CHAPTER 2
DIMULAINYA FESTIVAL EIGA
Di halaman sekolah ada banyak tenda yang berjejer.
Hari itu cerah, dan suasana dipenuhi dengan hiruk-pikuk.
Suara gemuruh para siswa terdengar dari berbagai penjuru.
Pandangan penuh semangat siswa-siswa berkumpul di panggung live.
"Apa kalian semua siap untuk bersenang-senang? Dengan ini, Festival Eiga tahun ini resmi dimulai!"
Seorang senpai mengumumkan itu, dia mengarahkan mikrofon ke kerumunan.
"Kita mulaiiiiii!"
"Yeaaaaaaahhhh!"
Mungkin karena ini adalah tahun terakhir bagi siswa kelas tiga, mereka tampak paling bersemangat.
Hiruk-pikuk ini hampir menyaingi teriknya sinar matahari.
─── Hari Festival Eiga.
Setelah berbagai kesibukan dengan pekerjaan, akhirnya Festival Eiga dibuka dengan sukses.
Setelah masa persiapan yang panjang... akhirnya hari ini tiba.
Para anggota komite pelaksana lainnya termasuk Haruya memiliki kewajiban untuk menyaksikan pembukaan festival, dan merrka juga melakukan pemeriksaan terakhir pada jadwal hari itu.
Meskipun dia tidak mengingat secara rinci bagaimana setiap divisi harus bertindak, peran bagian dokumentasi, termasuk Haruya, adalah dua hal: melakukan inspeksi pada hari-H dan mendokumentasikan kegiatan dengan foto.
Yah, itu tidak terlalu sulit.
Sambil merapikan kembali alur keseluruhan, Haruka berjalan menuju kelas.
Setelah persiapan terakhir selesai, para tamu undangan akan disambut.
"Akhirnya dimulai ya. Ayo lakukan yang terbaik, Akasaki-kun."
"Iya, Ayo lakukan yang terbaik,."
Rin yang berjalan di sebelah Haruya berbicara dengan ceria.
Sambil menyetujui itu, Haruya dan Rin kembali ke kelas.
Ketika mereka melihat sekeliling ruangan, setiap siswa sedang melakukan penyesuaian terakhir menjelang pertunjukan.
"Wooow, kita pasti menang. Ini pasti!"
"Himekawa-san dan Takamori-san. Riasan mereka keren sekali!"
Semua orang di kelas, baik laki-laki maupun perempuan, memandang ke arah dua tokoh utama.
Meski begitu, Haruya berpikir.
(...Kostum yang mereka pakai sungguh luar biasa. Himekawa-san sangat cocok dengan gaun putih bersih, dan Nayu-san dengan seragam militer benar-benar terlihat seperti pangeran.)
Mungkin karena warna putih dan hitam warna yang saling kontras, jadi ketika mereka berdiri berdampingan, mereka benar-benar mencuri perhatian.
"───Hei, anggota komite pelaksana-kun. Apa kau bisa membantu penyesuaian terakhir di sini?"
Saat Haruya menatap keduanya, dia didekati oleh seorang siswi yang bertanggung jawab atas pekerjaan di belakang panggung.
Mungkin karena kehadirannya yang tidak mencolok, Haruya sering dipanggil sebagai 'anggota komite pelaksana-kun'.
Yah dia sendiri juga tidak terlalu peduli dengan itu, Haruya lalu pindah ke sudut dan mulai bekerja.
"Haruskah aku membantumu juga?"
Rin bertanya sambil mendekat untuk melihat Haruya.
"Heii. Kohinata-san, bolehkah aku berbicara sebentar denganmu?"
Seorang siswa laki-laki menyela percakapan mereka.
"Baiklah. Aku akan ke sana."
Dengan langkah ringan, Rin pergi meninggalkan Haruya.
Haruya kembali bekerja, sementara suasana di dalam kelas menjadi semakin meriah.
"Lihatlah aku dengan baik, oke?"
Para gadis bersorak riang dengan suara tinggi saat mendengar ucapan dari sang pangeran.
Saat Haruya melirik ke arah pangeran, ia melihat Yuna sedang melakukan gerakan mengangkat dagu ke arah Sara.
"....."
Wajah Sara memerah, terlihat malu dan gugup.
Sekilas, ini mungkin adalah adegan yang memalukan, tapi karena keduanya adalah gadis cantik, adegan ini tetap terlihat mengagumkan.
Meskipun mereka sudah sering berlatih adegan ini, para siswi tetap berkerumun di sekitar Sara dan Yuna, meminta mereka untuk melakukannya lagi.
"Ah, anu... kalau boleh, bisakah kamu melakukan gerakan angkat dagu itu padaku?"
"Eh, tidak adil! Kalau begitu, aku ingin melakukan gerakan angkat dagu pada Himekawa-san!"
Kerumunan semakin ramai.
Melihat hal itu, beberapa siswa laki-laki juga mulai bersuara.
"Eh, tidak adil kalau hanya para perempuan yang mendapatkannya. Kami juga ingin ikut!"
Kazuki... Kau...
Orang yang meninggikan suaranya adalah seorang siswa laki-laki yang duduk di kursi di belakang Haruya.
"Kazuki, itu pelecehan, tahu?"
"Tidak, aku hanya ingin memperjuangkan kesetaraan gender."
"Tetap saja, itu tidak boleh."
Sementara pertukaran kata itu berlangsung, Sara dan Yuna saling berpandangan dan tertawa bersama.
"Rasanya ini sangat seperti festival sekolah, ya. Suasana seperti ini sangat menyenangkan."
Sara berbicara sambil melirik ke arah Yuna.
Kemudian, seolah ingin mengatakan 'Apa yang kamu bicarakan,' Yuna menjawab.
"...Sara, ini kan memang festival sekolah yang sebenarnya... Jadi, ayo lakukan yang terbaik."
"Ya, siap!"
Sara dan Yuna, yang menjadi pusat perhatian semua orang, benar-benar memimpin kelas.
"...Ini adalah cerita yang menyenangkan."
Saat Haruka berbalik, dia melihat Rin Kohinata yang sepertinya telah menyelesaikan pekerjaannya.
Rin Kohinata berlari ke arah Haruya dan memanggilnya.
"Dulu, semua orang menjaga jarak, tapi sekarang mereka berkerumun di sekitar Sara-chan dan Yuna-rin dengan santai."
"Itu berarti mereka sekarang lebih mudah didekati dibandingkan yang dulu, kan? Menurutku itu hal yang baik."
"Yah, iya sih... Kalau kamu bioang begitu, itu ada benarbya juga."
Saat Haruya melirik ke arah Rin di sebelahnya, dia melihat ekspresi yang biasa ia lihat di wajah Rin.
Tapi, di balik ekspresi itu, di dalam matanya, ada sesuatu yang tersembunyi.
Apa yang menghantuinya?
Haruya hanya berharap Festival Eiga ini bisa berakhir tanpa masalah apapun...
Saat Haruya memikirkan hal itu, seorang siswa laki-laki dari kelasnya berbicara kepadanya.
"Kalian berdua kan sudah bekerja keras di balik layar, dan kalian juga punya tugas sebagai anggota komite pelaksana, jadi kalian bisa beristirahat sekarang."
Para siswa lain juga setuju, mereka mengangguk sebagai tanda setuju.
"Anggota komite pelaksana-kun, kamu ternyata kamu orang yang baik dan lebih serius dari yang aku kira, terima kasih banyak."
Seorang siswi menambahkan kata-kata itu kepada Haruya.
"Ah, begitu ya."
Sambil tersenyum, Haruya merasa senang mendengar pujian itu, tapi dalam hati dia merasa ada yang janggal. 'Ternyata kamu orang yang baik dan lebih serius dari yang aku kira,' Haruya penadaran apa maksudnya? Apa itu berarti dia biasanya tidak serius?
Memang Haruya sering berpura-pura tidur, jadi mungkin wajar kalo mereka berpikir seperti itu tentangnya.
Maafkan aku.
Haruya hanya bisa mengomentari dan meminta maaf dalam hatinya.
Sekarang, kedua anggota komite eksekutif memutuskan untuk meninggalkan tugas kelas karena perkataan teman sekelas mereka...
Haruya adalah orang pertama yang berbucara setelah merrks berjalan ke lorong.
"Aku harus mencatat dan berkeliling untuk berpatroli, jadi aku akan jalan-jalan sekarang, tapi apa yang akan kamu lakukan, Kohinata-san?”
"Umm... Aku hanya akan tampil di acara penutupan nanti."
"Bahkan jika kita melakukan pemeriksaan terakhir, itu baru akan dimulai pada siang hari, jadi kamu masih punya banyak waktu luang. Yah, kalau punya waktu luang, itu lebih baik."
Setelah.engatakan itu, Haruya hendak pergi, tapi lengan bajunya tiba-tiba ditarik.
Saat dia berhenti dan berbalik, Haruya melihat kalo Rin sedang menatapnya dengan ekspresi seolah ingin mengatakan sesuatu.
"Tunggu sebentar! Aku nggak punya hal lain untuk dilakukan. Lagipula, kan aku ini adalah wakil ketua, jadi aku akan membantumu, Akasaki-kun."
"Itu memang tawaran yang baik, tapi apa kamu yakin?"
"Ya. Soalnya, teman-temanku dari kelas lain juga pasti sibuk dengan pekerjaan kelas mereka sekarang, dan berkeliling sendirian juga rasanya sedkit tidur nyaman, aku juga khawatir kalau nanti tiba-tiba ada yang mencoba merayuku."
"Jadi begitu."
Sebenarnya, dia mungkin ingin menikmati festival sekolah ini sendirian.
Tapi, festival Eiga di sekolah mereka dibuka untuk umum, jadi diperkirakan akan ada banyak pengunjung dari luar sekolah.
Risiko siswi perempuan akan dirayu memang ada.
"Meskipun aku mungkin kurang bisa membantu, tapi kalau kamu mau aku akaan menemanimu untuk menghindari laki-laki, aku siap."
"Kamu mengertu dengan cepat, ya. Itu sangat membantu."
Rin pun segera mendekat ke sisi Haruya.
"Yah, meskipun tugasnya hanya mengambil foto-foto, sih."
"Karena kita sudah ada waktu, bagaimana kalo kita melihat-lihat sambil berpatroli."
"Hah?"
Haruya mau tak mau berhenti berjalan. Jika dilihat dari luar, mungkin mereka akan terlihat seperti sedang berkencan, dan itu mungkin akan menimbulkan masalah, kan?
Tapi, Rin dengan percaya diri menunjuk ke arah lengannya sendiri sambil berkata.
"Kita kan anggota anggota panitia pelaksa dan juga kita memakai ban lengan, jadi orang-orang pasti mengira kita kalo kita sedang berpatroli."
Pada hari festival, anggota panitia memang diinstruksikan untuk mengenakan ban lengan pada hari Festival Eiga.
Itu adalah ban kapten besar berwarna merah.
Saat masih SD, Haruya pernah merasa kagumi dengan ban lengan seperti itu, dan berpikir kalo itu keren dan memiliki perasaan khusus yang berbeda dari yang lain, tapi ketuka dia memikirkanya lagu sekarang, dia merasa itu agak norak.
"Ya, kalau dipikir-pikir, kamu ada benarnya."
Rin pun menatap Haruya sambil mengedipkan mata.
"...Jadi, Akasaki-kun, tolong pimpin jalannya, ya?"
"Iya, iya."
Haruya memegang kamera di tangannya, sambil sedikit mengabaikan akting manis Rin.
Akhirnya, Haruya mulai melaksanakan tugasnya sebagai petugas dokumentasi bersama Rin.
Di luar lebih ramai daripada di dalam.
Mungkin karena banyaknya stan yang berjualan, aroma yang sedap langsung tercium di hidung.
Min, min, min.
Suara serangga bersenandung dengan keras, tapi tidak mengganggu suasana yang riuh.
"Hahaha, izin mendirikan stan itu sangat sulit, tahu. Lihat saja hiasan yang di sana, bikinnya juga susah."
"Oh, begitu ya."
Mereka lebih banyak berbicara tentang kesulitan dalam mengatur festival daripada tentang makanan yang ingin mereka cicipi.
Hal ini mungkin terjadi karena mereka berdua adalah anggota pelaksanaan.
Haruya pun merasa bodoh karena sempat berpikir bahwa orang lain akan mengira mereka sedang berkencan.
"Ngomong-ngomong, hari ini panas bet ya. Gimana kalau kita beli es serut?"
Ketika Haruya sedang sibuk memotret kegiatan mereka, Rin tiba-tiba menanyakan itu pada Haruya.
"...Yah, ayo kita beli saja."
Lalu Haruya dan Rin ikut berbaris dalam antrean dimana sudah ada beberapa orang yang juga ikut mengantri.
Kadang-kadang terlihat juga beberapa kelompok siswa SMP, SMA dari sekolah lain, dan bahkan sekelompok mahasiswa.
Melihat semua itu, Haruya tak bisa menahan senyumnya.
Ketika Haruya memikirkan hari-hari mengerikan yang tela dia habiskan untuk mempersiapkan hari ini, dia cukup senang karena hari ini berjaalan dengan baik.
"Ternyata lebih banyak pelanggan yang datang dari yang kukira. Baguslah."
"...Eh, iya, memang."
"Ada apa?"
Haruya memiringkan kepalanya, karena jawaban Rin yang terdengar tidak jelas.
Rin menggeleng sedikit, 'Tidak', lalu bergumam.
"Akasaki-kun ternyata kamu bisa membuat wajah seperti itu, ya."
"Wajah seperti apa?"
"Biasanya kamu terlihat lesu, tapi barusan kamu memiliki senyuman tenang di wajahmu."
"Oh, begitu."
"Iya, hanya itu sih. Ngomong-ngomong, kalau es serut, kamu suka rasa apa?"
"Hmm... Mungkin Blue Hawaii."
Haruya sebenarnya tidak terlalu mempedulikan sirup mana yang dipilihnya. Dia pernah mendengar kalo rasanya tetap sama, apa pun sirup yang dia gunakan.
"Itu kedengarannya seperti Akasaki-kun."
Rin mengangguk dengan ekspresi bahagia di wajahnya seolah-olah dia telah memahami sesuatu.
"Ngomong-ngomong, kamu lebih suka es yang kasar atau yang lembut?"
"Aku lebih suka yang lembut, tapi... apa ada orang yang suka yang kasar?"
Kalau tidak memikirkan harga, sepertinya semua orang akan memilih yang lembut.
"Aku sih lebih suka yang kasar."
Rin melanjutkan, "Karena es serut kasar itu biasanya hanya bisa kita temui di festival seperti ini. Makanya aku suka."
Dia menjawab sambil tersenyum, seakan menyimpan sedikit rasa nostalgia dalam ekspresinya.
Saat Haruya melihat ekspresi Rin seperti itu, dia merasa kalo ekspresi di wajahnya yang tadi tidak ada kepalsuan, dan itu membuatnya merasa sedikit malu.
"Ngomong-ngomong, apakah uangnya oke?"
Rin mengangguk.
"Yap, cukup kok."
Setelah menerima es serut dan keluar dari antrean, mereka berdiri di pinggir dan mulai memakan es mereka.
Alangkah baiknya jika ada bangku-bangku yang kosong, tetapi sejauh yang Haruaya lihat, semua bangku sudah terisi, dan sudah tidak ada bangku yang kosong.
Sudah lama sejak Haruya terakhir kali makan es serut, dan seperti yang dikatakan Rin, rasanya memang lebih enak karena suasana festival.
Sambil menghancurkan es kasar itu, Haruya lalu bertanya.
"Kohinata-san, ngomong-ngomong, kenapa kau memilih rasa itu?"
"Haha, karena rasa yang seperti ini membuatku penasaran, kan?"
"Be-benarkah?"
Es serut yang ada di tangan Rin terlihat aneh dan sama sekali tidak menggugah selera Haruya.
Warnanya merah cerah, dan dilihat dari mana pun, itu tidak terlihat seperti warna stroberi.
Beberapa menit sebelumnya...
"Nee, Akasaki-kun, ada rasa ??? nih."
[TL\n: emang dari raw Jepang tu ‘???’ Ya para raider-ku yang budiman]
"Apa ini, rasa ????"
Tertulis di menu, 'Hanya untuk 30 pelanggan pertama,' tapi jumlah meski sudah beberapa saat sejak satn ini dibuka, jumlahnya tidak berkurang sama sekali dari 30.
Sepertinya itu menu iseng yang dibuat untuk meramaikan suasana festival, tapi jelas itu adalah jebakan.
Makanya Haruya memesan Blue Hawaii tanpa ragu, tapi Rin sepertinya berbeda.
"Apa rasa ??? ini enak?"
Mendengar pertanyaan Rin, pelayan di sana mengacungkan jempolnya dengan senyum lebar di wajahnya.
"Akasaki-kun, aku akan memilih rasa ??? ini ya."
"Oh, oke..."
Ngomong-ngomong pelayan itu hanya tersenyum lebarlebar dan tidak memberikan jawaban ketika ditanya 'apakah rasanya enak atau tidak'.
Pasti itu mutlak menu jebakan tidak salah lagi.
Ketuka Haruya melihat Rin terlihat sangat senang dan matanya tampak bersinar, Haruya memutuskan untuk tidak berkata apa-apa lagi.
Meski begitu, es serut itu tetap terlihat tidak menggugah selera.
"Namanya juga festival, Ini bukan soal rasanya, ini tentang menikmati suasananya."
"A-aku mengerti"
Rin dengan santai memasukkan es serut rasa ??? ke dalam mulutnya.
"Iya. Karena cuaca panas, es seperti ini terasa sangat menyegarkan."
"Apakah itu benar-benar aman?"
"Kenapa? Apa kamu penasaran dengan rasanya?"
"Bukan, hanya saja kamu terlihat begitu santai memakannya."
"Haha. Itu karena rasanya membuatku ingin terus memakannya."
Sambil berkata begitu, Rin menyerahkan es serutnya.
"Kalau kamu penasaran, kenapa kamu tida mencobanya sedikit? Boleh aku juga mencicipi Blue Hawaii punyamu?"
Haruya juga mengikuti arahan Rin dan menawari Rin es serutnya.
Sambil menatapnya dengan curiga, Haruya menyendok es serut Rin dengan sendoknya sendiri.
Kemudian, dia memasukkannya ke dalam mulutnya dengan kekuatan besar..
"...Pe-Pedassss!"
Saus merah menyala ini. Ternyata itu adalah sesuatu yang terbuat dari cabai.
"Haha, aku tidak menyangka kamu benar-benar memakannya. Kau kena jebakan, ya?"
Haruya mengutuk Rin dalam hati yang tertawa terbahak-bahak, tapi dia terlalu sibuk menahan rasa pedas yang dia rasakan, makanya dia bisa mengeluh.
Dia memasukkan banyak es serut Blue Hawaii ke dalam mulutnya sambil menatap Rin dengan tatapan tajam.
Setelah rasa pedas di mulutnya mereda, Haruya akhirnya berbicara.
"...B-Bukan kena jebakan. Aku cuma mau ikut bermain saja."
"Fufu. Kalau begitu, kamu baik sekali, ya, Akasaki-kun."
"Bagaimanapun juga, kamu bisa makan itu dengan lahap, ya..."
"Bukan karena aku menikmatinya, tahu? Aku hanya harus memakannya cepat-cepat sebelum rasa pedasnya makin terasa."
"...Kalau aku tahu itu sebelumnya, aku pasti tidak akan mencobanya."
"Kamu tertipu, ya."
Mereka saling memandang dan tertawa pelan.
...Syukurlah, sepertinya suasana hatinya sudah lebih santai sekarang.
Saat Haruya melanjutkan tugasnya untuk memotret, Rin dengan semangat berkata, "Ke sini, ke sini," sambil menuntunnya.
Di dalam ruangan, rumah hantu tampaknya sangat populer dengan antrean panjang.
Ngomong-ngomong, sebagian besar yang mengantri adalah pasangan pria dan wanita.
Ada kelompok khusus laki-laki dan khusus perempuan yang mengantri dan mengobrol sambil menunggu antrean.
Banyak yang mungkin berdiri di sana hanya karena penasaran dengan kualitas rumah hantu itu, atau sekadar ingin iseng.
Haruya yakin bagi pasangan, rumah hantu mungkin hanya sekadar alasan untuk berpura-pura takut dan mencari-cari kesempatan untuk lebih dekat satu sama lain.
Saat mereka naik ke lantai dua, Rin tiba-tiba berkata pada Haruya.
"Akasaki-kun, lihat ini."
Rin menunjuk ke arah sebuah kelas yang digunakan oleh senpai mereka.
Mengikuti Rin yang bergerak cepat, Haruya melewati tirai noren dan menemukan berbagai mini game di dalamnya.
Ada permainan dart, tembak-tembakan, dan juga tangkap bola super.
Pilihan permainan ini jelas menarik perhatian anak-anak kecil.
Sambil merasakan nostalgia seolah-olah kembali menjadi anak-anak, Haruya melihat sekeliling dan melihat ruangan itu penuh dengan orang-orang yang bersenang-senang.
Rin dengan cepat mendekati Haruya dan berkata padanya.
"Tembak-tembakan kelihatannya seru, kan?"
"Ya, benar juga."
"Heii, kalian berdua dari panitia, kan? Apa kalian kelas satu?"
Mungkin melihat ban lenga berwarna merah, seseorang yang sepertinya senapi memanggil mereka.
"Ya."
"Benar."
"Kalian pasti sudah bekerja keras untuk panitia, kan? Bagaimana dengan ini? Kenapa kalian tidak mencobanya sebentar saja?"
Mereka tertarik oleh ajakan tersebut, dan Rin tampaknya bersemangat, jadi dia mengangguk. Haruya juga mengikutinya dan mengangguk.
"Um... Hadi, kami hanya perlu menembak hadiah dengan pistol karet, kan?"
Rin yang mencoba pertama kali.
Ini adalah permainan sederhana di mana pelanggan hanya perlu menggunakan pistol buatan tangan untuk menembak target dan menjatuhkannya.
Total hanya ada 5 peluru..
Jadi, sepertinya tingkat kesulitannya dibuat sederhana agar anak-anak kecil pun bisa mendapatkan hadiah.
"Tapi, bukannya targetnya sangat kecil?"
Setelah mendengar komentar Rin, Haruya memeriksa targetnya dan ternyata memang kecil.
Ditambah lagi, jarak tembaknya cukup jauh, jadi jelas permainan ini lebih sulit dari yang terlihat.
...Anak-anak pasti akan menangis bermain permainan sekejam ini kan?
Ternyata, sesuai dugaannya, pengaturan ini memang kejam, dan Rin dengan mudah meleset dengan semua tembakannya.
"Akasaki-kun, selanjutnya aku serahkan padamu~. Tunjukkan kehebatanmu."
Dia menyerahkan pistol karet kepada Haruya, tapi...
Haruya juga tidak berhasil dan meleset dengan kelima tembakannya.
"Sungguh disayangkan, ya, kalian berdua."
Padahal, mereka bahkan tidak mendekati target sama sekali.
Sejujurnya, permainan ini jelas tidak dirancang untuk memberi hadiah. Hanya seorang calon penembak jitu yang mungkin bisa menembak target tersebut.
Haruya menarik menghela dalam-dalam dan memutuskan untuk bertanya padanya karena ada yang membuatnya penasaran.
"Kalau permainannya sesulit ini, apa itu berarti hadiahnya lumayan bagus?"
"Yah, karena keterbatasan anggaran, hadiahnya cuma paket camilan."
Serius... Ini terlalu pelit.
Meski begitu, Rin dengan senang hati menunduk dan berkata, "Terima kasih, ini menyenangkan," kepada senpai mereka.
Untuk berjaga-jaga, Haruya mengikutinya dan mengungkapkan rasa terima kasihnya.
Setelah itu, Rin mengusulkan, lokasi berikutnya, sambil berkata "Ayo ke tempat berikutnya."
───Begitu, Haruya dan Rin mengunjungi beberapa stan.
Selain es serut dan permsianan tembak-tembakan, mereka juga mencoba crepes, yakisoba, dan ramalan.
Meskipun ada banyak hal yang bisa dicemooh di setiap stan, mereka tetap cukup menikmati waktu mereka.
Rin memimpin dengan baik, dan karena dia aktif mengajukan pertanyaan, suasananya menjadi lebih menyenangkan.
Sambil tetap mengingat pekerjaan mendokumentasi yang harus Haruya lakukan, saat ini mereka sedang mengunjungi salah satu spot foto yang dibuat oleh Rin.
"Wow. Aku penasaran kenapa yakisoba di festival selalu begitu enak."
"Kan kamu yang pesan yakisoba super pedas itu?"
"Ya, memang..."
Karena waktu sore sudah mendekat, suasana di sekitar mulai sedikit tenang.
Mulai sekarang, stan-stan di dalam ruangan akan menjadi lebih sibuk.
Hal ini disebabkan oleh waktu pertunjukan teater yang semakin dekat.
Haruya mengambil foto siswa-siswa yang tersenyum di depan objek-objek hiasan sambil merasakan suasana hari istimewa ini.
Benda bulu ini merupakan salah satu benda yang dibuat Rin sebagai anggot panitia.
"Benda Yang dibuat Kohinata-san ini memang bagus, ya."
"....."
Tapi, suara Haruya itu tampaknya tidak sampai ke Rin.
Rin tampak kaku dengan mata terbuka lebar.
"Eh? Ada apa, Kohinata-san?"
Saat Haruya mengikuti tatapan Rin, dia juga terkejut.
Sepertinya mereka juga menyadari tatapan Haruya dan Rin.
Dua siswi mendekati mereka sambil memegang bungkus takoyaki.
"...Ah, akhirnya ketemu juga, Kohinata-chan."
"Serius, aku cuma datang dengan harapan kalau beruntung bisa bertemu denganmu, tapi ternyata kau benar ada di sini."
Dua siswi yang sebelumnya mereka temui secara tidak sengaja di jalan pulang dari supermarket kini berdiri di depan mereka.
Saat mereka mendekat untuk mendekati Rin, Haruya berdiri di depan dan menghalangi mereka.
"A-ada apa ini... Kalian?"
Lalu, kedua siswi itu mengerutkan kening, menunjukkan ekspresi tidak menyenangkan.
"Eh, karena kalian berkeliling festival sekolah bersama, apa itu berarti kalian memang pacaran?"
"Ya, kalau dia sih, kayaknya cocok saja sama cowok seperti ini."
Komentar mereka sangat tidak sopan meskipun baru pertama kali bertemu.
Untuk saat ini, Haruya memutuskan untuk meninggalkan tempat ini dan memanggil Rin.
"Kohinata-san, apa kamu bisa bergerak?"
"...Kenapa kalian datang sampai ke sini?"
Rin menarik napas dalam-dalam dan bertanya pada mereka berdua dengan nada agak ketakutan dalam suaranya.
"Bukankah itu sudah jelas? Aku baru tahu beberapa hari yang lalu bahwa kamu, yang selalu mengoda laki-laki, berada di Eiga, di mana kamu bertingkah seperti gadis yang serius. Jadi masuk akal kaalo kami datang dan bersenang-senang."
Kemudian, salah satu dari mereka menyadari sesuatu dan melanjutkan,
"Kalau kalian pakai ban legan, berarti kalian panitia ya..."
Dia berhenti sejenak dan berpura-pura membaca brosur.
"Di akhir festival, pasti ada sesuatu yang ditampilkan, kan? Kohinata-chan. Aku sangat menantikannya~."
"Wow, itu sangat lucu."
Ha-ha-ha, ha-ha-ha, ha-ha-ha.
Senyuman penuh kebencian beberapa kali menghampiri Haruya dan Rin.
Haruya mengeoalkan tinjunya dengan erat, tetapi Rin menarik lengan bajunya.
...Jangan lakukan apa-apa. Tolong.
Sepertinya Rin meminta untuk tidak melakukan apa-apa, jadi Haruya tidak bisa bergerak.
"Dia...dia tidak menyukainya, dan aku juga tidak menyukainya, jadi tolong jangan bicara dengannya lagi."
Haruya memperingatkan mereka dengan nada yang tegas.
"Eh, padahal kami cuma datang untuk menikmati festival ini saja loh."
"Kami cuma menyapa, kami tidak melakukan apa-apa kok."
Kedua siswi itu pergi sambil meninggalkan komentar yang tidak menyenangkan.
Melihat punggung mereka yang menjauh, Rin tampak terjatuh ke lantai dengan lemas.
"Apa kamu baik-baik saja? ... Yah tentu saja tidak."
"...Umm terima kasih."
"Kalo kamu tidak ingin tampil live, aku akan memberitahu para anggota lain."
Haruya baru pertama kali melihat Rin begitu ketakutan, jadi dia sangat khawatir.
"...Terima kasih. Tapi aku akan tetap tampil... Ini adalah pertarunganku sendiri."
Setelah menghela napas panjang, Rin berdiri dengan kekuatannya sendiri tanpa bantuan Haruya.
"...Baiklah, Akasaki-kun, kita harus menuju ke penyesuaian akhir untuk drama kelas kita..."
Seolah mengingatkannya, Rin bergegas ke ruang kelas.
Haruya mencoba untuk mengikuti ini, tapi mau tak mau dia merasa Rin memaksakan dirinya, dan dia mulai merasa tidak enak.
Ketika mereka kembali ke kelas, kursi pipa sudah berjejer dimana-mana. Sepertinya mereka akan segera menunjukkan pertunjukan dramanya.
Ketegangan mulai terasa saat panggung siap. Saat Haruya melihat sekeliling, dia melihat setiap siswa tampak berusaha menyelesaikan tugas mereka.
Ini mungkin adalah semangat kebersamaan kelas.
Dibandingkan dengan siswa lainnya, anggota panitia lebih sibuk dengan pekerjaan mereka sendiri dibandingkan dengan tugas kelas, sehingga mereka merasa kalo mereka semua tidak terlalu bersatu.
"Eh, akhirnya kalian kembali. Kalau begitu, panitia-kun, tolong lakukan promosi dan pendaftaran. Sudah cukup banyak orang di dalam. Dan juga, Kohinata-san, tolong ya.”
"Baik."
"...Ya, baik."
Mereka berdua menjawab dan keluar ke lorong, memegang tanda bertuliskan 'Sudah hampir waktunya pertunjukan dimulai!!'
Siswa-siswa yang lewat berhenti melihat tanda tersebut dan mulai membentuk antrian.
Setelah duduk dan merasakan ketenangan, ekspresi Rin tidak cerah seperti dia yang biasanya.
Sepertinya dia masih khawatir tentang dua siswi yang ditemui sebelumnya.
Haruya ingin menanyakan lebih lanjut, tapi sepertinya lebih baik membiarkan Rin sendiri untuk saat ini.
"Karena ada sambutan dari Himekawa-san dan Takamori-san, jadi bisakah kalian berdua masuk ke dalam sebentar?"
Seorang siswa muncul di pintu kelas dan dengan lembut meminta mereka.
"Hei, Kohinata-san, ayo pergi masuk."
"..Eh? Oh, ya."
Haruya bangkit dari tempat duduknya bersama Rin dan kembali ke ruang kelas.
Meskipun Haruya hendak mengatakan bahwa Rin sedang tidak enak badan, tapi seseorang sudah memanggilnya di kelas.
"Aku berharap kita bisa menunjukkan hasil dari seluruh kerja keras yang telah kita lakukan untuk berlatih. Semua ayo kita melakukan yang terbaik!!"
Sara adalah orang pertama yang angkat bicara, dan Yunna mengikutinya.
"...Terima kasih semua atas usaha kalian untuk hari ini. Ayo kita tunjukkan apa yang telah kita latih. Bahkan lebih dari itu, Ayo kita lakukan yang terbaik bersama-sama."
Setelah mengatakan itu, Yuna melihat seluruh kelas.
"""""Ooooo!"""""
Kemudian, teman-teman sekelasnya meninggikan suara mereka dengan keras.
Di tengah suasana itu, Haruya teringat pesan yang diterimanya kemarin.
Nayu: Haru-san, kelas ku akan melakukan pertunjukan drama. Judulnya adalah 'Cinderella Putih dan Pangeran Berambut Hitam.' Lokasi kelas sudah tertera di brosur... dan karena aku sudah berusaha keras, aku harap kamu bisa datang melihat.
"Akasaki-san, aku rasa kamu belum banyak menonton drama karena pekerjaan panitiamu. Tapi aku sudah berusaha keras, jadi aku sangat ingin kamu melihat penampilanku."
Yang pertama adalah pesan dari Nayu, dan Yang terakhir adalah pesan yang Haruya terima dari Sara.
Keduanya mengirimkan pesan seperti ini kepada Haruya kemarin.
Faktanya Haruya belum pernah melihat pertunjukan drama secara keseluruhan. Rin juga kemungkinan begitu.
Karena kesibukan sebagai panitia, mereka seringkali terjebak dalam pekerjaan di belakang layar dan tidak sempat menyaksikan pertunjukan kelas.
Jujur saja, Haruya merasa itu cukup menyenangkan. Tapi, dia lebih khawatir tentang Rin.
"Pertunjukan drama... kita harus benar-benar menyaksikannya."
"Ah, ya."
Meskipun ekspresi dan warna wajah Rin tampaknya kembali normal sebelum Haruya menyadarinya, tapi suaranya tetap terdengar berbeda, seolah-olah dia masih merasa khawatir tentang kedua siswi tadi.
'Cinderella Putih dan Pangeran Berambut Hitam'
Cerita ini adalah gabungan dari dongeng Cinderella yang dikenal banyak orang dengan elemen orisinal dari manga shoujo, dan naskahnya ditulis oleh Yuuna.
Ketika pertunjukan dimulai, kelas tersebut langsung penuh dengan penonton, mungkin mereka tertarik dengan informasi kalo Takamori Yuuna dan Himekawa Sara yang akan memainkan pemeran utamanya.
Berjat itu Haruya dan Rin menghadapi kesulitan dalam memberikan arahan karena banyaknya pengunjung. Dan akhirnya mereka berhasil masuk ke dalam kelas yang sudah penuh.
Saat tirai anti tembus pandang dibuka, tirai panggung terangkat tepat saat lampu sorot tiba-tiba tertuju pada Sara.
Cerita dimulai dengan monolog Sara dalam yang berpenampilan lusuh., menarik perhatian penonton.
Tampaknya banyak orang tertarik pada Sara, yang membuatnya terlihat sangat menawan.
Awal cerita menampilkan para penindas yang menyiksa Sara. Meskipun jelas ini hanya akting, tapi tetap saja itu bukanlah hal yang menyenangkan untuk ditonton.
Akting para pemain sangat bagus, dan Haruya secara alami terhanyut dalam pertunjukan.
Dalam adegan dimana Sara di-bully, Rin yang ada di sampingnya terdengar terengah-engah karena melihat adegan itu.
Kemudian, bagian tengah pertunjukan menampilkan Yuna dalam kostum militer sebagai pangeran.
Adegan ini juga membuat penonton bertepuk tangan sejenak.
"Aku tidak akan membiarkanmu pergi lagi..."
"Pangeran..."
Kemudian, keduanya saling tertarik dan mencoba untuk mencium—dan lampu sorot pun padam.
Penonton mungkin berpikir ini adalah masalah teknis, tetapi begitu lampu menyala lagi, semua staf berdiri di depan penonton untuk mengucapkan terima kasih.
"Terima kasih telah menonton~~~"
Kemudian, penonton bangkit dari tempat duduk mereka dan bertepuk tangan.
Haruya, juag tanpa sadar, ikut bertepuk tangan karena merasa sangat terkesan.
Meskipun seharusnya dia pernah melihat naskahnya secara langsung, tapi mungkin perbaikan yang dilakukan membuatnya terasa baru dan luar biasa.
"Itu sungguh bagus, Himekawa-san."
"Takamori-san juga sangat keren."
"Ini pasti akan jadi hit besar!"
"Selama ada dua orang ini, kelas kami akan aman!"
Sambutan hangat dari teman sekelas mereka mulai berpusat pada mereka berdua.
Wajah Sara menjadi merah padam dan dia menunduk, bergumam dengan suara rendah, "Terima kasih..."
Pipi Yuuna menjadi sedikit merah saat dia melanjutkan dengan mengatakan, "Itu semua berkat bantuan semua orang."
Tiba-tiba, Haruya mendengar suara langkah kaki mundur dari sampingnya. Rin tersentak, matanya melebar, dia menatap Sara dan Yuuna yang menerima pujian dengan mata yang penuh ketakutan.
"...Apa kamu baik-baik saja?"
Saat Haruya hendak memanggilnya, Rin tiba-tiba berlari keluar dari kelas.
Meski reaksinya Haruya tertunda sesaat karena kejadian mendadak itu, Haruya mengejar Rin.
(...Aku yakin aku tidak boleh membiarkannya sendirian sekarang.)
"Seharusnya kamu tidak perlu mengejarku."
"Aku merasa ada yang tidak beres, jadi aku mengikutimu."
Meskipun dua hampir kehilangan jejak Rin di tengah kerumunan, Haruya berhasil menemukan Rin.
Rin berlari ke ruang rapat, ruangan yang sudah sangat familiar bagi mereka berdua.
Haruya berpikir Rin akan pergi ke suatu tempat yang tidak terlihat, tapi ternyata dia malah pergi ke ruang rapat.
Memang benar ruang rapat ini dilarang untuk siapa pun selain mereka yang terlibat, dan saat ini hanya Haruya serta Rin yang satu-satunya orang di ruangan ini saat ini.
"Kalau aku tidak berniat tampil di live, aku tidak akan melarikan diri ke ruang ini. Pasti kamu mengerti itu, kan, Akasaki-kun?"
"...Ya."
Jika Rin benar-benar tidak berniat ingin tampil, dia pasti akan bersembunyi di tempat yang sangat sulit ditemukan.
"Kalau begitu, tolong biarkan aku sendirian sekarang. Aku hanya sedikit putus asa saja."
Mungkin hal yang benar untuk dilakukan Haruya saat ini adalah mundur secara diam-diam. Haruya tidak seharus membahasnya terlalu dalam. Kerena Rin jelas terlihat ketakutan, dan suaranya bergetar.
Tapi, tetap saja, Haruya merasa dia perlu untuk bertanya. Dia tidak yakin Rin bisa pulih dalam waktu dua jam dan tampil dengan baik.
Tentu saja, ada opsi untuk tidak tampil, tetapi Rin sudah mengatakan kali dia akan tampil.
"...Apa kau bisa menceritakan apa yang terjadi padaku?"
"Untuk apa? Lagipula, kamu tidak akan menikmati ceritanya, jadi tidak usah."
Rin tampak berpura-pura kuat dan bermain dengan kukunya.
Haruya melihat Rin dalam keadaan seperti itu dan mengungkapkan kecurigaannya berdasarkan apa yang dia lihat terhadap Rin di masa lalu.
"Apa mungkin kamu merasa minder dengan dua orang itu?"
"...."
Rin terdiam sejenak untuk mengatur nafasnya, lalu dia menggelengkan kepalanya.
"...Tidak, tidak ada. Tidak sama sekali."
Tapi saat Haruya melihat momen hening itu, cara matanya tiba-tiba terbuka, dan cara jari-jarinya yang berhenti, membuat Haruya yakin bahwa itulah masalahnya.
"Jika kamu mengatakan kamu tidak akan tampil, aku akan membiarkanmu sendiri. Tapi jika kamu mengatakan kamu akan tampil, aku ingin kamu berbicara denganku. Tidak, tolong bicara denganku."
"Ha, kau benar-benar egois."
"Tapi, jika Kohinata-san tampil dalam keadaan seperti ini, kamu pasti akan menyesal. Dan dua orang itu sudah bilang kalo mereka akan datang, jadi aku khawatir padamu."
Mendengar kata-kata 'dua orang itu', bahu Rin gemetar.
Seolah ada sesuatu yang patah, mulut Rin kembali ke posisi setengah melengkung.
Kemudian, ketika dia menerima tatapan langsung Haruya, dia sepertinya menyadari bahwa dia tidak bisa melarikan diri, dan dia menghela nafas panjang di tempat.
"Seperti yang Akasaki-kun katakan, aku merasa rendah diri dibandingkan mereka berdua. Ya, tapi memangnya kenapa? Itu sebabnya aku bekerja keras sampai sekarang. Tapi itu sudah cukup. Sekarang aaku bertekad kalo aku hanya ingin melakukan yang seadanya. Jadu aku butuh waktu sendirian untuk memutuskan itu..."
"Itu tidak benar. Aku yakin Kohinata-san bisa tampil dengan kualitas terbaik."
Haruya mengatakan itu dengan tegas, namun Rin hanya terdiam beberapa saat.
Ketika dia melihat ekspresi Haruya yang serius, dia menghela nafas sebelum berbicara.
"...Ah, ini sangat merepotkan~. Kalo kau terus memaksaku begitu, baiklah aku akan menumpahkan semuanya. Tidak apa-apa. Aku akan menceritakan semuanya padamu Akasaki-kun. Akan kutunjukkan betapa jeleknya seorang wanita bernama Kohinata Rin."
Dia berbicara dengan suara yang dingin. Itu bukanlah tatapan yang menipu atau suara palsu. Melihat ini Haruya yakin kalo ini adalah sisi asli Rin.
"Kamu tidak terkejut, ya? Meskipun aku mengeluarkan suara seperti ini."
"...Ya, aku rasa apa yang kulihat di karaoke juga mungkin bukan sisi asli dirimu."
"Kamu sudah melihat semuanya ya? Tidak apa-apa. Baiklah. Baiklah, ayo kita bicara."
Tiba-tiba Haruya mulai merasakan ketegangan. Tidak peduli apa yang Rin katakan. Haruya siap menerima apa pun.
Apapun cerita Rin, Haruya siap mendengarnya, lagipula dia merasa terselamatkan oleh keceriaan Rin di kedai kopi, meskipun mungkin itu hanyalah sebuah topeng.