Kamu saat ini sedang membaca Tsukushita garina uchi no yome ni tsuite derete mo ī ka? volume 2, chapter 2 cerita 1. Kalo kamu menyukai karya ini silahkan tinggalkan jejak komentar. Dan juga jangan lupa dukung mimin dengan cara donet se iklasnya di Trkateer mimin buat mimin makinsemagat+buat dana untuk beli raw
CERITA 1 AKU INGIN KAMU TAHU SEGALANYA TENTANGKU
Malam tanggal 6 Juli.
Aku melakukan panggilan video dengan orang tua Riko untuk memberitahu apa yang sedang terjadi, dan percakapan beralih ke masa kecil Riko.
『Riko tinggal di Amerika sampai usia 5 tahun sebagai anak yang kembali ke Jepang. Mungkin karena itu, dia agak sulit menyesuaikan diri dengan taman kanak-kanak di Jepang. Ya kan, Bu?』
『Benar, benar. Setiap hari, di buku penghubung TK-nya selalu tertulis, 'Hari ini lagi-lagi bermain sendirian.' Kami benar-benar khawatir untuk beberapa saat, tapi kami sangat lega ketika dia memberi tahu kami bahwa dia telah mendapatkan teman.』
Cerita masa kecil Riko juga pernah aku dengar sedikit dari mulutnya sendiri.
Itu terjadi sebelum kami menikah secara resmi.
Aku mencoba mengingat kembali percakapan yang terjadi antara aku dan Riko saat itu.
★★★
『Aku lahir di New York dan tinggal di sana sampai usia 5 tahun. Di rumah, kami menggunakan bahasa Jepang, tapi sepertinya intonasi dan pengucapanku masih terdengar seperti aksen asing. Ketika kembali ke Jepang dan masuk TK, pada hari pertamaku, ada anak yang mengejek, 'Cara bicara Riko aneh!'... Aku memang dari dulu pemalu, jadi sejak itu, aku jadi takut untuk berbicara. Aku tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun di depan orang lain selain keluargaku... Karena itu, tentu saja aku tidak punya satu teman pun.』
『Begitu ya...』
『Ah, tapi... justru karena kejadian itulah, aku bisa bertemu dengan orang yang ditakdirkan untukku.』
『Takdir?』
『Ya... Karena aku sendirian, aku bertemu dengan seorang anak laki-laki yang sangat istimewa... Dia menyelamatkanku dengan kata-kata yang begitu lembut...』
★★★
Meskipun itu hanyalah interaksi antara anak kecil, aku ingat pernah berpikir kalo kejadian itu pasti meninggalkan luka di hati.
『Minato-kun apa kau sudah tahu?』
"A, ya. Aku pernah mendengarnya dari Riko-san sebelumnya. Benar kan, Riko?"
Sambil mengingat percakapan yang dulu aku jalani dengan Riko, aku menoleh ke arahnya.
Riko sedikit menurunkan alisnya dan menggigit bibir bawahnya dengan lembut.
Matanya yang besar terlihat sedikit bergetar, seolah dia terjebak antara perasaan gelisah dan harapan.
...Hah? Reaksi apa ini...?
Aku belum pernah melihat Riko seperti ini sebelumnya.
"Riko?"
Setelah sadar akan pandanganku yang tertuju padanya, Riko tersentak.
"Mo, sudah dong! Ayah dan Ibu tiba-tiba saja mulai bercerita tentang masa kecilku. Aku malu, jadi ceritanya cukup sampai di sini, ya!"
Riko, yang sepertinya sangat malu, karena dia bilang akan membuat teh lagi dan berlari ke dapur.
Di tablet yang terletak di atas meja rendah, kedua orang tua Riko saling bertatapan sambil tersenyum.
Keduanya pasti sangat menyayangi putri mereka, Riko.
Aku sangat memahami perasaan itu.
Bagaimanapun, perasaan yang selalu memenuhi hatiku setiap saat adalah "Riko sangat menggemaskan."
『Oh ya, Minato-kun. Nanti aku akan mengirimkan foto Riko saat masih TK.』
"Eh! Benarkah!?"
Tanpa kusadari, aku langsung menyambut usulan ayah mertuaku itu dengan antusias.
Soalnya, itu foto Riko saat kecil, lho!
Tentu saja aku ingin melihatnya!
★★★
Setelah video call dengan orang tua Riko berakhir, pikiran ku masih dipenuhi oleh bayangan Riko saat kecil.
Informasi yang diberikan orang tua Riko terasa kurang memuaskan, membuatku ingin mengetahui lebih banyak tentangnya.
Ini pertama kalinya aku merasa sangat penasaran tentang seseorang.
Benarkah saat kau menyukai seseorang, kau ingin tahu segalanya tentang mereka seperti ini?
Ah, tapi tadi dia sudah bilang untuk mengakhiri cerita masa lalunya...
Saat aku menunduk kecewa, tiba-tiba Riko terkikik kecil dengan suara yang menggemaskan.
"Minato-kun, kau ingin menanyakan sesuatu, ya?"
"Eh. Bagaimana kau bisa tahu?"
"Hehe. Ekspresi Minato-kun selalu mudah terbaca."
"...! Benarkah? Aku sama sekali tidak menyadarinya. Itu memalukan sekali..."
"Justru itu yang aku suka dari Minato-kun."
"...!"
Gadis ini bisa dengan mudah mengatakan 'suka' seperti itu...!!
"Jadi, apa yang ingin kau tanyakan?"
"A, tidak... Tapi tadi Riko terlihat tidak ingin membicarakan masa lalu..."
Riko mengedipkan matanya yang besar dan imut seperti kelinci, dia berkedip dua kali.
"Minato-kun, kau ingin tahu tentang masa kecilku?"
"Y-ya..."
"Aku senang. Kau tahu? Kalo itu yang kau inginkan, aku ingin kau tahu segalanya tentangku, kau tahu?”
Dia menyampaikan kalimat itu sambil menatapku dengan pandangan yang hangat, membuat jantungku berdegup kencang.
Aku tahu dia tidak bermaksud aneh, tetapi saat dia berkata "Aku ingin kau tahu segalanya tentangku", itu membuatku merasa aneh.
Dengan tergesa-gesa, aku menggelengkan kepalaku dan berusaha mengusir pikiran-pikiran yang tidak pantas.
Meskipun sebenarnya tidak semudah itu...
"Kalo begitu, boleh aku bertanya? Ini lebih berupa permintaan daripada pertanyaan. Aku ingin mendengar berbagai cerita tentang masa kecil Riko langsung dari mulut Riko sendiri."
Riko tersenyum manis sebelum mengubah posisi duduknya menghadap ke arahku.
Aku pun mengikuti gerakannya dan menyesuaikan posisi dudukku.
Jarak antara kami menjadi jauh lebih dekat dibanding saat kami duduk berdampingan tadi, bahkan lutut kami hampir bersentuhan.
Tapi alih-alih menjauh, Riko justru sedikit condong ke depan dan mulai bercerita.
Sikapnya ini seolah membuktikan kalo dia ingin aku tahu lebih banyak tentangnya, yang membuat hatiku dipenuhi rasa bahagia.
"Kalo begitu, bolehkah aku bercerita lebih banyak tentang anak laki-laki yang pernah menolongku dulu?"
"Tentu saja!"
"Sebenarnya... dialah cinta pertamaku."
"Eh... Ah, be-benarkah?"
Ini pertama kalinya aku mendengar kalo cinta pertama Riko adalah orang tersebut.
Memang Riko pernah menyebut anak itu sebagai 'orang yang ditakdirkan', dan mungkin aku terlalu lambat menyadari kalo ungkapan itu menunjukkan perasaan suka Riko padanya.
Cinta pertama, ya...
Meski tahu ini tentang masa taman kanak-kanak, dadaku tetap terasa sesak.
Tapi, aku harus merespons dengan kata-kata yang biasa saja agar tidak menimbulkan kecurigaan.
"A-aku rasa, cinta pertama sejak TK itu termasuk cepat ya!"
Aku berusaha keras untuk memberikan komentar yang tidak menyinggung, tapi entah kenapa Riko malah menatapku dengan tajam.
A-apa ini...?!
Ketika Riko menatapku tanpa kata seperti ini, aku benar-benar bingung harus berbuat apa.
Dalam keadaan setengah panik, mataku bergerak tak menentu ke sana kemari.
Karena itu, aku tidak menyadari Riko menundukkan matanya karena kecewa.
Belum lagi, tak lama kemudian, Hp yang terletak di sampingku tiba-tiba berbunyi menandakan ada pesan masuk.
Pik, pik───suara notifikasi yang datar itu terus berbunyi tanpa henti.
Apa ini?
Karena percakapan jadi terganggu, aku meminta maaf pada Riko dan membuka aplikasi pesan.
Ternyata, ayah mertuaku mengirim beberapa foto.
Oh, benar. Itu adalah foto-foto Riko saat masih kecil yang kami bicarakan tadi!
Sepertinya dia mengirimkannya sekarang.
"Riko, sebenarnya tadi saat kau pergi───"
Ucapanku terhenti ketika foto terbaru yang baru saja diterima muncul di layar.
"...Eh?"
Mataku terbelalak di depan pemandangan yang sulit dipercaya.
"Tapi...bagaimana mungkin..."
Dalam foto tersebut, terlihat seorang anak perempuan dan laki-laki berseragam TK sedang asyik bermain.
Keduanya duduk di bak pasir dan tampak sangat bersenang-senang hingga tidak menyadari kamera yang diarahkan ke mereka.
Dari ciri-cirinya, anak perempuan itu jelas adalah Riko.
Rambutnya dikepang dua, dan meski masih sangat kecil, wajahnya sudah terlihat sangat cantik dan menggemaskan.
Tapi saat ini aku tidak punya waktu untuk mengamati Riko lebih detail.
Masalahnya terletak pada anak laki-laki yang bermain bersamanya.
Aku langsung tahu siapa anak itu hanya dengan sekali pandang.
Meski sudah bertahun-tahun berlalu, mustahil aku salah mengenalnya.
Karena anak laki-laki dalam foto itu... adalah diriku sendiri───