> CHAPTER 1

CHAPTER 1

Kamu saat ini sedang membaca  Netoge no Yome ga Ninki Idol datta ~Cool-kei no kanojo wa genjitsu demo yome no tsumori de iru~volume 2  chapter 1. Kalo kamu menyukai karya ini silahkan tinggalkan jejak komentar. Dan juga jangan lupa dukung mimin dengan cara donet se iklasnya di Trkateer mimin buat mimin makin semagat+buat dana untuk beli raw

IDOLA POPULER MENGINAP DI RUMAH PACARNYA




"Aaaaaaaaaa──────...aaah?"

 

Begitu aku membuka mata, yang pertama kali terlihat di pandangan ku adalah layar komputer.

 

Video konser grup idola populer 『Star☆Minds』 sedang diputar berulang-ulang tanpa henti. 


Sepertinya aku berada di kamarku sendiri, duduk di depan komputer dan menonton video konser itu.


"Mimpi ya..."

 

Aku segera menyadarinya. 


Kehidupan sehari-hari 13 tahun kemudian yang baru saja kulihat hanyalah mimpi.

 

Aku mencoba memeriksa waktu dengan melihat sudut layar komputer.

 

Tertulis: Minggu, 19:58. 


...Sepertinya aku tertidur saat sedang menonton video konser.


"Tanganku berkeringat deras."

 

Aku bergumam sambil melihat kedua tanganku yang basah kuyup oleh keringat. 


Mimpi mengerikan apa yang baru saja kualami itu?

 

Tidak mungkin Rinka akan menyakitiku.

 

Meski tidak mungkin, tapi karena alur mimpinya terasa begitu nyata, tubuhku gemetar.


"Ti-tidak, tidak! Rinka bukan tipe yandere... Itu pasti tidak mungkin terjadi!"


Baiklah, untuk mengubah suasana hati, mari tonton lagi video konser Rinka!


"...Rinka sangat imut."

 

Di layar komputer, video konser grup idola populer 『Star☆Minds』 sedang diputar. 


Grup yang sedang naik daun ini terdiri dari 5 siswi SMA. 


Dipimpin oleh Kurumizaka Nana sebagai center, para gadis cantik ini menampilkan tarian yang memukau.

 

Tapi, perhatianku tertuju pada idola bergaya cool, Mizuki Rinka.

 

Rambut panjang yang indah, wajah cantik yang diakui semua orang, namun tetap terlihat tegas.

 

Tapi yang paling menonjol adalah aura yang dipancarkannya.

 

Dari matanya yang besar, terasa kekuatan tekad yang kuat, seolah menunjukkan kalk dia tidak akan menyerah pada siapa pun. 


Tidak ada senyum sama sekali di wajahnya.

 

Tanpa berusaha menyenangkan siapa pun, sikapnya yang selalu percaya diri benar-benar pantas disebut sebagai idola bergaya cool.

 

Mizuki Rinka, idola yang mendapat dukungan besar dari semua kalangan, baik pria maupun wanita.


"Gadis hebat seperti ini adalah pacarku."

 

Memang benar, hidup ini penuh dengan kejutan yang tidak terduga.


Aku tidak pernah menyangka kalo teman yang menikah denganku di game online ternyata adalah idola populer yang merupakan teman sekelas ku...  


Siapa yang bisa percaya dengan keajaiban seperti itu?  


"Sungguh luar biasa, Rinka..."  


Nah, hal yang paling luar biasa adalah dia menganggap kami sebagai pasangan suami istri.  


Menurut pemikiran Rinka, "Game online yang tidak terpengaruh oleh penampilan, status, atau jabatan di dunia nyata adalah dunia yang luar biasa di mana kita bisa menjalin hubungan murni dari hati ke hati. Karena kita sudah menikah di dunia seperti itu, tentu saja kita juga pasangan suami istri di dunia nyata, bukan?" Kurasa itu adalah pemikiran yang agak ekstrem, tapi entah kenapa itu sekarang justru terasa menggemaskan.  


Saat aku sedang asyik menonton video konser Rinka, tiba-tiba notifikasi berbunyi 'pilon♪' dari Hp-ku yang terletak di sebelah keyboard. 


Pesan chat, mungkin?  


Aku lalu mengambil Hp-ku dan membuka aplikasi chat untuk game.  


Pengirimnya adalah Rin. Isinya adalah──────  


『Kazu! Kau terlambat lagi!? Aku ingin cepat bertemu denganmu~』 


"Ah, sial! Bukannya ini sudah waktunya janjian!?"  


Di Ho, tertulis pukul 21:05.  


Janji pertemuanku dengan Rin adalah pukul 21:00, jadi───aku benar-benar terlambat. 


Aku mengacaukannya lagi.  


Aku segera membuka『Black Plains』 dan melakukan login.  


Karakter laki-laki bergaya prajurit bernama Kazu muncul di desa nelayan yang ramai. 


Saat melihat minimap di sudut kanan bawah layar, ada titik hijau yang menunjukkan lokasi teman di dekat Kazu. 


Itu pasti Rin. 


Dugaan ku benar, di layar muncul elf berambut pirang yang mengenakan pakaian tradisional berwarna hijau, bergerak cepat menggunakan skill.  


Ngomong-ngomong, 『Black Plains』 adalah game online dengan grafis realistis dan kebebasan tinggi yang menjadi tempat aku dan Rinka pertama kali bertemu.  


Aku sudah memainkannya sejak kelas 2 SMP, dan bahkan aku sampai rela menghemat uang makanku untuk melakukan pembelian dalam game karena sangat terobsesi.  


『Kazu! Ini keempat kalinya kau terlambat! Kalo kau tidak segera memperbaiki kebiasaan ini, aku akan marah, lho!』 


Pesan chat dari Rin, yang merupakan teman sekaligus pasangan nikahku dalam game, langsung masuk.  


Dalam hal ini, ini memang salahku. 


Jadi aku memutuskan untuk meminta maaf dengan jujur.  


"Maaf! Aku terlambat karena menonton video konser Rinka!"  


『Kau pikir aku akan memaafkanmu hanya karena alasan itu!? Aku tidak semudah itu, lho!』 


"Maaf, sungguh. Rinka terlalu cantik dan imut, jadi aku lupa waktu..."  


『Sampai segitunya?』


"Iya. Seperti yang pernah kukatakan sebelumnya, kalo aki melihat Rinka, aku jadi lupa waktu."  


『Kalo begitu...kali ini saja akan aku maafkan!』  

Mudah sekali. 


Yah, meskipun aku hanya mengatakan yang sebenarnya.  


『Ingat, ini hanya kali ini saja, ya!』  


Di layar, elf berambut pirang, Rin, menunjukkan ekspresi marah yang lucu.  


Entah bagaimana...gerakan dan cara bicaranya sama sekali tidak terkesan seperti idola bergaya cool.  


Entah kenapa, Rinka memiliki kepribadian yang sangat berbeda antara dunia nyata dan game online.  


Tapi, aku merasa tidak sopan untuk menyentuh hal itu, jadi aku memilih untuk tidak menyinggungnya.  


『Sudah dua minggu sejak kita bertemu seperti ini...?』  


"Iya, benar juga."


『Sejak hari Kazu mengaku padaku, kita sama sekali tidak bisa bertemu. Aku kesepian...』  


Rin di layar mulai menangis dengan sedih.  


Selama 2 minggu sejak kami resmi berpacaran, kami tidak sempat berbicara dengan baik.  


Ini karena Rinka, sebagai idola populer, sangat sibuk. Terutama belakangan ini.  


Dia bahkan sering absen dari sekolah. 


Wajar saja dia tidak punya waktu untuk kehidupan pribadi.  


Kalo pertemuan seperti ini sudah lama tidak terjadi, wajar kalo Rin marah.  


Meskipun hanya terlambat 5 menit...


『Padahal Kazu akhirnya akhirnya memutuskan untuk menjadi suamiku...!』  


"Aku belum berpikir sebagai suami, ya. Lagipula aku masih 17 tahun, jadi aku belum bisa menikah."

 

『Kita sudah menjadi pasangan suami istri yang diikat oleh cinta yang mendalam... Ini terlalu menyakitkan.』  


"Kita masih pacaran. Jangan terlalu cepat melangkah."  


『Aku ingin segera bertemu... Suamiku tercinta, Kazuto-kun!』  


"Hei, apa kau Voice chat? Percakapan kita jadi satu arah sejak tadi...!"  


Kami memang sudah resmi menjadi pasangan kekasih, tapi bagi Rin───Rinka, kami sudah seperti suami istri.  


Tentu saja, aku belum menganggap kami sebagai pasangan suami istri. 


Setidaknya, belum.  


『Kalo begitu, ayo kita memancing.』  


"Cepat sekali kau berubah pikiran."  


Rin, yang terlihat santai, berjalan menuju laut, mengambil pancing, dan mulai memancing.  


Aku pun mengikuti Rin dan mulai memancing.  


Di dalam 『Black Plains』, waktu menunjukkan siang hari. 


Cahaya indah yang memancar dari matahari menembus hingga ke dasar laut, menciptakan pemandangan yang memukau. 


Mungkin karena pengaturan grafis yang maksimal, tapi menurutku pemandangan ini bahkan lebih indah daripada kenyataan.  


『Hei, Kazu... Kalo lain kali kau terlambat lagi, aku akan memblokirmu──────Eh, tidak! Aku tidak mau tidak bisa berbicara dengan Kazu! Aku tidak akan memblokirmu!』


"Apa yang kau bicarakan sendirian?"  


Aku hanya bisa menghela napas melihat Rin yang tetap saja kacau seperti biasa.  


『Aku ingin berkencan dengan Kazu setiap hari setelah pulang sekolah. Lalu, malamnya kita bisa bermain game online bersama!』  


"Bukankah itu rencana yang bagus?"  


『Tapi itu tidak mungkin, ya...』 


Wajah Rinka yang terlihat sedih muncul di benakku.  


Tentu saja itu tidak mungkin. 


Idola populer berjalan-jalan dengan seorang pria di kota sama saja dengan bunuh diri. 


Kencan pertama kami beberapa waktu lalu juga hampir ketahuan.  


Setelah itu, kami terus mengobrol sambil memancing.  


Perubahan terjadi menjelang pukul 22:00.  


Rin tiba-tiba diam, dan kolom chat menjadi sepi.  


"Ada apa? Apa kau ada urusan?"  


『...Aku ingin bertemu...』  


"Hah?" 


『Aku ingin bertemu Kazu! Aku sudah tidak tahan lagi!』  


Dari tulisannya, seolah-olah Rin sedang meledak seperti gunung berapi. 


Apa yang terjadi tiba-tiba?  


"Kita sedang bertemu sekarang, kan?"  


『Bukan itu maksudku! Aku ingin bertemu di dunia nyata! Aku ingin mendengar suara Kazuto-kun!』  


"Kalo begitu, bagaimana kalo kita pindah ke voice chat?"  


『Aku ingin mendengar suaramu secara langsung! Kau paham, kan!?』  


Mendadak diberi permintaan seperti ini, aku jadi bingung. 


Dan juga ini sudah larut, dan besok kami ada sekolah.  


Bertemu langsung sekarang pasti akan sulit dari berbagai sisi.  


『Apa Kazu tidak ingin bertemu denganku?』  


"Tentu saja aku ingin. Kalo aku ada waktu luang, aku bahkan menonton video konser Rinka, lho."

  

Aku bahkan bermimpi tentang kehidupan rumah tangga dengan Rinka. 


Kami sampai punya anak. Meskipun akhirnya seperti itu.  


『Benarkah? Aku juga selalu memikirkan Kazuto-kun.』 


"Begitu ya."  


『Pertama, saat bangun pagi, aku melihat poster Kazuto-kun dan mengucapkan selamat pagi. Lalu, aku berharap hari ini akan menjadi hari yang baik. Aku juga bersyukur atas keberadaan Kazuto-kun. Terakhir, aku berdoa!』  


"Itu sudah seperti agama! Itu benar-benar agama! Kau seperti pengikut yang taat!"  


『Aku bukan pengikut, aku istri! Istri yang paling mencintai Kazuto-kun di seluruh dunia!』  


"Cintamu sudah berubah menjadi keyakinan religius...!"  


Membayangkan idola populer berdoa di depan posterku, mulutku langsung berkedut.


『Boleh aku datang ke rumah Kazuto sekarang?』  


"Ini sudah larut dan besok kita ada sekolah, tahu..." 


『Aku tahu. Tapi, aku hanya ingin sebentar saja... Aku ingin berada di dekatmu, Kazuto.』  


"Rinka..."  


『........... Tidak boleh?』  


Dengan perkataan seperti itu, tidak mungkin aku menolaknya. 


Lagipula, aku juga ingin bertemu Rinka.  


Kami sudah berpacaran, tapi kami belum melakukan hal-hal yang seharusnya dilakukan oleh pasangan.  


Kalo dipikir dari posisi Rinka, aku bisa menahan rasa kesepian ini. 


Tapi Rinka berbeda.  


"Sekarang, hanya aku yang ada di rumah, jadi seharusnya tidak masalah... Tapi, apa kau tidak apa-apa, Rinka? Berjalan di luar larut malam seperti ini berbahaya, menurutku."


Kalo sesuatu terjadi pada Rinka, aku akan menyesalinya seumur hidupku.  


『Aku akan naik taksi, jadi tidak masalah! Kalo begitu, boleh aku menginap?』  


"Kau tiba-tiba saja minta menginap, ya?" 


『Ini satu-satunya kesempatan untuk aku bisa bertemu denganmu, Kazuto-kun... Aku ingin menginap.』  


Aku berpikir sebentar. 


Secara perasaan, aku justru cenderung menolak. Murni karena khawatir.  


Tapi, kalo Rinka memohon seperti ini, rasanya tidak tepat bagiku untuk langsung menolaknya.  


Dari sisi keamanan, dia bilang dia akan naik taksi, jadi mungkin tidak masalah...?  


"...Baiklah. Datanglah ke rumahku."  


『Yes! Aku akan segera ke sana!』  


Di kolom chat, tertulis 'Rin-san telah logout.' Dia terlalu cepat bertindak.  


"...Seriusan..."

  

Dalam sekejap, acara menginap pun terjadi.  


Aku tidak pernah membayangkan bahwa seorang idol populer akan datang menginap di rumahku.  


Hal seperti ini tidak pernah terpikirkan dalam hidupku sampai sekarang.  


"Apa aku harus menyiapkan sesuatu...?"

 

Duduk di kursi, aku menoleh dan melihat sekeliling kamarku.  


Manga, light novel, sampah camilan, dan botol plastik kosong berserakan di mana-mana.  


Tidak mungkin aku bisa mengundang pacarku ke tempat seperti ini.  


"Tugasku sudah jelas. Pertama-tama, bersih-bersih dulu."


★★★


"Jadi, ini hasil kerja kerasmu membersihkan ruangan?"  


"Iya..."

  

Rinka, yang melihat sekeliling kamarku yang justru menjadi lebih berantakan, menghela napas dengan perasaan kecewa. 


Entah kenapa, meskipun aku sudah berusaha membereskan barang-barang, ruangan malah semakin berantakan...  


Aku ingat sampai saat aku mencoba menyimpan 10 volume light novel yang kupinjam dari Saito ke dalam kotak penyimpanan, lalu mengeluarkan 25 volume manga yang sebelumnya sudah ada di dalam kotak itu. Saat itulah aku berpikir, "Hm? Kok malah jadi lebih parah?"  


Dari situ, aku mulai membereskan dengan semangat... Tapi entah dari mana, light novel dan manga yang hanya kubaca sekali beberapa tahun lalu tiba-tiba muncul dan berserakan di lantai. 


Tidak ada yang bisa aku lakukan sekarang.


Setidaknya, aku mencoba membuat area yang bisa digunakan untuk berjalan.  


Dengan diawasi oleh Rinka yang terlihat kecewa, aku mulai memindahkan buku-buku yang berserakan di lantai ke sudut ruangan.  


"Sejak dulu, aku selalu berpikir kalo Kazuto-kun punya masalah dalam hal kemampuan hidup sehari-hari." 


"Ti-tidak juga. Aku bisa membuat telur rebus." 


"Apa kau pikir aku akan memujimu setelah mendengar itu?"  


"Tidak... Maaf."  


Aku merasakan tatapan dingin dari mata tajam Rinka.  


Seharusnya ini adalah momen romantis penuh kegembiraan di masa muda, tapi kenapa malah berakhir seperti ini?  


Setelah mempersilakan Rinka, yang datang dengan taksi, masuk ke rumah, kami berdua memasuki kamarku dengan perasaan tegang yang tidak bisa disembunyikan───dan inilah hasilnya.  


Suasana manis yang seharusnya ada langsung hilang begitu saja.  


"Ternyata aku memang perlu datang secara berkala. Dari keadaan ini, pasti makanmu juga asal-asalan, kan?" 


"Makan malam hari ini adalah nasi dengan telur mentah. Aku makan dengan baik."  


"Hanya itu? Kemarin?"  


"Nasi dengan telur mentah."  


"......"


Rinka sudah tidak bisa berkata-kata lagi. 


Kenapa? 


Nasi dengan telur mentah itu enak, lho.  


[TL\n:gua heran kok ada ya org yang bisa makan telur yg mentah, gua aja yang makan telus setengah mateng mual bet.]


Suasana canggung tercipta sejenak, tapi Rinka segera mengambil alih pembicaraan.  


"Sekarang sudah jelas. Kazuto-kun membutuhkanku. Sungguh... Memiliki suami yang tidak peduli dengan dirinya sendiri pasti akan merepotkan. Kazuto-kun benar-benar tidak bisa hidup tanpaku." 


"Sepertinya kau terlihat sedikit senang, atau ini hanya perasaanku saja?"  


"Merawat Kazuto-kun adalah tugasku sebagai istrimu, dan aku baru saja menyadari hal itu dengan kuat."


"Aku akan dirawat dengan baik, kan...?"


"Aku tidak akan membiarkan siapa pun selain aku yang merawatmu, Kazuto-kun."


Dari kata-kata yang diucapkan oleh Rinka, tersirat adanya sedikit rasa posesif.


Aku tahu kalk dia juga benar-benar mengkhawatirkanku.


Tapi, pada akhirnya, ini hanya masalah bagaimana aku harus lebih bertanggung jawab terhadap diriku sendiri.


Meski begitu, sebagai seseorang yang oleh teman-temanku dijuluki pecandu game online, menjalani kehidupan yang lebih sehat bukanlah sesuatu yang bisa langsung kulakukan.


Bahkan ketika Rinka mengatakan kalk aku terlalu acuh tak acuh terhadap diriku sendiri, aku sama sekali tidak bisa membantahnya.


"Jadi, sekarang kita akan bersih-bersih?"


"Ini sudah cukup larut. Bersih-bersih kita tunda saja lain kali. Saat ini...aku ingin lebih menghargai waktuku bersama Kazuto-kun."


Setelah berkata begitu, Rinka duduk di atas tempat tidurku.


Entah kenapa, aku juga ikut duduk di sampingnya.


Sepertinya momen di mana Rinka menegurku telah berlalu, dan kini keheningan mulai mengisi ruangan.


Tidak ada suara apa pun, hanya samar-samar terdengar bunyi kendaraan yang melintas dari luar jendela.


"Hanya kita berdua..."


"Iya..."


Tiba-tiba, suasana menjadi lebih canggung.


Biasanya, kami bisa berbincang tanpa ragu, tapi kali ini berbeda.


Kami menyadari kalo ada sesuatu yang berubah dalam hubungan kami.


Tifak seperti sebelumnya, kini sudah jelas kalk hubungan kami bukan lagi sekadar pertemanan.


Meskipun Rinka selalu bersikeras kalo kami adalah sepasang suami istri, aku tahu kalk setelah aku mengungkapkan perasaanku, sesuatu dalam dirinya akan ikut berubah.


Mungkin itu hanya perasaanku, tapi saat ini, Rinka terus-menerus memainkan rambutnya dan sesekali melirik ke arahku yang duduk di sampingnya.


Kegugupan itu terasa begitu nyata.


Aku pun merasakan hal yang sama.


Melihat Rinka dalam balutan pakaian kasual setelah sekian lama membuat jantungku berdegup lebih kencang.


Dengan gaun sederhana yang dipadukan dengan kardigan, penampilannya terlihat lebih dewasa dari biasanya.


Mungkin karena aku selalu melihatnya mengenakan seragam sekolah atau kostum idolanya, sehingga penampilannya kali ini terasa begitu berbeda dan membuatku semakin berdebar.

"....Katakan sesuatu, Kazuto-kun..."  


Rinka mengatakan itu seolah-olah ingin menyembunyikan kegugupannya sendiri.  


Aku berpikir sejenak, lalu menyadari aroma bunga yang semerbak dari rambut panjang Rinka yang indah. 


Apa ini sampo?  


"Emm... Rinka, kau wangi sekali." 


"....Hentai?"


"Maaf." 


Aku langsung meminta maaf setelah Rinka memberiku tatapan sinis. 


Aku sendiri merasa itu agak aneh.  


Tapi aku bukan tipe orang yang mudah menyerah. 


Aku mencoba membuat topik pembicaraan yang masih berkaitan dengan sampo.  


"Apa kau sudah mandi?"


"Iya. Kenapa?" 


"Tidak apa-apa, hanya saja..."


"Oh..." 


Gagal! Aku tidak tahu harus bicara apa!  


Sampai di sini, aku jadi tidak ingat topik apa yang biasanya kami bicarakan.  


Ternyata aku, yang selama ini hanya bermain game online, tidak punya kemampuan untuk menghidupkan suasana!  


Aku hampir ingin memegang kepalaki, tapi tiba-tiba Rinka mulai berbicara dengan suara gemetar.  


"Mu-mungkin... Kazuto-kun ingin mandi bersama ku?" 


"Eh?"


"Maksudku, kita kan suami istri... tidak ada yang aneh dengan itu, tapi..."  


Rinka tersipu malu, dia memalingkan wajahnya dariku dan menatap lantai. 


Eh, apa dia salah paham?  


"Ka-Kazuto-kun juga seorang laki-laki, jadi pasti kau tertarik melihat tubuh perempuan, kan?"  


"Tunggu! Aku tidak bermaksud begitu. Aku cuma mencoba membuat topik pembicaraan..."


"Tidak apa-apa, kau tidak perlu memaksakan diri. Aku juga mengerti tentang laki-laki kok." 


"Tapi aku tidak mau dipahami seperti itu!"


"Tapi, kita belum… sampai tahap itu, kan? Masih terlalu cepat untuk saling menunjukkan kulit."


"Eh, tapi kan kau selalu bilang kita ini suami istri?" 


"Ka-Kau pengecut sekali Kazuto-kun. Kau malah mengangkat status suami istri kita di saat seperti ini... Kau benar-benar mesum. Kazuto-kun si mesum." 


"Itu pertanyaan yang wajar, tahu...!"


Rinka menganggap kami sebagai suami istri, tapi sepertinya menunjukkan kulit satu sama lain tidak diperbolehkan.  


Aku tidak begitu mengerti, tapi jika itu masalahnya, aku tidak akan mengatakan apa-apa.  


"........."


"........."  


Keheningan kembali datang. 


Setelah satu percakapan berakhir, kami saling menyadari kehadiran satu sama lain dalam diam.  


Sudah 2 minggu sejak kami mulai berpacaran. 


Dalam 2 minggu itu, kami belum pernah benar-benar berbicara dengan serius.  


Apa hanya karena itu, segalanya bisa menjadi begitu kacau?  


...Padahal, saat bermain game online, semuanya terasa seperti biasa.  


"Maaf, ya."  


"Maaf tentang apa?" 


"Padahal kau sudah datang ke sini, tapi aku tidak bisa melakukan apa-apa..." 


Belum lagi kamarku yang berantakan. 


Merasa bersalah, aku mendengar Rinka mengungkapkan perasaannya dengan jujur.  


"Kau tidak perlu memikirkan hal seperti itu. Aku sudah puas hanya bisa merasakan kehadiranmu di dekatku." 


"Rinka..." 


"Sejujurnya, aku ingin selalu bersamamu. Pagi, siang, dan malam, aku ingin merasakan kehangatanmu di sampingku. Sejak momen Kazuto-kun menembakku, perasaan ini terus tumbuh tanpa batas." 


"Begitu ya..."  


Dari sudut pandang umum, mungkin Rinka akan terasa berat, tapi saat ini, aku justru merasa senang dan lega karena itu sangat seperti dirinya.  


Deklarasiku untuk menerima segala sesuatu tentang Rinka bukan hanya sekadar dorongan sesaat, melainkan perasaan tulus dari lubuk hatiku.  


"Sudah waktunya untuk tidur. Besok kita harus bangun pagi." 


"Apa kau akan pergi ke sekolah dari rumahku?"  


"Tidak, aku berencana pulang ke rumahku dulu baru pergi ke sekolah. Karena itu, aku harus bangun lebih awal."


Tentu saja, kami tidak bisa pergi ke sekolah bersama, jadi pulang ke rumahnya adalah pilihan yang paling aman.  


Meskipun terasa cukup merepotkan, mungkin Rinka sangat ingin menemuiku sampai seperti itu.  


Memikirkan hal itu membuatku senang, dan Rinka terlihat seperti gadis yang setia dan tulus.  


"Maaf, tapi bisakah Kazuto-kun keluar dari kamar sebentar?"  


"Kenapa?" 


"......."


"Maaf, suaramu terlalu kecil, aku tidak bisa mendengarnya."  


"Aku...ingin berganti pakaian."


Rinka terlihat benar-benar malu, suaranya hampir seperti suara nyamuk.  


Pandangannya tertuju pada tas besar yang terletak di sudut ruangan.  


Mungkin di dalam tas itu ada pakaian ganti.  


...Tapi, untuk sekadar pakaian ganti, tas itu terlihat terlalu bulat dan penuh.  


"Kazuto-kun?" 


"Ah, ya...baiklah, aku akan keluar."

 

Didorong oleh Rinka, aku segera meninggalkan kamar. 


Setelah menutup pintu, aku menggelengkan kepalaki.  


Eh? Kami...kan sedang berpacaran?  


Lagipula, Rinka menganggap kami ini sebagai pasangan suami istri...


Bukankah seharusnya dia tidak perlu malu? Pikirku begitu.  


"Yah, Rinka memang murni di tempat-tempat yang aneh..."  


Gadis yang langsung memerah dan kaku hanya karena menggenggam tangan.  


Maka wajar kalo dia merasa malu untuk dilihat saat berganti pakaian.  


Tapi bagaimana saat tidur nanti?  


Dari situasinya, sepertinya tidak mungkin kita tidur di kamar terpisah...


Sampai di sana, aku sampai pada kesimpulan yang mungkin akan dicapai oleh siapa pun.  


........Kami akan tidur bersama di tempat tidurku.  


"──────!" 


Hanya dengan membayangkannya, wajahku langsung terasa sangat panas.  


"Astaga...ini serius."

 

Tidak perlu dikatakan lagi, kami adalah siswa SMA yang sedang berada di puncak masa remaja.  


Wajar kalo aku mulai memikirkan berbagai hal.  


Tapi bagaimana dengan Rinka? 


Dia bilang masih terlalu cepat untuk saling menunjukkan kulit, tapi...

Apa kami hanya akan tidur bersama biasa, atau...


"Tidak, ini Rinka. Apa pun bisa terjadi."

 

Dia adalah tipe gadis cool yang selalu melampaui imajinasiku.  


Tingkah lakunya seperti apa nanti, bahkan aku yang sudah mengenalnya selama beberapa tahun pun sulit untuk menebaknya.


★★★


Setelah mendengar kata-kata Rinka, "Kazuto-kun, kau sudah boleh masuk" aku memasuki kamar.  


Pertama kali melihat Rinka mengenakan piyama, aku merasakan pipiku memanas. 


Dia terlihat sangat menggemaskan.  


Dia mengenakan kemeja lengan pendek berwarna biru tua dengan kancing dan celana pendek putih. 


Dia juga memakai cardigan tipis.  


Desainnya tidak berlebihan, dan tidak ada elemen khusus yang sengaja menonjolkan kecantikannya.  


Tidak, Rinka tidak membutuhkan hal-hal seperti itu.  


Justru kesederhanaan inilah yang semakin menonjolkan pesona Rinka.  


Penampilannya mencerminkan kepribadiannya yang murni dan tidak terlalu memedulikan gelar atau status (mungkin ini berlebihan).  


"Ba-bagaimana…? Ini piyama yang biasa aku pakai saat tidur, tidak aneh, kan?"  


"Itu sama sekali tidak aneh, kau terlihat sangat cantik. Sangat menggemaskan."  


"Can...! Terima kasih..." 


Rinka dengan polosnya merasa malu. 


Dia terlihat berusaha menenangkan diri dengan memainkan rambutnya.  


Gerakan femininnya itu sempurna.  


Aku yakin, tidak ada pria lain yang pernah melihat idola cool sepertinya yang begitu menggemaskan.  


Hanya dengan menyadari hal itu, perasaanku langsung melambung.  


"Kau benar-benar cantik, Rinka." 


"Kau terlalu berlebihan... Kalo Kazuto-kun terus bilang begitu, aku akan bingung."  


"Kenapa?"


"Karena pujian 'cantik' dari Kazuto-kun...terlalu menyentuh hatiku..." 


“Kalo begitu, aku ingin mengatakannya lebih sering lagi."  


"Kau licik. Hanya di saat-saat seperti ini Kazuto-kun menjadi begitu berani."


Rinka mengerutkan bibirnya dengan manja, membuatnya terlihat semakin menggemaskan.  


Gerakan tiba-tiba seperti itu benar-benar membuatku terpikat.  


"Aku tidak sedang berusaha berani. Karena Rinka jujur mengungkapkan perasaanmu, aku juga jadi jujur..."  


"Be-begitu..." 


"Ya..."  


Setelah mengatakannya, aku merasa sedikit malu.  


Sepertinya pipiku juga memerah, sama seperti Rinka. 


Saat ini, kami berdua sedang merasa malu.  


Suasana antara kami berdua telah berubah dibandingkan sebelum kami berpacaran.  


"Hei, Kazuto-kun, aku punya satu permintaan... Boleh?"

 

Rinka berbicara dengan ragu-ragu.  


Sepertinya ini permintaan yang cukup besar, karena dia menatapku dengan tatapan cemas dari bawah.


"Tentu saja, kamu tidak perlu ragu untuk mengatakan apa pun padaku."

 

Di dalam hati, aku menambahkan, "Kita kan pacaran..."  


Alasan aku tidak mengatakannya langsung karena aku tahu dia akan membalas dengan, "Kita kan suami istri."

 

Bagaimanapun, aku ingin mendengarkan permintaan Rinka apa pun itu.  


"Benarkah? Kalo begitu..."  


Rinka menuju ke tas yang dia bawa, lalu mengeluarkan...boneka Kazuto!  


Bukan hanya satu, tapi dia mengeluarkan boneka ke-2, ke-3, ke-4...bahkan ke-5, dan mulai menyusunnya di tempat tidurku! Apa yang sedang terjadi, Rinka?!  


Boneka Kazuto-kun yang ke-5 bahkan mengenakan piyama dan sedang tidur. ...Ini terlalu menggemaskan, aku bingung harus bereaksi seperti apa.  


"Eh, tunggu, eh, Rinka?"


"Aku sudah lama ingin melakukan sesuatu di kamar Kazuto-kun." 


"Menyusun boneka Kazuto-kun di tempat tidur?" 


"Itu baru langkah awal... Permintaanku adalah, aku ingin tidur di kamar Kazuto-kun, dikelilingi oleh boneka-boneka Kazuto-kun, sambil ditemani oleh Kazuto-kun yang asli."


"Maaf, aku bingung harus bereaksi seperti apa."


Dari alur ini, aku sempat membayangkan perkembangan yang agak romantis. Aku benar-benar bingung.  


Rinka terlalu murni, hatinya terlalu bersih.  


"....Tidak boleh?" 


"Boleh kok."

  

Aku langsung setuju.  


Bagaimana mungkin aku bisa menolak ketika dia menatapku dengan mata penuh kecemasan seperti itu?  


Rinka kemudian naik ke tempat tidur dan menyusun 3 boneka Kazuto-kun di dekat bantal, sementara 2 boneka lainnya disandarkan ke dinding. 


Aku hanya bisa menatapnya dengan bingung. 


Melihatku seperti itu, Rinka bersandar dari tempat tidur, menarik lengan bajuku dengan lembut, dan mengangkat kepalanya sedikit sambil berkata───  


"Kazuto-kun... Ayo tidur?"  


"───!"


Serangan kritis! HP(Hit Points)-ku langsung habis dalam satu pukulan. Ini curang.  


Ini bukan sekadar imut atau menggemaskan.  


Ini seperti jiwaku dicengkeram dan ditarik keluar dari tubuhku. 


Sebuah keimutan yang tidak masuk akal dan begitu kuat...


Ini adalah daya rusak yang hanya dimiliki oleh pacar yang cool seperti dirinya.  


Ah, inikah yang disebut dengan memiliki kekasih...!  


Rinka berbaring di tempat tidurku, hanya wajahnya yang terlihat dari balik selimut.  


Ketika aku hendak masuk ke tempat tidur, tiba-tiba Rinka menghentikanku.  


"Tunggu, Kazuto-kun." 


"A-ada apa...?" 


"Tolong matikan...lampunya."


"Eh?" 


"Ka-kalo terang...aku akan malu..." 


"......."


Rinka menyembunyikan wajahnya hingga hidung di balik selimut, hanya matanya yang terlihat, sambil berbicara dengan malu-malu.  


Jujur saja, hatiku langsung tertembak...oleh peluru bernama 'keimutan'.  


Biasanya dia begitu tegas, tapi di saat-saat seperti ini, dia tiba-tiba menjadi sangat polos.  


Rinka terlalu menggemaskan sampai-sampai aku malah merasa kesal.  


Mungkin karena kami tidak benar-benar berbicara selama 2 minggu, perasaanku jadi semakin hangat padanya.  


Aku mengambil remot dan mematikan lampu kamar.  


Seketika, kegelapan menyelimuti ruangan, dan bayangan Rinka yang berbaring di tempat tidur terlihat samar-samar.  


"Emm, maaf ya, aku akan tidur di sebelahmu."  


"I-iya... Kita kan suami istri yang sudah saling menerima sepenuhnya, jadi tidak perlu sungkan."  


"Kalo begitu, aku akan menyalakan lampu───"


"Jangan."


"Oke..." 


Penolakan yang sangat cepat.  


Sambil merasa sedikit geli, aku membuka selimut dan berbaring di sebelah Rinka.  


Saat itu, bahuku menyentuh bahu Rinka, dan kami berdua mengeluarkan suara kecil, "Hmm."  


Mungkin karena ruangan yang gelap gulita, indraku terasa lebih tajam.  


Aku bisa merasakan kehangatan Rinka dari sebelahku, bahkan napasnya pun terdengar jelas.  


Aroma bunga yang lembut dan harum tercium hingga ke hidungku.  


"........"


"........"  


Waktu berlalu dalam keheningan tanpa kata-kata.  


Pemandangan yang diselimuti kegelapan, ruangan yang sunyi...


Satu-satunya suara yang terdengar adalah detak jantung. 


Sejak tadi, jantungku berdegup kencang dan membuatku sulit tidur.  


Aku menatap langit-langit dalam diam, tapi aku bisa merasakan pandangan Rinka yang menatapku dengan intens.


Tidak lama kemudian, sepertinya dia akan mengatakan sesuatu...


Tepat setelah aku berpikir begitu, firasatku terbukti benar.  


"Kazuto-kun." 


"Hmm?"  


"Aki punya satu permintaan lagi."

  

Apa lagi ini? Aku memiringkan tubuhku dan menatap Rinka.  


Meski aku tidak bisa melihat dengan jelas dalam kegelapan, aku tahu wajah Rinka ada di dekatku.  


"Bisakah kau...membelai kepalaku?"  


"Membelai kepalamu?" 


"Iya. Dengan lembut...belai kepalaku..."  


Suaranya begitu manis dan penuh perasaan.  


Suara Rinka yang begitu feminin, yang belum pernah kudengar sebelumnya, membuat otakku terasa seperti tersengat listrik.  


"Apa Rinka tipe perempuan yang suka manja seperti ini?"  


"Hanya untuk Kazuto-kun..."


Setelah mendengar suara manisnya yang meleleh, aku merasakan sentuhan lembut di dadaku. 


Itu adalah wajah Rinka. 


Dia menempelkan wajahnya dengan lembut ke dadaku.  


Memang benar, kalo lampu menyala, ini akan sangat memalukan.  


Mungkin karena gelap dan kami tidak bisa melihat wajah satu sama lain, dia bisa memanjakan dirinya tanpa ragu.  


Setelah menarik napas dalam-dalam, aku mulai membelai kepala Rinka.  


Rambutnya yang lembut terasa nyaman di tangan kananku, dan helai rambutnya meluncur dengan mulus di antara jari-jariku tanpa hambatan.  


Inikah rambut perempuan...? 


Aku menikmati sensasinya dengan perasaan yang anehnya tenang.  


"....Hmm...ah...hmm..."


Setiap kali kepalanya dibelai, Rinka mengeluarkan suara yang terdengar nyaman.  


Aku terus membelai kepalanya dengan lembut, tanpa berpikir, dan berharap momen ini bisa berlangsung selamanya.  


"Aku sangat bahagia...hmm...Kazuto-kun..." 


"........"


"Aku mencintaimu...benar-benar mencintaimu...aku mencintaimu..."  


"........"


"Lebih dekat...lebih dekat lagi..."  


Gumaman yang terus berulang.  


Rinka, yang bergumam seperti orang gila, akhirnya meraih baju yang aku kenakan di bagian dada dengan kedua tangannya dan menggenggamnya erat, seolah menunjukkan tekadnya untuk tidak melepaskannya.  


“Kazuto-kun...tetaplah di sisiku...di sampingku..." 


"Ya..." 


"Selama Kazuto-kun ada di sisi ku...aku..."  


Suara Rinka semakin pelan, dan akhirnya nafasnya yang teratur dapat terdengar. 


Apa dia sudah tertidur?  


Meskipun sudah tidur, genggaman Rinka pada bajuku tidak kendur.  


Aku ingin melihat wajahnya yang sedang tidur, tapi karena wajahnya menempel di dadaku, aku tidak bisa melihatnya.  


"Suu...suu...suu...Kazuto-kun..."

 

Sepertinya dia memikirkan aku bahkan dalam mimpinya.  


Melihat Rinka, yang begitu feminin dan sepenuhnya mempercayaiku, sulit percaya kalo dia adalah idola cool yang dikenal sebagai pembenci pria.  


"........." 


Napas tidur Rinka seperti pengantar tidur untuk ku.  


Napas kami secara alami menyatu, dan perlahan mataku terasa berat.  


Ini perasaan yang aneh...sambil merasakan degup jantung karena gadis yang kusukai ada di sampingku, aku juga merasakan ketenangan yang membuatku bisa bersikap natural. 


Apa ini yang disebut dengan kepuasan batin?  


Malam ini, aku dan Rinka hanya berbicara sedikit dan tidur bersama. 

 

Tapi...bagi kami yang tidak bisa bertemu dengan bebas, ini adalah momen yang berharga.  


"...Kalo saja tidak ada boneka Kazuto-kun di sini..." 


Dalam kegelapan, 5 boneka Kazuto-kun terlihat samar-samar. 


Aku merasakan tatapan kosong dari mata bulat mereka, dan perasaanku menjadi agak aneh.




Selanjutnya

Posting Komentar

نموذج الاتصال