> CHAPTER 1

CHAPTER 1

Kamu saat ini sedang membaca    Danjo Hi 1 : 5 No Sekai De Mo Futsu Ni Ikirareru to Omotta? Geki E Kanjona Kanojo Tachi Ga Mujikaku Danshi Ni Honro Saretara   volume 2  chapter 1. Kalo kamu menyukai karya ini silahkan tinggalkan jejak komentar. Dan juga jangan lupa dukung mimin dengan cara donet se iklasnya di Trkateer mimin buat mimin makin semagat+buat dana untuk beli raw

APA GADIS SASTRA JK ITU POLOS DAN SOPAN?



───● SISWI SASTRA JK YANG ANGGUN ●○●



[TL\n: JK tu singkatan dari joshi kousei (女子高生), yang berarti siswi SMA.]


Sudah 2 bulan sejak aku datang ke dunia ini.


Awalnya aku tidak tahu apa yang akan terjadi, tapi ternyata semuanya berjalan cukup lancar.


Yah, sebenarnya hanya pandangan ku tentang kesucian yang sedikit berbeda, dan selain itu, tidak ada yang berubah, jadi bisa dibilang itu wajar saja.


Kalo aku tiba di dunia ini dan diberitahu kalo aku adalah seorang pahlawan, itu pasti akan sulit, tapi dunia ini cukup ramah sehingga bahkan orang biasa seperti ku pun bisa hidup dengan normal.


"Huah~... ngwantok, tidur pun sodap nih..."


Hari ini adalah hari Sabtu, dan aku tidak ada kelas.


Memang ada beberapa kuliah yang bisa diambil pada hari Sabtu, tapi Koiumi bilang dia tidak ikut, dan aku juga termasuk orang yang lebih suka beristirahat pada hari Sabtu.


Aku melihat jam yang terpasang di dinding. 


Waktu menunjukan sudah pukul 10:30 pagi.


Mengingat aku bekerja hingga tengah malam kemarin, aku rasa aku sudah cukup berusaha untuk bangun pagi ini.


"Sepertinya hari ini, mulai pukul 15.00 sore, ya... hmmm, mungkin sebaiknya aku akan membuat makan siang dulu..."


Hari ini aku memiliki jadwal mulai pukul 15.00.


Dengan mata yang masih mengantuk, akh perlahan-lahan keluar dari tempat tidur. 


Ketika itu, aku mengambil Hp-ku yang ada di samping bantal dan melihat ada notifikasi.


《Koumi》『Itu menarik sekali yaw』


《Koumi》『Jadi, pekerjaan paruh waktu seperti apa yang dimiliki Masato~』


"...Apa yang sedang kami bicarakan tadi..."


Setelah bertukar kontak, Koiumi sering mengirim pesan seperti ini 2 atau 3 kali sehari.


Sebenarnya, ini adalah bentuk komunikasi yang biasa aku lakukan di dunia sebelumnya, dan aku juga menikmatinya, jadi aku membalas pesan-pesannya.


"Tapi, rasanya aku tidak bisa bilang kalo aku bekerja di bar..."


Karena aku sudah menolak ajakan Koumi, dia sudah mengetahui kalo aku bekerja paruh waktu pada malam Jumat lalu.


Tapi, kalo aku jujur mengatakan, "Aku bekerja di Boy's Bar," pasti aku akan mendapatkan respons seperti, "Eh... jijik..." atau "Dengan penampilanmu seperti itu...?" Jadi aku tidak akan menceritakannya. Aku juga tidak sebodoh itu.


Tapi kemudian, aku teringat suatu ide lain.


"Ah, iya! Ini pasti bisa diterima."


Dengan cepat, aku menggeser layar Hp-ku.


《Katasato Masato》『Sebenarnya, aku mengajar les privat.』


Baiklah. Kalo begitu, seharusnya tidak ada masalah.


Ya, aku memang juga bekerja sebagai guru privat.


Mulai pukul 3 sore pada hari Sabtu.


Kalo aku mengatakan ini, tidak akan ada masalah sama sekali. 


Ini pekerjaan paruh waktu yang biasa. 


Aku lalu menutup Hp-ku dan berjalan ke dapur.


Sepertinya masih ada 2 telur dan bacon...mungkin aku akan membuat nasi goreng saja.


Nasi goreng adalah masakan yang paling mudah untuk pria yang tinggal sendiri.


Ding!


Ding!


...?


Saat aku memeriksa sisa nasi di rice cooker, Hp-ku berbunyi.


Aneh, biasanya Koumi tidak membalas pesan dalam waktu 3 atau 4 jam setelah aku mengirim pesan, dan aku tidak yakin aku punya teman lain yang menghubungi ku.


Aku mengambil Hp-ku dan ternyata ada pesan dari 《Koumi》.


...Balasan terlalu cepat, ya?


《Koumi》『K-kau seorang guru privat?』


《Koumi》『Jangan-jangan, kau mengajar perempuan?』


...? Ada apa ya? 


Memang benar apa yang dikatakan Koiumi, kalo yang aku ajar adalah perempuan, tapi...


《Masato》『Iya, benar. Yang ku ajar seorang siswi SMA.』


Aku membalas dengan singkat dan kembali melanjutkan memasakku.


Apa ini hal yang begitu mengejutkan? 


Rasanya banyak mahasiswa yang bekerja sebagai guru privat atau pengajar di lembaga pendidikan.


Saat aku mengambil sendok nasi untuk mengambil nasi dari rice cooker, tiba-tiba...


Bzzz, bzzz, bzzz.


Hp-ku yang dalam mode getar di meja bergetar.


Itu bukan pemberitahuan pesan.


Itu adalah telepon.


Dari sini saja aku bisa melihatnya. 


Layar menunjukkan nama 《Koumi》.


...Eh? Entah kenapa ini agak menakutkan. 



Pukul 14 lebih sedikit.


Aku meninggalkan rumah dan menuju tempat untuk mengajar.


"Ah, benar-benar, aku tidak tahu di mana Koumi akan mengaktifkan 'switch'-nya..."


Setelah itu, aku menjawab telepon dan merasa takut mendengar suara Koiumi yang datar.


Biasanya, Koumi itu imut seperti iblis kecil dan sangat menyenangkan saat mengikuti kuliah bersamanya, tapi kalau dia tiba-tiba mengaktifkan 'switch'-nya, dia bisa menakutkan.


Aku ingin berhati-hati, tapi alu tidak tahu di mana letak 'switch'-nya, jadi sulit untuk berhati-hati.


Akhirnya, setelah aku menjelaskan situasinya, dia kembali tenang. 


Katanya, dia akan memahami setelah aku menjelaskan dengan jelas pada hari Senin. 


Syukurlah. 


Memang sungguh sulit berurusan dengan perempuan...


Aku melihat ke langit yang berwarna biru kehijauan.


Di duniaku yang sebelumnya, aku tidak banyak mengalami kesulitan dalam berkomunikasi dengan lawan jenis. 


Mungkin itu karena aku dulu akrab dengan teman perempuanku sejak kecil.


Mungkin karena itu, selama masa remaja yang biasa disebut masa pubertas, aku tidak merasa terlalu malu dan bisa berinteraksi dengan perempuan dengan biasa saja.


Karena itu, ada beberapa kali aku mendapat pengakuan dari perempuan, dan aku pun pernah menjalin hubungan dengan mereka.


Tapi, pada suatu saat...


"Katasato-kun, kau ternyata cuma baik ke semua orang ya... Maaf, aku tadi salah paham."


Sekitar sebulan setelah kami berpacaran, tiba-tiba dia mengakhiri hubungan kami dengan kata-kata tersebut.


Aku yang sudah lama tinggal di panti asuhan dan diajarkan oleh orang tua asuh ku untuk bersikap baik kepada orang lain, merasa kalo itu adalah hal yang wajar untuk dilakukan. 


Oleh karena itu, kata-kata yang aku dengar sangat mengejutkan.


Pada saat yang sama, aku juga menyadari kalo aku memang terus bersikap sama terhadapnya seperti akaku bersikap kepada teman-temanku yang lainnya. 


Dan setelah menyadari hal itu, aku merasa sulit untuk mengubah sikap ku hanya karena dia adalah 'pacar'-ku. 


Pada akhirnya, aku hanya bisa pasrah dan menerima kenyataan kalo aku memang seperti itu.


"Cepat, cepat! Semuanya sudah sampai di taman!"


"Tunggu sebentar!"


Suara ceria terdengar, dan beberapa gadis kecil berlari di sampingku. 


Hari ini cuacanya cerah. 


Mungkin mereka akan bermain di taman bersama teman-temannya. 


Punggung gadis-gadis yang berlari penuh semangat itu semakin lama semakin mengeecil, hingga akhirnya hilang dari pandanganku.


...Hmm, tidak ada gunanya terlalu terlarut dalam perasaan negatif, dan aku seharusnya melupakan hal-hal dari masa lalu.


Untuk menghilangkan perasaan buruk yang muncul setelah mengingat kenangan pahit itu, aku mempercepat langkahku menuju stasiun.


Setelah beberapa menit berjalan, aku tiba di stasiun terdekat.


Tempat mengajar les privat di rumah muridku berjarak sekitar 5 stasiun dari sini.


Awal mula aku menjadi guru les privat bisa ditelusuri sekitar sebulan yang lalu.


Saat itu, sumber pendapatanku hanya dari bekerja di bar, dan bintang tau seperti Seira-san belum sering datang seperti sekarang (meskipun sekarang Seira-san sering membantu dan aku bisa sedikit lebih hidup nyaman). 


Jadi, aku merasa penghasilanku kurang.


Pada awalnya, aku bekerja di bar untuk belajar dan mengambil shift setiap hari kecuali Jumat, jadi aku rasa itu cukup. 


Tapi, Aika-san memberi nasihat padaku dengan mengatakan, "Bekerja terlalu banyak seperti ini tidak baik," sehingga akhirnya aku hanya bekerja pada hari Jumat.


Biaya hidup sebagian besar ditanggung oleh Aika-san, dan meskipun aku merasa agak bersalah, aku berkonsultasi dengannya. 


Dengan wajah yang sangat senang, Aika-san berkata, "Oh, kau kan pintar, jadi aku ingin kau membantu sedikit," dan itulah yang membuatku akhirnya menjadi tutor.


Ternyata, melalui koneksi pekerjaan Aika-san, aku mengetahui kalo ada seorang wanita yang anak perempuannya sedang berusaha masuk kampus, dan dia membutuhkan bantuan belajar.


Begitulah, aku mulai mengajar seorang siswi SMA sebagai guru privat sekitar sebulan yang lalu.


Oh ya, baru-baru ini, Aika-san mengatakan, "Biaya les sudah aku transfer ke rekeningmu," dan ketika aku memeriksanya, jumlah yang tertera sangatlah mengejutkan. 


Kenapa bisa begitu?


Aku merasa ada yang aneh dengan jumlah uang yang ku terima dari biaya les privat ini, tapi Aika-san hanya tersenyum lebar.


Mungkin... Aika-san menambahkan uang tersebut agar aku bisa lebih mudah hidup, tapi... memang benar, aku tidak bisa berbuat apa-apa terhadap Aika-san.


"Baiklah."


Setelah turun dari kereta, akh berjalan sebentar dari stasiun dan akhirnya tiba di rumah tempat ku mengajar. 


Pintu gerbang yang besar menyambut ku, dan setelah sedikit berjalan di halaman, aku sampai di depan pintu masuk.


Melihat sekilas, rumah ini jelas rumah yang bagus. 


Meskipun aku datang 10 menit lebih awal dari waktu yang dijanjikan, aku rasa itu tidak masalah.


Aku lalu menekan bel.


"Permisi, ini Katasato. Aku datang untuk mengajar Shiori-san."


"Ya, sebentar!"


Suara ceria terdengar, diikuti dengan suara pintu gerbang yang terbuka.


Seperti yang aku pikirkan sebelumnya, fasilitasnya luar biasa.


Begitu pintu terbuka, di sana sudah ada ibu dari Shiori-chan, yang ku ajar.


"Selamat siang, Masato-kun! Terima kasih banyak! Shiori sudah ada di kamar lantai 2, jadi silakan langsung ke sana, ya!"


"Baik, aku akan berusaha sebaik mungkin."


Aku melepas sepatuku dan masuk ke dalam rumah. 


Aku juga memastikan untuk merapikan sepatu ku, karena aku tidak tahu di mana aku akan dinilai oleh orang lain...


Aku menaiki tangga menuju kamar Shiori-chan. 


Di pintu kamar ada papan nama kecil yang lucu, dan aku mengetuk pintunya 2 kali.


"Shiori-chan? Ini Katasato. Boleh aku masuk?"


"Y-ya, tidak papa."


Suara soprano yang jernih. 


[TL|n: Soprano adalah istilah dalam dunia musik yang mengacu pada jenis suara perempuan dengan jangkauan nada tertinggi di antara semua jenis suara manusia. Istilah ini sering digunakan dalam konteks vokal, terutama dalam paduan suara, opera, dan musik klasik.]


Shiori-chan memiliki suara yang sangat indah.


Begitu pintu dibuka, aku melihat seorang gadis langsing dengan rambut hitam panjang yang mengkilap, diikat setengah dengan pita biru muda. 


Dia duduk di kursi.


Wah, memang benar, dia adalah sosok yang sangat cocok dengan kata 'anggun'.


"Selamat siang, Shiori-chan."


"Selamat siang."


...Ngomong-ngomong, hari ini dia tidak mengenakan seragam.


Biasanya, kami mengadakan pelajaran dengan dia mengenakan seragam, jadi mungkin ada alasan tertentu kenapa dia tidak mengenakannya kali ini.


"Heh, hari ini kau tidak memakai seragam mu, ya?"


"Se-sebenarnya, aku berpikir kalo aku memakai seragam saat di hari libur, itu agak aneh, jadi aku memutuskan untuk tidak memakainya."


Shiori-chan sedikit memutar kursinya dan menghadap ke arah ku.


Wah, dia sangat cocok dengan pakaian yang dikenakannya. 


Atasan atasan hitam lengan pendek hingga doublelier krem...yang terhubung langsung dengan rok seperti dress overall, itu sangat cocok dengan keanggunan pribadinya.


"Eh,itu sangat cocok untuk mu! Kau terlihat bagus sekali. Aku biasanya hanya melihatmu dengan seragam, jadi ini terasa segar."


"....Fufu...terima kasih. Pakaian bebas Masato-san juga terlihat keren."


"Meski kau memujiku, pekerjaan rumahmu tidak akan berkurang, loh~?"


Aku juga meletakkan tas dan mengeluarkan bahan ajar.


Meskipun sekarang sudah tidak bisa aku bayangkan, saat pertama kali bertemu dengan Shiori-chan, dia mengenakan kacamata dan memiliki rambut yang dikepang.


Aku tidak tahu apa yang menyebabkan perubahan itu, tapi saat aku datang di hati berikutnya, rambutnya sudah seperti ini dan dia sudah mengganti kacamatanya ke lensa kontak.


Mungkin pada awalnya, ibu Shiori-chan sengaja menyembunyikan fakta kalo guru privatnya adalah seorang pria, jadi mungkin dia merasa cemas.


Ibu yang sedikit nakal, ya...


"Baiklah... seharusnya kita akan segera memulainya, tapi masih 5 menit lagi."


"Benar juga, ya. Apa yang harus kita lakukan?"


"Karena masih ada waktu, bagaimana kalo kita ngobrol sebentar sebelum mulai belajar?"


Aku tidak terlalu suka belajar yang terlalu kaku.


Meskipun ini sudah pertemuan ke-4, aku rasa dia masih merasa cukup gugup, jadi aku pikir lebih baik kita mengurangi ketegangan terlebih dahulu.


Di antara gadis-gadis yang aku temui setelah datang ke dunia ini, aku rasa dia termasuk yang paling tenang.


Yuka, misalnya, dia seringkali terlalu gugup sampai-sampai dia salah bicara. 


Padahal, dia tidak perlu segitunya, kan?


Tiba-tiba, aku melihat sebuah buku novel di atas meja Shiori-chan.


Ya, dia adalah seorang gadis yang suka sastra.


"Oh, jadi hari ini kau sedang membaca apa?"


"Ah, ehm... ini karya dari Tasaka-san..."


"Ah, itu memang menarik, ya! 'Dari Lantai 2, Musim Panas Turun'... Aku penasaran, seperti apa sih cara hidup seseorang sehingga bisa terpikirkan kalimat pembuka seperti itu..."


Sejujurnya, meskipun aku bisa mengatakan hobi ku adalah membaca, aku tidak terlalu banyak membaca buku. 


Tapi untuk karya-karya yang terkenal, aku sedikit banyak sudah pernah membacanya.


Untungnya, hal itu juga berlaku sama di dunia sebelumnya.


Membaca buku yang sama tentu sangat membantu untuk memeriahkan percakapan, kan?


Meskipun sepertinya Shiori-chan yang sangat suka membaca buku, aku merasa mungkin aku tidak akan sebanding dengan pengetahuannya.


"Ah, hahaha, iya ya, benar-benar..."


Eh, kok sepertinya dia tidak terlalu tertarik... mungkin aku ketahuan kalo aku cuma suka membaca buku secara biasa saja... Ah, ini sulit.



Sekitar 1 jam kemudian.


"Di sini, pembacaannya agak berbeda, ya. Karena simbol ini pindah ke sini, jadi yang benar adalah~"


Karena aku berkuliah di jurusan humaniora, aku mengajarkan 3 mata pelajaran pada Shiori-chan, Bahasa Jepang, Sejarah, dan Bahasa Inggris.


Biasanya, aku akan mengajar sekitar 1 jam untuk setiap mata pelajaran, jadi totalnya 3 jam. 


Pekerjaan ku sebagai guru privat selesai sekitar pukul 7 malam, dengan istirahat di antara pelajaran.


Sekarang kami sudah menyelesaikan Bahasa Inggris, dan baru saja mulai belajar Bahasa Jepang.


"Eh, jadi... umm?"


Sepertinya dia kesulitan.


Oh, benar juga, bagian ini memang agak sulit dipahami... Ah, aku punya ide.


Dengan pemikiran itu, aaku berdiri dan bergerak ke belakang Shiori-chan.


Kemudian, aku mencondongkan badanku dan melihat ke buku pelajaran dari belakangnya.


"Sudah, Shiori-chan? Sekarang aku akan menunjuk dengan jariku, ya. Ikuti urutan bacanya bersama-sama..."


Oke, dengan cara ini pasti lebih mudah dimengerti.


Tapi, tiba-tiba tangan Shiori-chan berhenti.


Hmm?


"...O-uff"


Eh?


Apa itu suara dari Shiori-chan?


Aku mendengar suara aneh, tapi aku tidak bisa melihat ekspresi wajahnya. 


Shiori-chan kemudian berdiri dari kursinya.


"Permisi, aku akan memetik beberapa bunga..."


[TL\n: maksudnya dia mau ke toilet, itu bahasa sopan nya aja, biar org gak risih atau jijik.]


"Oh, ya, tentu. Maaf, maaf."


Tanpa ekspresi yang terlihat, Shiori-chan pergi ke toilet. 


Hmm, apa aku sudah membuatnya marah?


...Ah, mungkin aku terlalu dekat.


Tentu saja, siapa pun mungkin tidak ingin terlalu dekat dengan laki-laki yang belum terlalu akrab denganya. 


Karena perbedaan jumlah gender, aku sedikit terlena, tapi ini memang tidak baik.


Aku harus minta maaf.


Beberapa saat kemudian, Shiori-chan kembali.


Wajahnya sedikit merah, tapi aku rasa dia baik-baik saja.


"Maafkan aku. Ayo kita lanjutkan."


"Uh, ya, benar. Ayo lanjutkan."


Syukurlah, sepertinya dia tidak marah sampai sejauh itu.


Aku sempat khawatir kalo aku telah membuatnya marah.


Dengan tekad untuk tidak mengulang kesalahan yang sama, aku duduk di sampingnya dan berniat melanjutkan pelajaran.


"Hah?"


Shiori-chan menatap ku dengan ekspresi bingung.


Hah?


"Ah, tidak. Silakan, tolong dekati ki dari belakang. Silakan, lakukan itu seperti hendak menindih ku."


Hah?



───● SEORANG GADIS SASTRA JK BERMIMPI ●○●



Canggung. 


Terasa seperti orang desa.


Begitulah kira-kira kesan yang diberikan orang tentang ku.


Sebenarnya, aku tidak merasa kesal atau kecewa dengan hal itu.


Bahkan, aku pikir mungkin itu malah lebih baik.


Aku sudah memasuki kelas 2 SMA.


Sebelum masuk SMA, aku sempat berpikir mungkin aku akan punya pacar... Tapi, harapan itu dengan cepat hilang.


Sekolah ku adalah sekolah campuran, dan ada beberapa laki-laki di kelas.


Dari total 6 laki-laki di kelas kami, mereka terbagi dalam 2 kelompok, masing-masing terdiri dari 3 orang.


Dan hanya sekitar 2 kelompok yang bisa bergaul dengan mereka.


Hanya gadis-gadis dengan peringkat sosial tinggi yang memiliki kesempatan itu.


Maksud ku, gadis-gadis peringkat atas ini sepertinya menguasai para laki-laki. 


Begitulah kenyataannya. 


Itu adalah gambaran nyata tentang sekolah campuran.


Orang seperti ku yang canggung tidak pernah kebagian.


(Yah... sebenarnya, aku rasa aku tidak perlu itu juga sih.)


Aku melihat sekeliling.


Laki-laki di kelas, kalo mereka sedikit tampan, mereka cenderung bersikap tinggi hati atau sombong, sementara yang lainnya terlihat tidak terawat atau terlalu gemuk, sehingga aku tidak merasa tertarik pada mereka.


Meski begitu, sebagian besar dari mereka tetap dikelilingi oleh gadis-gadis yang tertarik.


(Sebenarnya, mereka bisa saja tidak ada di sini.)


Bukannya aku sekadar berpura-pura kuat.


Aku benar-benar merasa begitu.


Dan juga,


(Saya memiliki... ini, kan...)


Dengan diam-diam, aku mengeluarkan sebuah buku kecil dari laci mejaku.


Karena sudah ku bungkus dengan sampul buku, orang-orang di sekitar tidak akan tahu buku apa yang sedang aku baca.


Ini adalah buku yang ditujukan khusus untuk wanita.


Aku sudah lama menyukai genre fantasi.


Karakter-karakter dalam cerita-cerita tersebut memiliki hati yang murni dan jernih. 


Para Mc selalu tampan dan memiliki alasan kenapa mereka disukai oleh para heroin. 


Mereka yang ada dalam cerita itu sungguh indah.


Aku menghela napas, membayangkan karakter-karakter dalam cerita tersebut, kemudian kembali melihat kelompok orang yang sedang berbicara di kelas.


(Ahh... kenyataannya memang menyebalkan...)


Dengan buku ini, semuanya terasa lebih baik.


Sementara suasana kelas yang ramai dengan percakapan, aku duduk di pojok kelas, tenggelam dalam cerita yang aaku nikmati seorang diri.



"Aku pulang~"


Karena aku adalah anggota hantu klub, jadi begitu sekolah selesai, aku biasanya langsung pulang ke rumah.


[TL\n; anggota hantu tu biasanya anggota yang cuman antar nama\ngedaftar di klub\organisasi tapi dia gak pernah ikut serta dalam kegiatan yang diselenggarakan klub\organisasi.]


"Ah, selamat datang kembali, Shiori."


Aku hanya mengucapkan "Aku pulang" pada ibu, kemudian langsung menuju ke kamar.


Hari ini, selain membaca buku, aku juga ingin bermain game visual novel. 


Selama aku dikelilingi oleh karakter-karakter tampan, aku merasa bahagia.


"Tunggu sebentar, Shiori. Tunggu."


"....Ada apa?"


Ibuku menghentikan ku.


Padahal aku ingin cepat bermain game...


"Apa kau sudah punya teman atau pacar?"


"Apa? Kenapa tiba-tiba? Tidak ada, kok."


"Kau harus menjalin hubungan romantis saat masih pelajar. Setidaknya, cobalah untuk berinteraksi dengan mereka."


Ah, topik ini lagi.


Aku sudah sering mendengarnya, terutama soal semakin sedikitnya jumlah laki-laki di sekolah. 


Sungguh, aku sudah bosan mendengarnya.


"Ya, ya. Aku akan mencobanya."


"Benar-benar... Oh, ngomong-ngomong, kau kan bilang kalo kau ingin masuk kampus negeri itu, kan?"


"...? Iya, memang."


Ujian masuk kuliah.


Meskipun aku masih di kelas 2 dan belum sepenuhnya memutuskan, aku sudah memiliki kampus yang aku incar. 


Kampus itu memiliki fasilitas yang sangat baik, dan perpustakaannya juga sangat besar.


Meskipun nilai rata-ratanya cukup tinggi karena merupakan kampus negeri, aku rasa akh masih bisa mencapainya dengan usaha yang keras.


"Teman kenalanku ada yang kuliah di kampus itu, jadi aku berpikir untuk mengundang dia sebagai guru les privat mu!"


"Eh... aku rasa itu tidak perlu..."


Guru privat? 


Itu bukan hal yang aku butuhkan.


Aku bisa belajar sendiri, meskipun agak menyedihkan, aku memang tidak memiliki banyak teman dan tidak terlibat dalam kegiatan klub, jadi waktu ku cukup luang.


Berinteraksi dengan orang lain juga terasa sedikit merepotkan...


"Sudahlah, coba saja dulu! Hari Sabtu dia akan datang, jadi kau harus ada di rumah!"


"Eh, aku tidak mau... aku pasti akan menolaknya."


"Baiklah, kalo kau tidak suka, kau bisa menolaknya."


"Eh, kenapa kau senyum-senyum begitu? Aneh sekali..."


Yah, kalo begitu aku bisa menolaknya.


Meskipun aku merasa agak bersalah pada guru les itu, aku akan memberikan alasan yang tepat dan menyuruhnya pulang. 


Aku tidak terlalu memikirkan senyum aneh ibu ku, dan aku pun mengurung diri di kamar.


Hari Sabtu.


Seperti biasa, aku sedang membaca buku di kamar. 


Sebuah novel roman dengan ekspresi yang sedikit berlebihan. 


Hah, mc pria ini luar biasa...!


Keren, pintar, kuat, dan super baik. Tuhan. Ya, tentu saja itu wajar karena ini hanya fiksi. 


Seandainya ada pria seperti itu...


Ketika aku berpikir tentang pria, yang terlintas di benak ku hanyalah teman-teman sekelas atau selebriti yang terlihat ceria di TV.


Aku sudah cukup tahu tentang kenyataan.


"Shiori! Aku sudah membawa guru les-nya! Aku masuk, ya?"


"...Iya."


Sungguh...


Aku merasa agak bersalah pada guru les itu, tapi aku berencana untuk menyuruhnya pulang secepat mungkin. 


Aku segera menyimpan novel yang ku baca ke dalam rak buku.


Karena pagi tadi aku masih sekolah, aku masih memakai seragam. 


Tapi itu tidak masalah, kan? 


Aku sedikit menunda bermain game atau mengganti pakaian, tapi aku rasa itu masih bisa dimaklumi.


Lagipula, aku tidak berada dalam keadaan yang terlalu buruk untuk ditunjukkan pada orang lain.


Pintu terbuka dengan suara berderit.


Setelah menghela napas, aku menoleh ke arah pintu...


—Dan aku terkejut.


"Ah, halo, Shiori-san."


Pikiran ku terhenti sejenak.


Ada pria tampan yang berdiri di sana.


"Eh?"


Tanpa sengaja, aku menjatuhkan Hp yang ku pegang.


Eh? Apa?


Kenapa ada pria di sini?


Eh?


"Ini dia, guru les yang kau minta, Katasato Masato-kun. Dia keren, kan? Ayo, sapa dia, Shiori."


...... 


Otak ku butuh beberapa detik untuk memproses apa yang terjadi.


Kemudian, aku sadar apa yang harus ku lakukan.


"Tunggu sebentar!"


"Tunggu sebentar?"


"Tolong tunggu sebentar...!!"


Aku dengan paksa mendorong ibu ku ke dalam dan menyuruh guru les yang ada di belakangnya untuk keluar dari kamar.


Tunggu, tunggu, tunggu!!!


Aku tidak diberi tahu tentang ini! 


Kenapa aku tidak tahu ini?!?


"Kenapa kau melakukan ini, Shiori~?"


"Ibu...! Jangan harap aku akan memaafkanmu setelah ini...!!"


Aku bisa merasakan senyuman sinis ibu ku.


Ternyata dia diam-diam menyembunyikan ini, dia benar-benar jahat...! 


Nanti aku akan memberitahu ayah tentang kebiasaannya yang sering pergi ke bar untuk pria...!


Pertama-tama, aku menutupi rak buku ku dengan handuk putih.


Banyak buku di sana yang kalo dia sampai melihatnya, itu akan sangat memalukan!!!


Aku juga menyembunyikan permainan, pakaian ganti, dan pakaian kotor.


[TL\n: permainan? Hmmm, kayaknya ada yg mencurigakan.]


Dengan kecepatan luar biasa, aku menyelesaikan pekerjaan merapikan, dan akhirnya aku berdiri di depan cermin. 


Ternyata aku sudah kelelahan dan jantung ku berdegup kencang.


Dan yang paling penting adalah pria yang tadi.


(Tidak mungkin, dia terlalu tampan, kan????)


Aku teringat senyum lembut yang dia tunjukkan.


Tinggi tubuhnya pasti sekitar 175 cm. 


Rambut hitamnya yang bergelombang ringan sangat menawan.


Seperti.


(Seperti mc dalam cerita...!)


Wajah ku terasa panas.


Ini tidak seperti yang ku duga.


Dengan cepat, aku menyesuaikan diri dan menarik napas dalam-dalam.


"Maaf telah membuat mu menunggu..."


Beberapa saat kemudian, aku membuka pintu.


Dan di sana, benar saja, ada seorang pria. 


Aku sangat terkejut.


"Ah, maaf ya? Sepertinya ada masalah komunikasi..."


"Tidak, tidak, tidak! Ini semua salah ibu ku..."


Aku mempersilakan dia masuk ke dalam kamar.


Apa yang harus aku lakukan, apa yang harus aku lakukan?


Seorang pria tampan ada di kamar ku.


"Silakan," 


Untuk saat ini aku menawarkan kursi yang terhubung dengan meja belajar ku yang biasa ku pakai.


Aku duduk di tempat tidur.


"Maaf ya, terima kasih," 


"Tidak..." 


Tenang, aku harus tenang.


Memang dia sangat tampan, tapi aku tidak boleh terbawa begitu saja oleh penampilannya.


Dia adalah orang yang dibawa oleh ibu ku.


Sifatnya mungkin arogan atau licik, itu semua bisa saja terjadi.


Aku tidak akan tertipu. 


Aku paham perbedaan antara kenyataan dan fiksi.


"Um, sepertinya aku juga belum sepenuhnya mengerti situasinya, tapi... pokoknya hari ini kita coba bicara dulu, dan setelah itu kita bisa memutuskan apa aku akan diterima sebagai pengajar atau tidak." 


"Ah, aku rasa, begitu."


Suara ku terdengar sangat pelan, seperti suara nyamuk, bahkan aku sendiri merasa itu sangat kecil.


Tidak mungkin aku bisa berbicara dengan suara normal.


"Sejujurnya, ini memang pembicaraan mendadak, jadi tidak masalah kalo kau ingin menolaknya. Dan akh rasa, mengatakan langsung kepada ku itu agak sulit, jadi setelah aku pergi, cukup katakan dengan pelan pada ibu mu. Itu pasti akan lebih mudah bagi mu, kan?"


"......"


...Apa───?


Dia terlalu baik, kan?


Seandainya ini adalah seorang anak laki-laki yang biasa saja dan populer di kelas, dia mungkin akan berkata, "Harusnya kau bersyukur", dan tidak ada yang aneh dengan situasi ini, kan?


Tidak, belum. 


Shiori, kau tidak boleh tertipu. 


Mungkin dia hanya bersikap baik hari ini untuk membuatmu setuju untuk mempekerjakannya.


Eh, tapi tadi dia bilang tidak masalah kalo aku menolaknya, kan...? 


Tidak, aku bingung sekarang.


"Shiori-san, kenapa kau ingin kuliah di kampusku?"


"Eh, um, karena fasilitasnya bagus... dan juga karena perpustakaannya besar..."


"Eh~ Shiori-san, kau suka buku ya?"


Jangan! Tolong jangan beri senyum cerah seperti itu!


Apa? Orang ini sepertinya punya tingkat ketampanan 100, ya!?


Hanya dengan sedikit gerakan, aku jadi deg-degan.


"Ya, sedikit sih..."


"Eh~ Memang, perpustakaan kami besar, jadi buku apa saja yang kau baca?"


"......"


Gawat. 


Apa yang harus aku katakan?


Aku tidak mempersiapkan apa-apa. 


Kalo aku bilang sesuatu tentang fantasi atau cerita cinta, 180% dia akan terganggu.


Jawaban aman... jawaban aman apa ya...?


"Literatur klasik, mungkin?"


"Eh~ Hebat. Aku sih agak kesulitan dengan tulisan yang berat... Kadang aku membaca buku-buku terkenal, tapi aku susah untuk masuk ke literatur klasik!"


Maaf, itu bohong, akh sama sekali tidak membaca.


Ah, ini tidak bagus. 


Kalo begini, aku tidak akan bisa menunjukkan kekurangan ku! 


Pasti ada satu hal yang bisa ku tunjukkan...


Tentu! Kalo aku mengatakan sesuatu yang tidak sopan kepada perempuan jelek seperti ku ini, mungkin dia akan menunjukkan sisi aslinya, kan...!


Walaupun aku merasa agak bersalah, ini demi masa depanku! 


Demi masa depanku, jadi...


Dengan tekad bulat, aku memutuskan untuk mengatakan sesuatu yang kasar.


"...Katasato-san, kau bisa menolak untuk menjadi tutor ku, kok."


"...? Kenapa?"


"Kalo kau mengajarkan seorang gadis jelek seperti ku, pasti kau tidak mau, kan? Kalo bisa, kau pasti lebih suka mengajar gadis yang lebih cantik, kan? Aku rasa pasti ada banyak yang tertarik padamu."


Aku sendiri merasa sangat rendah diri dan menjadi wanita yang tidak menyenangkan. 


Rasanya sangat menyedihkan saat mengatakannya. 


Tapi... tapi ini untuk masa depan...!


Dengan rasa bersalah, aku mengamati reaksinya.


Kemudian, Katasato-san menggelengkan kepalanya tanpa kehilangan senyumannya.


"Hmm, tidak kok. Itu tidak ada kaitannya. Shiori-san berusaha untuk masuk ke kampusku. Tidak ada yang lebih penting dari itu. Tidak peduli siapa pun kau, kalo kau sudah memutuskan, aku akan membantu sebaik mungkin. Lagipula..."


"Shiori-san itu sangat baik. Saat pertama kali bertemu tadi, aku pikir kau sangat cantik."


...Eh, jadi sepertinya, Mc dari cerita yang ku sangat sukai, entah bagaimana telah melintasi dimensi dan datang untuk bertemu dengan ku.


Secara singkat, aku sangat menyukainya.




───● GADIS JK PECINTA SASTRA YANG BERUSAHA MENJADI SOPAN ●○●




Setelah aku mempekerjakan guru les, hidup ku berubah.


"Selamat datang!!!"


Setelah menyelesaikan sekolah di hari Sabtu, aku langsung membuka pintu rumah.


Dengan cepat mencuci tangan di wastafel, lalu terburu-buru menaiki tangga dan menuju kamar ku.


"Tunggu, Shiori, apa kau mencuci tanganmu dengan benar?"


"Aku mencucinya!"


Sekarang jam menunjukkan pukul 13:30.


Dia—Masato-san, akan datang sekitar 1 setengah jam lagi.


(Hari ini... aku memutuskan untuk memakai pakaian kasual♪)


Sebelum Masato-san datang, aku sebenarnya tidak memiliki banyak pakaian kasual.


Memang, aku biasanya memakai seragam, dan bahkan pada akhir pekan pun aku tidak punya teman untuk diajak pergi bersama.


Aku merasa tidak perlu mengeluarkan uang untuk pakaian kasual.


Aku teringat pada hari yang menentukan itu... malam pertama kali dimana aku bertemu dengan Masato-san.


Setelah mengeluarkan banyak kata-kata kasar kepikiran pada ibuku dan bahkan aku mengancam akan memberitahu ayah, aku memutuskan untuk merenung dan menyusun pikiranku di kamar ku.


(Ini benar-benar situasi yang rumit... Aku tidak pernah terpikir olehku, seseorang yang seperti MC bisa datang setiap minggu ke kamar ku...!)


Aku merasa seperti dia keluar langsung dari dongeng.


Meskipun penampilannya terlihat seperti pria tampan yang polos, tapi di mata ku, dia lebih terlihat seperti seorang pangeran yang mengenakan pakaian ksatria yang tampan.


Aku merasa beruntung atas keberuntungan yang tiba-tiba datang.


Hanya pada satu hal aku bisa memberi pujian pada ibu ku, yaitu telah mengundang orang luar biasa itu.


(Oh, dan dia bilang kalo...aku cantik, kan?)


Aku sempat berpikir kalo kepribadiannya pasti buruk, lalu mencoba mengatakan sesuatu yang sinis. 


Tapi, apa yang ku terima justru adalah kata-kata yang luar biasa.


Maksudku, aku dipuji olehnya...


Mungkin, aku bisa lebih dekat dengan dia?


Bagaimanapun juga, kita akan bertemu setiap minggu, kan!? 


Meskipun hanya untuk belajar bersama... meskipun begitu, siapa tahu, mungkin ada sedikit... kesalahan atau kekeliruan yang terjadi...


Perasaan ku jadi bersemangat. 


Tanpa bisa ditahan, wajah ku mulai terasa panas.


Untuk menenangkan diri, aku menoleh sejenak ke sampul novel favoritku yang ada di rak buku.


(Sungguh... orang itu seperti Mc dalam novel ini...)


Begitu aku berpikir begitu, gerakan ku tiba-tiba terhenti.


Di sampul itu, di samping Mc, ada gambar seorang heroin yang cantik.


Lalu, aku melihat ke cermin yang ada di depan lemari pakaian.


Aku menatap diri ku sendiri.


Dan di situlah aku menyadari sebuah kenyataan yang mengejutkan.


(...Apa aku benar-benar pantas, dengan keadaan seperti ini...?)


Itu memang sudah jelas. 


Meskipun aku merasa bersemangat, pada kenyataannya aku adalah orang yang biasa. 


Bahkan, akh mungkin lebih buruk dari itu. 


Menggunakan kata 'biasa' saja sudah tidak adil, karena itu bahkan lebih baik daripada aku. 


Seperti halnya dengan ubi jalar yang enak, meskipun begitu, aku bahkan tidak layak disebut begitu.


Tubuhku yang semula terasa hangat tiba-tiba terasa dingin seketika.


Kalo aku membaca cerita tentang seorang gadis yang tidak menarik dan memakai kacamata, yang tiba-tiba menjadi pasangan dari Mc seperti dalam dongeng, apa yang akan aku pikirkan?


'Hahaha, apa ini? Cerita klise banget! Orang seperti mu, gadis pemalu dan culun, tidak mungkin bisa mendapatkan pria sekeren itu! Coba lihat kenyataan lah!'


...Ya, begitulah kira-kira.


Meskipun ada kemungkinan kecil, seperti serangga mikroskopis, kalo mungkin saja Masato-kun memang punya selera aneh dan bisa saja jatuh cinta dengan ku dalam keadaan ku yang seperti ini, tapi aku tidak bisa berharap terlalu banyak.


Lalu, apa yang harus aku lakukan?


Aku kembali menatap sampul novel yang ada di hadapan ku.


Aku melihat heroin yang cantik di sampul itu.


(Tidak ada pilihan lain... Aku harus berubah!)


Aku harus menjadi seperti heroin di dalam cerita itu.


(Tapi, tidak peduli bagaimana aku berusaha, aku tidak akan pernah bisa menjadi heroin yang ceria dan polos... Jadi, apa yang harus aku tuju adalah...tipe wanita yang anggun dan sopan!)


Aku berdiri di depan cermin.


Aku membuka ikatan rambut kepang ku.


Aku melepas kacamata ku.


(Ini tidak cukup...)


Dengan tekad, aku membuka pintu dengan cepat.


Apa pun, aku akan berusaha untuk menyembunyikan semuanya. 


Meskipun itu hanya sebuah kedok. 


Untuk bisa menjadi diri ku yang akan disukai oleh orang itu.


"Bu, ajari aku cara berdandan!!"


Misi ku untuk menjadi wanita yang anggun dan sopan dimulai dari sini!


Aku membuka lemari untuk memilih pakaian.


"Sepertinya aku akan memakai yang minggu lalu kau pilih..."


Yang mengejutkan, setelah aku berhenti memakai kepang, mengganti kacamata dengan lensa kontak, dan mulai pergi ke sekolah, aku mulai memiliki teman di kelas.


Apa itu semudah itu? 


Mungkin tidak, tapi sepertinya selama ini aku sendiri yang menghindari berinteraksi. 


Mungkin ini lebih kepada perasaan ku sendiri.


"Apa kau mengganti penampilan?" 


Pertanyaan semacam itu menjadi topik yang menarik untuk dibicarakan.


Dan begitu mulai berbicara, ternyata aku bisa berbicara dengan cukup lancar.


Oleh karena itu, aku memutuskan untuk meminta bantuan para temanku yang lebih berpengalaman dalam hal pakaian.


Memang, manusia terus berkembang. 


Jadi, meminta bantuan dari orang-orang yang lebih berpengalaman adalah hal yang wajar.


"Baiklah... ini dia."


Aou akan bertarung dengan gaya yang anggun. 


Untuk pakaian, aku rasa yang lebih dewasa akan lebih baik. 


Aku menarik keluar rok model overall yang ku sukai.


Untuk gaya rambut, aku memilih setengah ikat dan menggunakan pita berwarna biru muda yang ku beli di toko aksesori.


Hmm, tidak buruk.


Untuk makeup, aku tidak akan berlebihan. 


Aku akan menekankan pada tampilan yang natural.


Untuk membuat mataku terlihat lebih cantik, aku menggunakan eyeliner, dan untuk kulit yang lebih bersih, aku menggunakan foundation. 


Keduanya tidak terlalu mencolok, lebih kepada tampilan yang natural.


Aku lalu berdiri di depan cermin.


Hmm, ini cukup baik.


Dengan penampilan seperti ini, bahkan kalo aku menjadi pasangan dari seorang Mc.


"Yahh... mungkin kalo begini, sedikit cinta yang tidak setara masih bisa diterima."


Aku merasa sedikit lega, dan akhirnya aku mengambil novel yang aku beli dan tinggalkan begitu saja.


"Shiori-chan? Ini Katari-san. Bolehkah aku masuk?"


Eh...?


...Ya ampun!!!


Aku pikir masih ada waktu, jadi aku sedang asyik membaca novel bokep! 


Ini berbahaya!!



Ini sudah 5 menit yang lalu! 


Sungguh, aku benar-benar bodoh!


Dengan kecepatan tinggi, aku segera menutupi buku dengan sampul buku yang sudah ku siapkan.


Sampul buku sastra murni yang katanya berada di peringkat atas di toko buku, yang dibeli oleh ibu ki.


Dengan ini, aku bisa mengatasinya!


"Ya, tidak masalah."


Pintu terbuka, dan Masato-san masuk dengan senyum cerah.


Ah...begitu mmempesona…


"Selamat siang, Shiori-chan."


Oh...bahaya. 


Jangan kalah, aku harus tetap terlihat anggun!


"Selamat siang."


Baiklah, baiklah, ini bagus. 


Tadi sapaan aku cukup elegan, kan? Mungkin.

 

Saat aku merasa sedikit lega, Masato-san sepertinya menyadari sesuatu dan membuka matanya lebar-lebar.


"Hah? Hari ini kau tidak memakai seragammu ya?"


Ah~~ senangnya~~ ada juga laki-laki yang akan memperhatikan hal kecil seperti ini~~.


"Se-sebenarnya, aku berpikir kalo aku memakai seragam saat di hari libur, itu agak aneh, jadi aku memutuskan untuk tidak memakainya."


Ayo, sedikit beri kesan!


Aku memutar kursi dan memperlihatkan pakaian ku hari ini.


Terima kasih, teman.


 Lihatlah cahaya ini. 


Armor ini adalah hadiah perpisahan dari teman ku.


"Eh,itu sangat cocok untuk mu! Kau terlihat bagus sekali. Aku biasanya hanya melihatmu dengan seragam, jadi ini terasa segar."


Wah~~ sungguh, ini luar biasa!


Tunggu, tunggu! Jangan terlalu senang... ah, serius, aku sangat senang... aku tidak bisa menahan diri... 


Syukurlah, aku berhasil.


Tapi aku juga bukan hanya menerima pujian. 


Untuk hari ini, aki telah mempersiapkan pedang yang bernama 'anggun', jadi mari serang balik!


"....Fufu...terima kasih. Pakaian kasual Masato-san juga terlihat keren."


"Meski kau memujiku, pekerjaan rumahmu tidak akan berkurang, loh~?"

  

Hah? Apa itu?


Kau memang keren, jangan menghindar begitu!


"Baiklah... seharusnya kita akan segera memulainya, tapi masih 5 menit lagi."


"Benar juga, ya. Apa yang harus kita lakukan?"


"Karena masih ada waktu, bagaimana kalo kita ngobrol sebentar sebelum mulai belajar?"

 

Seorang pria tampan yang bisa memperhatikan orang lain adalah dewa.


Ini sudah yang ke-4 kalinya, tapi benar-benar, Masato-san memiliki tingkat ketampanan yang terlalu tinggi.


Bahkan di fiksi, jika ada karakter yang seperti ini, pasti sudah dianggap sebagai khayalan belaka.


"Ah, jadi hari ini kau baca buku apa?"


Ah, ini buruk. Sangat buruk.


Tunggu dulu. Sampul buku (sampul palsu) sudah terpasang.


Isinya yang berupa novel bokep, tidak akan ketahuan. 


Kalo aku tunjukkan ini, pasti dia akan mengerti! Lagipula katanya ini populer!


Seseorang di dalam hati ku bertanya.


Apak dengan perlengkapan seperti itu (sampul buku), aman?


Aku tersenyum dan memberi tanda jempol.


Tenang saja. Tidak ada masalah.


"Ah, ehm... ini karya dari Tasaka-san..."


"Ah, itu memang menarik, ya! 'Dari Lantai 2, Musim Panas Turun'... Aku penasaran, seperti apa sih cara hidup seseorang sehingga bisa terpikirkan kalimat pembuka seperti itu..."


...


Ehehe☆ aku belum membaca buku dengan sampul palsu ini sedikit pun☆

 

Apa itu, Dari Lantai 2, Musim Panas Turun? Apa musim panas bisa jatuh begitu saja?


Buku bokepku ini, bahkan di awal cerita langsung dimulai dengan seorang remaja tampan hanya memakai celana dalam yang jatuh dari langit dan memulai dengan adegan 'keberuntungan'. Apa ini masih oke?☆


Apa ini!? Sama sekali tidak berguna! (Aku marah)


"Ah, hahaha, benar-benar ya..."


Oke, mari kita baca. 


Mulai sekarang, setiap kali menyiapkan sampul palsu, aku harus benar-benar membaca bukunya terlebih dahulu...


Meskipun sudah terlambat, aku pun meminta maaf dengan tulus dalam hati kepada penulis novel dengan sampul ini.


Ah~ aku benar-benar bahagia~


Aku tidak begitu suka belajar, tapi aku sangat menikmati waktu yang aku habiskan saat diajari oleh Masato-san.


Cara mengajarnya sangat baik dan mudah dipahami. 


Sejujurnya, awalnya aku berpikir tidak masalah jika diajari dengan cara yang tidak terlalu bagus, tapi ternyata dia mengajar dengan sangat baik.


Dia bilang ini adalah pertama kalinya dia mengajar, tapi aku hampir tidak bisa mempercayainya.


Memiliki kemampuan tinggi, benar-benar luar biasa.

 

"Di sini, pembacaannya agak berbeda, ya. Karena simbol ini pindah ke sini, jadi yang benar adalah~"

 

Hmm...?


Saat ini aku sedang belajar dengan serius, tapi aku kesulitan dengan pelajaran bahasa Jepang.

 

Apa itu kanbun? Setidaknya, gunakan bahasa Jepang yang biasa, tolong.


Tapi, karena cara mengajarnya sangat baik, aku merasa masalahnya ada pada otak ku.


Saat aku terus berusaha membaca teks dengan sungguh-sungguh, tiba-tiba aku merasakan sensasi di punggung ku.


Eh?


"Apa kau baik-baik saja, Shiori-chan? Sekarang aku akan menunjuk dengan jariku, ya. Kita akan membaca bersama-sama..."


—Tiba-tiba, sebuah getaran manis menyebar ke seluruh tubuh ku.


Kata-kata yang dibisikkan di telinga ku menghantam otak ku.


Apa, apa, ini?


Apa umpan ASMR pribadi ku sudah dimulai?


Di mana di bumi yang akan ku telusuri dengan jari-jari mu?


Tubuhku mendidih.


Alat pengukur di dalam diriku berayun dan meledak.


"...O..of."


Oh, tidak.


Aku cepat-cepat menutup mulutku.


Ini adalah batasnya.


Aku segera berdiri, dengan penuh semangat.


"Permisi, aku akan memetik beberapa bunga..."


"Ah, ah, oke, maaf, maaf."


Aku meninggalkan ruangan dan pergi ke toilet, berusaha untuk tidak melihat ekspresinya.


Aku segera menutup pintu toilet.


Aku langsung jatuh di tempat.


"Aku ────........! Aku ─────.......!"


Masih terasa, di punggung ku.


Perasaan hangat karena diselimuti. 


Kata-kata di telingaku.


Aroma manis menggelitik hidungku.


Topeng polosku sudah mulai retak.


Karena itu, itu terlalu tidak adil.


Keringat menetes.


Nafsu jelek ini meluap-luap dalam tubuhku. 


Sosok ini tidak cocok untuk seorang Mc. 


Aku tahu itu.


Tapi untuk saat ini.


Aku ingin mengungkapkannya dengan kata-kata untuk saat ini. 


Aku ingin melepas topeng ku dan berteriak apa adanya.


Aku akan memakai topeng dengan benar lagi nanti.


Hanya untuk saat ini.


Aku mengeluarkan emosi ku, yang jauh dari polos dan sopan, dengan sekuat tenaga




Selanjutnya

Posting Komentar

نموذج الاتصال