> CHAPTER 1

CHAPTER 1

 Kamu saat ini sedang membaca  Netoge no Yome ga Ninki Idol datta ~Cool-kei no kanojo wa genjitsu demo yome no tsumori de iru~volume 1 chapter 1. Kalo kamu menyukai karya ini silahkan tinggalkan jejak komentar. Dan juga jangan lupa dukung mimin dengan cara donet se iklasnya di Trkateer mimin buat mimin makin semagat+buat dana untuk beli raw



 AKU, MIZUKI RINKA




"Memang ya, Mizuki-san itu cantik dan imut banget."


Setelah selesai makan malam, aku kembali ke kamar di lantai 2. 


Sambil bermalas-malasan di atas tempat tidur, aku menonton video musik Star☆Minds di Hp-ku.


Mereka adalah grup idola yang sangat populer dan menjadi pusat perhatian banyak orang.


Grup ini terdiri dari 5 anggota, semuanya adalah gadis SMA yang imut. 


Tapi, yang aku tonton hanyalah Mizuki Rinka, idola dengan citra dingin.


Lebih tepatnya, aku adalah penggemar Mizuki Rinka daripada penggemar Star☆Minds secara keseluruhan.


Alasan aku menjadi penggemarnya sebenarnya cukup sederhana, karena kami teman sekelas.


Penampilannya yang luar biasa, sikapnya yang dingin, dan auranya yang kuat benar-benar memikat hatiku.


Kurasa ini pertama kalinya aku benar-benar memahami keberadaan seorang idola. 


Sebelum melihat Mizuki-san secara langsung, aku sama sekali tidak tertarik pada idola.


Tapi, di dalam kelas, Mizuki-san tidak hanya terlihat dingin, tapi terkadang terkesan dia agak dingin kepada orang lain.


Ekspresinya selalu tegas, dan sikapnya yang serius membuat beberapa murid menjaga jarak darinya.


Meskipun begitu, karena dia adalah seorang idola cantik, popularitasnya di kalangan anak laki-laki sangatlah tinggi.


Tapi, tidak pernah ada gosip tentangnya dengan seorang pria tertentu. 


Bahkan, dia hanya berbicara seminimal mungkin dengan teman-teman sekelasnya.


"Apa dia membenci laki-laki?" 


Begitulah desas-desus yang beredar.


Tapi, kalo ditanya apa dia dekat dengan para perempuan, ternyata tidak juga.


Sejujurnya, Mizuki-san cenderung terisolasi di dalam kelas.


Aura yang dia miliki berbeda dari orang kebanyakan, dan mungkin itulah salah satu alasan kenapa dia sulit bergaul.


Aura yang dia pancarkan jelas berbeda dari kami orang biasa.


Bahkan aku, yang sering dianggap sebagai orang yang tidak peka oleh teman-teman sekelas, hanya bisa menatap punggung Mizuki-san dari sudut kelas. 


Berbicara dengannya saja terasa begitu menegangkan.


Ada semacam ketegangan yang selalu mengelilinginya, membuat orang lain sulit untuk mendekat.


"Tapi setidaknya aku ingin menyapanya. Pasti menyenangkan kalo dia mengatakan 'selamat pagi' dengan suara merdunya itu..."


Mizuki-san dikenal sebagai anggota dengan kemampuan vokal terbaik di grupnya, dan aku sepenuhnya setuju dengan itu. 


Mendengar suaranya saja sudah membuat hatiku bergetar.


"Mungkin aku harus memberanikan diri untuk menyapanya besok pagi...!"


Aku ingin setidaknya menjalin hubungan sebatas saling menyapa sebagai teman sekelas. 


Aku benar-benar sangat mengaguminya.


Tapu, sejak aku memiliki keinginan itu, sudah beberapa minggu berlalu. 


Aku menyadari betapa pengecutnya diriku.


"Yah, mungkin mustahil bagi seorang pecandu game online sepertiku untuk bisa mendekati Mizuki-san."


Saat aku bergumam dengan nada menyindir diri sendiri, lalu tiba-tiba terdengar suara notifikasi dari Hp-ku.


Itu adalah notifikasi dari aplikasi chat untuk game. 


Nama pengirim pesan adalah [Rin].


『Aku sudah online~』


"Oh, apa ini sudah waktunya?" 


Waktu sekarang menunjukkan pukul 21:04.


Janji bertemu kami adalah pukul 21:00, jadi... aku sedikit terlambat.


Karena terlalu terpesona memikirkan Mizuki-san, aku sampai lupa dengan jadwal yang sudah dibuat bersama teman di game online.


"Maaf, aku akan segera online." 


Setelah mengirimkan pesan, aku segera duduk di depan komputer dan membuka game Kuroi Heigen [Black Plains], sebuah MMO dengan tingkat kebebasan yang luar biasa.


Game ini adalah sebuah open-world dengan grafis realistis, memungkinkan pemain untuk menikmati berbagai jenis peran, mulai dari pertempuran hingga kegiatan sehari-hari. 


Ini adalah game online yang benar-benar luar biasa.


Nama karakterku di game ini adalah Kazu, yang berasal dari nama asliku, Ayakouji Kazuto. 


Aku hanya mengambil 4 huruf pertama dari nama depanku.


Begitu aku masuk ke dalam game, pesan dari Rin langsung masuk.


『Sudah kutunggu~. Lama tidak bertemu.』


"Lama? Kita juga bermain game bersama pada hari Minggu lalu, kan?" 


『Berarti itu sudah seminggu, kan! Aku sudah menunggu-nunggu hari dimana aku bisa main game bareng Kazu!』


"Oh ya? Aku juga sudah menantikannya."


『Benarkah? Tapi aku yang lebih menantikannya! Itu pasti, 100%!』


"Apa yang kau tandingi sih...?"


『Hmm, kalo harus dibilang, mungkin seperti suami istri yang saling bersaing dalam cinta!』


"Apa-apaan itu..."


Seperti biasa, Rin selalu penuh semangat dan ceria.


Pemain bernama Rin yang berpenampilan seperti elf pirang ini adalah teman bermainku sejak aku kelas dua SMP.


Sekarang aku sudah kelas 2 SMA, jadi...kami sudah berteman selama 4 tahun sekarang.


Meski kami tidak tahu apa pun tentang satu sama lain di kehidupan nyata, menurutku kami bisa disebut sahabat online.


Atau mungkin lebih dari sahabat, karena 2 tahun lalu kami bahkan 'menikah' di dalam game ini.


Rin selalu tulus dan apa adanya dalam bersikap, dan aku juga merasa kehadirannya adalah sesuatu yang sudah sangat biasa bagiku.


Bahkan, aku tidak bisa membayangkan bermain game online tanpa Rin.


Kami pertama kali bertemu saat dipasangkan secara acak dalam sebuah dungeon (catatan: Kuroi Heigen bukan MMO yang penuh konflik antar pemain).


Saat itu, Rin masih seorang pemula, sedangkan aku sudah cukup berpengalaman. 


Hubungan kami dimulai ketika aku mengajarinya cara bermain. 


Kini, kami sudah menjadi partner yang setara atau lebih tepatnya, pasangan suami istri di dalam game.


『Hari ini kita mau melakukan apa? Oh iya, aku lagi ingin mancing nih~』

 

"Aku ingin pergi ke tambang dan melakukan penambangan."


『Hari ini kita mau melakukan apa? Ngomong-ngomong, aku sedang ingin memancing, lho~』


"Apa kau bot!? Permintaanku tidak pernah dituruti!"


『Kita akan pergi memancing.』


"Ini sudah seperti paksaan!"


Kalo begitu, jangan bertanya "Hari ini kita mau melakukan apa?"...


Yah meski berpikir begitu, aku tidak menyampaikan keluhanku. 


Ini sudah seperti candaan sebagai pengganti sapaan.


Dan itu adalah sesuatu yang juga dipahami oleh Rin.


Kami memang tidak tahu apa-apa tentang posisi masing-masing di dunia nyata, tapi hati kami sepenuhnya saling mempercayai.


"Aku penasaran seperti apa Rin di dunia nyata."


Dulu, aku pernah secara halus mengungkit tentang dunia nyata.


Tapi, dia mengatakan kalo dia tidak ingin membicarakan hal-hal tentang dunia nyata, jadi aku memutuskan untuk tidak memaksanya.


Menurutnya, "Kalo informasi dunia nyata terlibat, hubungan yang murni ini akan hancur."


Aku mengerti apa yang ingin disampaikan.


Memang ini contoh yang ekstrem, tapi kalo ternyata Rin adalah anggota Yakuza yang sangat berpengaruh, aku pasti akan langsung menghapus 【Black Plains】, menghancurkan komputerku, dan memastikan diriku benar-benar menjauh darinya.


[TL\n: btw kalian tau kan apa itu Yakuza? Parah sih kalo kalian gak tau, fyi aja nih pas presiden Soekarno berkunjung ke Jepang yg ngawal dia selama disana tu Yakuza lo, karena kepolisian di sana gak mau ngawal Soekarno, dan mendengar itu salah satu ajudan kepercayaan Soekarno langsung kontakan ama temenya yang Yakuza, dan Yakuza ini langsung paham, trus dia bersedia jadi pengawal Presiden Soekarno, gak main main Yakuza yang ngawal presiden kala itu ada 20 yakuza yang bukan kaleng kaleng mereka yakuza yang paling cakap, dan salah satu istirnya ibu Ratna Sari Dewi (Naoko Nemoto) berkenalan dengan Soekarno melalui salah satu pentolan Yakuza yang mengawal dia, sedikit info lagi nih kisah ini juga diangkat jadi sebuah manga yang judulnya Erabareru Onna ni Onarinasai-Dewi Fujin no konkatsuron.]


...Yah, apapun itu.


Siapa Rin sebenarnya tidak ada hubungannya denganku (selama dia bukan anggota Yakuza).


Bermain game bersamanya itu menyenangkan, dan fakta itulah yang paling penting bagiku.


『Hei, Kazu. Ayo pergi ke laut dengan kapalku.』


"Tidak mau. Kapal itu pasti akan tenggelam."


『Kenapa kau berkata seperti itu!? Aku yakin tidak akan terjadi apa-apa!』


"Itu ke-3 kalinya kau mengatakan kalimat itu. Dan setiap kali aku harus membantumu mengumpulkan bahan untuk memperbaiki kapal."


『Kali ini pasti aman! Aku sudah mencari cara mengoperasikan kapal yang benar di YouTube!』


Di layar, Rin, yang berpakaian seperti elf yang menggemaskan, menunjukkan pose semangat dengan mengepalkan tangannya. 


Dia terlihat cukup imut.


"Aku benar-benar akan mempercayaimu kali ini, oke? Memperbaiki kapal itu memakan banyak waktu dan usaha."


『Serahkan saja padaku! Kali ini, aku merasa bisa melakukan apa saja!』


Mengikuti Rin yang penuh percaya diri, kami menaiki kapal yang ukurannya sedikit lebih besar dari perahu kecil, lalu berlayar ke laut.


Kami harus berhati-hati agar tidak terlalu jauh dari daratan karena kapal bajak laut bisa menyerang.


Di tengah perjalanan, kami berhenti dan mulai memancing.


Hal yang paling menyenangkan adalah mengobrol dengan teman selama menunggu ikan terpancing.


『Hei, Kazu. Aku belum mendengar permintaan maafmu karena terlambat, lho.』


"Maafkan aku."


『Kenapa kau terlambat?』


"Aku menonton video musik idol."


『Hee, jadi Kazu tertarik dengan idol, ya.』


"Ya, begitulah."


Setelah menjawab, keheningan berlangsung selama beberapa detik.


Aku hanya melamun sambil melihat ke arah tali pancing yang terjulur dari kapal ke laut. 


Rin juga sepertinya belum mendapatkan ikan.


『Siapa nama idol itu?』


"Bukankah pembicaraan tentang dunia nyata dilarang?"


『Kali ini pengecualian. Beritahu aku.』


Entah kenapa dia sangat tertarik. 


Kali ini bukan ikan, tapi Rin yang 'terpancing'.


"Grupnya bernama Star☆Minds. Apa kau tahu?"


『Ya.』


"Aku penggemar Mizuki Rinka."


『Oh begitu.』


"Dan dia adalah teman sekelasku. Hebat, kan?"


Aku berkata dengan sedikit nada membanggakan. 


Tapi, balasan tidak kunjung datang.


1 menit, 2 menit, 3 menit... 


Keheningan terus berlanjut. 


Ini adalah keheningan yang terasa tidak nyaman.


Yang membuat situasi ini lebih aneh adalah pancing Rin menunjukkan tanda-tanda ikan sudah terpancing, tapi Rin sama sekali tidak berusaha menariknya. 


Apa dia sengaja membiarkannya begitu saja?


Apa-apaan ini, di saat seperti ini? 


Itu terlalu mendadak.


Apa aku mengatakan sesuatu yang salah? Mungkin menyombongkan diri sebagai teman sekelas Mizuki-san adalah hal yang tidak seharusnya aku lakukan.


"Maaf, Rin. Aku terlalu bersemangat dan malah mengatakan hal yang tidak perlu. Kalo itu membuatmu merasa tidak nyaman, aku minta maaf."


Aku segera meminta maaf, lalu menunggu balasan sambil tangan yang menggenggam mouse mulai basah oleh keringat.


Saat ikan yang terpancing di kail Rin akhirnya lepas, barulah balasan chat muncul.


『Aku adalah Mizuki Rinka.』


......

.........Hah?


"Hahaha. Apa yang kau bicarakan tiba-tiba? Aku tahu itu jelas bohong."


『Kelas 2-3. Wali kelasnya adalah Pak Sato. Tempat dudukku adalah baris ke-2 dari jendela, kursi paling depan.』


Informasi tentang Mizuki Rinka mengalir di jendela chat dengan nada yang tenang.


...Tunggu, apa?


Semuanya benar!


Tapi tetap saja, belum tentu ini benar-benar Mizuki-san. 


Bisa saja ini salah satu teman sekelasku.


『Siapa kau sebenarnya, Kazu?』


Apa yang harus aku lakukan? 


Haruskah aku mengatakannya?


Tapi rasanya tidak mungkin Rin berbohong.


Kalo memang begitu, berarti Rin akan menjadi Mizuki-san...


『Apa kau tidak percaya padaku?』


Pertanyaan itu membuat dadaku terasa sedikit sesak karena rasa bersalah.


Sebagai tanda kalo aku mempercayainya, aku mulai mengetik di chat.


"Aku adalah orang yang duduk di baris jendela, paling belakang."


Aku memberikan jawaban yang agak samar. 


Tapi, balasannya datang dengan cepat.


『Ayakouji Kazuto-kun, kan?』


"....Benar."


Dengan ini, meskipun belum pasti Rin adalah Mizuki-san, kemungkinan besar dia adalah teman sekelasku.


『Maaf, aku harus logout sekarang.』


"Baiklah."


Rin menghilang dari layar, meninggalkan kapal. 


Apa dia merasa kecewa setelah mengetahui kalo aku adalah Ayakouji Kazuto?


Kalo memang begitu, itu benar-benar menyakitkan. 


Aku menyesal sudah membahas hal-hal tentang dunia nyata.


Bukankah Rin pernah mengatakan sesuatu sebelumnya?


Kalo urusan dunia nyata dibawa ke dalam game online, hubungan di dalamnya bisa menjadi kacau.


Seharusnya aku memikirkan hal itu lebih dalam.


"Aku benar-benar ceroboh..."


Bagaimana kalo aku tidak bisa bermain lagi dengan Rin? 


Itu akan terlalu menyedihkan. 


Aku bisa-bisa jadi tidak ingin keluar rumah lagi.


Saat aku menyesali kebodohanku sambil memegangi kepalaku, suara notifikasi dari Hp-ku berbunyi.


Pesan itu berasal dari aplikasi chat game, dan pengirimnya adalah Rin.


Isi pesannya adalah, "Besok saat istirahat makan siang, apa kau mau pergi ke kantin bersamaku?"


Dengan jari yang bergetar karena gugup, aku mencoba sekuat tenaga mengetik balasan, "Iya."


Tapi bagaimana kalo ternyata dia benar-benar Mizuki-san? 


Itu pasti akan sangat mengerikan.


...Tidak, tunggu dulu. 


Aku harus berpikir dengan tenang. 


Rin bukan Mizuki-san.


Bagaimanapun, Rin yang ceria dan polos sangat berbeda dari Mizuki Rinka yang dikenal sebagai gadis pendiam dan keren.


Ya, dia pasti palsu. Dia pasti palsu.


Pasti salah satu teman sekelasku yang mencoba mengerjaiku.


Tapi, pesan lain dari Rin tiba-tiba muncul.


Judulnya, "Aku akan membuktikan bahwa aku adalah yang asli."


Ketika aku mengetuk untuk membuka pesan, sebuah foto selfie Mizuki-san dengan latar belakang layar komputer terlampir.


Aku mencoba mencari gambar itu di internet, tapi aku tidak menemukan hasil apa pun.


Ini berarti foto itu bukanlah gambar yang diambil dari dunia maya.


"Serius? Ini... benar-benar dia...!?"


Tanganku yang memegang Hp-ku mulai bergetar hebat. 


Rasanya ini sangat tidak nyata.


"Jadi... Istri dalam game-ku... ternyata seorang idol terkenal!"


★★★


Di pagi hari di ruang kelas, suasana sekitar dipenuhi dengan obrolan siswa-siswi yang riuh. 


Aku yang duduk sendirian di bangkuku masih merasa sangat gugup. 


Sejak kemarin malam, jantungku terus berdegub kencang.


Duduk di baris paling belakang dekat jendela, aku memandangi seluruh kelas.


Gadis-gadis yang duduk berdampingan dan asyik berbincang, serta sekelompok siswa laki-laki yang berkumpul dengan teman-teman sesama anggota klub olahraga...


Tentu saja, punggung Mizuki-san yang duduk di bangku paling depan juga terlihat jelas.


"......"


Aku mengeluarkan Hp-ku dengan tiba-tiba dan membuka aplikasi chat untuk game.


Tidak ada pesan dari Rin—dari Mizuki-san.


Aku ingin mengiriminya pesan, tapi aku tidak tahu apa yang harus kutulis.


Yang jelas, aku ingin dia memberikan respons, apapun itu.


Dengan perasaan seperti itu, aku bersandar di meja dan termenung sambil memandang punggung Mizuki-san. 


Dia sedang membaca buku dengan postur tubuh yang tegak dan indah, dia terlihat tidak terpengaruh oleh keramaian di sekitarnya.


...Buku apa yang dia baca, ya?


Aku merasa Mizuki-san pasti suka buku-buku karya penulis luar negeri yang agak sulit.


".....Mizuki-san."


Hanya dengan melihat punggungnya, hatiku terasa tenang. 


Rasanya masih sulit dipercaya kalo aku bisa bermain game bersama Mizuki-san. 


Bahkan sejak zaman SMP...


Saat aku sedang merenung seperti itu, tiba-tiba Mizuki-san menoleh ke belakang dan mata kami bertemu.


"―!"


Jantungku berdebar kencang. 


Aku terdiam karena kejadian yang tiba-tiba ini.


Tapi, beberapa detik kemudian, Mizuki-san mengangkat tangan kanannya dengan ekspresi wajah datar dan melambaikan tangan kecil.


Aku pun secara refleks membalas lambaian itu.


Setelah itu, sepertinya dia puas, karena Mizuki-san kembali menghadap ke depan dan melanjutkan membaca bukunya.


"Oooh...!"


Perasaan yang sulit aku ungkapkan meluap dari dalam dadaku.


Aku baru saja melambaikan tangan dengan Mizuki Rinka, idol terkenal itu!


Dan yang lebih mengejutkan, kami saling melakukan kontak mata!


Dengan kegembiraan yang tak kunjung reda, aku cepat-cepat melihat ke sekitar untuk memastikan apakah ada siswa lain yang memperhatikan kami.


Ternyata, sepertinya tidak ada yang menyadari interaksi kami.


Kalo ada yang menyadarinya, pasti akan terjadi keributan kecil.


Mengingat Mizuki-san yang dikenal dengan rumor kalo dia tidak suka dekat dengan laki-laki. 


Pasti semua orang akan terkejut kalo mereka tahu kalo Mizuki-san berinteraksi dengan pria biasa seperti ku.


"....Apa Rin benar-benar Mizuki-san?"


Aku mengingat kembali kenyataan yang sudah aku konfirmasi kemarin.


Ternyata keajaiban seperti ini memang ada.


★★★


Pelajaran keempat selesai, dan waktu istirahat makan siang pun tiba.


Di dalam kelas yang gaduh, siswa-siswa terbagi menjadi 2 kelompok, mereka yang menuju ke kantin dan mereka yang tetap di kelas untuk membuka kotak makan siang mereka. 


Aku termasuk dalam kelompok yang tetap di kelas, tapi kali ini ada aku memiliki janji yang harus kutepati.


"Hei, Ayanokoji, ayo kita makan siang bersama."


"Hallo, Ayanokoji-kun. Aku di sini lagi hari ini."


Saat aku hendak berdiri dari kursiki, 2 siswa laki-laki datang mendekat.


Salah satunya bertubuh agak gemuk, dan yang satunya lagi memakai kacamata dan terlihat pintar.


Yang gemuk bernama [Tachibana], dan yang berkacamata itu [Saito].


Biasanya, kami ber-3 menghabiskan waktu istirahat bersama. 


Kami adalah teman-teman yang sudah cukup akrab.


Melihat kedatangan mereka, aku menangkupkan tangan dan meminta maaf.


"Maaf, hari ini aku ada janji."


"Hah? Maksudmu, selain kami, ada orang lain yang bisa kau ajak makan siang? Sepertinya itu tidak mungkin, kan?"


"Oy, cara bicara mu itu membuatku kesal. Tapi ya, itu memang benar sih..."


"Ayanokouji-kun, tolong jangan buang-buang waktu dengan membicarakan hal yang aneh-aneh. Menurut perhitunganku, waktu istirahat hanya 40 menit. Ayo kita cepat makan siang, dan setelah itu kita bisa berbicara tentang light novel bulan ini."


Saito berkata begitu sambil menggeser kacamatanya sedikit.


Sebenarnya itu hal yang tidak penting, tapi waktu istirahat 40 menit seharusnya tidak perlu dihitung. 


Lagipula, perhitungan apa yang dia lakukan?


"Serius, aku ada janji. Aku harus pergi."


"Sebentar!"


Saat aku berdiri dari kursi-ku dan hendak berjalan, tanganku tiba-tiba digenggam.


Aku menoleh karena merasa aneh, dan di sana berdiri Tachibana, yang dengan suara kecil bertanya.


"Jangan-jangan... itu bukan perempuan, kan?"


"....."


"Hei, Aya Ayanokouji?"


Karena tatapan tajam yang tidak terduga, aku terdiam.


Meskipun Tachibana bertubuh gemuk dan lebih pendek, tapi ternyata tatapannya cukup kuat.


Sebagai seorang pecandu game yang penakut seperti ku, aku sedikit tertekan oleh tatapannya.


"Tunggu, Tachibana-kun. Berdasarkan perhitunganku, kemungkinan Aya Ayanokoji-kun punya teman perempuan itu hanya 0,4%. Jadi, itu tidak perlu ditanya lagi."


"Ah, itu terlalu rendah! Apa bahkan punya teman perempuan saja sudah mustahil...!"


Setidaknya 10% harusnya mungkin, kan? 


Tapi...apa itu masih terlalu rendah?


"Jadi, kau janjian dengan siapa?"


"....Mizuki-san."


Aku mengatakannya dengan suara pelan, merasa sangat canggung.


Tachibana dan Saito saling memandang sejenak sebelum tertawa dengan riang.


"Bwahahaha! Apa yang kau katakan! Kau dan Mizuki makan siang bersama?!"


"Yah, semacam itu. Dia yang mengajakku untuk makan di kantin..."


"Mana mungkin itu terjadi! Berhenti berimajinasi seperti itu!"


"Benar, Ayanokoji-kun. Berdasarkan perhitungan, kemungkinan Ayanokoji-kun diajak Mizuki-san itu adalah angka nol besar."


"Nol? Apa maksudnya 'angka astronomi' itu?! Jangan sok pintar lah!"


Aku merasa kesal karena mereka tertawa terbahak-bahak seolah-olah sedang mengejekku. 


Rasanya aku ingin memukuli mereka.


"Ha ha ha! Kau membuatku tertawa, Ayanokoji. Sebagai rasa terima kasihku, aku akan memberimu 1 potong paprika ku padamu."


"Tidak mau. Makan saja itu sendiri."


"Tenanglah, Ayanokoji-kun. Aku juga akan memberimu terong goreng ku."


"Eh, serius? Terima kasih—tapi aku tidak akan mengatakan itu. Kalian hanya memaksakan makanan yang tidak kalian sukai padaku, kan?"


Mereka mereka memang keterlaluan...!


Tapi aku juga bisa mengerti kenapa mereka tidak percaya. 


Aku sendiri juga masih merasa ini semua tidak nyata.


"Boleh aku minta waktu sebentar?"


"Eh—"


Tiba-tiba aku mendengar suara dari belakang, dan begitu aku menoleh, ternyata itu Mizuki-san.


Dengan ekspresi datar yang bisa dianggap dingin oleh sebagian orang, dia berdiri di belakangku.


"Kazuto-kun, kau tidak lupa dengan janji kita, kan?"


"Ah, tidak, aku tidak lupa. Sebenarnya aku mau pergi sekarang."


"Baguslah, kalo begitu ayo kita segera ke kantin. Kalo kita terus berlama-lama di sini, nanti tempatnya jadi penuh."


Setelah berkata begitu, Mizuki-san membalikkan tubuhnya dan berjalan menuju pintu keluar kelas.


Seperti yang diharapkan dari seorang idola dengan gaya yang keren dan penuh percaya diri.


Dia bermartabat dari cara dia berbicara hingga cara dia berjalan.


"Hei, hei...Ayanokoji...?"


"Su, sungguh...? Perhitunganku...!"


Percakapan kami diperhatikan oleh Tachibana dan Saito, yang mulutnya ternganga seperti ikan mas.


"Ah, ah. Jadi itu sebabnya, aku... pergi dulu."


"Ayanokouji! Pelet dari dukun mana yang kau pakai? Tidak mungkin kau, yang seorang pecandu game online, bisa makan bareng idol!"


"Menurut perhitunganku, besok hujan meteor akan turun."


"Awas aja nanti kalian anjing...!"


Aku mendapat banyak komentar buruk. 


Dan tolong jangan sebut aku pecandu game online. 


Aku tahu itu, tapi kalo orang lain yang mengatakanya, rasanya jadi menyedihkan.


Dan tanpa sadar, bukan hanya mereka, beberapa siswa yang masih di kelas juga mulai memperhatikanku.


Ini berbahaya. 


Ketika banyak orang melihatku, aku menjadi gugup dan anggota tubuhku gemetar.


Aku tidak suka menonjol, jadi aku langsung lari mengejar belakang Mizuki-san, seolah-olah melarikan diri.


★★★


Setibanya di kantin, aku dan Mizuki-san memesan set menu A. 


Menu sehat dengan ikan bakar sebagai menu utama. 


Biasanya aku lebih suka daging, tapi kali ini aku mengikuti pesanan Mizuki-san.


Ada meja kosong di sudut, jadi aku duduk berhadapan dengan Mizuki-san.


Aku kira kami akan menarik perhatian orang di sekitar, tapi ternyata tidak begitu.


Mungkin di kantin yang ramai dan berisik ini, kami jadi tidak terlalu mencolok.


Atau mungkin para siswa sudah terbiasa dengan keberadaan idol di lingkungan ini.


Terkadang aku merasa ada yang mengawasi, tapi itu tidak sampai menimbulkan keributan.


...Mungkin aku terlalu sensitif.


"Ngomong-ngomong, ternyata Kazu adalah Kazuto-kun ya. Aku sangat terkejut."


"Aku juga terkejut."


Mungkin aku lebih terkejut 100 kali lipat dibandingkan dengan Mizuki-san.


Yang paling membuat ku terkejut adalah aku yang dipanggil dengan nama depanku begitu saja, seolah-olah itu hal yang biasa.


Kalo dipikir-pikir, mungkin itu wajar mengingat kedekatan kami di dunia game online. 


Lagipula, kami sudah menikah.


Mungkin aku bisa mencoba memanggil Rinka-san dengan cara yang sama, dengan perasaan santai.


...


Tapi, itu pasti tidak mungkin.


Kalo aku memiliki keberanian seperti itu, aku mungkin sudah memiliki 100 teman perempuan.


"Kau mengunakan Kazu karena namamu Kazuto. Bukankah itu terlalu sederhana untuk sebuah nama?"


"Tapi menurut ku, Mizuki-san juga tidak bisa mengomentari orang lain. Namamu Rinka, jadi kau menggunakan Rin, kan?"


"Benar juga... Tapi, apa kita benar-benar cocok satu sama lain? Kita bahkan memilih nama dengan cara yang serupa seperti ini."


"Mungkin, mungkin saja."


Wah, aku terkejut.


Aku sangat senang mendengar Mizuki-san mengatakan kalo kami cocok satu sama lain.


Aku menyendok ikan bakar dengan sumpit, merobek dagingnya, dan memasukkannya ke mulutku. 


... Tapi rasanya tidak terasa. 


Saking tegangnya, lidahku menjadi tumpul.


"Aku masih tidak bisa percaya kalo aku bisa makan bersama Kazu seperti ini, rasanya ini seperti mimpi." 


"Eh, begitu? Maaf ya, orang seperti aku bisa jadi temanmu, atau bahkan suamimu." 


"Kau tidak perlu merendahkan diri begitu. Aku merasa tenang karena Kazu ternyata adalah Ayakouji Kazuto." 


"Tenang?"


"Iya. Aku senang kau ternyata seorang pria yang jauh lebih baik dari yang kuduga."


"..." 


Apa aku bisa mati sekarang?


Yah pasti itu cuma pujian, tapi aku begitu tersentuh sampai aku hampir menangis. 


Aku merasa aku tidak memiliki satu penyesalan pun dalam hidup ini! 


Tapi, aku masih ingin bermain game online. 


Betapa rakusnya diriku.


"Aku ingin tahu seberapa besar kemungkinan orang yang kau nikahi adalah teman sekelasmu?"


"Mungkin sebesar peluang hujan meteor jatuh. Yah, meski kita cuma menikah di dunia maya."


Setelah aku berkata begitu, Mizuki-san diam-diam meletakkan sumpitnya dan mulai bicara.


"Kazuto-kun, meskipun kita hanya menikah dunia maya, itu tidak berarti itu tidak nyata."


"Hah?"


"Ini hanya pendapatku, tapi... justru karena kita tidak tahu penampilan atau status sosial orang di dunia maya, sifat dan hati mereka bisa lebih terungkap."  


"Ah, aku mengerti...?"


"Di antara para pemain yang pernah aku temui, Kazuto-kun adalah yang paling jujur dan tulus."


"...Benarkah?"


Apa aku jujur atau tidak, yang jelas aku menikmati permainan online itu dengan perasaan yang tulus. 


Aku berinteraksi dengan Rin dengan hati yang murni.


"Sebetulnya, sekarang aku bisa bilang... Kazu-kun adalah penopang hatiku." 


"Penopang hati?"


Saat aku bertanya, Mizuki-san tersenyum lembut dan mengangguk.


"Iya. Waktu aku mengalami masa sulit karena kegiatan idola yang tidak berjalan lancar, aku sering sekali mendapat semangat dari Kazu-kun."


"Ah, iya. Kalo dipikir-pikir, memang ada waktu seperti itu."


Ada masa ketika Rin terlihat kesulitan. 


Bahkan dari obrolan di chat teks saja, aku bisa merasakannya. 


Aku tidak bertanya tentang masalah pribadinya, tapi aku berusaha untuk mendukungnya secara tidak langsung.


Ternyata dia menjalani karir sebagai idola, itu benar-benar mengejutkan.


"Kalo aku tidak bertemu Kazu-kun di dunia game, mungkin aku sudah pensiun dari dunia idola sebelum aku masuk SMA." 


"Kau tidak pernah berlebihan begitu." 


"Itu tidak berlebihan."


"Sebenarnya, popularitas grup kami, Star☆Mines, mulai naik sekitar awal tahun pertama SMA. Sebelumnya kami benar-benar kesulitan. Walaupun setelah terkenal pun masih ada tantangannya." Mizuki-san menambahkan. 


Menurut informasi di situs resmi, Star☆Mines dibentuk saat para anggotanya masih duduk di kelas dua SMP. 


Tapi, selama beberapa bulan pertama, popularitas mereka rendah, bahkan sempat dipertimbangkan untuk dibubarkan.


Dari situasi sulit seperti itu, mereka berhasil berkembang menjadi grup idola yang sangat populer seperti sekarang.


Bagi diriku yang disebut sebagai 'pecandu game online', pasti banyak perjuangan yang tidak bisa aku bayangkan.


Kalo aku sedikit saja bisa menjadi penopang bagi Mizuki-san, itu akan menjadi hal yang sangat membanggakan.


"Di dunia nyata, banyak orang yang datang dengan niat buruk, dan di dunia maya pun, begitu mereka tahu kalo aku seorang perempuan, banyak pemain pria yang mengubah sikap mereka." 


"Itu pasti sangat berat." 


Meskipun aku belum pernah menjadi orang yang disukai oleh siapa pun, aku sedikit bisa merasakan perasaan Mizuki-san yang berbicara dengan ekspresi yang agak pahit.


"Di antara semua orang, hanya Kazu yang berbeda. Apa pun yang terjadi, sikapmu terhadapku tetap konsisten..."


Mizuki-san tersenyum dengan penuh nostalgia, seolah sedang mengenang kenangan berharga.


Tiba-tiba, ingatan tentang pertama kali aku bertemu Rin muncul dalam benakku.


"Aku Rin. Aku masih pemula, tapi mohon bantuannya."


"Ya, oyo kita bersenang-senang bersama!"


1 minggu kemudian.


"Kazu-san, apa hari ini kita akan menjelajah dungeon lagi?"


"Tentu saja!"


"Aku akan senang kalo kau juga mengajarkan hal-hal lainnya."


"Tentu. Setelah dungeon, bagaimana kalo kita pergi mining?"


"Terima kasih banyak."


Sebulan kemudian.


"Kazu, hari ini kita akan melakukan apa? Apa saja boleh~"


"Hmm, bagaimana kalau kita menambang hari ini?"


"Oke!"


Dan 6 bulan pun berlalu...


"Ayo kita pergi memancing!"


"Eh, hari ini aku ingin mining."


"Ayo pergi memancing!"


"Eh, tunggu..."


"Ayo pergi memancing!"


"Apa ini, kau terlalu memaksa!"


...


Ternyata yang berubah itu malah Rin! 


Dia lama-lama semakin berani!


"Kazuto-kun, kau mendengarkan ceritaku, kan?"


"Eh, ah, tentu saja."


Aku mengangguk dengan keras, tapi sepertinya dia tahu kalo aku tidak benar-benar mendengarkannya.


Mizuki-san mendengus, tampak tidak puas, dan membusungkan bibirnya.


"Heh... baiklah. Intinya, meskipun tu dunia maya, aku tidak akan menikah dengan sebarang organ. Maksudku, justru karena ini dunia maya, hati seseorang yang tidak terjebak oleh informasi lain menjadi jauh lebih penting."


"Ah, begitu..."


"Atau, apa pendapatmu berbeda, Kazuto-kun?"


"Tidak, aku juga berpikir sama. Menikah di dunia game itu tetap acara yang penting, kan?"


Aku mencoba menyamakan pembicaraan, meskipun sejujurnya aku pikir pandangan orang terhadap pernikahan di dunia maya itu berbeda-beda.


Mengejar keuntungan dari pernikahan tidaklah buruk, dan menikah dengan perasaan spesial seperti Mizuki-san juga sesuatu yang luar biasa.


Meski begitu, sistem pernikahan di 【Black Plains】 sebenarnya tidak begitu menguntungkan.


Mungkin itu hanya untuk hadiah kostum peringatan dan gelar yang bisa didapat.


Sepertinya, pernikahan di dunia game ini lebih kepada mempererat hubungan antara teman-teman yang benar-benar dekat.


"Senang mendengarnya. Kazuto-kun sepertinya mempunyai pemikiran yang sama denganku."


"Ah, iya."


Mizuki-san menghela napas lega, seolah merasa tenang.


... Tapi, Aku merasa ada sesuatu yang tidak nyaman muncul.


Aku merasa ada sesuatu yang sangat berbeda antara aku dan dia.

Aku menganggap kalk "Aku sangat dekat dengan Mizuki-san hingga aku bisa menikah dengannya di dunia game."


Tapi, dalam kasus Mizuki-san, aku merasa dia menuju ke arah yang berbeda...?


"Ah, Rin-chan! Jarang sekali kau datang ke kantin!"


Suara ceria seorang gadis yang imut memecah hiruk-pikuk di kantin dan terdengar jelas di telingaku.


Secara refleks, aku menoleh ke arah suara itu dan aku terkejut melihat seorang gadis cantik yang luar biasa berdiri di sana.


"Ah, Nana. Kau masih semangat seperti biasa ya."


"Ya, tentu! Karena aku makan banyak tadi!"


Gadis yang memiliki rambut pendek sedikit lebih panjang itu sepertinya bernama Nana. 


Dia terlihat seperti gadis yang sangat aktif.


Wajahnya yang sangat imut dengan bentuk yang sempurna, ditambah senyum ceria yang mudah didekati, membuatnya terlihat seperti gadis ideal dalam segala hal.


―Eh, tunggu sebentar! 


Jangan-jangan gadis ini...


"Eh? Apa anak laki-laki ini kenalan Rin-chan?"


"Iya. Ini Ayakouji Kazuto-kun."


"Oh, begitu. Nama ku Kurumisaka Nana! Aku juga anggota Star☆Mines, sama seperti Rin-chan! Senang bertemu denganmu!"


Dengan senyum lebar yang tak terbebani, gadis ini memperkenalkan dirinya sebagai Kurumisaka Nana.


Dia adalah center dari grup idola yang sangat populer, Star☆Mines, dan dikatakan memiliki hubungan yang sangat dekat dengan Mizuki Rinka.


★★★


"Aku belum pernah melihat Rin-chan makan dengan seorang anak laki-laki sebelumnya~"


"Memang. Sebenarnya aku tidak suka dengan pria."  


Kurumisaka-san membuka percakapan dan dengan lancar duduk di samping Mizuki-san.


Kehadiran 2 idola populer di 1 meja langsung menarik perhatian, dan bisikan-bisikan mulai terdengar dari sekeliling.


Karena aku tidak suka menjadi pusat perhatian, aku mencoba mengecilkan tubuh dan fokus untuk menghilangkan keberadaanku sekuat mungkin.


"Apa kau tidak membenci Ayanokouji-kun?"


"Aku tidak membencinya... malah sebaliknya. Ini pertama kalinya aku berbicara dengannya secara langsung, tapi kami sudah lama berkenalan di dunia online."


"Ah, apa mungkin orang ini Kazu-kun!?"


"Iya, benar."


"Begitu ya! Wah, rasanya luar biasa bisa berbicara langsung dengan Kazu-kun!"


Kurumisaka-san berkata begitu dengan mata yang berbinar, menunjukkan kebahagiaannya seolah-olah dia bertemu dengan seorang selebriti.


... Apa maksudnya ini, seorang pecandu game online seperti ku bisa membuat seorang idola begitu senang? 


Kalo dipikir-pikir, seharusnya posisi kita terbalik.


Meski begitu, aku yang sedang cemas ini tidak punya waktu untuk merasa senang.


Taoi, diam saja juga membuatku kesulitan, jadi aku memberanikan diri dan berkata.


"Jadi, apa kau tahu siapa aku?"


"Ya, Rin-chan sudah banyak bercerita tentangmu. Kau benar-benar anak laki-laki yang menarik, kan?"


"Eh, tapi kenapa aku yang ditanya..."


Kalo aku mengangguk, itu pasti akan terlihat sangat aneh.


"Nana, tolong jangan membuat Kazuto-kun merasa canggung."


"Eh? Aku ingin mendengar lebih banyak dari Kazu-kun. Aku sangat penasaran seperti apa rupa Rin-chan di internet!"


"Itu tidak jauh berbeda dengan aku yang ada di dunia nyata."


Padahal, itu sangat berbeda! 


Bahkan kepribadiannya hampir bertolak belakang!


Gadis-gadis itu melanjutkan pembicaraan mereka tanpa bisa mendengar tsukkomi dalam hatiku ini. 


"Bagus sekali. Ada laki-laki yang bisa menjadi teman dekatmu sampae kau menikah dengannya melalui game online."


"Nana juga kan sering berbicara dengan anak laki-laki?"


"Aku memang sering berbicara dengan mereka sih, tapi hanya untuk obrolan biasa. Tidak ada yang cukup dekat denganku untuk ku jadikan teman dekatku."


Dengan ekspresi kecewa, Kurumisaka-san membungkukkan tubuhnya ke meja.


Sejujurnya, kalo dia benar-benar berniat, dia seharusnya bisa dengan mudah membangun bukan hanya teman, tetapi bahkan sebuah harem terbalik.


"Aku juga ingin punya teman seperti Kazu-kun." 


"Begitu ya, itu agak sulit. Baik di dunia nyata maupun online, banyak orang aneh di luar sana." 

 

Mizuki-san Mengakhiri percakapan dengan kata-kata yang penuh dengan perasaan nyata, dan dia melanjutkan makannya.

 

Melihat itu, Kurumisaka-san kembali berbicara padaku.


"Aku tahu ini mungkin bukan saat yang tepat untuk mengatakan ini, tapi... terima kasih banyak, Kazu-kun."


"Terima kasih untuk apa?"


"Karena kau sudah mendukung Rin-chan. Sekarang Rin-chan sudah baik-baik saja, tapi dulu dia sempat sangat tertekan sampai aku sangat khawatir..."


Begitu ya. 


Kalo aku ingat-ingat, ada beberapa momen yang membuatku berpikir tentang itu.


Rin memang sempat mengalami masa-masa emosional yang tidak stabil meski dia bermain game online.


"Nana, jangan membicarakan hal itu di depan Kazuto. Itu... memalukan,"  


Mizuki-san, area di atas pipinya sedikit memerah, bergumam pada dirinya sendiri. 


Dia terlihat sangat imut


kenapa ya, wajah memerah seorang gadis begitu menarik?


Mungkin ini adalah daya tarik yang hanya dimiliki oleh Mizuki-san.


Biasanya dia adalah gadis yang sangat tenang dan tanpa celah, tapu saat dia memerah dan merasa malu, itu memberikan kontras yang luar biasa. 


Dia benar-benar imut.


"Hei, hei. Kali ini aku juga boleh ikut bermain game, kan? Oh, kuharap itu tidak mengganggu."


"Tentu saja tidak masalah. Lagipula, kau kan sudah tertarik sejak dulu, kan?"


"Itu... karena aku punya bayangan buruk tentang game online, jadi aku ragu untuk memulai..."


"Tidak apa-apa. Memang ada orang yang tidak mematuhi aturan, tapi itu bukan berarti semuanya seperti itu. Lagipula, jika ada masalah, aku dan Kazuto akan melindungimu."


"Terima kasih, Rin-chan! Ehm, jadi apa yang harus aku lakukan pertama kali?"


"Hmm, pertama-tama buka situs resmi game dari komputer dan..."


Mizuki-san menjelaskan dengan tenang, sementara Kurumisaka-san mengangguk-anggukkan kepalanya.


Apa mungkin, kami ber-3 akan bermain game online bersama?


Hah? Dengan 2 idola dan aku sendiri?


Bagaimana ini... hanya dengan membayangkannya saja, aku mulai merasa sangat gugup.


"Hei, Rin-chan. Aku tidak paham hanya dengan penjelasanmu, jadi tolong datanglah ke rumahku lain kali dan beri tahu aku secara langsung."


"Setelah aku berbicara begitu banyak, usaha ku seakan sia-sia. Tapi ya sudah, itu lebih cepat, kan?"


"Ahaha, maaf ya Rin-chan. Tapi aku benar-benar menantikan saat itu. Bisa bermain ber-3 dengan Kazu-kun itu menyenangkan sekali."


Kazu-kun yang mana yang dimaksudnya?


Sebenarnya, aku penasaran bagaimana ke-2 orang ini menilai diriku.


Tapi aku tidak punya keberanian untuk bertanya.


Yang lebih buruk lagi, aku bahkan tidak bisa ikut masuk dalam percakapan mereka.


Ini adalah sifat seorang yang kesepian, saat ada 3 orang, aku jadi tidak bisa ikut bicara.


Terlebih lagi, mereka berdua sepertinya sudah berteman sejak SD, dan Mizuki-san menjadi idola karena diajak oleh Kurumisaka-san (menurut informasi di situs resmi).


Bagaimana aku, yang baru muncul belakangan, bisa masuk di antara mereka?


"Rin-chan dan Kazu-kun sangat dekat di dunia internet, kan?"


"Ya, kami sangat dekat, bahkan kata 'dekat' itu tidak cukup menggambarkan hubungan kami."


"Enak ya. Kalo begitu, kalian bisa jadi teman dekat juga di kehidupan nyata, kan?"


"Ya."


Mizuki-san mengangguk dengan puas.


Kemudian, dengan senyuman cerah di pipinya, dia menambahkan kata-kata berikut.


"—Sekarang kita bisa bersama-sama di kehidupan nyata juga."


.........?


Apa maksudnya dengan itu?


Sambil merasa bingung, aku menatap Kurumisaka-san.


Dia juga sepertinya memiliki tanda tanya yang melayang di atas kepalanya.


Mizuki-san, yang tidak menyadari kebingunganku dan Kurumisaka-san, melanjutkan makannya dengan tenang.


Dalam sekejap, keheningan menguasai suasana, mengingatkan kami akan hiruk-pikuk di dalam kantin.


"Ah, ah... Aku pergi dulu ya. Teman-temanku menunggu di kelas."


Kurumisaka-san berdiri dengan sedikit canggung. 


Apa dia ingin melarikan diri?


"Begitu ya. Sampai bertemu lagi setelah sekolah."


"Ya. Ayo lakukan yang terbaik dalam latihan hari ini."


Dengan senyum cerah, Kurumisaka-san berjalan menuju pintu keluar kantin.


Dia menoleh sekali, tersenyum ringan ke arah kami, lalu pergi.


Saat itu, aku tidak tahu sama sekali apa arti senyumannya...


Aku tidak tau.



Selanjutnya

Posting Komentar

نموذج الاتصال