> CHAPTER 2

CHAPTER 2

 Kamu saat ini sedang membaca    Danjo Hi 1 : 5 No Sekai De Mo Futsu Ni Ikirareru to Omotta? Geki E Kanjona Kanojo Tachi Ga Mujikaku Danshi Ni Honro Saretara   volume 2  chapter 2. Kalo kamu menyukai karya ini silahkan tinggalkan jejak komentar. Dan juga jangan lupa dukung mimin dengan cara donet se iklasnya di Trkateer mimin buat mimin makin semagat+buat dana untuk beli raw

PERASAAN YANG BERPUTAR DI TENGAH KEHIDUPAN SEHARI-HARI




───● JD TIPE TEMAN MASA KECIL YANG MEMBALAS ●○●



[TL\n: JD tu singkatan dari 'Joshi Daigakusei' (女子大学生) yang berarti mahasiswi]


Menurut ku, kampus sebagai lembaga pendidikan memberikan fleksibilitas waktu yang sangat bergantung pada inisiatif mahasiswanya.


Mereka yang tidak memiliki motivasi cenderung menyerahkan urusan kehadiran pada orang lain dan pergi bersenang-senang. 


Sebaliknya, mereka yang termotivasi akan mengikuti banyak kelas untuk mendapatkan kredit sebanyak mungkin.


Tentu saja, hal ini mungkin berbeda tergantung pada kampusnya.


Aku berada di tengah-tengah ke-w kelompok itu.

 

Aku mengikuti sejumlah kelas yang cukup, tapi juga mengambil waktu istirahat yang cukup.


Hari ini, bisa dikatakan termasuk hari istirahat bagi ku.


Setelah kelas ke-3 selesai, tidak ada lagi pelajaran yang perlu aku ikuti hari ini.


"Ah, aku lelah! Mana minggu depan ada kuis lagi, aku rasa aku tidak akan bisa melakukannya dengan baik."


"Yah, yah, tenang saja! Semuanya pasti akan baik-baik saja."


"Mizuho selalu mengatakan hal seperti itu, padahal dia selalu menunda sampai menit-menit terakhir..."


"Karena aku menunda sampai menit terakhir, jadi tidak masalah!"


Hari ini, seperti biasa, kami ber-3 mengikuti kelas bersama.


Belakangan ini, aku merasa sudah terbiasa bertindak bersama mereka ber-3.


Sekilas, aku melihat wajah samping Masato yang tertawa mendengar kata-kata Mizuho.


Karena sudah terbiasa...aku jadi merasa ragu untuk mengungkapkan perasaan ku kepada Masato, membayangkan apa yang akan terjadi kalo ditolak.


Tapi kalo aku terus-terusan bersikap tidak jelas, Masato bisa saja dijemput orang lain.


Itu saja, itu saja yang benar-benar tidak bisa aku terima.


"...? Koumi, ada masalah?"


"Tidak apa-apa kok! Tidak ada apa-apa! Nah, bagaimana kalo kita pergi ke batting center seperti yang sudah kita janjikan? Ada di stasiun kereta yang sedikit lebih jauh dari sini!"


"Tentu saja, aku tidak keberatan!"


Hari ini memang, aku sudah berjanji dengan Masato untuk pergi ke pusat pemukul.


Meskipun aku terlihat seperti ini, aku berasal dari latar belakang softball, jadi aku cukup percaya diri dengan kemampuan memukul ku. 


Tapi meskipun begitu, Masato sama sekali tidak mempercayai ku, jadi hari ini aku akan membuktikannya! Itu adalah janji kami hari ini.


"Mizuho, kau ikut kan?"


Gadis dengan kuncir ganda yang berjalan di samping ku juga tipe yang mahir dalam olahraga.


Belakangan ini, sepertinya dia semakin dekat dengan Masato, jadi aku kira dia akan ikut bersama kami.


"Eh? Ah... hahah! Hari ini aku sudah ada janji lain, jadi kalian ber-2 saja yang bersenang-senang!"


"Eh? Begitu?"


"Yup, yup! Tentu saja, Mizuho yang sangat populer sangat sibuk... Yoyo."


Meskipun dia mengatakan hal seperti itu, aku merasa agak aneh mendengarnya.


Mizuho sudah lama berteman dengan ku, dan biasanya kalo aku mengajaknya, dia akan datang dengan senang hati...


"Mizuho, kau ada urusan apa?"


"..."


Masato yang sepertinya sedikit terkejut pun menatap wajah Mizuho.


"Ah, tidak~! Ini membuat ku bingung. Apa Masato benar-benar ingin aku ikut? Tapi hari ini aku tidak bisa! Maaf ya! Jadi, kalian ber-2 nikmati saja, sampai besok~!"


"Eh, tunggu sebentar Mizuho!"


Mizuho, yang sudah mengenakan kembali topi marinirnya, langsung berlari pergi dengan tergesa-gesa.


Kenapa dia buru-buru sekali? 


Padahal kami seharusnya pergi ke stasiun bersama...


"Mizuho agak aneh ya hari ini."


"Ah..."


Aku baru menyadari setelah disebut aneh.


Ternyata Mizuho sengaja memperhatikan kami. 


Dia ingin agar aku dan Masato bisa berkencan ber-2...


"Mizuho bodoh... padahal dia tidak perlu repot-repot seperti itu..."


"...? Ada apa?"


"Tidak apa-apa! Ayo, kita pergi!"


Besok, aku harus mengatakannya dengan jelas.


Sebenarnya, aku juga suka waktu yang aku habiskan ber-2, dan pergi ke batting center ber-2 saja pun tidak ada masalah sama sekali.


Di kampus, memang kami ber-3 semakin sering bersama, tapi itu tidak membuat ku merasa terganggu oleh kehadiran Mizuho.


Lagipula, aku yang mengenalkannya.


Aku sangat menyayangi Mizuho juga.




Sekitar 10 menit perjalanan dengan kereta dari stasiun terdekat kampus kami.


Aku dan Masato tiba di stasiun yang dekat dengan batting center. 


Begitu keluar dari pintu stasiun, kami langsung melihat gedung yang memiliki atap yang dikelilingi dengan jaring.


Suara khas logam yang terdengar ketika bola dipukul dengan bat juga mulai terdengar sedikit.


"Sudah lama sekali aku bisa bermain pemukul, aku jadi sangat bersemangat!"


"Hehe, Masato jadi seperti anak kecil ya."


"Untuk hal seperti ini, yang terbaik adalah kembali ke semangat masa kecil!"


Dengan hati yang bersemangat, aku mengejar Masato yang menuju lift.


Masa kecil Masato, ya... Seperti apa dia saat kecil? Apakah dia sudah terlihat keren sejak saat itu?


Kami naik lift menuju atap.


Setelah memasukkan 1000 yen ke mesin tiket, keluar tiket untuk 4 giliran memukul.


"Siapa yang mau mulai dulu?"


"Terserah, Masato saja yang mulai. Dari tadi matamu sudah bersinar-sinar."


"Ahahaha, ketahuan?"


Dia benar-benar seperti anak kecil. 


Hal-hal seperti itu membuatnya terlihat sangat lucu dan menyenangkan.


Masato berjalan cepat batting center... tapi,


"Masato, itu 130 km/h lho? Sepertinya tidak baik memulai dengan itu..."


"Tidak masalah, tidak masalah! Aku cukup jago kok!"


"Benarkah...?"


Itu adalah salah satu tempat pemukul dengan kecepatan bola ke-2 tercepat di sini.


Bahkan bagi pria sekalipun, memukul bola dengan kecepatan itu cukup sulit, tapi...


"Ah, maaf. Bisa tolong pegangkan ini?"


"Ah, iya."


Sebelum Masato masuk ke dalam posisi pemukul, dia menyerahkan tas punggung, jam tangan, dan kalungnya padaku.


...Eh, ini seperti pacar sekali, kan? 


Membawa barang-barang pacar, rasanya sangat seperti pacar, ya!?


Ah, sudah pacar saja (sambil memutuskan sendiri).


Aku sangat bahagia...


"Baiklah! Ayo mulai!"


Masato yang berdiri di posisi pemukul kanan, menggulung lengannya, siap di tempat pemukul.


Aku mengamati dari balik jaring.


Layar monitor menyala, dan pitcher virtual mulai melempar bola.


Bola pun diluncurkan sesuai dengan gerakan pitcher di layar.


"Hack!"


Dengan ayunan tajam, bat yang diayunkan Masato berhasil mengenai bola. 


Suara logam yang nyaring terdengar.


Bola melayang dengan indah menuju arah tengah lapangan.


"Wah, luar biasa! Masato kau benar-benar hebat!"


"Kan sudah kubilang! Ayo lanjut!"


Bola berikutnya juga berhasil dia pukul. 


Kali ini ke arah kanan.


Karena dia mengayunkan bat dari sisi dalam, bola yang kuat terbang ke arah kanan.


Wah, dia hebat... Ini buruk! Kalo seperti ini, aku jadi tidak bisa membuktikan kalo aku lebih hebat!


Meskipun begitu, pemandangan Masato yang sedang memukul dari belakang benar-benar terlihat keren.


Tanpa sadar, aku terpesona dan melupakan percakapan kami.


Ah, benar. Aku harus merekam video.


Karena aku ingin melihatnya lagi nanti.


Aku lalu mengeluarkan Hp-ku dan membuka aplikasi kamera.


Aku mulai merekam video Masato yang sedang memukul.


"Yah!"


"Wah, luar biasa! Hampir semua bola berhasil kau pukul!"


"Ini sih mudah bagiku!"


Jantung ku berdebar kencang.


Percakapan ini pun terekam dengan sempurna di Hp-ku.


Kalo aku mengunggahnya ke SNS...bukankah itu berarti dia sudah menjadi pacar ku?


[TL\n:SNS adalah singkatan dari Social Networking Service, istilah yang digunakan di Jepang dan beberapa negara lain untuk merujuk pada platform jejaring sosial atau media sosial. SNS mencakup situs web atau aplikasi yang memungkinkan pengguna untuk membuat profil pribadi, berkomunikasi dengan pengguna lain, berbagi konten,dan berpartisipasi dalam komunitas online.]


Mungkin lebih baik aku perlahan-lahan mulai mengisi ruang kosong itu? Aku rasa itu ide yang baik.


Akhirnya, Masato berhasil memukul hampir semua bola dengan sangat baik.


"Ah, seru sekali! Sudah lama aku tidak bermain, tapi aku cukup bisa memukul dengan cukup baik!"


"Wow, itu luar biasa! Aku sangat terkejut. Ternyata, Masato kau benar-benar bisa ya!"


"Kan sudah kubilang!"


Melihat Masato yang biasanya tidak terlalu ekspresif kini sangat bersemangat, aku pun tidak bisa menahan senyumku.


Sekarang giliran ku untuk menunjukkan kemampuan ku.


"Kalo begitu, sekarang giliran ku!"


"Eh, eh, Koumi, kau akan memukul di tempat yang sama?"


"...? Memangnya kenapa?"


"Sepertinya kecepatan bola di sana cukup tinggi, kan? Mungkin ada tempat yang lebih cocok..."


Oh, jadi begitu.


Masato masih meremehkan ku, ya?


"Baiklah! Tolong pegangkan ini!"


"Ah, iya."


Kali ini, aku menyerahkan semua barang yang tadi aku pegang, termasuk milik Masato, kepadanya.


Baiklah, mari aku tunjukkan.


Aku masuk ke tempat pemukul dan memasukkan tiket.


Tanpa ragu, aku menekan tombol start.


Hari ini, aku merasa sangat beruntung mengenakan hot pants dan sepatu sneaker.


Aku berpikir mungkin akan berolahraga, jadi aku memilih pakaian yang nyaman untuk bergerak, dan itu ternyata keputusan yang tepat.


Dari layar monitor, bola yang dilempar oleh pitcher muncul...dan aku pun mengayunkan bat dengan tajam.


Sip! Bola terbang ke arah tengah!


"Wah! Benarkah?"


"Kan sudah kubilang!"


Masato terkejut.


Ya, inilah reaksi yang aku inginkan!


Sejak kecil, aku memiliki kesempatan untuk mengenal baseball, dan sejak saat itu, akh mulai bermain softball.


Tanpa sadar, aku mulai menjadi cukup terampil, dan aku juga berusaha keras saat di SMA.


Olahraga memang sudah aku sukai sejak dulu.


Begitu aku memukul bola pertama, semangat ku untuk softball semakin menyala.


Baiklah, mulai sekarang aku tidak akan melewatkan satu bola pun!


Bola yang datang ku pukul satu per satu.


Ke arah tengah, kanan, kiri. 


Aku memastikan untuk tidak mengangkat kaki kiri terlalu tinggi, sambil bergerak menyesuaikan berat badan.


Meskipun kekuatan untuk melempar bola lebih jauh berkurang, tapi kemampuan untuk memukul bola semakin meningkat.


Tanpa aku sadari, aku sudah terlarut dalam permainan dan terus memukul bola.




Setelah selesai di tempat pemukul, aku dan Masato duduk sejenak di restoran cepat saji yang ada di lantai satu gedung tempat batting center tersebut.


...Tapi, aku mulai merasa ragu.


(Ah, aku berlebihan~~~~...)


Sekarang aku sangat menyesal.


Setelah itu, aku terlalu terbawa suasana dan terus memukul bola tanpa henti.


Tapi, bagaimana perasaan Masato tentang itu? 


Baru sekarang aku mulai berpikir begitu.


Kami datang bersama, tapi kalo Masato tidak menikmatinya...dan kalo dia tidak merasa sedikit pun tertarik dengan ku, maka itu semua tidak ada artinya!


Tapi aku malah terfokus dan terus bermain seolah-olah tidak peduli...


Eh, kalo-kalo dia berpikir, "Wow, dia hebat sekali memukulnya, aku jadi takut..." bagaimana ya? 


Rasanya aku ingin menghilang...


"Tunggu sebentar~"


Saat aku menunduk di meja, Masato datang membawa pesanan yang dia ambil di kasir, dengan nampan di tangannya.


"Ah, tadi itu seru sekali! Eh, ada apa, Koumi?"


"Ah... hahaha..."


Apa yang harus aku lakukan, aku berlebihan ya... Mungkin sebaiknya aku tanya pada Masato, untuk sekadar memastikan.


Aku mencoba bertanya pada Masato yang sedang meminum jus dengan ekspresi bingung.


"Masato, menurutmu... bagaimana kalo ada orang yang bisa berolahraga?"


"Bagaimana, maksudmu?"


"Eh, maksudku... lebih ke tipe seperti apa? Kalo suka atau tidak, misalnya..."


Ah, aku akan mencoba untuk bertanya dengan hati-hati.


Semoga jawabannya tidak terlalu menyakitkan...


"Entahlah, mungkin karena teman lamaku sering berolahraga bersamaku, tapi sebenarnya aku cukup suka, orang yang bisa berolahraga."


"...Begitu ya."


Teman dekat yang dulu sering berolahraga bersama...


Begitu ya, tentu saja. 


Masato juga punya masa lalu, dan tidak mungkin orang seberkualitas dia belum pernah mengalami apa-apa sebelumnya.


Meskipun jawabannya bagus, aku merasa sedikit murung, dan mulai kesal pada diriku sendiri.


"Koumi, kau mulai main softball sejak kapan?"


"Hah? Mungkin sekitar di kelas 5 SD?"


"Ah, begitu ya, jadi dari situ sampai SMA. Pantas saja kau jago."


Masato mengangguk dengan rasa kagum sambil makan kentang goreng.


Apa aku harus merasa senang? 


Jadi, dia tidak keberatan dengan orang yang bisa berolahraga, berarti aku bisa merasa senang, kan?


Kami naik kereta dan dalam perjalanan pulang.


Akhirnya, aku tidak sempat mendalami cerita masa kecil Masato.


Tentu saja, akan ada banyak kesempatan untuk berbicara lebih lanjut, dan aku pasti akan menemukan waktu yang tepat untuk bertanya lagi.


"Jadi, aku harus pindah kereta di sini."


"Ah, iya! Terima kasih, semoga selamat sampai tujuan! Sampai besok, ya!"


Aku melambaikan tanganku pada Masato yang turun dari kereta untuk berpamitan.


Sejujurnya, hubungan kami saat ini terasa sangat nyaman.


Kami bisa beraktivitas bersama di kampus, saling berkomunikasi kapan saja, dan sering pergi bersama seperti pasangan... meskipun mungkin Masato sendiri tidak merasa seperti itu.


Aku tidak ingin orang lain mengambilnya dariku. 


Itu pasti.


Tapi, pada saat yang sama, aku juga takut hubungan seperti ini bisa hancur.


Kalo suatu saat aku tidak bisa bersama Masato lagi...aku rasa aku akan hancur.


Bip.


Notifikasi dari Hp-ku berbunyi.


Siapa ya? Aku mengeluarkan Hp-ku dan melihat nama 《Masato》 tertera di layar.


Ada apa? Apa aku lupa mengembalikan sesuatu, atau ada yang tertinggal?


《Masato》『Terima kasih untuk hari ini! Itu menyenangkan sekali!』


《Masato》【Gambar terkirim】

 

Dari Masato... gambar?


Aku langsung mengetuk layar untuk membuka gambar tersebut.


Di sana, terlihat aku yang sedang serius menunggu bola saat sedang asyik memukul, dengan ekspresi penuh konsentrasi. 


Foto itu diambil dari belakang sedikit miring, menangkap momen tersebut.


《Masato》【Aku diam-diam memotret mu, haha. Kau benar-benar keren! Untuk pertandingan hari ini, aku akan mengaku kalah dengan senang hati!】


──Ah. Kenapa dia seperti ini.


Tanpa sadar, aku memeluk Hp-ku di dada ku.


Sambil duduk di kursi kereta, aku mencoba meresapi perasaan ini.


Apa yang aku inginkan, dia lakukan dengan begitu mudah.


Kata-kata yang aku harapkan, dia ucapkan dengan begitu tulus.


"Sepertinya aku akan bertingkah aneh belakangan ini."


Aku bergumam pelan. 


Kereta bergetar, tapi suara detak jantung ku lebih keras daripada itu.

───● GENKI-KKO JD MENDAPATKAN INFORMASI ●○●



[TL\n: Genki-kko (元気っ子) adalah istilah dalam bahasa Jepang yang menggabungkan kata genki (元気), yang berarti "enerjik" atau "bersemangat," dan -kko (っ子), yang berarti "anak" atau "orang yang." Jadi, genki-kko merujuk pada anak atau orang yang sangat bersemangat, energik, ceria, dan aktif.]


Akhir-akhir ini, aku merasa berbeda.


"Mizuho, kau punya materi kuliah dari pertemuan yang lalu, kan?"


"Ah, iya, aku punya."


"...Apa kau baik-baik saja? Sepertinya wajahmu terlihat agak murung..."


"Ti-tidak, tidak begitu! Aku sangat baik-baik saja!"


Aku memaksakan diri untuk mengakhiri percakapan itu.


Sejak dikenalkan oleh Koumi, aku sering berada dalam satu kelompok dengan Koumi dan Masato di kampus.


Kami juga mengambil mata kuliah bersama.


Sebenarnya, itu membuat ku senang dan sedikit bangga.


Di kampus, ada sedikit rasa iri dari kelompok mahasiswa lain karena kami adalah grup yang memiliki teman pria, dan kalo teman prianya tampan, itu semakin menambah daya tarik.


Tapi, aku tahu perasaan Koumi terhadap Masato.


Koumi mengenal perasaannya dan tetap mengenalkan Masato pada ku. 


Itu adalah bentuk kepercayaan dari dirinya.


Tentu, ada kemungkinan karena aku bertemu dengan seseorang yang dianggapnya tepat, tapi pada dasarnya, dia percaya kalo aku bisa menghadapinya.


Tapi, entah kenapa, ketika aku bersama orang ini...dengan Masato, aku merasa kalo aku mulai berubah.


Sejak kejadian dengan Keito-san, 5 ku terus berdebar-debar.


Hati ku seakan-akan menjadi begitu ringan.


Aku ingin mencari seseorang yang merupakan takdir ku.


Perasaan ini tidak berubah.


Karena, pada saat itu, aku benar-benar merasa diselamatkan.


Kalo ada orang seperti itu di kampus ini, aku pasti ingin bertemu dan menyampaikan perasaan ku padanya.


Tapi, kalo begitu, perasaan ku terhadap Masato saat ini sebenarnya apa?


Aku tidak akan pernah berpikir kalo anak laki-laki mana pun baik-baik saja. 


Itu pasti bukan perasaan ku. 


Tapi entah kenapa, aku selalu merasa tertarik pada Masato.


Dia adalah orang yang disukai oleh Koumi. 


Aku seharusnya tidak boleh menyukai dia.


Semakin aku memikirkannya, semakin hati ku terasa sakit.


Materi kuliah tidak bisa masuk ke dalam kepala ku.


Catatan ku tetap kosong. 


Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan. 


Kabut di dalam hati ku tidak juga hilang. 


Hanya waktu yang terus berlalu.


"Ah, aku lelah! Mana minggu depan ada kuis lagi, aku rasa aku tidak akan bisa melakukannya dengan baik."


"Ah, tidak apa-apa, kau pasti bisa kok!"

 

"Mizuho selalu mengatakan hal seperti itu, padahal dia selalu menunda sampai menit-menit terakhir..."


"Karena aku menunda sampai menit terakhir, jadi tidak masalah!"

 

Setelah kuliah selesai, di jalan pulang.


Saat berjalan seperti ini, aku bisa melupakan semuanya. 


Perasaan ku yang rumit, hubungan antara Koumi dan Masato, semuanya. 


Aku hanya bisa merasakan waktu yang menyenangkan ini.


"Kalo begitu, bagaimana kalo kita pergi ke pusat pemukul seperti yang sudah kita janjikan? Ada di stasiun kereta yang sedikit lebih jauh dari sini!"


"Ah, tidak masalah, ayo saja."


"Tentu saja, aku tidak keberatan!"


"Mizuho, kau ikut kan?"


Tapi, tiba-tiba, perasaan ini datang.


Tiba-tiba, dadaku terasa sesak.


Koumi ingin pergi bersama Masato.


Kalo aku ada di sana, aku akan mengganggu mereka. 


Karena Koumi menyukai Masato. 


Kalo aku juga merebut waktu mereka di luar kampus, selain di kampus, aku akan menjadi orang yang menyebalkan.


Ayo, aku harus kuat. 


Aku berbisik pada diri ki sendiri di dalam hatiku.


"Eh? Ah... hahah! Hari ini aku sudah ada janji lain, jadi kalian ber-2 saja yang bersenang-senang!"


"Eh? Begitu?"


"Yup, yup! Tentu saja, Mizuho yang sangat populer ini pasti sibuk... Yoyo."

 

Itu bukan hal yang buruk.


Aku bisa berpura-pura seperti biasa. 


Ini sudah benar.


Sejak awal, aku sudah tahu kalo hal ini pasti akan terjadi.


"Mizuho, kau ada urusan apa?"


"..."


Masato menatap ku, aku memperhatikannya.


Matanya yang polos, tanpa niat buruk. 


Wajahnya yang tampan dan teratur.


Jangan lakukan itu.


Tolong jangan.


Aku menarik napas dalam-dalam.


"Ah, tidak~! Ini membuat ku bingung. Apa Masato benar-benar ingin aku ikut? Tapi hari ini aku tidak bisa! Maaf ya! Jadi, kalian ber-2 nikmati saja, sampai besok~!"


"Eh, tunggu, Mizuho!"


Tanpa aku sadari, aku sudah mulai berlari.


Tentu saja aku tidak punya janji apapun. 


Tapi, aku merasa kalo aku terus berada di sana, hati ku yang semakin sesak tidak akan bisa bertahan.


Di jalan pulang, aku keluar dari stasiun untuk berpindah jalur.


Karena ini masih dalam jangkauan tiket bulanan ku, jadi tidak ada biaya tambahan.


Aku berjalan tanpa tujuan.


Saat berjalan sendirian, aku bisa menenangkan perasaan ku.


"Ah..."


Saat itulah aku tiba di sebuah apotek yang familiar bagiku.


Tempat ini adalah tempat di mana aku bertemu dengan orang yang ku anggap sebagai takdir ku.


Aku berjalan begitu saja, tapi tidak mungkin aku bertemu lagi denganya, kan?


Waktu dan hari ini berbeda dari saat itu.


Kalo kebetulan kami bertemu lagi, itu akan benar-benar seperti keajaiban.


Tapi...sekarang aku sangat ingin bertemu dengan orang yang ku anggap sebagai takdir ku.


Karena kalo perasaan ku ini benar-benar beralih ke sana, aku tidak akan merasa bersalah saat kami ber-3 bersama.


Aku akan bisa menetapkan hati ku mengenai perasaan yang mulai kurasakan terhadap Masato.


"Sepertinya aku akan mencoba melihat-lihat kosmetik saja..."


Tanpa tujuan, saya masuk ke toko.


Lagipula aku sedang tidak ada kegiatan.


Lalu,


"Terima kasih banyak, seperti biasa!"


"Tidak, terima kasih kembali!"


Seorang pria berjalan ke arah ku dari kasir.


Aku mengenali seragamnya.


Dulu, karena aku tidak mengenakan lensa kontak, aku agak kesulitan mengenalinya.


── Seragamnya sama dengan yang dikenakan oleh orang yang aku anggap sebagai takdir ku.


Jantung ku berdebar kencang.


Aku melihat wajahnya...tapi wajahnya berbeda. 


Warna rambutnya terlalu mencolok.


Rambutnya tidak sekontras itu, dan tinggi badannya juga jauh lebih pendek daripada orang yang aku anggap sebagai takdir ku.


Sudah jelas kalo orang ini berbeda, tapi karena dia mengenakan seragam yang sama dengan orang yang ditakdirkan denganku, kemungkinan besar dia bekerja di toko yang sama.


Bahkan bisa dibilang hampir pasti.


Tanpa sadar, aku memanggilnya.


"Eh, maaf..."


"......? Ada apa?"


Ah, aku jadi gugup. 


Aku menyapanya dengan terburu-buru, tapi sekarang aku merasa seperti orang aneh.


"Ah, eh, maksud ku..."


"......?"


Apa yang harus aku katakan?


Ah, aku tahu! Aku bisa menanyakan apa ada mahasiswa yang bekerja paruh waktu di sini!


"Ah, maaf, apa ada mahasiswa yang bekerja paruh waktu di tokomu...?"


"Mahasiswa? ...Hm, iya, ada kok."


Ada!


Tapi, rasanya aneh kalo di sini tidak ada mahasiswa yang bekerja paruh waktu, kan...?


Aku butuh lebih banyak informasi...


Ini kesempatan yang aku dapat, jadi aku tidak boleh membuangnya!


"Eh, jadi, nama-namanya siapa ya...?"


"Hmm, maaf, karena ini urusan toko, aku tidak bisa memberitahu, maaf."


"Ah, iya, benar juga! Maaf!"


Ah, tentu saja! Bodoh sekali aku!


Aku benar-benar terlihat seperti orang mencurigakan!


"Ah, kalo begitu, kalo kau tertarik, boleh coba datang ke sini. Mungkin kau bisa lihat-lihat."


"Eh...? Terima kasih..."


Pria dengan rambut perak dan wajah cantik yang rapi itu memberiku kartu nama.


Ternyata dia punya kartu nama...


"Jadi, sampai jumpa. Kami menunggu kedatangan Anda, Ojou."


"......?"


Dengan melambaikan tangannya Onii-san(?) itu pergi.


Meskipun dia bukan tipe ku, aku rasa dia cukup tampan.


Atau lebih tepatnya, dia terlihat imut?


Alasan kenapa aku tidak terkejut ketika seseorang mengucapkan kata-kata itu kepadaku, karena aku diyakinkan kalo aku aku bukanlah orang yang menerima siapa saja.


Aku melihat kartu nama itu. Di sana ada gambar gelas yang berkilau dan pemandangan malam yang indah.


Setidaknya, aku bisa mengetahui nama tempatnya, itu sudah kemajuan yang besar.


Hmm, apa ya...


"Bar Boys 'Festa'... eh, Bar Boys!?"


Benar-benar mengejutkan. 


Memang, pria tadi dan juga orang yang aku anggap sebagai takdir ku terlihat keren, tapi ini benar-benar di luar ekspektasi. 


Di kartu nama itu, tertulis nama "Yuta".


"Eh, eh...!?"


Setelah mengetahui nama toko itu, aku berniat untuk segera pergi.


Tapi, begitu mengetahui kalo itu adalah bar pria, segalanya menjadi berbeda.


Maksud ku, ternyata orang yang aku anggap sebagai takdir ku adalah seorang pria yang bekerja di bar...!


"A-apa yang harus aku lakukan..."


Informasi baru yang saya pelajari berputar-putar di kepala saya. 


Aku bahkan tidak bisa memikirkan apa pun, dan aku terdiam di tempat selama beberapa menit.




Akhirnya, aku sampai di rumah.


Aku berbaring di tempat tidur sambil memegang Hp-ku.


Setelah mencari tahu tentang tempat itu, ternyata kalo berusia 18 tahun ke atas, aku bisa masuk. 


Artinya, aku memang bisa pergi.


Tapi... tentu saja biaya masuknya pasti mahal, dan aku belum pernah pergi ke bar boy sebelumnya.


Dan lagi...


"Apa dia hanya baik karena itu pekerjaannya...?"


Sebuah pertanyaan mulai muncul di benak ki.


Apa itu hanya bagian dari pelayanan di tempat kerja...?


Tapi...





"Apa kau baik-baik saja? Kau mencari lensa kontak mu, kan? Ayo kita mencarinya bersama.”


"Maaf, aku sedang mencari lensa kontak ku!"


"Ya, hati-hati."




Kalo aku menutup mata, aku bisa mengingatnya seolah-olah itu baru terjadi kemarin.


Senyumnya, kata-kata lembutnya, perhatian yang dia tunjukkan.


Sulit untuk percaya kalo itu semua palsu.


Apalagi, aku bukanlah pelanggan di sana.


Apa dia akan melakukan hal seperti itu di luar toko?


Memikirkan hal itu, akh rasa itu adalah kebaikan tulus dari hatinya──。


Picon.


Notifikasi.


Ada pemberitahuan SNS di Hp-ku.


Dengan posisi berbaring, akh melihat pesan tanpa memberi tanda baca sebagai sudah dibaca.


《Koumi》


"Mizuho, seharusnya kau tidak perlu mengkhawatirkanku."


"Tapi, terima kasih."


Ternyata Koumi memang menyadarinya.


Tapi tidak apa-apa. Kalo Koumi senang, itu sudah cukup...


Saat itu, pemberitahuan masuk lagi.


《Koumi》【Mengirim video 52 detik】


《Koumi》【Mengirim gambar】


"Lihat, lihat. Aku foto Masato dari belakang. Dia keren sekali, kan?"


"Dan, Masato juga memotret ku, loh♪"


Tiba-tiba dadaku terasa sesak. 


Aku meremas dadaku dengan kuat.


Kenapa?


Kenapa rasanya begitu menyakitkan? 


Kenapa begitu sulit?


Seharusnya aku bisa bilang, "Aku ikit senang untuk mu," "Dia pacarmu sekarang."


Ingin rasanya aku mengatakan itu dengan nada biasa!


Tapi kenapa?


Kenapa rasanya begitu sakit...?


Aku tanpa sadar memandang benda yang tadi kutaruh di atas meja.


Ku ulurkan tanganku dan aku memperhatikan benda itu.


Kartu nama.


Kartu nama dari Bar Boys yang kuterima saat pulang.


Aku berbaring terlentang di atas ranjang, tangan kananku terangkat ke atas, menatap kartu nama itu untuk beberapa saat.


Aku menghela napas, dan dengan cepat menurunkan tangan kananku yang semula ku angkat, menutupi wajahku dengan lengan.


"....Aku harus pergi... Aku tidak punya pilihan lain."


Untuk mengakhiri perasaan ini.


Agar sahabatku dan diriku sendiri tidak terluka.


Aku telah memantapkan keputusan.


───● KLUB BASKET JC MEMILIKI SENYUM YANG INDAH ●○●


[TL\n: JC tu singkatan dari "Joshi Chūgakusei" (女子中学生) yang berarti siswi SMP.]


Pada hari Minggu yang semakin panas dengan datangnya musim panas yang sesungguhnya, suara serangga mulai terasa sangat mengganggu. 


Di tengah keadaan ini, aku bangun pagi tanpa ada hal khusus yang perlu dilakukan dan hanya mengurung diri di rumah.


"Panas bet..."


Hari ini memang benar-benar panas!


Meski ada AC di kamarku, aku sebisa mungkin tidak menghidupkannya karena ingin menghemat biaya listrik, jadi biasanya aku tidak menyalakannya.


Dengan suhu yang setinggi ini, sebenarnya bisa saja aku membenarkan diri untuk menyalakannya, tapi musim panas baru saja dimulai. 


Kalo aku terus menyalakannya setiap kali panas begini, aku bisa membayangkan bagaimana ke depannya.


"...Mungkin aku keluar saja ya."


Memang benar kalau dilihat dari luar akan lebih panas, tapi itu soal perasaan saja. 


Lebih baik aku melakukan aktivitas di luar daripada hanya terjebak di dalam rumah dan kepanasan.


Aku mandi sebentar untuk menyegarkan badan, lalu mengganti pakaian dengan yang lebih nyaman untuk bergerak. 


Aku memasukkan bola basket dan handuk ke dalam tas ranselku.


"...Mungkin saja Yuka ada di luar..."


Saat memeriksa Hp, aku melihat hanya ada pesan yang masuk di pagi hari.


Temanku yang merupakan anggota tim basket wanita yang sehat, mungkin masih sedang berlatih.


Dengan sedikit terkejut, aku menyadari kalo aku mulai merasa senang bisa bermain basket bersama Yuka.


Karena dia semakin menjadi semakin mahir, tentu saja menyenangkan untuk menontonnya. 


Sepertinya tidak lama lagi dia akan merebut taman itu dariku. 


Meskipun itu menyedihkan!


Apa dia benar-benar seorang siswi SMP?


"Baiklah. Ayo pergi."


Setelah memastikan pintu terkunci, aku menuju ke taman.


Matahari tengah terik di musim panas, memanaskan beton dengan sangat kuat, tapi udara di luar terasa cukup menyegarkan.


Seperti hari Minggu sore pada umumnya, ada beberapa orang yang sudah ada di lapangan basket taman.


"Ah, ternyata tidak semudah itu..."


Aku merasakan suatu perasaan deja vu yang kuat.


[TL\n:Déjà vu adalah fenomena psikologis di mana seseorang merasa seolah-olah telah mengalami atau melihat situasi yang sedang berlangsung sebelumnya, meskipun tahu bahwa itu tidak mungkin terjadi. Istilah ini berasal dari bahasa Prancis yang berarti "sudah terlihat." Fenomena ini sering digambarkan sebagai sensasi familiar yang aneh dan sulit dijelaskan.]


Saat aku mendekati lapangan basket, aku menyadari kalo salah satu dari 4 gadis yang sedang bermain basket itu sangat aku kenal.


"Yuka."


Dengan rambut hitam pendek dan pita biru di rambutnya.


Mungkin karena hari ini dia tidak mengenakan seragam klub, melainkan pakaian yang biasa kami pakai saat bermain basket bersama, aku bisa langsung mengenali Yuka.


Jangan-jangan...ini lagi masalah bullying?


Karena kejadian sebelumnya, aku merasa khawatir.


Dengan perasaan tidak enak, aku mendekati lapangan basket.


"Ke sini!"


"Ya!"


"Silakan tembak!"


"Nice shot!"


Ah, sepertinya tidak apa-apa.


Ke-4 gadis itu terlihat serius, dan berbeda dengan sebelumnya, mereka benar-benar fokus bermain basket dengan sepenuh hati.


"Capek~!"


"Ayo kita istirahat sebentar."


Wow... rasanya agak baru. 


Yuka menunjukkan kepemimpinan yang kuat.


Dari percakapan mereka, sepertinya mereka seumur dan memang Yuka satu-satunya siswa kelas 1 yang ikut dalam pertandingan, jadi wajar kalo dia menjadi sosok pemimpin.


Keempatnya berjalan menuju bangku di sisi lapangan.


Hmm, bagaimana ini? 


Aku merasa tidak enak mengganggu latihan mereka. 


Taoi, di sisi lain, aku juga ingin sedikit bermain bola karena aku sudah datang untuk bermain basket.


...Kalo aku menembak dengan punggung menghadap mereka, mungkin mereka tidak akan menyadari, kan?


Oke, aku hanya akan berlatih tembakan sebentar dan lalu pulang. 


Itu yang akan kulakukan.


Aku mengeluarkan bola dari ransel dan masuk ke lapangan tanpa terlihat oleh mereka. 


Dengan punggung menghadap ke mereka, aku menggiring bola beberapa kali.


Pemanasan ringan.


Aku melambungkan bola lewat antara kakiku, lalu mencoba melakukannya dari belakang...


Ya, bola terasa pas di tanganku.


Setelah memantulkan bola 1 atau 2 kali ke tanah, aku melakukan tembakan jarak menengah.


Dengan suara yang tajam dan menyenangkan, bola terserap ke dalam gawang.


Hmm, dengan jarak seperti ini, tingkat keberhasilannya tinggi, bagus.


Baiklah, setelah ini, aku akan mencoba 2 atau 3 tembakan lagi sebelum pulang──.


"Onii-san."


Saat aku hendak mengambil posisi untuk menembak, sebuah suara yang familiar terdengar dari belakang.


Apa... ini...?


"Ba-bagaimana kau tahu ini aku...?"


"Menurutmu, sudah berapa kali aku melihat Onii-san bermain? Seperti itu, aku bisa langsung mengetahuinya."


Sebelum aku menyadarinya Yuka sudah tiba-tiba berada tepat di belakang ku dan menyapa ku.


Senyum cerah yang dia tunjukkan begitu mempesona.


"Ah, maaf ya. Aku pikir kalo aku akan mengganggu, jadi aku akan segera pulang."


"Eh? Onii-san apa kau mau pulang?"


"Kalian kan teman setim, jadi tidak apa-apa. Latihan dengan baik ya."


Sayang sekali kalo aku mengganggu waktu latihannya dengan teman-teman sekelasnya. 


Aku melambaikan tanganku ke arah Yuka, sambil memegang bola dan pergi.


Senang rasanya bisa mencoba beberapa tembakan.


"Ah!"


Saat aku sedang membungkuk untuk menyimpan bola ke dalam ranselku, suara itu terdengar.


Ketika aku menoleh, 3 gadis yang sepertinya teman se-tim Yuka sudah berkumpul di dekat ku.


Apa... ini...?


"""Tolong ajari kami basket!!"""


Eh...?


Ternyata, Yuka mungkin tidak mengira kalo aku akan diminta mengajarkan mereka, karena mereka terlihat seperti sedang mengalami masalah.


...Atau lebih tepatnya, sepertinya Yuka marah, sementara ke-3 teman lainnya mencoba menghadapinya.


Apa aku sudah melakukan sesuatu yang salah pada Yuka?


"Ah~, Yuka, sepertinya aku harus pulang. Maaf ya."


"Ah! T-tidak! Onii-san jangan pulang...!"


".....? Begitu ya?"


Entah kenapa wajahnya memerah. 


Apa dia baik-baik saja?


"Seperti yang kau ajarkan pada Yuka, ajari kami juga basket!"


"Kalo ada yang bisa aku ajarkan, tidak masalah..."


Melihat permainan tadi, Yuka jelas jauh lebih unggul dibandingkan yang lainnya.


Anak-anak lainnya terlihat seperti anggota klub basket SMP pada umumnya.


Mereka cukup terampil, tapi untuk level itu, aku rasa aku masih bisa mengajari mereka beberapa hal.


"Yay!! Nama ku Suzuka, senang bertemu denganmu!"


"Aku Kaho!"


"Miho di sini~!"


Wow, semangat mereka luar biasa...semangat anak muda..


Apa aku sudah merasa seperti orang tua...?


ketika mereka mengulurkan tangannya kepadaku, dan aku meraih tangan mereka, tanganku di ayunkan naik turun dengan keras.


Semangat mereka luar biasa...


"Ugh~~~~~!!!!"


Yuka terlihat marah. 


Sepertinya aku sudah mengganggu mereka...


Setelah latihan, aku akan meminta maaf secara pribadi lewat SNS...


Mungkin karena mereka masih siswa SMP, aku tidak tahu pasti, tapi mereka cepat sekali dalam menyerap keterampilan.


Apa yang aku ajarkan langsung mereka terapkan, dan dengan cepat mereka bisa menguasainya.


Sekarang aku bisa mengerti kenapa orang sering mengatakan kalo anak-anak SMP itu luar biasa.


Meskipun aku lupa siapa yang mengatakan itu, sepertinya orang itu bahkan seorang siswa SD.


"Onii-san, onii-san!"


Karena Yuka memanggil ku 'Onii-san', anak-anak dari klub basket itu juga mulai memanggil ku dengan sebutan yang sama.


Bahkan Miho-chan mulai memanggil ku 'Onii-chan'. 


Yuka benar-benar marah. 


Seram.


Gadis dengan kuncir kuda ini... namanya Suzuka-chan, kan?


"Onii-san, menurutmu Yuka itu seperti apa bagi mu?!"


"Eh, Suzuka!!??"


Dengan cepat, Yuka memberi Suzuka-chan headlock dengan kekuatan yang besar.


Wah, itu pasti sakit...


Karena Yuka mungkin tidak ingin ada kesalahpahaman, jadi aku harus menjelaskannya dengan jelas. 


Aku harus memperbaiki citra Yuka di mata mereka.


"Yuka itu... yah, meskipun kami belum terlalu lama bertemu. Tapi, dia sudah seperti adik perempuan bagi ku."


Itu adalah kata-kata yang jujur tanpa kepalsuan. 


Tanpa aku sadari, aku mulai menikmati waktu bermain basket dengan Yuka, dan kami juga sering berbicara tentang hal-hal selain basket. 


Aku pribadi merasa cukup senang menghabiskan waktu berbicara dengan Yuka.


Apa itu sedikit terlalu berani...? 


Tapi aku rasa Yuka cukup dekat dengan ku, dan aku berharap itu tidak mengganggunya...


"A-adik...?"


Ah, maaf, sepertinya itu malah membuatnya tidak nyaman.


Aku ingin menangis. 


Aku salah paham.


"Ya sudah, aku juga punya pertanyaan! Apa Onii-can sudah punya pacar?"


Kini, giliran Miho-chan yang bertanya, dengan nada yang terdengar sangat seperti seoran gayaru. 


[TL\n:Gal (ギャル, gyaru) adalah subkultur fesyen Jepang yang menonjolkan gaya berpakaian, riasan, dan kepribadian yang berani, mencolok, serta bebas dari norma tradisional. Istilah ini berasal dari kata "girl" dalam bahasa Inggris dan menjadi simbol gaya hidup muda yang ingin tampil berbeda, enerjik, dan tidak terikat oleh aturan konvensional.]


Anak SMP zaman sekarang apa memang begitu ya?


"Aku tidak punya. Aku masih jomblo kok."


[TL\n: kek kang TL, masih zomlo.]


"Eh~? Serius? Wah, itu sungguh mengejutkan! Oke, kalo begitu, apa kau mau jadi pacarku?"


"Miho!!!"


Wah, Yuka sepertinya sangat marah. 


Tadi dia sedikit murung, lalu marah. 


Aku mulai khawatir dengan suasana hati Yuka.


Tapi, kalo dilihat dari betapa cepatnya Miho-chan mengajukan diri untuk jadi pacar, sepertinya masa-masa SMP memang waktu yang penuh dengan romantisme.


"""Terima kasih!!"""


"Ya, terima kasih juga sudah mengizinkan ku bergabung~"


3 gadis selain Yuka mulai kembali ke arah bangku. 


Miho-chan bahkan sempat mengatakan, "3 tahun lagi aku akan datang untuk mengungkapkan perasaanku!"


Meskipun Miho-chan terlihat seperti gadis gayaru, dia sebenarnya anak yang ceria dan baik. 


Mungkin setelah 3 tahun, aku sudah tidak akan dikenang lagi oleh mereka...


"Um, terima kasih banyak. Ma-Masato-onii-san."


"Hm? Oh, tidak, terima kasih juga, maaf sudah mengganggu."


Entah apa yang membuatnya berubah, Yuka sekarang mulai memanggil ku 'Masato-onii-san'.


Yah itu tidak masalah sih, tapi tadi dia sepertinya tidak suka diperlakukan seperti adik, jadi apa itu hanya perasaan ku saja...?


"Mereka anak-anak yang baik. Jaga mereka baik-baik ya."


"Benar. Kalo Masato-onii-san ada waktu, coba datang nonton pertandingan kami lain kali."


"Ah, tentu! Aku ingin sekali melihat Yuka bermain di pertandingan."


Pertandingan itu apa bisa dihadiri oleh masyarakat umum? 


Mungkin kalo itu sebuah turnamen, aku bisa menontonnya...


"Umm, itu...?"


"Hm?"


Di bawah sinar matahari terbenam, pipi Yuka memerah..


Tapi, ketika melihatnya dari dekat, meskipun dia masih muda, wajah Yuka memiliki lekukan feminin yang membuatnya terlihat sangat manis. 


Matanya yang berwarna hijau zamrud juga terlihat jernih dan indah.


Di masa depan, dia pasti akan menjadi seorang gadis yang cantik.


Setelah sedikit jeda,


"Ah, tidak... tidak ada apa-apa."


"....? Oh, begitu ya. Kalo begitu, lain kali saja. Aku siap untuk menemanimu berlatih kapan saja."


Entah apa yang dipikirkan Yuka dalam beberapa detik itu.


Sepertinya dia menahan kata-kata tertentu, dia seperti ingin mengucapkannya tapi dia menahannya.


"Baik. Lain kali, aku ingin berlatih ber-2 saja denganmu."


"Hahaha, benar juga. Kalo untuk mengajarkan Yuka, lebih baik kita berlatih ber-2 saja."


Level ku dalam mengajarkan mereka sangat berbeda, terutama dibandingkan dengan anak-anak lainnya.


Dalam hal ini, latihan ber-2 saja akan lebih membantu perkembangan kemampuan Yuka.


"Baik!! Lain kali, mohon ajari aku lagi!"


Senyuman cerah Yuka saat dia menjawab terakhir itu, terlihat sangat manis.


───● KLUB BASKET JC BERLATIH DENGAN SERIUS ●○●


Banyak teman sekelasku di klub bola basket adalah anak-anak yang baik.


Bahkan saat aku mendapat perlakuan buruk dari para senpai, mereka selalu mendukungku. 


...Oh, tapi perlakuan buruk itu berkurang banyak berkat bantuan Onii-san. 


Aku sangat berterima kasih pada Onii-san.


Pokoknya, semua teman sekelasku adalah teman baik dan aku mempercayai mereka.


Karena itu, ketika kami menjadi siswa kelas 3 nanti, aku ingin sekali berlatih dan berkompetisi bersama mereka di turnamen.


"Wow~~ orang yang tadi itu sangat keren! Yuka kenapa kau tidak memperkenalkan dia ke kami?"


"Aku ingin tahu apakah aku harus datang ke sini setiap hari..."


"Yuka pasti berniat menjaga dia untuk dirinya sendiri! Apa yang sudah kau lakukan selama ini! Kalian... pasti sudah berhubungan segx kan! Sampai sejauh mana? Seberapa jauh kau sudah melangkah!... Aih, kau ini memang Mutsuri Daijin!"


[TL\n:Mutsuri Daijin (むっつり大臣) adalah istilah dalam bahasa Jepang yang digunakan untuk menggambarkan seseorang yang secara lahiriah terlihat pendiam, serius, atau pemalu tetapi diam-diam memiliki pikiran yang penuh fantasi atau keinginan tersembunyi, terutama yang bersifat sensual.]


...Saat ini, aku benar-benar merasa mulai tidak menyukai mereka.


Kenapa hal ini bisa terjadi?


Hari ini, kebetulan klub tidak ada kegiatan, dan karena semua orang sedang kosong, kami memutuskan untuk bermain basket.


Kami sempat mempertimbangkan untuk bermain di gimnasium yang terbuka untuk umum, tapi karena di dalam gimnasium itu panas dan lembap, akhirnya kami memutuskan untuk bermain di luar.


Aku cukup beruntung karena tahu taman tempat aku bermain basket dengan Onii-san, jadi aku mengusulkan tempat itu.


...Meskipun itu tempatku bersama Onii-san, jadi aku sedikit enggan, tapi...


Begitulah, kami sedang bermain basket di taman, dan saat kami sedang beristirahat sejenak, seorang pria mulai bermain basket di lapangan.


"Eh! Tempat kita diambil orang saat kita tidak ada di sini!"


"...Tunggu, bukankah itu pria? Jarang sekali ada pria sendirian."


Mendengar kata-kata teman ku, aku pun melihat orang itu dan... aku langsung mengenalinya kalo itu adalah Onii-san.


Tinggi badan, aura, dan juga... cara bermain basketnya.


Bahkan kalo hanya satu saja dari ketiganya, aku pasti sudah tahu, apalagi kalo semuanya ada. 


Tidak mungkin aku tidak mengenalinya.


Orang yang sangat ku cintai.


"Eh, Yuka kau mau ke mana?"


"Yuka, jangan! Meskipun kau pendiam, ini akan terlihat mencurigakan kalo dilihat orang lain!"


...Bukankah itu terlalu kasar?


Aku bukan orang yang pendiam! Aku biasa saja! Rata-rata, aku rata-rata!!


Begitulah, aku mendekati Onii-san dan mencoba untuk berbicara dengannya, tapi... tanpa aku sadari, mereka ber-3 mengikutiku dan, yang lebih parah lagi, mereka meminta Onii-san untuk memberi mereka pelatihan basket!


Itu seharusnya hak istimewa ku...


"Ah, Onii-san itu adalah orang yang selama ini melatih ku secara pribadi..."


"Pelatihan apa yang dia ajarkan padamu??"


"Pelatihan pribadi penuh cinta... lebih rinci lagi, dong."


"Jadi, kau jadi lebih dewasa belakangan ini karena itu, ya..."


"Tidak seperti itu, serius!!! Sungguh, aku sangat tidak suka ini!! Jangan bilang hal-hal yang tidak sopan tentang Onii-san, oke?!"


Ini benar-benar yang terburuk.


Dengan begini, aku tidak tahu apa yang akan mereka katakan kepada Onii-san...


"Ah~ Yuka, aku rasa aku akan pulang deh. Maaf ya."


"Ah! Ti-tidak seperti itu! Onii-san, k-kau jangan pulang..."


"...? Begitu?"


Aku tidak ingin Onii-san pulang.


Tapi, aku khawatir kalo 3 orang itu akan mengatakan hal-hal aneh pada Onii-san.


Ah, ini benar-benar membingungkan~!!


Sementara itu, ke-3 orang tersebut tersenyum dan memperkenalkan diri pada Onii-san.


A-Aku ingin tahu apa ini tidak apa-apa....


Ah. Miho sedang menggenggam tangan Onii-san...


Ugh~ rasanya agak canggung~ padahal Onii-san itu kan Onii-san ku...


"Ughhhhh!!!"


Ah, seharusnya tidak memperkenalkan Onii-san pada taman ku ini!


Yang mengejutkan, begitu mereka mulai belajar basket, semuanya mengikuti pelajaran dengan tenang.


Ternyata mereka memang suka basket, ya.


Aku sedikit senang mengetahui hal itu. Onii-san juga mengajarkan sesuai dengan level mereka, dan dia juga mengajarkan ku dengan baik.


Setiap kali itu terjadi, Onii-san selalu bilang, "Aku sudah bilang sebelumnya ke Yuka~", dan itu membuat ku merasa istimewa dan senang.


Waktu yang ku habiskan bersama Onii-san adalah sesuatu yang sangat berharga bagi ku.


Aku juga berharap itu menjadi hal yang berharga bagi kakak.


"Onii-san, pass!"


"Onii-san, hebat sekali!"


...Meskipun begitu, kenapa mereka semua memanggil Onii-san dengan sebutan 'Onii-san'? Bukankah dia Onii-san-ku... Ah, aku jadi bingung.


Pokoknya, kalo mereka semua memanggilnya dengan sebutan Onii-san, aku rasa aku juga harus mengubah cara ku memanggilnya.


Masato-san...? Tapi sebelumnya Onii-san bilang kalo dia senang dipanggil Onii-san... 


Masato-onii-san. 


Baiklah, aku akan memanggilnya begitu.


"Onii-san, Onii-san!"


Saat istirahat, Suzuka berlari menuju Masato-onii-san.


...Entah kenapa, aku punya firasat buruk.


"Onii-san, menurutmu Yuka itu seperti apa bagi mu?!"


"Eh, Suzuka!!??"


Apa yang kau katakan!!!


Aku segera memegang kepala Suzuka dengan erat.


"Sakit, sakit! ...Tapi Yuka, kau juga penasaran kan?"


"Ugh..."


A-aku memang penasaran. 


Bagi Masato-oniisan, aku ini seperti apa, ya...


Saya akan senang jika dia menganggap saya penting...


A-ada kemungkinan, mungkin dia sudah mulai menyukai ku, seperti yang terjadi sebelumnya...


"Yuka itu... yah, meskipun kami belum terlalu lama bertemu. Tapi, dia sudah seperti adik perempuan bagi ku."


Sedikit rasa sakit menjalari di dadaku.


"A-Adik..."


Adik perempuan.


Memang, kalo dilihat dari kedekatan kami, aku merasa kami cukup dekat. 


Aku bisa merasakan kalo dia sangat menghargai ku.


Tapi, menjadi adik perempuan itu tidak cukup.


Karena, selama dia menganggap ku sebagai adiknya, mungkin dia tidak akan pernah jatuh cinta pada ku.


Dia tidak akan pernah melihat ku sebagai pacarnya.


Aku menyukai Masato-onii-san.


Karena itu, aku ingin dia menyukai ku.


Rasa sakit di dada ku perlahan menyebar.


"Apa Onii-can sudah punya pacar?"


Miho!? Itu pertanyaan yang cukup berani!


"Tidak ada. Aku masih jomblo."


Huff...! Syukurlah.


Kalo dia bilang "iya", aku mungkin akan menangis. 


Aki tidak bercanda loh.


Aku rasa aku akan pulang sambil menangis.


"Eh~? Serius? Wah, itu sungguh mengejutkan! Oke, kalo begitu, apa kau mau jadi pacarku?"


"Miho!!!"


Sungguh, Miho kau terlalu santai!


Ngomong-ngomong, Miho, bukankah kau sudah bilang kalo kau punya pacar?



Setelah latihan selesai.


Aku mengambil napas sejenak dan kemudian datang untuk mengucapkan terima kasih kepada Masato-onii-san.


Sendirian.


"Ah, terima kasih banyak. Ma, Masato-onii-san."


"Hm? Hmm, sama-sama. Maaf sudah mengganggu... Mereka anak-anak yang baik. Jaga mereka baik-baik ya."


"Benar. Kalo Masato-onii-san ada waktu, coba datang nonton pertandingan kami lain kali."


"Ah, tentu! Aku ingin sekali melihat Yuka bermain di pertandingan."


...Akua sangat senang.


Hanya dengan mendengar kata-kata itu, hati ku terasa hangat.


Aku sendiri merasa, betapa sederhananya diri ku...


Begitu, itu sebabnya aku ingin mengubah pandangannya tentang diriku sebagai adik perempuannya.


Tanpa sengaja, suara ku keluar duluan.


"Ah, umm..."


"Hm?"


Tapi, apa yang harus aku katakan?


Berbagai kata muncul di kepala ku, lalu menghilang begitu saja.


Aku tidak punya keberanian untuk mengungkapkan perasaan ku.


Tapi, aku juga tidak bisa mengatakan "lihat aku sebagai perempuan", karena itu hampir sama dengan mengungkapkan perasaan ku.


Aku sebenarnya tidak keberatan diperlakukan seperti adik perempuan.


Ketika dia mengelus kepala ku dan memuji ku, itu membuat ku sangat senang.


Tapi, aku ingin hubungan yang lebih dari itu.


"....Tidak, tidak apa-apa."

  

"....? Oh, begitu ya. Kalo begitu, lain kali saja. Aku siap untuk menemanimu berlatih kapan saja."


Aku, benar-benar pengecut.


Di dalam hati, aku mengutuk diri ku sendiri.


Tapi, di depan Masato-onii-san, aku tersenyum.


"Baik. Lain kali, aku ingin berlatih ber-2 saja denganmu."


"Hahaha, benar juga. Kalo untuk mengajarkan Yuka, lebih baik kita berlatih ber-2 saja."


Hanya kita ber-2──.


Kata-kata itu membuat jantung ku berdetak lebih cepat.


Apa Masato-onii-san juga berpikir kalo ber-2 saja itu lebih baik?


...Suatu saat nanti, aku pasti akan membuat Masato-onii-san lebih memperhatikan ku.


Berbeda dengan yang lain, cinta ku ini──


"Ya!! Lain kali, tolong!"


Karena aku serius.



Malam itu.


Aku mengganti piyamaku dan berbaring di tempat tidur, merenung sendirian.


Yang teringat adalah kata-kata Masato-onii-san hari ini.


"Dia seperti adik perempuan bagiku."


Adik perempuan, kah.


Bagaimana caranya agar aku bisa lulus dari status adik perempuan?


"Bagaimanapun juga, aku harus membuat Masato-onii-san menyadari ku."


'Cara agar orang yang kita sukai bisa memperhatikan kita'...Sejujurnya aku tidak tahu bagaimana melakukannya, meskipun aku sudah mencarinya di internet. 


Tidak banyak referensi untuk hubungan dengan orang yang lebih tua, jadi tidak banyak yang bisa dijadikan contoh.


Tapi, aku rasa yang penting adalah membuatnya sadar akan diriku.


Sadar... bagaimana caranya?


Apa aku harus memeluknya? 


Tidak, itu tidak bisa. 


Aku sudah melakukannya sebelumnya karena terbawa perasaan, dan akhirnya itu hanya berakhir aku dipeluk dan kepala ku di elus.


Semua berakhir sebagai skinship seorang adik.


Haruskah aku memegang tangannya? 


Hmm, rasanya berpelukan lebih baik, kan?


Berarti, pelukan lebih baik...?


"Ciuman... mungkin."


Tiba-tiba wajah ku terasa panas.


Aku menekan wajah ku ke bantal.


Tidak, tidak, tidak! Itu tidak boleh.


Tapi, mungkin itu memang bisa menjadi ide yang baik. 


Kalo aku melakukan itu, pasti dia akan mulai memperhatikan ku.


Yang terlintas di pikiran ku adalah wajah Masato-onii-san yang tampan.


Wajah itu... bibirnya...


"...!!"


Aku mulai merasa pusing.


Bi-bisakah aku melakukannya? 


Tapi kalo aku bisa, itu pasti akan menjadi sesuatu yang sangat indah.


Ciuman pertamaku yang ku berikan pada orang pertama yang aku sukai, betapa manisnya itu.



"Haah..."


Aku memeluk bantalku dengan erat kali ini.

[TL\n: kalo di liat-liat si Yuka ni imut bet jir.]



Perasaan saat aku memeluk Masato-onii-san.


Aku tidak akan pernah melupakan itu. 


Tapi bagaimana jika aku akhirnya menciummu...


 Semakin aku memikirkannya, semakin aku merasa pusing.


Mungkin setelah itu, kita akan melakukan ini dan itu...


Ah.


...Sepertinya malam ini aku tidak akan bisa tidur.

───● GADIS SASTRA JK INGIN MEMBANTU ●○●



Hari Sabtu.


Bagi ku, Sabtu adalah hari yang penuh tantangan yang datang sekali dalam seminggu.


"Aku harus cepat pulang...!"


Aku menyelesaikan pelajaran pagi dan berlari pulang dengan cepat.


Aku harus segera pulang, mandi, dan mengenakan pakaian yang imut.


Untuk mempersiapkan acara kedatangan Masato-sama.


"....Hm?"


Saat itu, Hp-ku yang ada di saku-ku bergetar.


Itu adalah notifikasi dari SNS.


Apa Masato-san sudah menghubungi ku?


【Perhimpunan Gadis Polos】


《Mitsuaki》"Shiori pulang dengan sangat cepat"


"Kau pasti lupa membawa print out, ya"


《Mana》"LoL"


"Yah mau bagaimana lagi, Karena ini Hari Pangeran Shiori."


《Hatsumi》"Ah, benar-benar, kirim gambarnya dong"


"Aku sih masih belum percaya"




Itu adalah percakapan di grup chat.


Mereka sepertinya mengucapkan apa saja, ya??


Memang benar kalo Masato-sama adalah seorang pangeran, tapi mengambil foto itu aku belum mendapatkan izin...


Apa itu disebut pemotretan diam-diam? 


Tidak, aku merasa tidak enak melakukannya...


《Shinomiya Shiori》"Maaf ya LoL"


"Kalo bisa, tolong kirim foto print out malam ini, ya"



Itu bukan tugas print out yang mendesak, kan?


Saat aku berpikir untuk berterima kasih kepada teman baruku, aku segera menerima pemberitahuan lain.


Aku berpikir untuk mengabaikannya dulu dan membalasnya setelah aku sampai di rumah.


──Tapi, notifikasi terus berdatangan tanpa henti.


Apa sih ini!


Karena merasa terganggu, aku akhirnya membuka Hp-ku lagi.



《Mitsuaki》"Eh? LoL tunggu dulu? LoL"


"Shiori dulu pakai ikon seperti itu ya?? LoL"


《Hatsumi》"LoL tunggu dulu, tapi kenapa namamu jadi nama lengkap? LoL"


"Kau LoL, kan sebelumnya namamu 'Shioricchi'? LoL"


《Mitsuaki》"Pasti kau sudah bertukar kontak dengan Pangeranmu kan? LoL"


《Mana》"Tunggu LoL, semuanya berubah loh LoL"


"Jangan setting BGM gitu dong LoL"


[TL\n: BGM adalah singkatan dari Background Music. Istilah ini merujuk pada musik yang diputar di latar belakang untuk memberikan suasana atau memperkuat suasana tertentu dalam berbagai media.]


《Mitsuaki》"Hiiy LoL perutku sakit LoL"


"Hei, kan kau bilang kalo kau ingin memasang wajah idolamu di kamar. Kembalikan dong"


《Hatsumi》"Ikonnya dulu kan anime ya? Kenapa sih? Kembalikan!"


"Jangan pakai ikon itu, foto di pantai yang diambil dari belakang nggak jelas."


"Lagipula itu pasti bukan kau kan?"


《Mana》"Perutku sakit LoL"


"Kalo bukan orangnya, siapa ini? LoL"


《Mitsuaki》"Jangan pasang lagu hits band grup jadi BGM. Pasti kau tidak pernah denger deh."


"Aku tidak pernah bilang 'Aku suka musim gugur' loh LoL, aku tidak pernah denger itu"


...


Huff.


Aku menutup Hp-ku dengan cepat.


Oke.


Meskipun itu hanya sebentar saja──


Aku memutuskan untuk berhenti berteman dengan mereka.


Tiba-tiba, aku menutup novel yang sedang ku baca, lalu melihat jam dinding yang tergantung di dinding.


Waktu menunjukkan hampir pukul 15:00.


Biasanya, interkom di rumahku sudah berbunyi 5 sampai 10 menit sebelumnya, tapi Masato-sama belum juga datang.


"....Bukankah ini jarang terjadi?"


Bagi ku, Masato-sama itu... tidak, bahkan tanpa aku bilang pun, dia sudah seperti sosok sempurna yang jarang sekali terlambat.


Selain itu, aku telah menerima pesan darinya 30 menit yang lalu yang mengatakan, "Aku akan segera tiba di stasiun~", seperti biasa.


Kalo begitu, seharusnya dia sudah sampai, tidak ada yang aneh.


Aku keluar dari kamar dan menuruni tangga.


Tentu saja, tidak ada sosok Masato-sama di sana.


"Bu, Masato-sama belum datang, kan?"


"...? Ya, memang. Aneh ya. Biasanya dia sudah sampai sekitar waktu segini."


Aku melihat jam di ruang tamu.


Ini sudah tepat pukul 15:00. 


Di Hp-ku, masih belum ada pemberitahuan apa pun.


Kalo dia sudah sampai di stasiun pada waktu itu, tidak aneh kalo dia sudah sampai...


Tapi, aku merasakan firasat buruk.


"Bu, aku akan pergi ke stasiun sebentar."


"Eh?"


"Yah kan jalan menuju stasiun itu tinggal lurus saja, jadi mungkin kami bisa berpapasan. Kalau begitu aku pergi."


Dengan rasa cemas, aku buru-buru mengenakan sepatuku. 


Kalo tidak ada apa-apa, itu akan baik-baik saja. 


Tapi, dia adalah pria yang sangat tampan. 


Tidak akan aneh kalo dia sedang terlibat dengan orang aneh.


Aku segera melangkah keluar dari rumah.


Dengan Hp di tangan, aku terus berjalan.


Seperti yang kukatakan pada ibuku, ada banyak cara untuk pergi dari rumahku ke stasiun, tapi kalo aku mengambil rute yang lebih mudah, hanya ada satu jalur.


Pasti Masato-sama juga melewati jalan ini.


Setelah berjalan beberapa saat dan ketika aku hampir sampai di stasiun...


Di kejauhan aku melihat seseorang yang kukenal.


Hari ini, dia mengenakan T-shirt putih seperti biasa dengan rompi coklat muda, memberikanya tampilan gaya yang sangat segar. 


Tidak mungkin aku salah mengenalinya.


Itu Masato-sama!


Tapu, dia dikelilingi oleh 2 wanita yang mengenakan setelan jas.


Eh, apa ini? Apa ini penjemputan!? ?


"Bisakah kau mempertimbangkannya? Aku tidak akan membiarkanmu melakukan hal yang mustahil!"


"Ah, seperti yang kubilang tadi, aku tidak bisa melakukan itu, lagipula, aku sedang terburu-buru sekarang..."


Aku akhirnya sampai di dekat mereka.


Dari percakapan mereka... sepertinya dia bukan sedang mencoba merayu Masato-sama. 


Mungkin ini adalah ajakan untuk menjadi model atau semacamnya... 


Memang, Masato-sama adalah pria yang sangat tampan, jadi hal seperti ini pasti sering terjadi padanya.


Tapi, kenapa dia begitu tidak bisa menolak!? 


Apa dia tidak bisa mengabaikan mereka dan melanjutkan perjalananya tanpa mendengarkan mereka!?


Aku yakin Masato-sama yang baik hati pasti mendengarkan pembicaraan mereka dengan serius. 


Mungkin dia merasa kesulitan untuk menolak dan dia sekarang sedang kebingungan... Begitu kira-kira.


Tunggu, tunggu...


Sebuah kemungkinan muncul di pikiranki.


Kalo aku membantunya sekarang, mungkin rasa sukanya padaku akan langsung melonjak!?!?


Akhirnya... acara peningkatan rasa suka datang... Kalo aku bisa membantu dengan tegas dan cepat...


"Fufufu. Apa kau baik-baik saja, Masato-sama?"


"Shio... Shiori-chan... Aku suka padamu (tung)"


Akhirnyaaaaa!!!!


Kemenangan besar. Aku menang.


Oke, mari kita langsung melakukannya──.


...Tunggu dulu, jangan terburu-buru.


Bagaimana cara aku membantu dengan cepat?


"Permisi, bisakah kau menjauh dari pacar ku?"


Rintangannya terlalu tinggi!


Langsung bertindak seperti pacar itu jelas terlalu tiba-tiba! 


Apa ada yang lain?


"Maaf~~, Onii-san, apa kau sudah lama menunggu? Ayo cepat pulang, yuk!"


Gaya bicara karakter terlalu berlebihan. 


Aku tidak bisa melakukan hal seperti itu dengan gerakan ala 'adik perempuan yang manja'.


Harus ada cara lain, ide yang lebih baik, kan!?


"Kalo begitu, kalo kau tidak keberatan, berikan saja informasi kontakmu! Bisakah kau menukarnya denganku? Tolong!"


"Err, maaf, tapi..."


"Yang kami butuhkan hanyalah nomor teleponmu. Kami akan menghubungimu kembali nanti..."


Ini buruk!


Aku tidak bisa tinggal diam. 


Sebelum mereka berhasil bertukar kontak! 


Aku belum memutuskan pendekatan apa yang harus ku lakukan, tapi aku harus menyelamatkannya!


Dengan langkah tegas, aku berlari menuju tempat Masakato-san berada.


Apa pun itu, aku harus melakukannya!


"Ah, a-anuuuuu!!"


"...?"


Suaraku terdengar jauh lebih keras daripada yang kukira, membuat ke-2 wanita berjas itu menoleh ke arahku.


Wajah mereka begitu penuh tekanan. 


Apa mereka menganggapku sesuatu seperti siput yang muncul tiba-tiba?


Ta-tapi, aku tidak akan kalah!


Aku mengumpulkan seluruh keberanian yang kumiliki.


"H-hei, hei! Berani sekali kalian! Apa kalian tahu siapa orang yang ada di hadapan kalian ini?”


"...? Maaf, kau siapa ya?"


Ah, gawat. 


Awal mula pendekatanku bahkan sudah kacau balau.


Kenapa juga aku membaca novel roman jadul seperti itu tadi malam? 


Apa aku benar-benar tahu kata 'tegas'? 


Haruskah aku membuka kamus sekarang juga?


Aku seharusnya menjadi seorang ksatria yang melindungi pangeran, tapi kenapa jadinya begini...?


Ah, sudahlah! 


Mereka sekarang jelas memandangku dengan curiga! 


Aku harus melakukan sesuatu, atau semuanya akan kacau balau! 


(Aku harus bertindak seperti ksatria, ya kan! Bagus sekali permainan katanya!)


"Ah, anu... sudah 17 tahun sejak aku memulai hidupku sebagai kunoichi Iga. Aku bertekad untuk menggunakan teknik ini pada acara-acara penting, tapi...tidak ada yang bisa kulakukan. Tou!!!!”


[TL\n:Kunoichi Iga adalah sebutan untuk ninja perempuan yang berasal dari klan atau wilayah Iga, Jepang. Kunoichi merupakan istilah yang digunakan khusus untuk menggambarkan ninja wanita, yang memiliki peran penting dalam misi-misi intelijen, spionase, penyamaran, dan infiltrasi.]


"Hah??? Dasar orang aneh... Eh, tunggu! Hei!!"


Selesai sudah.


Apa yang baru saja kukatakan?


Tanpa berpikir panjang, aku langsung meraih tangan Masato-san yang terlihat bingung dari tadi, dan mulai berlari secepat mungkin.


Aku tidak peduli lagi! 


Apa pun boleh!! Kalo kami bisa kabur, berarti aku menang, kan!!!


"Hah...! Hah...!"


Oh, benar juga. 


Aku lupa kalo stamina-ku itu setara dengan siput.


Bahkan sebelum sampai rumah, aku sudah kehabisan napas.


Tapi, sepertinya mereka tidak mengejar kami.


Untung saja, kami berhasil lolos...


"Masato... Masato-sama... Apa kau baik-baik saja...?"


Ah, ini benar-benar bencana.


Rencanaku hancur berantakan.


Aku tadinya berencana menyelamatkannya dengan keren, dan membuat dia terpesona dan jatuh cinta pada ku...


Tapi kalo dipikir-pikir, apa yang kulakukan tadi itu benar-benar memalukan.


Pasti dia sekarang jadi ilfeel... Bagaimana cara aku mengelak dari ini?


Tindakanku tadi sama sekali tidak pantas untuk seseorang yang ingin terlihat anggun...


"...Haha... Ahahaha!!!"


"Masato-san?"


Saat aku menoleh, Masato-san sedang tertawa terbahak-bahak dengan air mata yang keluar dari matanya.


Aku hanya bisa tertegun, sementara dia akhirnya berhenti tertawa, menyeka air matanya, lalu berkata dengan nada penuh kehangatan. 


"Terima kasih... Terima kasih banyak, Shiori-chan! Dan... Shiori-chan ternyata bisa berbicara seperti itu ya!"


"Aaa... Tidak, itu... Tolong lupakan saja... Aku hanya gugup, itu saja..."


Habis sudah... Dia mendengar semuanya... Yah, tentu saja.


Ini bencana besar. 


Selama ini aku sudah berusaha mati-matian berpura-pura menjadi gadis anggun dan sopan yang sempurna... (menurutku sendiri).


"Sungguh, maaf ya. Ini bukan sesuatu yang lucu. Terima kasih sudah membantuku. Aku sangat terbantu. Dan juga, maaf aku terlambat. Mereka cukup gigih... aku tidak bisa pergi begitu saja dari mereka."


"Eh, ehm. Iya, sepertinya mereka memang sangat gigih..."


"Tapi, entah kenapa..."


"...?"


...Ah, benar juga, kalo dipikir-pikir lagi, aku masih memegang tangannya...


"Shiori-chan, aku ingin melihatnya lebih banyak lagi, hal seperti itu dari dirimu."


"...Eh?"


"Soalnya, Shiori-chan, kau selalu terlihat seperti... membangun tembok di antara kita. Tadi, memang sih kelihatannya kau panik, tapi... kau juga terlihat seperti sedang menikmati sesuatu, kan? Jadi... bukan hanya wajah yang biasa kau tunjukkan padaku... aku ingin melihat berbagai sisi dirimu."


"..."


Aku tanpa sadar menggenggam tangannya lebih erat.


Aku bisa merasakan jantungku berdebar kencang, tapi aku ingin menyembunyikannya.


Tidak boleh. Aku tahu ini tidak boleh.


Kalo aku menunjukkan sisi ini, dia pasti akan membenciku.


Tapi, di satu sisi, ada bagian dari diriku yang ingin mencoba bersikap apa adanya.


Bukan sebagai gadis seperti tokoh utama dalam cerita.


Tapi sebagai diriku yang sebenarnya, si 'penduduk desa B', yang ingin disukai olehnya. 


[TL\n: karakter sampingan\moob\masa\NPC]


Keinginan egois ini perlahan muncul ke permukaan.


"...Aku akan memikirkannya."


"Ya."


Tangan kami yang tergenggam pun terlepas.


Jantungku yang masih berdebar kencang ini, sepertinya bukan hanya karena aku berlari dengan sekuat tenaga tadi.


Saat ini, aku masih belum punya keberanian.


Tapi, kalo orang ini. 


Aku ingin tau apa dia bisa menerimaku apa adanya? 



Selanjutnya

3 Komentar

نموذج الاتصال