Kamu saat ini sedang membaca Netoge no Yome ga Ninki Idol datta ~Cool-kei no kanojo wa genjitsu demo yome no tsumori de iru~volume 1 chapter 6. Kalo kamu menyukai karya ini silahkan tinggalkan jejak komentar. Dan juga jangan lupa dukung mimin dengan cara donet se iklasnya di Trkateer mimin buat mimin makin semagat+buat dana untuk beli raw
KAMU BILANG KAMU MENYUKAINYA!
"Kazu-kun, aku menyukaimu. Tolong jadilah pacarku."
Langit cerah membentang tanpa awan, sinar matahari yang lembut menyelimuti atap sekolah. Aku, Ayanokoji Kazuto, sedang...
mendapatkan pengakuan cinta dari Kurumizaka Nana.
Dia berdiri dengan wajah yang memerah, ke-2 tangannya gemetar menggenggam rok seragamnya, menunjukkan rasa malu yang begitu nyata.
Tapi, dari sorot matanya yang penuh tekad, aku dapat merasakan perasaan yang meluap-luap.
"Kurumizaka-san..."
"Aku tidak ingin mengkhianati Rin-chan. Tapi...aku tidak bisa menahan perasaanku lagi."
Dia tampak terombang-ambing di antara perasaan terhadap sahabatnya dan perasaan cintanya sendiri.
Dengan mata yang mulai berkaca-kaca, dia mengungkapkan isi hatinya.
"Aku rela meninggalkan segalanya...Kazu-kun, jadilah pacarku."
"....."
Apa yang seharusnya kulakukan?
Tidak, aku tidak perlu berpikir terlalu lama. Karena aku sebenarnya sudah...
"Kazu-kun!"
Secara tiba-tiba, Kurumizaka-san melompat ke dalam pelukanku. Tanpa sadar aku menangkapnya. Tubuhnya terasa begitu kecil dan lembut.
"Kalo saja aku bertemu denganmu lebih dulu sebelum Rin-chan...apa yang akan terjadi, ya?"
"Itu..."
Kurumizaka-san memelukku erat sambil menatapku dengan mata yang berkaca-kaca.
Dihadapkan pada pesonanya yang luar biasa dan kesan rapuh yang terpancar, aku kehilangan kata-kata.
"Kazu-kun..."
Dia berjinjit, mendekatkan wajahnya ke arahku.
Apa dia berniat menciumku?
"...."
Aku mencoba menghindar secara refleks, tapi tubuhku terasa seperti lumpuh dan tak mampu bergerak.
Rin-ka...!
Saat aku tidak bisa melawan dan bibir Kurumizaka-san hampir menyentuh bibirku—
Pi-pi-pi-pi-pi!
Suara nyaring alarm membahana, memecah dunia di sekitarku.
Ketika aku membuka mata dengan firasat aneh, langit-langit kamar yang sudah biasa kulihat tampak dalam pandanganku.
"....Ternyata hanya mimpi."
★★★
"Ah, betul-betul sayang sekali! Tapi, hal seperti itu memang sangat khas Ayanokoji."
"Maksudmu apa dengan itu...?"
Seperti biasa, suasana di ruang kelas pagi hari dipenuhi dengan percakapan ringan.
Aku menceritakan mimpi yang kualami pagi ini kepada Tachibana dan Saito.
Meskipun aku sudah menduga reaksi mereka, tanggapan Tachibana ternyata lebih berlebihan dari yang ku perkiraan.
Dia menggelengkan kepalanya dengan ekspresi yang seolah mengatakan kalo dia benar-benar tidak habis pikir.
"Tapi, Ayanokoji-kun, sebelum ciuman itu terjadi, kau memikirkan Mizuki-san dan mencoba menghindar, kan?"
"Ya, benar..."
Aku mengangguk dengan sedikit ragu.
"Kalo begitu, bukankah itu berarti kau benar-benar menyukai Mizuki? Kalo hanya sekadar penggemar, kau tidak akan berusaha menghindar, kan?"
"Aku tidak tahu..."
"Jujur saja, kau terlalu serius. Kalo aku, setelah mencium Nana-chan, aku tetap akan menjalin hubungan dengan Mizuki. Hahaha!"
"Astaga...(Ekspresi terkejut dan tidak percaya)."
"Jangan bertingkah seolah benar-benar jijik! Itu keinginan wajar sebagai seorang pria, kan? Benar, Saito?"
"Umm, aku lebih memilih untuk tetap jujur pada diriku sendiri. Bahkan jika itu hanya dalam mimpi."
"Dasar pengkhianat!"
Tachibana berteriak kesal sambil meludah sedikit ke arah Saito, yang terlihat memasang ekspresi sok bijak dengan tangan terlipat.
Suasana ini terasa begitu damai.
Sambil mengabaikan perdebatan mereka, aku mengarahkan pandanganku pada Rinka yang duduk di bangku paling depan.
Seperti biasa, posturnya sempurna dengan punggung yang tegak lurus.
Dari auranya saja sudah terlihat betapa dia adalah seorang wanita dengan kesan dingin dan anggun.
Ditambah lagi, statusnya sebagai idola terkenal membuatnya terlihat seperti dikelilingi cahaya.
"──────Ah."
Tanpa alasan yang jelas, Rinka tiba-tiba menoleh. Tatapan kami bertemu.
Biasanya, dalam situasi seperti ini, kami akan saling bertatapan beberapa detik dan dia akan memberikan reaksi kecil.
Tapi, kali ini...
"....."
Rinka segera mengalihkan pandangannya ke depan lagi.
...Rasanya seperti dia sedang mengabaikanku.
Mungkin aku terlalu memikirkan ini, tapi sejak hari aku bertemu keluarganya, rasanya Rinka mulai menjaga jarak.
Bahkan percakapan di chat tidak lagi semenarik sebelumnya, seperti ada sesuatu yang hilang.
Saat aku sedang memikirkan hal itu, sebuah pesan masuk dari Kurumizaka-san, sehingga aku pun mengambil Hp-ku.
『Tolong laporkan bagaimana hubunganmu dengan Rin-chan saat ini! Sebagai komandan dari Operasi Persahabatan Hebat, aku memiliki kewajiban untuk mengetahui perkembangan hubungan kalian! Temui aku di tempat biasa saat istirahat makan siang hari ini!』
Sepertinya Operasi Persahabatan Hebat masih berlanjut, dan Kurumizaka-san benar-benar menganggap dirinya sebagai komandannya.
Dari cara dia menulis pesan saja sudah terlihat betapa antusiasnya dia.
Mungkin dia sudah mendengar banyak dari Rinka, tapi sepertinya dia ingin mendengarnya langsung dariku juga.
Di sisi lain, aku sendiri ingin meminta saran darinya mengenai sikap Rinka yang belakangan ini terasa begitu dingin.
Aku membalas dengan 『Siap, Komandan!』 dan memutuskan untuk menunggu waktu istirahat makan siang tiba.
★★★
Tempat yang dimaksud adalah area pendaratan tangga di depan pintu menuju atap.
Saat waktu istirahat makan siang tiba, aku sudah sampai di sana lebih dulu daripada Kurumizaka-san.
Aku memutuskan untuk duduk di tengah tangga sambil menunggu.
"Sepertinya, bertemu dengan seorang idola terkenal sudah mulai menjadi hal biasa bagiku..."
Kenyataannya, kehidupanku benar-benar berubah total.
Tidak pernah terbayangkan olehku, yang dulunya menghabiskan waktu hanya dengan bermain game online, akan mengalami hal seperti ini.
Ngomong-ngomong, bagaimana kabar Kotone-san sekarang? Setelah kejadian itu, aku sama sekali tidak pernah melihatnya lagi.
"Kazu-kun?"
Suara memanggil dari jarak yang sangat dekat membuatku mendongak.
Tepat di depan wajahku, ada Kurumizaka-san, dengan ekspresi penuh rasa ingin tahu, sedang menatap wajahku.
"Uwa, tunggu...!"
Sekejap, mimpi tadi pagi melintas di pikiranku.
Kurumizaka-san yang melompat ke pelukanku, lalu—bibir itu—
"Apa kau baik-baik saja? Wajahmu merah sekali, lho, Kazu-kun."
"A-aku baik-baik saja! Tidak ada apa-apa...!"
Seperti yang pernah kupikirkan sebelumnya, Kurumizaka-san memang memiliki kebiasaan mendekat terlalu dekat.
Bisa dibilang dia tidak memiliki kewaspadaan, dan setiap kali dia mendekat seperti ini, aku selalu merasa panik.
"Apa kau benar-benar baik-baik saja? Wajahmu sangat merah. Apa kau demam?"
Sambil berkata begitu, Kurumizaka-san meletakkan tangannya di dahiku.
Tangannya terasa dingin dan lembut, ciri khas tangan seorang gadis.
Suka atau tidak, jantungku berdegup kencang tanpa terkendali.
"Umm, sedikit hangat...mungkin? Apa kau merasa tidak enak badan?"
"Tidak, sungguh, aku baik-baik saja..."
"...Baiklah, kalo Kazu-kun berkata begitu, aku percaya. Tapi jangan memaksakan diri, ya?"
Kurumizaka-san berkata dengan lembut.
Tapi, penyebabnya adalah dirimu, tahu?
Tentu saja, aku tidak bisa mengatakan itu.
Aku hanya menegangkan tubuhku sambil menunggu dia melepaskan tangannya dari dahiku.
Meskipun aku sudah mulai terbiasa berbicara dengan perempuan, jika disentuh seperti ini, jantungku yang polos akan berteriak panik.
Aku berharap dia bisa bersikap lebih hati-hati, seperti saat menangani barang yang rapuh.
"Ngomong-ngomong, bukankah ada sesuatu yang ingin kau tanyakan padaku?"
"Iya! Minggu lalu, kau pergi ke rumah Rin-chan, kan?"
Kurumizaka-san akhirnya melepaskan tangannya dari dahiku, lalu menatapku dengan mata berbinar, bertanya dengan antusias.
"Ah, apa kau mendengar itu dari Rinka?"
"Aku mendapat laporan dari Kasumi-san!"
Orang itu benar-benar tidak bisa menyimpan rahasia.
Yah, begitulah dia.
"Selain itu, aku juga mendengar ceritanya langsung dari Rin-chan. Sekarang aku ingin mendengar ceritanya dari Kazu-kun."
"Rasanya agak memalukan, tahu..."
"Sebagai komandan Operasi Persahabatan Hebat, aku harus memahami hubungan kalian ber-2! Ayo, ceritakan semuanya sekarang juga!"
"Kau benar-benar antusias sekali ya..."
Dikatakan bahwa perempuan sangat menyukai cerita tentang hubungan orang lain, dan tampaknya hal itu juga berlaku untuk Kurumizaka Nana, seorang idola terkenal. Dengan penuh semangat, dia terus mendesakku.
Akhirnya, aku memutuskan untuk menceritakan tentang hari itu di rumah keluarga Mizuki.
Pertama, aku dicurigai berselingkuh.
Kemudian, Nonoa-chan memanggilku 'Onii-chan'. Lalu, Kasumi-san memintaku untuk menjaga Rinka. Setelah itu, ibunya yang mabuk pulang ke rumah. Dan tentu saja, kehadiran ayahnya, Mikio.
Tapi, perkataan penuh makna dari Mikio-san masih menjadi misteri bagiku.
Apa sebenarnya maksudnya?
Sampai sekarang, aku tidak tahu. Atau mungkin, otakku menolak untuk memahaminya.
"Sepertinya kau sudah mendapatkan pengakuan dari keluarganya. Tapi, kalian belum resmi berpacaran ya?"
"Yah, benar begitu... Selain itu, belakangan ini Rinka terasa sangat dingin. Rasanya seperti dia menjaga jarak dariku."
"Rin-chan terlihat dingin, ya... Sebagai komandan, aku akan memberitahumu alasannya!"
Dengan penuh percaya diri, Kurumizaka-san menepuk dadanya sambil berkata dengan lantang.
"Rin-chan itu, sedang menyesal."
"Menyesal? Menyesal tentang apa, Komandan?"
"Karena dia mengundang Kazu-kun ke rumahnya."
Aku masih belum sepenuhnya mengerti maksudnya, jadi aku mendengarkan penjelasan Kurumizaka-san dengan saksama.
"Rin-chan pernah bilang, kan? Dia akan menunggu sampai Kazu-kun bisa merapikan perasaanmu. Tapi sekarang, semuanya menjadi terlalu resmi karena sudah mendapat pengakuan keluarga. Dia jadi sangat memikirkan hal itu."
"Itu, apa dia mengatakan langsung padamu?"
"Iya. Dia bilang begitu setelah pikirannya lebih tenang. Sepertinya dia merasa menyesal dengan apa yang dia katakan waktu itu."
Mungkin dia merasa, "Kenapa aku mengatakan hal seperti itu?" Sesuatu seperti itu, aku rasa.
"Rinka ternyata tipe yang cukup memikirkan hal-hal seperti itu, ya."
"Dia memang tidak menunjukkannya, tapi begitu adanya. Rin-chan memiliki sisi yang kuat untuk mempertahankan apa yang dia yakini, tapi sebenarnya dia sangat lembut... dan juga memiliki sisi yang cukup sensitif."
Sensitif? Rinka? Aku hampir mengernyit karena heran, tapi aku segera menyadarinya dalam hatiku.
Rinka, yang memiliki pandangan tulus terhadap hubungan baik di dunia nyata maupun game, bisa dibilang memiliki sisi yang lebih murni dan sensitif dibanding orang biasa.
Hanya karena dia terlihat dingin, bukan berarti hatinya juga seperti itu.
"Kalo begitu, sebagai Komandan, aku akan mengambil tindakan untuk menyelesaikan ini!"
"Apa rencana mu, Komandan?"
"Pertama, Kazu-kun dan Rin-chan harus berkencan! Dan yang paling penting, kencan yang manis dan penuh rasa deg-degan seperti kencan pertama!"
"Tidak mungkin!"
"Ini mungkin! Aku akan merancang rencana kencan yang sempurna, jadi serahkan padaku!"
"Tidak, tidak mungkin! Kencan... lihat ini, telapak tanganku sudah basah oleh keringat!"
Aku memperlihatkan telapak tanganku yang basah kuyup oleh keringat.
Hanya dengan memikirkan untuk berkencan dengan Rinka saja sudah membuatku merasa gugup.
"Selain itu, kencan itu pasti punya banyak masalah, kan? Jika aku dan Rinka berjalan bersama, pasti akan ada keributan. Foto kami bakal menyebar di SNS."
"Hmm, kalo kita menyamar, pasti aman."
"Meskipun menyamar, aku rasa tetap akan ketahuan. Aura popularitas seorang idola tidak bisa disembunyikan begitu saja. Rinka dan Kurumizaka-san terlihat sangat bersinar."
"Ahaha, Kazu-kun terlalu berlebihan. Kami ini hanya gadis biasa kok."
Mereka jelas bukan gadis biasa.
Tapi, Kurumizaka-san tidak mengucapkannya dengan rendah hati, melainkan dengan tulus.
Mungkin itulah salah satu rahasia popularitasnya.
Karena sifatnya yang ceria dan ramah, kita bisa berinteraksi dengannya tanpa merasa canggung.
"Sebetulnya, kau tidak akan ketahuan. Selain itu, penting juga untuk mengubah suasana diri sendiri. Seperti, menyatu dengan lingkungan, meskipun agak sulit untuk menjelaskannya, tapi begitulah kira-kira."
"Begitu ya..."
Aku yang kurang paham tentang dunia idola hanya mengangguk, meski sebenarnya aku tidak terlalu mengerti.
Kalo Kurumizaka-san bilang begitu, mungkin memang seperti itu.
"Hmm, kalo begitu, bagaimana kalo kita berkencan di dunia game? Kalo di game, kan kau tidak akan merasa tegang, kan?"
"Pokoknya, hanya dengan kata 'kencan', aku sudah mulai gugup."
"Eh? Padahal kan kau biasanya bermain dengan Rin-chan?"
"Ya, meskipun begitu... Kalo sudah disebut kencan, aku jadi merasa lebih tertekan. Lagipula, sekarang ini aku agak merasa canggung dengan Rin-ka."
"Kalo begitu, aku juga akan ikut serta dalam kencan game kalian, dan aku akan membantu sepenuh hati. Tapi... apa itu tetap terlalu sulit?"
Kurumizaka-san bertanya sambil memandangi aku dari bawah, seolah mengukur reaksiku.
"Kenapa harus kencan?"
"Karena aku pikir kalo kau berkencan, perasaanmu akan jadi lebih jelas, Kazu-kun. Apa ini terlalu ikut campur, ya...?"
"Aku sih tidak merasa begitu..."
Aku tidak merasa terganggu. Hanya saja, aku agak bingung dengan semangat yang ditunjukkan Kurumizaka-san.
Aku, yang biasa hanya terbenam dalam dunia game, kesulitan mengikuti langkahnya.
"Aku ingin Rin-chan bahagia. Aku juga ingin Kazu-kun bahagia, dan aku ingin membalas kebaikanmu. Kau telah membantu ku, membantu kami...ini adalah balas budi."
Dari nada suara yang serius, aku bisa merasakan perasaan tulus dari Kurumizaka-san.
Aku yakin kalo itu bukan kebohongan atau kepura-puraan. Dari cara dia mengatakannya, sepertinya dia tahu tentang percakapan yang terjadi di dalam mobil setelah hari itu, antara aku dan Kasumi-san.
Mungkin Kasumi-san yang memberitahunya.
"Aku hanya bermain game online, kok."
"Tapi meskipun begitu, aku tetap percaya padamu. Itulah kenapa aku merasa bisa mempercayakan Rin-chan yang adalah sahabatku kepadamu."
"Kenapa kau bisa begitu mempercayai ku?"
"Hmm, sebenarnya karena kau adalah orang yang Rin-chan suka, tapi yang paling utama adalah suasana dirimu."
"Suasana diriku? Maksudmu, apa aku kelihatan tidak memiliki keberadaan?"
"Ahaha, bukan begitu maksudku. Entah kenapa, suasana dirimu itu membuatku merasa sangat tenang. Seperti merasa nyaman, begitu. Orang dengan suasana seperti itu adalah orang yang bisa dipercaya."
Kurumizaka-san menatap mataku dan menyatakannya dengan tegas.
Mungkin ini adalah kemampuan untuk menilai orang yang dimiliki oleh seorang idola terkenal.
Setelah mendengarnya, aku tidak merasa perlu merendahkan diri.
"Tentu saja, perasaan Kazu-kun yang paling penting. Kalo kau tidak mau berkencan, kau bisa menolaknya."
"Aku tidak...tidak keberatan."
"Benarkah? Kau tidak merasa terpaksa, kan?"
"Tentu saja. Aku jelas ingin menjadi lebih dekat dengan Rinka daripada sekarang."
Perasaan ini sudah ada sejak sebelum aku mengetahui siapa sebenarnya Rin.
Tapi, aku tidak pernah punya keberanian untuk berbicara langsung dengan 'Mizuki-san', dan hanya bisa terus memandangi punggungnya.
Aku yang merasa begitu lemah, dan di sinilah Kurumizaka-san dengan lembut memberikan dukungan padaku.
"Baiklah! Misi Persahabatan, memasuki fase terakhir!"
Setelah memastikan perasaanku, Kurumizaka-san dengan lantang mengumumkan.
Meskipun begitu, entah kenapa aku merasa bahwa, meskipun disebut fase terakhir, misi persahabatan ini sebenarnya tidak memiliki banyak isi.
★★★
Pada malam hari di hari kerja. Waktu yang dijanjikan telah tiba, dan aku masuk ke dalam game 【Black Plains】
Hari ini adalah hari kencan daringku dengan Rinka. Dan jangan lupakan kalo Kurumizaka-san juga ada di sini.
"Selamat malam, Kazuto-kun. Hari ini kau login lebih awal ya."
Ketika aku menunggu di ruang obrolan suara, Rinka yang baru saja login menyapaku.
Meskipun dia terlihat merasa bersalah, cara bicaranya tetap sama seperti biasa.
"Aku tidak selalu terlambat kok. Kadang aku juga yang paling pertama masuk."
"Benar juga..."
Setelah itu, Rinka tidak berbicara lagi. ... Ini canggung.
Apa ini karena aku yang belum tegas?
"He, Kazuto-kun, bolehkah aku tanya sesuatu yang jujur?"
"Apa itu?"
"Apa kau sudah tidak suka padaku?"
"Eh, tidak, tidak! Tidak seperti itu!"
Aku menyangkalnya sambil merasa terguncang dengan kata-katanya yang penuh kecemasan hingga aku tidak percaya dia adalah idola yang keren.
"Begitu ya... Kazuto-kun memang baik, jadi aku rasa kau akan mengatakan seperti itu. Tapi, mungkin aku sudah terlalu bergantung padamu. Bergantung pada dirimu... dan pada 'hubungan seperti pasangan suami-istri' kita."
"Eh?"
"Eh?"
Kami saling mengulang pertanyaan, dan setelah beberapa detik hening, Rinka kembali membuka mulutnya.
"Sebelum kaj menyadari peranmu sebagai suamiku, kau sudah mendapat pengakuan dari keluargaku, dan aku merasa menyesal."
"Ah, iya."
Setidaknya, Rinka terlihat tetap berusaha bersikap seperti biasa.
"Maaf sudah membuat kalian menunggu! Maaf, aku agak terlambat!"
Dengan suara itu, Kurumizaka-san masuk ke dalam ruang obrolan.
Di sisi【Black Plains】, muncul pesan di kolom obrolan yang menunjukkan bahwa "Sturmangriff-san telah login."
"Baiklah, mari kita berkumpul dulu. Tempatnya kan di alun-alun air mancur kota kerajaan?"
Kami yang terpisah-pisah akhirnya berkumpul di tempat yang telah ditentukan.
Kota kerajaan adalah kota terbesar di benua ini yang akan kami kunjungi di awal cerita.
Kota yang dipenuhi berbagai ras (NPC) dan pemain ini terdiri dari banyak distrik seperti distrik perdagangan dan distrik pemukiman, serta memiliki elemen perumahan dan sistem perdagangan antar pemain yang sangat berkembang.
Kemungkinan besar hampir semua pemain akan terkejut dengan betapa detilnya kota ini dibangun.
Terutama alun-alun air mancur yang terletak di pusat kota, menjadi tempat yang dilalui pemain dengan berbagai tujuan. Dengan kata lain, ini adalah tempat dengan kerumunan terbanyak.
Selain kami, ada pemain lain yang juga sedang menunggu janji, serta anggota guild yang sedang mengadakan pertemuan.
Beberapa karakter wanita dengan telinga kucing juga sedang menampilkan tarian menggunakan emosi.
『Kazu-kun! Puji penampilan Rin-chan!』
Tiba-tiba, Kurumizaka-san mengirimkan instruksi melalui pesan pribadi.
Aku menatap Rinka yang muncul di layar, seorang elf berambut pirang.
Biasanya dia mengenakan pakaian tradisional khas elf, tapi kali ini dia mengenakan gaun kasual yang terinspirasi oleh hutan dia terlihat sangat imut.
Sepertinya dia memang sengaja berpakaian untuk kencan.
Sedangkan aku sendiri juga mengganti pakaian dengan gaya kasual.
Sebagai tambahan, karakter yang dikendalikan oleh Kurumizaka-san, seorang pria berotot yang terlihat seperti orang tua, mengenakan setelan tuxedo hitam yang sangat mewah.
Itu pasti pakaian eksklusif berbayar!
『Cepat puji dia!』
Dia bahkan tidak menyadari perasaan kami...!
Memuji seorang gadis? Itu terlalu memalukan.
Tqpi, Kurumizaka-san telah merencanakan kencan ini untuk kami dan memberikan saran seperti ini.
Aku harus menghargai perasaannya!
Aku menarik napas dalam-dalam dan berkata, "....Ka-ka-kali ini Rin juga...ca-ca-cantik sekali", sambil terbata-bata. ...Tolong seseorang tolong bunuh akuu.
"Terima kasih, Kaz. Aku benar-benar senang mendengarnya. Ini pertama kalinya ada yang memuji penampilanku."
Aku mendengar suara melenting Rinka yang penuh kegembiraan. Itu bukan sekadar penghiburan, tapi kata-kata tulus.
Kalo dipikir-pikir, aku belum pernah memuji penampilan Rinka sebelumnya.
Apa itu tidak sangat menyedihkan bagi seorang istri?
Bagaimanapun, Rinka menganggap kami sudah seperti pasangan suami istri...
Meskipun kencan ini baru dimulai, Kurumizaka-san sudah membantuku menyadari hal penting.
Aku akan mengikuti arahan selanjutnya.
『Kazu-kun! Misi berikutnya! Cium dia!』
Baru saja memuji, langsung ada permintaan seperti itu! Dan juga, di【Black Plains】tidak ada fitur seperti itu!
『Kazu-kun! Cium dia!』
『Apa kau gila!? Tiba-tiba mengatakan hal seperti itu!』
Meskipun dia seorang idola yang penuh semangat, ini sudah keterlaluan!
"Jadi, Nana yang merencanakan kencan ini, kan?"
"Benar! Kalian berdua belum pernah berkencan, kan? Jadi, aku yang akan mengajarkan cara kencan!"
"Tapi, Nana juga belum pernah berkencan, kan?"
"Belum, tapi pengetahuanku sangat luas!"
Dengan percaya diri, Kurumizaka-san berkata seperti itu, tapu Rin dengan setengah keheranan berbisik, "Pengetahuan itu, pasti pengetahuan dari manga, kan...?"
"Hehe. Aku akan membuat kalian merasakan kencan yang sangat mendebarkan!"
Dari mana asal rasa percaya diri itu?
Tapi, berkat Kurumizaka-san, suasana canggung antara aku dan Rinka yang sempat ada pun hilang begitu saja.
Itu saja sudah cukup membuatku merasa puas.
★★★
Tempat yang ditunjukkan oleh Kurumizaka-san adalah puncak gunung yang dianggap sebagai yang tertinggi di dalam 【Black Plain】.
Tempat ini tidak terhubung dengan alur cerita utama dan tidak ada sub-quest yang muncul di sini.
Kalo bermain secara normal, hampir tidak ada kesempatan untuk datang ke tempat ini.
Taoi, kalo memang bermain secara normal...
Pemandangan dari puncak gunung ini benar-benar luar biasa.
Langit biru yang jernih, matahari emas yang menerangi dunia, padang rumput hijau yang terbentang tanpa batas...
Ini adalah pemandangan yang hanya bisa diekspresikan oleh 【Black Plain】 yang mengandalkan grafis realistis.
"Menakjubkan, kan? Kalo tanya di papan pesan 'Ada tempat kencan yang direkomendasikan?'【Kotone-sama】 memberi tahu aku tempat ini."
Kotone-sama? Nama itu terdengar familiar...
"Pemandangannya memang indah. Tidak peduli berapa kali aku melihatnya, ini tetap terasa luar biasa."
"Eh? Rin-chan, apa iau pernah ke sini sebelumnya?"
"Ya, sudah beberapa kali aku datang bersama Kaz."
"Ah, jadi kalian sudah berkencan di dalam game ya!"
Taoi, tiba-tiba, sebuah bayangan besar menutupi kami. Cahaya matahari terhalang, membuat sekeliling menjadi gelap.
"Eh? Sudah malam?"
"Aku dan Kazuto-kun ke sini bukan untuk menikmati pemandangannya."
"Eh... Rin-chan?"
Kurumizaka-san yang bingung segera mengetahui kenyataannya.
"GYAPI─────────!!"
Suara teriakan bernada tinggi dari seekor burung menggema, berasal dari bayangan yang menutupi kami.
"Eh..."
Kurumizaka-san menatap ke atas dengan ekspresi terkejut.
Seekor burung raksasa sebesar gunung terbang di atas kami, menatap kami dengan mata tajam.
Sayapnya yang begitu besar sampai-sampai tidak muat di layar komputer, terayun dengan kuat, dan dia tetap terbang di udara.
Burung itu sepertinya terinspirasi dari elang, dengan paruh kuning tajam, sayap besar berwarna cokelat, dan mata merah yang memancarkan niat membunuh.
"Wah, apa ini!? Apa yang terjadi dengan makhluk ini?"
"Itu adalah World Boss."
"World Boss?"
"Ini adalah monster terkuat yang harus dikalahkan oleh puluhan pemain. Bisa dibilang, itu adalah monster yang sangat kuat. Tempat ini adalah titik kemunculan World Boss."
"Eh, ehhh! Jadi ini bukan tempat kencan!? "
"Bukan. Nana kau tertipu oleh orang yang bernama Kotone-sama."
"Eh, tidak mungkin..."
Ya, ini memang hal yang sering terjadi di dunia maya. Orang yang tidak bisa membedakan antara yang benar dan yang salah sangat kesulitan untuk menggunakan forum.
"GYAPI─────────!!"
Tiba-tiba, sayap World Boss itu mulai bersinar dengan cahaya yang luar biasa.
Sepertinya itu sedang mempersiapkan sebuah serangan yang sangat kuat...!
"Nana, lari!"
"Eh, eh, kemana aku harus lari!?"
"Di dekat situ ada batu, kan? Mundur 3 langkah dari sana, itu adalah tempat aman! Cepat lari!"
"Batu? Dimana? Hei, Rin-chan──────ah!"
"GYAPIA──────!!"
Dari sayap World Boss, terlepaslah bulu raksasa yang menyerupai pedang besar. Jumlahnya tak terhitung banyaknya. Seolah-olah pedang-pedang besar yang bersinar itu turun dari langit.
Seluruh layar komputer terlampaui cahaya, dan pandangan kita pun tertutup.
Serangan ini bisa dibilang sebagai serangan mematikan yang sulit diprediksi. Kalo tidak tahu tempat aman, pasti akan mati. Tapi, kalo tahu tempat aman, serangan ini bisa dihindari tanpa masalah...
Anggota party: Sturmangriff-san telah jatuh
Dengan kejam, pemberitahuan kematian muncul di layar chat.
Seharusnya kami berada di tempat kencan, tapi malah terjebak di dalam neraka.
"Ah, kenapa ini harus terjadi!"
★★★
Setelah berhasil melarikan diri dari World Boss, aku dan Rinka berhasil melanjutkan tur ke tempat-tempat kencan yang telah direncanakan oleh Kurumiya-san yang telah bangkit. Tidak banyak yang perlu dikatakan tentang hal ini.
Kami menikmati pemandangan indah sambil berkata, "Ini cantik, ya," atau bermain dengan screenshot... 【Black Plain】 memiliki berbagai gerakan karakter, pose, dan fitur screenshot yang lengkap, memungkinkan kami untuk bermain seperti ini.
Kami melupakan ketegangan awal dan menghabiskan waktu yang menyenangkan, hingga akhirnya hampir 30 menit lagi sebelum acara berakhir.
"Rin-nee-chan! Ibu memanggilmu!"
Suara Noa-chan terdengar melalui mikrofon Rinka.
Sepertinya dia dipanggil oleh ibunya.
"Maaf, aku harus pergi sebentar."
Dengan itu, Rinka meninggalkan kami dan hanya tersisa aku dan Kurumizaka-san.
Dalam keheningan yang tiba-tiba datang, aku merasa canggung dan kesepian. Kemudian, Kurumizaka-san mengajukan pertanyaan dengan suara tenang.
"Bagaimana, Kazu-kun? Apa kau mulai menyadari perasaanmu terhadap Rin-chan?"
"Maaf, aku benar-benar sedang menikmati waktunya."
"Ah... kalo sudah seperti ini, aku mulai merasa sedikit kurang percaya diri. Apa bagi Kazu-kun, Rin-chan hanya teman saja?"
Kurumizaka-san berkata dengan nada sedih, tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa.
Aku tidak bisa mengatakan kalo aku menyukai seseorang kalo aku memang tidak menyukainya.
Selain itu, kali ini kami ber-3, jadi suasana bermain menjadi lebih ringan.
Sepertinya tidak ada kesempatan untuk menyadari perasaan itu.
"Kazu-kun, bolehkah aku bertanya sesuatu?"
"Silakan."
"Bagaimana menurutmu tentang Rin-chan di game?"
"Hah?"
Apa yang dia maksud dengan bagaimana menurutku...?
"Kazu-kun sangat mengagumi Rin-chan yang menjadi idol, kan? Jadi, bagaimana menurutmu tentang Rin-chan di game? Karena bagi kalian berdua, game adalah dunia tempat kalian bisa berkomunikasi dengan hati yang murni, kan?"
"Ya, benar juga."
Sebenarnya, aku tidak terlalu memikirkannya sampai sejauh itu.
Tapi, itu bukanlah sesuatu yang bisa kutolak, dan kata-kata itu cukup masuk akal.
"Kalo begitu, bagaimana menurutmu tentang Rin-chan di game, Kazu-kun... Itu mungkin hal yang penting untuk dipikirkan."
"Begitu ya, setelah kau bilang begitu, aku jadi sadar. Aku terlalu banyak berpikir tentang bagaimana perasaanku terhadap Rinka di dunia nyata."
"Benar, kan? Jadi bagaimana, Kazu-kun?"
Apa yang aku rasakan terhadap Rin.
Sebenarnya, itu tidak perlu dipikirkan terlalu dalam.
"Seseorang yang aku ingin bersamanya selamanya...kurasa."
"Hah?"
"Hah?"
" "... " "
Apa aku baru saja mengatakan sesuatu yang aneh?
Untuk memecah keheningan yang aneh ini, Kurumizaka-san dengan hati-hati bertanya.
"S-sebenarnya, Kazu-kun... Apa kau merasa berdebar-debar saat bersama Rin-chan di game?"
"Ya, memang, tapi rasanya bukan hal yang buruk. Lebih seperti debaran yang nyaman, atau semacam perasaan terpenuhi saat bersama."
"..."
"Yah, aku dan Rinka sudah sangat dekat, bahkan sampai rencananya untuk menikah. Jadi, jelas Rinka adalah orang yang sangat spesial untuk ku dibandingkan teman-teman lainnya."
"Kazu-kun..."
"Hmm, ada apa?"
"I-itu..."
"Itu?"
"Saat itu, kau bilang itu... suka, kan──────!"
"Hah? Hah?"
"Aaah, kenapa aku tidak menanyakan lebih dulu tentang bagaimana perasaanmu terhadap Rin di game! Rasanya seperti aku sudah membuat jalan yang memusingkan!"
"Ehh, Kurumizaka-san?"
"Tanpa sadar! Kau menyukainya tanpa menyadarinya! Mulai sekarang, aku akan memanggilmu 'Kazu-kun yang tidak sadar'!"
Tiba-tiba apa yang Kurumizaka-san katakan? Suaranya juga keras.
"Tidak... itu bukan 'suka'. Kami hanya teman baik saja."
"Kalo begitu, Kazu-kun, pernahkah kau berpikir untuk menikahi teman selain Rin-chan?"
"Tidak. Bahkan aku tidak bisa membayangkannya."
"Kan, kan!? Itu maksudnya!"
"Tidak, aku hanya tidak punya teman lain yang sedekat Rin."
"Makanya itu yang disebut orang spesial! Kau ini Kaz-kun yang tidak sadar!"
"Ehh..."
Cara dia berbicara dengan energi penuh membuatku bingung dan kebingungan.
Sepertinya Kurumizaka-san ingin memaksakan kalo aku menyukai Rinka.
"Kalo begitu, Kazu-kun pasti suka juga dengan idol Rin-chan, kan?"
"Yah, lebih ke penggemar sih."
"Apa yang membuatmu tertarik atau menganggapnya imut?"
"Semuanya sih. Semua. Kehadiran Rinka itu yang membuatnya imut."
Pada awalnya, aku tertarik dengan sikap Rinka yang terkesan keren, tapi sepertinya, meskipun tidak keren, aku sudah peduli padanya.
Hanya dengan melihat setiap gerakan Rinka, hatiku sudah terasa tenang dan bahagia.
"Semua itu imut... berarti, kau benar-benar suka dengan Rin-chan, kan?"
"Tidak, itu hanya perasaan seorang penggemar."
"Benarkah? Kalo begitu, coba bayangkan, pertama-tama Kazu-kun dan Rin-chan berada di kelas yang sama."
"Ya."
Jadi aku hanya perlu mengingat awal tahun ke-2 SMA.
"Tapi Rin-chan bukan seorang idol lagi. Dia orang biasa. Nah, Kazu-kun, bagaimana perasaanmu terhadap Rin-chan?"
"Masih tetap imut, kok? Aku selalu memandangi punggung Rin dari tempat dudukku."
"...Apa kau tidak merasa aneh dengan apa yang kau katakan?"
"Eh?"
"Itu adalah tindakan dari seseorang yang menyukai orang lain."
"──────Apa katamu?"
BANG! Sebuah kilat yang sangat hebat menyambar tubuhku.
"Kau selalu mengawasi Rin-chan, kan? Ah, dia pasti imut hari ini, setidaknya aku ingin menyapa dia."
"Eh, bagaimana kau tahu itu? Apa kau menyadap pikiranku? Aku akan membungkus kepala dengan aluminium foil!"
"Aku tidak perlu menyadap pikiran mu, aku sudah bisa tahu! Lagipula, apa itu 'penyadapan pikiran'?"
Jarang sekali aku mendapat tsukkomi dari Kurumizaka-san.
"Ah, aku mungkin sudah paham! Aku tahu kenapa Kazu-kun mulai memperhatikan idol seperti Rin-chan!"
"Baiklah, coba jelaskan. Apa alasan itu?"
"Karena Kazu-kun merasa ada sesuatu yang mirip antara Rin-chan di dunia nyata dan Rin-chan di dunia game!"
"Ah, itu tidak mungkin..."
"Tapi Kazu-kun, kan sebelumnya tidak tertarik pada idol sampai akhirnya se kelas dengan Rin-chan?"
"Ya, benar."
"Kan apa aku bilang! Kazu-kun mulai merasa ada sesuatu yang mirip antara Rin-chan di dunia nyata dan Rin-chan di dunia game! Dan karena ketidaksadarannya, Kazu-kun salah mengira perasaan cintanya sebagai perasaan seorang penggemar!"
"Ah, itu tidak mungkin. Aku tidak sebodoh itu."
"Kalo begitu, kenapa tiba-tiba Kazu-kun yang sebelumnya tidak tertarik pada idol, malah mulai mendukung Rin-chan?"
"Itu karena... kita satu kelas, jadi aku bisa melihatnya langsung sebagai idol, kan?"
Sampai akhirnya satu kelas dengan Rinka, aku belum pernah melihat idol secara langsung.
Aku hanya pernah melihat mereka sekilas di TV, itu pun hanya sedikit. Bisa dibilang aku hampir tidak peduli.
"Kalo begitu, Kazu-kun, apa kau mendukungku seperti kau mendukung Rin-chan?"
"Tidak."
"Wow, langsung sekali! Sedih sih, tapi sesuai dugaan!"
"Tapi aku mendukungmu kok. Kita kan teman."
"Itu membuatku senang! Terima kasih! Tapi tentu saja tidak seperti Rin-chan, kan?"
"Ya... memang sih. Tapi setelah kau megatakan itu, aku sadar kalo mungkin aku tidak terlalu tertarik dengan idol secara umum. Sepertinya aku hanya mendukung Rinka yang berusaha keras sebagai idol."
"Apa itu karena kau suka dia?"
"..."
Akhirnya aku tidak bisa membantah lagi.
Banyak hal yang dia tunjukkan, dan aku mulai berpikir, "Apa aku telah salah mengartikan perasaan suka yang aku rasakan terhadap teman atau kekaguman terhadap idol sebagai cinta?"
...Apa hal bodoh seperti itu bisa terjadi?
Hmm, tapi sering ada plot seperti ini dalam karya-karya percintaan, kan?
"Sejujurnya, aku sudah lama suka dengan dia..."
Iya, ini biasanya dari sudut pandang perempuan. Mungkin tidak sering dari pihak laki-laki.
"Jadi, untuk menyimpulkan! Kazu-kun sangat menyukai Rin-chan di dunia game, sangat menyukai Rin-chan sebagai idol, pokoknya semuanya disukai!"
"Eh, maksudmu?"
"Maksudku, Kazu-kun itu... sangat menyukai Rin-chan! Sudah jatuh cinta banget! Apapun bentuknya, kau akan tetap suka dengan Rin-chan!"
"─────────Apa?!"
BAANG! Sekali lagi, petir menghantamku.
Aku coba merenung sejenak untuk menyusun semuanya di dalam kepalaku.
Pertama, aku ingin selalu berada di samping Rinka.
Bersama dengannya itu menyenangkan, dan berada bersamanya sudah menjadi hal yang biasa bagiku.
Lalu, saat aku melihat Rinka yang berperan sebagai idol, aku langsung jadi penggemar.
Itu adalah kekaguman yang sangat kuat.
Sekarang, kaalo aku pikirkan lagi, ini sedikit aneh.
Biasanya, ketika melihat gadis cantik, aku hanya berpikir "Oh, dia lucu" tanpa perasaan lebih dari itu.
Faktanya, ketika aku menonton video musik dari Star☆Mines, aku tidak pernah tertarik dengan anggota lain selain Rin-chan, dan saat pertama kali aku melihat Kurumizaka-san di kantin, aku hanya menganggapnya imut.
Tapi, aku yang selama ini tidak pernah peduli dengan idol, tiba-tiba menjadi penggemar Rinka hanya setelah melihatnya sekali.
Aku yang hanya tertarik pada game online...
"Hebat, Kazu-kun! Tanpa informasi apapun, kau bisa menyukai orang yang sama di dunia nyata dan dunia online!"
"Serius?"
"Dan yang lebih mengejutkan, tanpa disadari! Kazu-kun tanpa sadar telah jatuh cinta dengan semua tentang Rin-chan!"
"O-Oh..."
"Ya, ini benar-benar luar biasa. Perasaan Rin-chan terhadap Kazu-kun memang luar biasa, tapi Kazu-kun juga tidak kalah hebat—bahkan bisa dibilang lebih dari itu!"
"...."
"Wow! Ini adalah kisah cinta yang sangat berharga, aku belum pernah melihat yang seperti ini sebelumnya! Kazu-kun benar-benar imut!"
"....Ehm, apa maksudmu?"
"Ha, lihat! Kau bahkan sudah tidak bisa membalas! Kalo ini Kazu-kun yang biasanya, di sini kau pasti akan bilang, 'Diam, Kurumi-
zaka-san! Kau seperti kucing betina yang sedang birahi, kau terlalu berisik!'"
Tentu saja, aku tidak akan pernah mengatakan hal seperti itu pada seorang gadis.
Dan juga, kualitas sindiran dari Kurumizaka-san sungguh mengejutkan ku.
"Aku akan tanya sekali lagi, apa yang kau sukai dari Rin-chan?"
"Uh, suasana hatinya, penampilannya, suaranya yang indah... cara dia bertindak... kepribadiannya... ya, semuanya."
"Dan itu tidak akan berubah meskipun Rin-chan bukan seorang idol, kan?"
"....Tidak, itu tidak akan berubah."
"Kan apa ku bilang! Ternyata Kazu-kun sangat menyukai Rin-chan! Dan itu bukan karena dia seorang idol, tapi karena Rin-chan itu sendiri!"
Eh, eh~~~ Benarkah?
Saat aku kebingungan, Kurumizaka-san berbicara dengan lembut seolah memberikan petunjuk.
"Dengar, perasaan ingin selalu bersama adalah bentuk cinta."
"....Be-benarkah?"
"Yup, itu cinta, bahkan tanpa mengetahui penampilan atau status seseorang, itu tetap bisa terjadi. ....Ah, sebenarnya mungkin itu tidak diperlukan dalam cinta. Sekarang aku akhirnya mengerti maksud dari 'hubungan yang murni dari hati' yang Rin-chan katakan."
Kurumizaka-san sepertinya sudah mendapatkan pemahamannya, tapi bagi ku, ini bukan waktunya untuk berpikir seperti itu.
Kalo Rinka kembali sekarang, rasanya sulit untuk tetap tenang...
"Aku kembali."
Begitu mendengar suara itu, jantung ku berdebar kencang.
"Selamat datang kembali, Rin-chan."
"Maaf, terlambat. Nah, sekarang kita pergi ke mana?"
"Tidak, kita tidak akan pergi ke mana-mana!"
"Eh, maksudmu apa?"
Kurumizaka-san dengan lantang menyatakan hal itu, dan Rinka pun terdengar bingung.
"Rin-chan! Tujuan sudah tercapai! 100 poin sempurna!"
"Maaf, aku benar-benar tidak mengerti apa yang kau maksud. Tolong jelaskan dengan baik."
"Aduh, Rin-chan. Tidak seharusnya aku yang menjelaskannya, itu terlalu canggung!"
"Ini pasti sisi Nana yang merepotkan. Kazuto-kun, bisakah kau memberi tahu ku apa yang kalian lakukan saat aku tidak ada?"
"..........Eh?"
"Kazuto-kun, ada apa? Kau tiba-tiba jadi pendiam, dan kelihatannya ada yang aneh."
"Ah, eh... apa?"
"Kazuto-kun!? Benar-benar ada apa? Kau kelihatan seperti orang yang jiwanya barusaja diambil, lho!"
Jarang sekali aku mendapatkan tsukkomi dari Rinka. Setelah Kurumizaka-san.
Saat ini, pikiran ku sangat kacau dan aku merasa terombang-ambing oleh gelombang emosi yang begitu kuat.
Aku menyukai Mizuki Rinka.
Hanya memikirkannya saja sudah membuat emosi ku meluap, dan detak jantung ku semakin cepat.
"Baiklah! Hari ini kita bubar saja, ya!"
"Masih ada sedikit waktu lagi, kan?"
"Tidak apa-apa! Tujuannya sudah tercapai!"
"Lalu tujuan itu apa? Bukankah tujuan kita kali ini adalah memberi Kazuto-kun dan aku suasana kencan?"
"Betul, tapi aku mendapat hasil yang lebih dari itu, jadi sudah cukup!"
"Aduh, sudah lah, aku tidak bisa mengikuti pembicaraan ini. Kazuto-kun, apa kau baik-baik saja?"
"Eh, ah, ya, aku baik-baik saja."
"...Aku khawatir. Apa kau benar-benar baik-baik saja?"
"Ya, ya, aku baik-baik saja."
Melihat kegelisahan ku, Kurumizaka-san menyarankan untuk segera menyudahi pertemuan ini.
"Kazu-kun sedang berada dalam usia yang penuh kebingungan! Jadi, kita bubar saja! Sampai ketemu di sekolah!"
Dengan keputusan tegas dari Kurumizaka-san untuk mengakhiri pertemuan, ketiganya pun keluar dari 【Black Plain】 dan aplikasi voice chat.
Di layar komputer yang ada di depan saya, terlihat banyak ikon dan gambar desktop di latar belakangnya.
Gambar itu adalah tangkapan layar dari Kazu dan Rin yang sedang melihat ke langit malam di puncak gunung.
"...Apa aku menyukai Rin-chan?"
Anehnya, aku merasakan seperti roda gigi yang sebelumnya tidak pernah cocok sekarang terdengar klik saat semuanya mulai menyatu dengan sempurna.
★★★
Keesokan harinya, aku berangkat ke sekolah seperti biasa. Rinka sudah duduk di tempatnya, membaca buku dengan sikap yang anggun.
Ini adalah pemandangan yang biasa ku lihat setiap hari.
Aku duduk di mejaku dan menyandarkan siku, lalu memandangi punggung Rinka, ini sudah menjadi rutinitas harianku.
"Ha..."
Aku menyadari kalo aku menyukai Rinka. Sejak menyadari itu, aku merasa aneh dan gelisah.
Perasaan ku tidak berbeda dari sebelumnya, tapi aku menjadi sangat sadar akan keberadaannya.
"Ah..."
Sepertinya Rinka menyadari sesuatu dan menoleh ke arah ku.
Mata kami bertemu, dan aku segera mengalihkan pandangan.
"──────!"
Wajah Rinka yang terkejut muncul dalam ingatan ku.
Tiba-tiba terdengar suara notifikasi dari Hp-ku, dan saat aku melihatnya, ada emotikon wajah Rinka yang menangis.
Ditambah lagi dengan balon teks "Gaaaan!" yang mengiringi pesan tersebut.
Ketika aku membayangkan ini datang dari seorang idola yang memiliki citra keren, rasanya agak menyentuh hati.
★★★
"Hei, Kazu-kun! Kau tidak boleh bersikap jahat pada Rin-chan!"
Saat istirahat makan siang, akh dipanggil lagi oleh Kurumizaka-san dan kali ini kami berada di tangga dekat atap sekolah.
Begitu kami bertemu, aku langsung diteriaki. Aku tidak mengerti apa maksudnya.
"Tadi pagi, kau bersikap acuh pada Rin-chan, kan? Rin-chan kelihatan sangat sedih."
"Eh, itu...,"
Kurumizaka-san mendekat dengan langkah tegas, pipinya mengembun karena kesal. Aku merasa sedikit cemas.
"Kazu-kun, kau itu tipe anak laki-laki yang suka mengganggu gadis yang kau sukai ya?"
"Sebenarnya bukan begitu..."
"Bukan begitu, ya?"
"Karena... aku malu, jadi...aku tidak sengaja."
Aku merasa malu untuk mengungkapkan perasaan ku, dan aku sedikit merasa canggung saat mengatakannya.
Apa aku terdengar aneh?
Tapi, Kurumizaka-san malah tersenyum aneh dengan senyum yang tidak jelas.
"Ha... ha... haa."
"Apa sih?"
"Kazu-kun, kau sudah sadar kalo kau sudah menyukainya, ya? Ufufu."
Ufufu...
Reaksi Kurumizaka-san yang seperti tante-tante yang ikut campur itu membuat ku tersenyum kecut.
"Kalo begitu, yang harus kau lakukan sekarang adalah mengungkapkan perasaanmu pada Rin-chan!"
"Itu agak...,"
"Eh? Kenapa?"
"Aku butuh sedikit lebih banyak waktu, atau lebih tepatnya, aku ingin merapikan perasaan ku... Semacam itu. Aku juga jadi berpikir, apa akh pantas untuk Rin-chan?"
Pada titik ini, aku dihadapkan pada dilema lainnya.
──────Seorang pecandu game seperti ku, bagaimana bisa mendekati seorang idola yang terkenal?
Ini adalah pikiran yang sudah ada sejak sebelum aku mengetahui identitas Rin.
Aku hanya mengikuti perkataan Rin, terus didorong oleh Kurumizaka-san...
Kalo dipikir-pikir, aku merasa tidak pernah benar-benar mengambil langkah sendiri.
Aku tidak bisa bergerak.
Sebagai pecandu game, aku merasa tidak sebanding dengan seorang idola terkenal seperti Rinka.
Pikiran itu ada di dasar hati ku.
Aku rasa aku bisa bilang kalo aku tidak memiliki rasa percaya diri.
"Bodoh!"
"...Eh?"
Tiba-tiba, suara keras dari Kurumizaka-san menggema di tangga ini.
Aku terkejut, dan Kurumizaka-san semakin mendekat dengan ekspresi serius.
"Masalah pantas atau tidak pantas itu tidak penting! Kalian ber-2 saling menyukai, itu saja sudah cukup!"
"Tapi, tapi..."
"Kalo begitu, seperti yang kau katakan, kau adalah seorang pecandu game yang gagal, seorang manusia yang pemalu dan tidak berguna!"
"Itu keterlaluan, itu terlalu berlebihan...!"
"Tapi, Rin-chan itu justru menyukai mu, termasuk semuanya itu."
"..."
"Pernahkah Rin-chan mengatakan padamu, kalo dia ingin kau menjadi orang seperti ini?"
"......Tidak."
"Kan? Itu adalah hal yang paling Rin-chan benci, perbedaan status seperti itu."
"─────────!"
Itu benar. Kata-kata Kurumisaka-san menancap dalam-dalam di hati ku.
Betapa aku tidak menyadari hal yang begitu sederhana ini.
Sejak awal, Rinka sudah menerima ku apa adanya.
Tentu saja, bukan berarti dia menerima ku sepenuhnya atau menjadi seorang Yes-Man, tapi dia memperlakukan ku dengan pengakuan terhadap siapa aku sebenarnya.
"Jadi, bagaimana sekarang, Kazu-kun? Terus menerus meragukan diri dan tidak melakukan apa-apa? Atau mengikuti perasaanmu dan maju dengan tegas?"
"Kurumizaka-san...!"
Betapa kuat dan penuh energi kata-kata itu.
Inilah suara sejati dari Kurumizaka Nana, yang telah mencapai puncak sebagai seorang idol populer...
Ah... sebelumnya, Kasumi-san juga pernah mengatakan hal yang sama.
Terkadang, mengikuti semangat muda dan bertindak dengan keberanian itu juga bisa menjadi pilihan.
Aku telah terjebak oleh logika yang aneh dan norma-norma masyarakat, yang membatasi tindakan ku.
Orang biasa dan idol populer tidak sebanding, begitu pikir ku.
Tapi, mungkin...aku harus berhenti memikirkan itu.
Apa yang aku inginkan dengan Rinka?
Itu sudah aku katakan sejak dulu.
Aku ingin lebih dekat, menjadi lebih akrab dengan Rinka...membangun hubungan yang lebih dalam.
Aku yakin meskipun aku tidak melakukan apa-apa, Rinka pasti akan mendekatkan diri pada ku.
Tapi, itu bukanlah hal yang aku inginkan.
Ini adalah aku.
Aku yang ingin berada di sisi Rinka.
Perasaan ini tidak akan berubah, apapun situasinya!
"...Kurumizaka-san, kau seperti matahari yang memimpin semua orang dan membuat mereka bahagia."
"Eh... a-apa yang kau katakan, Kazu-kun!? Aku tidak...!"
"Sungguh kau seperti matahari. Apalagi pipimu yang memerah itu."
"M-Maafkan aku! Kazu-kun! Bahkan aku pun bisa marah, loh!?"
Melihat Kurumizaka-san yang tersenyum sambil marah, aku dengan santai berkata, "Maaf, maaf."
Entah kenapa, pikiranku kini terasa lebih jernih.
Berkat Kurumizaka-san, apa yang ingin aku lakukan kini semakin jelas.
"Kurumizaka-san, aku akan mengajak Rinka berkencan."
"Itu, dalam game online?"
"Tidak, ini di dunia nyata. Sebelum mengungkapkan perasaanku pada Rinka, aku ingin benar-benar menghadapinya."
Aku adalah pria yang bahkan hanya dengan memikirkan kencan saja sudah membuat tanganku berkeringat.
Aku juga tidak suka menjadi pusat perhatian.
Selama ini, aku telah mengabdikan hidupku pada game online.
Aku ini orang biasa, tanpa keistimewaan apapun.
Tapi, apa yang bisa ku lakukan?
─────────Aku hanya ingin berada di sisi Rinka.
Hanya itu yang perlu aku perjuangkan.
Di dunia nyata idol yang keren itu, dia akan berperilaku seperti seorang istri.