> CERITA 6

CERITA 6

Kamu saat ini sedang membaca   Tsukushita garina uchi no yome ni tsuite derete mo ī ka?  volume 2,  chapter 1 cerita 6. Kalo kamu menyukai karya ini silahkan tinggalkan jejak komentar. Dan juga jangan lupa dukung mimin dengan cara donet se iklasnya di Trkateer mimin buat mimin makinsemagat+buat dana untuk beli raw

  

REKENING TABUNGAN UNTUK KEBAHAGIAAN



"Satu, 10, 100, 1000, 10 ribu, 100 ribu, sejuta... Hah!?"  


Bahkan kalo aku menggosok-gosok mataku dan menghitung ulang, hasilnya tetap sama.  


"Menurutku, saat lulus SMA hingga kuliah nanti, tabungan ini akan bertambah lebih banyak lagi."  


"Bertambah... Ini uang yang Riko tabung sendiri!? Ini bukan jumlah uang saku biasa untuk seorang pelajar SMA!?"  


"Ya. Aku meminjam modal dari orang tua-ku, lalu mengembangkannya melalui saham."  


"Riko, kau juga paham saham!?"  


Riko terus memberitahuku fakta mengejutkan satu per satu, membuat kepalaku pusing.  


"Di usiaku, saham adalah cara yang cocok untuk menambah tabungan. Karena itu aku mempelajarinya."  


"......!"  


"Agar bisa hidup bahagia, aku rasa kita perlu tabungan yang lebih banyak. Jadi, aku akan terus berusaha."  


Agar bisa hidup bahagia? 


Bukankah seharusnya untuk hidup bahagia?  


Lagipula, jumlah tabungan ini...  


Tidak mungkin semua orang bisa mengumpulkan uang sebanyak ini hanya dengan mempelajari saham.  


Tidak kusangka Riko bahkan memiliki bakat seperti ini...  


Dia benar-benar tidak terduga.  


"Tapi tetap saja, ini luar biasa..."  


Di zaman sekarang, bahkan orang dewasa yang bekerja pun belum tentu memiliki tabungan sebesar ini.  


Aku sendiri memang menabung sedikit dari hasil kerja paruh waktu-ku, tapi jumlahnya berbeda jauh───bahkan selisihnya 2 digit.  


Ketika aku masih terkesima, Riko tersenyum dengan sikap yang rendah hati.  


"Minato-kun, kalo ada yang kau inginkan, jangan ragu untuk mengatakannya padaku. Aku akan memberikan apa pun yang kau inginkan sebagai hadiah!”  


Perkataan Riko membuatku terkejut.  


"Misalnya mobil, atau vila! Mobil memang masih dilarang menurut peraturan sekolah, tapi selama hanya dimiliki, tidak masalah, kan!"  


"Vila?! Mobil?!"  


Tunggu, ini bukan waktunya untuk terkejut...!!  


"Aku tidak bisa membiarkan Riko melakukan hal seperti itu!!"  


Ketika aku menggelengkan kepala karena panik, Riko menempelkan ujung jarinya ke bibirnya dengan ekspresi bingung di wajahnya..  


Bahkan dalam situasi seperti ini, dia tetap menggemaskan...  


"Hal seperti apa yang kau maksud?"  


"A-artinya, memintamu membelikan sesuatu yang mahal...!"  


"Eh? Tapi, aku menabung untuk hal-hal seperti ini, lho?"  


Untuk hal-hal seperti ini...  


Apa dia menabung hanya untuk memanjakan orang lain?!  


Aku hampir ingin memegang kepala-ku karena bingung.  


Keinginan Riko yang berlebihan untuk 'merawat' orang lain benar-benar sulit dipahami...  


"Oh ya! Aku juga sangat menyambut permintaan seperti 'ingin hidup tanpa bekerja selamanya'!"  


Rikoooooooooo...!!  


"Begini, Riko...! Uang Riko harus digunakan untuk diri Riko sendiri, mengerti? Lagipula, kalo ada orang yang dengan santainya menyampaikan keinginannya ketika ditawari 'Aku akan memberikan apa pun yang kau inginkan,' padahal bukan hari ulang tahun, pasti orang itu tidak waras! Kalo Riko ingin memanjakan orang seperti itu, aku akan menghentikanmu dengan segenap tenaga...!"


"Kalo begitu, aku boleh memanjakan Minato-kun, kan?"


"Hah?"


"Karena tadi ketika aku bilang 'Aku akan berikan apa pun yang kau mau sebagai hadiah', Minato-kun menolak dengan mengatakan 'Aku tidak bisa membiarkan Riko melakukan hal seperti itu'. Artinya, Minato-kun adalah orang yang waras, kan? Jadi, Minato-kun tidak akan melarangku memanjakanmu, kan?"


"E-ehm, memang begitu tapi maksudku bukan..."


Ini mulai terasa seperti perdebatan filosofis yang rumit.


"Pokoknya! Aku tidak akan pernah memperlakukan Riko seperti dompet atau ATM, begitu saja!"


Tidak mungkin aku memanfaatkan gadis yang aku sukai seperti itu. 


Tidak masalah berapa banyak uang yang dimiliki Riko.


"Begitu ya..."


Riko terlihat jelas kecewa, mungkin karena kesempatannya untuk berbuat sesuatu untuk orang lain hilang. Kepalanya tertunduk lesu.


"Menyayangi seseorang ternyata sulit ya..."


Riko bergumam pelan, lebih seperti bicara pada diri sendiri. Apa maksudnya?


"Riko?"


"Ah, maaf! Tidak apa-apa...! Eh, kalo begitu boleh aku yang membeli sirkulatornya...?"


"Hmm..."


"Pleaseeee..."


"Ahh..."


Riko sangat licik, dia menatapku dengan mata berkaca-kaca.


Aku bertanya-tanya apakah aku boleh mengikuti kemauannya, tapi aku baru saja membuatnya merasa sedih, jadi sulit bagiku untuk menolak lagi.


"...Baiklah, untuk sirkulatornya saja."


Setelah lama berpikir, akhirnya aku mengiyakan. Ekspresi Riko langsung berubah cerah.


"Syukurlah..."


Aku sangat menyukai senyuman Riko, tapi saat ini hatiku merasa rumit. 


Aku tidak percaya dia begitu gembira bisa memanjakan orang lain tanpa pikir panjang. 


Aku tidak bisa tidak merasa khawatir membayangkan kalo suatu hari nanti Riko tertipu oleh orang yang tidak bertanggung jawab. 


Aku harus tetap waspada... 


Meskipun mungkin dia tidak akan pernah mencintaiku, aku tidak ingin dia mengalami kisah cinta yang menyedihkan. 


Selama Riko mengizinkan, aku ingin terus berada di sisinya dan melindunginya.


"Kalo begitu akhir pekan ini aku akan langsung pergi ke toko elektronik!"


"Oh, aku libur Sabtu ini, jadi boleh aku ikut?"


Setidaknya aku ingin diizinkan membawa barang bawaannya. 


Ketika aku menanyakan hal itu padanya, Riko terpaku dengan mata terbelalak.


"Eh?... Ehhh?! Apa tidak apa-apa...!?"


Kenapa dia terkejut sekali?


"...? Tentu saja, asal Riko tidak keberatan."


"Aku senang...! Kalo begitu Sabtu...! Janji ya!"


Riko yang sedikit bersemangat mengulurkan jari kelingkingnya. 


Setelah tertunda sejenak, aku baru menyadari apa yang diinginkannya. 


Janji kelingking.


"A-ah, ehm, i-iya!"


Dengan tergesa-gesa aku mengusap tanganku di ujung baju sebelum ragu-ragu mengulurkan kelingking. 


Jari-jari mungil Riko segera melilit jariku.


"...!"


Meski hanya ujung jari yang bersentuhan, jantungku berdegup kencang sampai rasanya ingin keluar dari mulut. 


Ini...ini bahaya. 


Kalo bersentuhan lebih lama lagi, Riko mungkin akan menyadari tingkahku yang aneh...!


Ketika aku dengan kikuk melepaskan jari, Riko tersenyum sambil mengeluarkan Hp-nya. 


Aku sempat melihat aplikasi kalender yang sering dia lihat belakangan ini terbuka. 


Merasa tidak pantas mengintip lebih jauh, aku segera memalingkan pandanganki. 


Karena itulah, aku tidak melihat Riko menempelkan stempel berbentuk hati di tanggal Sabtu tersebut.


Selanjutnya

Posting Komentar

نموذج الاتصال