masih SD, kan? Jadi aku juga punya hubungan dengan mereka."
... Tidak mungkin.
Kasumi-san yang memberikan nasihat?
"Eh, apa kau meragukannya? Meskipun terlihat begitu, aku ini sosok Onee-chan yang bisa diandalkan loh."
Tapi, bagiku, dia masih terasa seperti wanita yang agak gila.
"Eh, apa ini hal yang seharusnya aku tahu? Tentang Kurumizaka-san yang menangis...?"
"Menurutku, kau harus tahu itu. Agar kau sadar, seberapa besar pengaruh yang kau berikan pada mereka..."
"Aku hanya bermain game online saja."
"Kalo begitu, mereka juga cuma beraktivitas sebagai idola, kan?"
"Tapi itu berbeda. Rasanya seperti perbedaan antara light novel dan sastra klasik."
Ada perbedaan yang sangat besar antara berjuang sebagai idola setiap hari dan hanya bermain game online.
Meskipun aku tidak tahu sepenuhnya, menjadi idola pasti sangat berat.
Mereka pasti sering dihujani komentar tak mengenakkan dari orang asing.
"Dulu, Rinka itu... dia benar-benar merasa kalo kegagalan Star☆Mines itu semua karena dirinya, dan dia berlatih dengan keras sendirian, seperti orang bodoh."
"Sepertinya, aku bisa membayangkannya..."
"Itulah kenapa aku mengusulkan padanya, kenapa dia tidak mencoba bermain game online untuk sedikit mengalihkan pikirannya?"
"Eh?"
"Karena di game online, wajah dan nama tidak terlihat, jadi dia bisa bermain dengan orang lain tanpa rasa canggung, kan? Jadi aku mengusulkan itu sebagai cara untuk bersantai. Ya, meskipun aku sendiri belum pernah bermain game online."
"Jadi, meskipun kau tidak pernah bermain, kau menyarankan itu...?"
Ternyata, debut net game Rinka dimulai karena Kasumi-san.
Ini adalah fakta yang mengejutkan.
"Awalnya, Rinka juga agak ragu. Dia bilang kalo dia punya waktu untuk bermain game online, lebih baik dia menggunakan waktu itu untuk latihan menyanyi saja, sambil menyipitkan matanya. Tapi, suatu hari, tiba-tiba dia bilang, 'Game online itu menyenangkan.'"
"..."
"Rinka yang selalu terlihat kesulitan itu akhirnya tersenyum, dan itu sangat menyenankan."
Dengan senyum di wajahnya, Kasumi-san mengungkapkan perasaan nostalgia.
Meskipun akh tidak tahu Rinka saat itu, melihat wajah Kasumi-san yang terlihat lega, aku bisa sedikit membayangkan betapa seriusnya masalah yang dihadapi Rinka waktu itu.
"Kalo dipikir-pikir, sejak hari itu ketika Rinka tersenyum, itu adalah awal dari kesuksesan besar Star☆Mines."
"Kesuksesan besar, kah?"
"Ya. Ah, bukan berarti mereka langsung meledak besar begitu saja, ya? Pertama-tama, semuanya dimulai dengan perbaikan hubungan antar anggota, lalu perlahan-lahan mereka mulai mendapatkan pekerjaan, dan akhirnya, pada suatu hari, semuanya langsung meledak begitu saja."
"...."
"Mereka benar-benar berusaha keras."
Aku pikir itu benar.
Senyum cemerlang mereka dibangun dari usaha dan perjuangan yang luar biasa.
"Jadi, maksudnya begini, Kazuto-kun. Keberhasilan Star☆Mines itu berkat mu."
"Eh? Kenapa bisa begitu?"
"Ini cerita yang aku dengar dari Nana-chan, tapi katanya, Rinka berubah menjadi lebih baik, dan itu mempengaruhi anggota lain untuk menjadi lebih positif. Kalo itu tidak terjadi, mungkin mereka sudah bubar."
"Hah...?"
"Ngomong-ngomong, kau tidak paham kan? Dengan kau mengubah Rinka melalui game online, Star☆Mines juga terselamatkan."
"Eh, itu terlalu berlebihan, kan?"
Intinya, apa yang ingin dikatakan oleh Kasumi-san adalah ini:
Karena aku, Rinka bisa bangkit kembali, dan itu berujung pada keberhasilan Star☆Mines.
"Itu bukan hal yang berlebihan. Memang benar mereka yang berusaha keras, tapi yang memberikan mereka kesempatan untuk bangkit kembali, tanpa ragu, itu Kazuto-kun."
...Aku hanya bermain game online saja.
"Baru-baru ini, Nana-chan bilang lewat telepon. Dia mengucapkan terima kasih pada Kazuto-kun."
Begitu, aku mengerti sekarang.
Aku akhirnya mengerti kenapa Kurumizaka-san mempercayai ku.Mungkin dia memikirkan hal yang sama seperti Kasumi-san.
Keberhasilan Star☆Mines adalah berkat Ayanokoji Kazuto.
Itu adalah penilaian yang berlebihan.
Aku hanya bermain dengan Rin dan bersenang-senang.
Tidak lebih, tidak kurang.
"......"
Percakapan terhenti dengan sendirinya dalam suasana yang alami.
Dalam kesunyian di dalam mobil yang hanya terdengar suara mesin, aku menatap wajah ki yang tercermin di kaca jendela.
Seorang pria yang terlihat biasa saja.
...Orang seperti ku, menjadi penyelamat bagi grup idola terkenal, Star☆Mines?
Haha, ini pasti hanya lelucon.
Kenyataan yang terlalu berat untuk pria biasa sepertiku, membuat ku hanya bisa menutup mulut.