> CHAPTER 2

CHAPTER 2

 Kamu saat ini sedang membaca Nazeka S-class Bizyotachi No Wadai Ni Ore Ga Agaru Ken volume 4,  chapter 2. Kalo kamu menyukai karya ini silahkan tinggalkan jejak komentar. Dan juga jangan lupa dukung mimin dengan cara donet se iklasnya di Trkateer mimin buat mimin makin semagat+buat dana untuk beli raw


EDISI MENGINAP YANG MENYENANGKAN



───Aku bermimpi.  


Mimpi yang bersinar, menyenangkan, dan setiap hari, waktu berlalu dalam sekejap mata—hari-hari yang penuh makna.  


Aku, adik perempuanku, dan sahabatku. Kami selalu bersama, saling mencintai, dan tak tergantikan...  


Itu adalah mimpi di mana kami bertiga berlari bersama. Hari-hari yang penuh semangat dengan klub sekolah.  


Masa lalu di mana aku adalah si ceria dan populer di kelas.  


...Seandainya mimpi lama itu berakhir di sini, mungkin akan lebih baik.  


Tiba-tiba, suasana berubah gelap.  


Aku tidak ingin melihat masa lalu ini, pikirku.  


Kami bertiga bekerja keras dalam aktivitas klub bersama, tapi saat aku menyadarinya... Aku sendirian.  


Sekelilingku diselimuti cahaya yang menyilaukan, tapi hanya aku yang tertinggal sendirian.  


Baik di klub maupun di sekolah... tanpa kusadari, aku sudah sendirian.  


Orang-orang di sekitarku mulai memandangku dengan tatapan dingin.  


_"Kau...! Kenapa kau ■■ perasaan ■■───!"_  


Suara seseorang terputus-putus, disertai noise yang mengganggu.  


...Ah, ya.  


Itulah kenapa aku sangat membenci cinta.  


Aku terbangun dengan kaget. Pagi yang paling buruk.  


(Haa, kenapa aku bermimpi seperti itu...) 

 

Pasti itu karena persiapan untuk menginap membuat hatiku gelisah.  




Piyama Haruya... bahkan celana dalamnya basah kuyup oleh keringat.  


Dia segera melepas pakaiannya dan langsung menuju kamar mandi sambil membasuh wajahnya.  


Pagi di akhir Juli. Akhirnya, hari itu tiba.


Artinya, hari yang telah dijanjikan dengan Sara untuk menginap pun tiba.  


Siapa sangka, hanya dalam seminggu setelah upacara penutupan tahun ajaran, kami akan pergi traveling...  


Ransel agak besar yang diletakkan di depan pintu masuk menarik perhatiannya.  


Kemarin, dia sudah menyiapkan semua barang bawaan.  


Persiapan untuk traveling bersama Sara sudah selesai, dan semuanya dalam kondisi yang sempurna. Sambil mandi, Haruya bersumpah dalam hatinya.  


Sambil mengingat kembali mimpi yang baru saja dialaminya...  


(Jangan sampai ada perasaan aneh yang muncul... Aku hanya Akazaki Haruya biasa.)  


Haruya terus memikirkan hal itu di rumah sampai akhirnya keluar.




Suara jangkrik yang riuh memenuhi telinga.  


Tempat berkumpul adalah air mancur di depan stasiun. Tempat ini sudah terkenal sebagai titik pertemuan.  


Dia tiba 10 menit sebelum waktu yang dijanjikan.... tapi ternyata semua orang sudah berkumpul.  


Semuanya, ini masih pagi... Waktu saat ini adalah 8:50.  


"...Akazaki-san, sini."  


Yang pertama menyapa Haruya adalah Himekawa Sara.  


Rambutnya diikat ponytail, dan ekspresinya terlihat sedikit kekanak-kanakan.  


"Akazaki, oi~. Sini~."  


───Yah, aku sudah tahu tanpa perlu kau beritahu...  


Padahal Sara sudah bersusah payah memanggil Haruya...tapi suaranya malah tenggelam oleh suara keras itu.  


Pemilik suara itu sudah pasti tidak perlu dijelaskan lagi.  

Itu Kazamiya.  


Pakaiannya agak nyentrik, kaos tipis bergaris dengan gelang yang melingkar di pergelangan tangannya. Apa itu gelang peraknya? Keren.  


Atau lebih tepatnya, mereka benar-benar memanggil Kazamiya, rupanya. 


Tentu saja, Haruya tahu mereka tidak berbohong, tapi dia penasaran bagaimana cara mereka mengajaknya. 


Karena Sara dan Kazamiya memanggilnya bersama-sama, Haruya lalu segera berjalan mendekat mereka.  


Saat sudah dekat, Yuna yang selama ini diam mengangkat tangannya dengan santai.  


Melihat itu dia buru-buru mengangkat tangan juga untuk membalasnya, lalu Yuna berkata,  


"...Rambut itu. Kelihatannya sangat panas, tapi kamu tidak memotongnya...Akasaki-kun."

 

"....Yah, menurutku lebih menenangkan seperti ini."


Itu bohong.


Sejujurnya, ini sangat panas.


Rambut hitamnya menyerap panas matahari yang bersinar terik.


Rambut hitam panjang yang menutupi matanya membuat panas itu terasa seperti neraka.


Tapi dia tidak bisa memotong poni ini.


Apalagi kalo sampai menginap... Dia harus memastikan kalo wajahnya tidak masalah dilihat oleh mereka kapan saja...


".....Eh."


Di saat itulah Haruya menyadari.


Kalo Rin belum mengucapkan sepatah kata pun sampai saat itu...


Ketika pandangan Haruya beralih ke Rin, dia menarik topi jerami besarnya ke bawah dan menundukkan wajahnya.


"......Halo, Akazaki-kun."


"Ah, Kohinata-san."


Setelah bertukar salam, Rin segera bersembunyi di belakang Yuna yang berada di dekatnya.


Yuna memberinya senyuman bermasalah.


"...Maaf. Biasanya Rin bisa menunjukkan sisi aslinya yang ceria di depan semua orang."


Rin yang biasa berusaha keras untuk bersikap ceria agar disukai semua orang.


Haruya memiliki perasaan yang sedikit campur aduk.


(Bisa juga diartikan kalo dia tidak menunjukkan sisi aslinya karena dia tidak ingin aku menyukainya...)

 

Sara diam saja dan menatap ke arah sini tanpa berkata apa-apa. ...Apa-apaan ini? Apa ekspresi itu?


Saat Kazamiya menatapnya seolah bertanya padanya apa yang sedang terjadi, Kazamiya langsung berbalik badan serta berseru ke arah semua orang.


"Kalo begitu, karena semua orang sudah berkumpul, kita akan pergi ke rumah kakeknya Himekawa~~~ ...begitu kan!?"


Baru saja dia mengambil alih kendali situasi, Kazamiya langsung memastikan pada Shara.


Sara terlihat bingung, tapi dengan sopan dia mengangguk, "...Hai, hai. Benar."


"Oke! Kalo begitu, ayo kita pergi dengan semangat~~~"


Mungkin karena suaranya yang keras, orang-orang di sekitar juga menatap ke arah Kazamiya.


(....Dia terlalu bersemangat. Kau benar-benar kebalikan dariku).)


Nah, karena itulah mereka memutuskan untuk pergi ke rumah kakek Sara.


★★★


 Rumah kakek Shara ternyata cukup jauh dari stasiun terdekat.  


Karena sudah lama tidak melakukan perjalanan ke luar kota, Haruya merasa sedikit bersemangat.  


Biaya transportasi sekali jalan kurang dari 1000 yen.  


Karena biasanya jarang menggunakan kereta, Haruya tidak terlalu paham, tapi dari jumlah itu saja sudah jelas kalo perjalanannya cukup jauh bagi pengguna kereta.  


Setelah melewati pintu tiket dan naik ke kereta, meskipun sedang liburan musim panas, jumlah penumpang ternyata lebih sedikit dari yang dibayangkan. Begitu melihat ada kursi untuk empat orang, ke-5 orang itu saling bertukar pandang tentang bagaimana mereka akan duduk.  


Haruya, Sara, Rin, Yuna, Kazamiya.  


Jumlah mereka 5 orang, jadi satu orang harus duduk di kursi yang terpisah.  


"Aku akan duduk sendiri di tempat lain, kalian bisa duduk di sini."  


Haruya yang pertama kali berbicara.  


Sejujurnya, duduk di kursi box untuk 4 orang selama lebih dari satu jam bersama mereka membuat jantungnya tidak kuat. ...Tentu saja, dalam berbagai arti.  


"...Sebenarnya kursi di sebelah juga kosong, mungkin lebih baik kalo laki-laki duduk bersama laki-laki dan perempuan duduk bersama perempuan, bagaimana?"  


Begitu Yuna mengusulkan itu dengan senyum lembut, Haruya langsung setuju.  


Yah, itu lebih aman. Haruya mengangguk, dan Sara serta Rin juga terlihat tidak keberatan.  


Tapi, hanya Kazamiya yang menggelengkan kepala.  


"...Takamori-san, itu terlalu biasa."  


Apa yang salah dengan hal yang biasa?  


Padahal Haruya sangat mencintai hal-hal yang biasa.  


"Laki-laki duduk dengan laki-laki dan perempuan duduk dengan perempuan itu tidak masuk akal, apa kau tidak setuju!?"  


Seolah ingin mendapatkan persetujuan dari orang lain, Kazamiya pertama-tama menatap Haruya.

 


───Maaf, tapi aku sepenuhnya setuju dengan usulan Nayu-san. Aku memalingkan wajahku dengan cuek.  



"...Kau tidak setuju!?"  


Kali ini, Kazamiya mengalihkan pandangannya ke arah Sara.  


"...Eh, um... aku..."  


Sara melirik ke arah Haruya sebelum melanjutkan.  


"...Aku pikir itu memang biasa!"  


"Eh, kau serius? Sara."  


Yuna memastikan dengan nada kaget.  


"...Ya, ya. Rin-san, bagaimana pendapatmu?"  


"...Aku..."  


Kali ini, Rin melirik ke arah Haruya.  


Begitu pandangan mereka bertemu, dia segera memalingkan wajahnya dan melanjutkan.  


"...Aku ingin bersama Sara-chin dan Yuna rin───"  


Tanpa sadar, dia hampir mengatakan "Aku ingin bersama Sara-chin dan Yuina rin" dengan cepat.  


Rin berkata dalam hati.  


(...Bukankah aku sudah memutuskan untuk mendekati Akazaki-kun selama menginap ini... Awalnya penampilannya yang kasual sudah keren, dan aku sudah gagal. Kalo aku lari sekarang, aku tidak akan bisa berubah... Aku juga sudah memutuskan untuk membawa oleh-oleh cerita untuk Onii-san.)  


Dia mengingat pelanggan tetap di kafe yang tidak ada di sini.  



───Kalo aku tidak bisa membawa oleh-oleh cerita saat aku pulang, itu berarti aku lari lagi...  



Di tengah tatapan semua orang yang tertuju padanya, Rin ragu-ragu dan akhirnya membuka mulutnya.  


"...Aku juga setuju dengan Sara-chan."  


Dia mengatakan itu sambil menatap lurus ke arah Haruya.  


(Ah... kenapa dia melihat ke sini saat mengatakan itu?)  


Tanpa mengetahui perasaan Haruya, Kazamiya megepalkan tangannya dan meningkatkan semangatnya.

 

Untungnya, tidak banyak penumpang di sana, jadi mereka tidak mengganggu siapa pun, tapi biasanya ini dianggap sebagai gangguan, jadi mereka harus segera duduk.  


Yuna dan Sara mungkin juga menyadari hal itu. Mereka segera memberikan pendapat.  


"...Kita harus segera duduk... kalo begitu, bagaimana kalo kita gunakan jan ken untuk memutuskan?"  


"Ayo lakukan itu."  


Sara langsung merespons usulan Yuina.  


"Bagus, bagus."  


Kazamiya mengangguk dan melanjutkan.  


"Kalo begitu, ayo kita lakukan."  


Rin, yang sebelumnya agak ragu-ragu, sekarang sepenuhnya bersemangat.  


Haruya diam-diam mengulurkan tangannya.  


" " " "Jan ken po..." " " "


★★★


 Ada 2 kursi untuk 4 orang di kereta.  


Dengan mengamankan kursi di seberang lorong, Haruya dan yang lainnya bergoyang-goyang mengikuti gerakan kereta.  


──Gatan, goton, gatan, goton.  


Suara kereta yang sesekali bergoyang dan pemandangan yang berubah-ubah dari jendela.  


Suasana khas kereta ini bisa membuat suasana hati menjadi sentimental dan terasa nyaman.  


(...Kenapa ini bisa terjadi?)  


Meskipun pemandangan dari jendela sangat indah, hati Haruya sama sekali tidak tenang. Susunan kursinya bermasalah...  


Saat dia melirik ke depan, dia melihat seseorang yang sedang sibuk mencatat dan berpikir.  


Sepertinya dia sudah mulai mengumpulkan ide untuk menulis skrip.  


"...Hm? Ada apa, Akazaki-kun?"  


"...Tidak, tidak ada apa-apa."  


Haruya memalingkan wajahnya sebisa mungkin agar tidak terlihat.  


Saat dia mengalihkan pandangannya, di kursi sebelah Haruya, seseorang yang terlihat gelisah menarik perhatiannya.  


"...Ada apa? Ah, Akazaki-kun..."  


Rin Kohinata-lah yang merespons seperti itu meskipun matanya mengembara.

  

"Tidak, tidak ada apa-apa..."  


Meski begitu, dia bisa merasakan tatapan kesal yang sesekali datang dari seberang.  


Tatapan itu berasal dari Himekawa Sara.  


Ngomong-ngomong, yang duduk berseberangan dengan Sara adalah Kazamiya.  


Kazamiya mencoba mengajak Sara berbicara, tapi dia dengan mudah menanggapi sambil sesekali melirik ke arah Haruya di seberang.  


(...Tatapanmu menyakitkan, Himekawa-san.)  


Padahal, di kursi sebelahnya ada Kohinata, dan dia juga sesekali melirik ke arahnya.

 

Mungkin karena tidak punya banyak ruang di hatinya saat ini, Haruya bisa merasakan bahkan tatapan sekilas pun.  


"...Boleh aku bertanya sesuatu?"  


Tiba-tiba, Yuna yang duduk di depannya memagilnya.  


"Ada apa?"  


Ketika Haruya membalas, pipinya sedikit memerah sebelum dia melanjutkan.  


"...Aku malu untuk mengatakannya jadi aku tidak akan mengatakannya lagi, tapi gerakan seperti apa dari lawan jenis yang membuatmu merasa tertarik?"  


Saat dia selesai berbicara, dia duduk tegak dan memalingkan wajahnya dari Haruya.  


"...Eh, ini pembicaraan yang cukup tiba-tiba."  


"Maaf. Aku hanya berpikir ini bisa menjadi referensi untuk menulis naskah... Akazaki-kun punya sisi misterius yang cocok untuk dianalisis dalam pembuatan karakter..."  


"Tapi tetap saja..."  


Tipe lawan jenis yang disukai. Tiba-tiba, topik percintaan muncul.  


Kalo itu untuk nasakah Yuna, atau lebih tepatnya Nayu, Haruya ingin membantu, tapi berbicara tentang tipe atau gerakan yang disukai secara langsung seperti ini juga membuatnya malu.  


Tapi, mungkin karena dia sudah memutuskan pagi ini untuk tidak melakukan hal-hal aneh, Haruya bisa menjawab pertanyaan Yuna dengan lebih datar dari yang dia kira.  


"Kalo tipe yang ku sukai, mungkin seseorang yang senyumnya lucu dan cocok diajak bicara. Kalo gerakan... mungkin gerakan menyisir rambut ke belakang telinga atau mengikat rambut."  


"Hee."  


Yuna membulatkan matanya dengan penuh minat.  


Meskipun ditanya tentang tipe atau gerakan yang disukai, Haruya tidak bisa langsung memikirkannya, jadi dia mengambil contoh dari karakter hero favoritnya di manga shoujo.  


Apa ada sesuatu yang aneh...? Sepertinya itu cukup aman.  


Dengan bingung, dia memiringkan kepalanya sedikit, dan Yuna menambahkan, "Tidak, tidak ada yang aneh..."  


"Hanya saja, aku agak terkejut karena itu lebih biasa dari yang kukira. Terima kasih... ini sangat membantu."

 

"Tidak, tidak apa-apa kalk ini bisa membantu..."  


Sepertinya dia berhasil keluar dari situasi sulit, dan dalam hati dia menghela napas lega.  


Taoi, Rin terlihat tidak puas dan dengan lembut mencolek Haruya dari samping dengan jarinya.  


"...Ada apa?"  


"...Lebih detail."  


"Hm?"  


Suaranya kecil dan sulit didengar.  


Haruya mendekatkan tubuhnya sedikit ke arah Rin dan mendekatkan telinganya ke arahnya.  


Lalu, dia menarik napas kecil yang menggemaskan sebelum berbisik.  


".........Boleh aku mendengar lebih detail tentang tipe dan gerakan yang kau suka?"  


"Eh..."  


Tidak menyangka akan ditanya lebih dalam, Haruya mengeluarkan suara kebingungan.  


"...Karena jawaban Akazaki-kun... itu bisa berlaku untuk siapa saja. Bahkan Yuna rin juga... tidak lebih penasaran?"  


Rin menatap Yuna seolah meminta bantuan.  


Begitu Haruya menoleh, inilah yang terjadi.  


Sepertinya dia agak dihindari.  


"...Benar. Apa yang Rin katakan juga masuk akal. Akazaki-kun... ada lagi?"  


"Kesan bersih, mungkin?"  


"Makanya itu biasa!"  


"...Ya. Seperti yang Rin katakan, jawaban yang biasa. Tidak ada yang lain?"  


"...Hm. Kalian berdua bagaimana?"  


Merasa malu karena ditatap dan ditekan oleh keduanya.  


"Eh? Aku?"  


".........Itu..."  


Keduanya membulatkan mata dan berkata serempak.  


" "Kalo Akazaki-kun menjawab, kami akan mengatakannya." "  


Rin dan Yuna menatap Haruya seolah berkata, "Kami tidak akan melepaskanmu."  


(Hm, tolong... Cepat sampai di tujuan...)


 


Sekitarnya tenang, dan pemandangan dari jendela kereta seharusnya menenangkan hati... tapi hati Haruya tidak tenang.  


Setelah sekitar satu jam bergoyang-goyang di kereta, Haruya akhirnya berhasil keluar dari situasi sulit dengan menyebutkan kepribadian hero favoritnya dari manga shoujo dan berbicara seolah-olah itu adalah tipe yang dia sukai. Keduanya terlihat tidak sepenuhnya puas, tapi mungkin mereka menyadari kalo mereka tidak akan bisa mendapatkan lebih banyak informasi dari Haruya tentang tipe yang dia sukai.  


Saat ini, mungkin karena lelah berbicara, tidak ada percakapan di kursi Haruya dan yang lainnya.  


Di seberang lorong, di kursi tempat Sara dan Kazamiya duduk, percakapan terus berlanjut meskipun dengan suara yang rendah.  


(───Jadi, apa yang harus aku lakukan dengan ini?)  


Ada beban kecil di bahu Haruya.  


Ketika dia melirik ke samping, dia melihat Kohinata yang sedang tidur dengan kepala bersandar di bahunya.  


Karena mereka berkumpul pagi ini, tidak ada yang aneh tentang tidur sebentar.  


Dia bisa mendengar dengkuran kecil yang menggemaskan dari dekat.  


Suhu tubuh, aroma, dan rambut lembut yang sesekali bergoyang.  


Semuanya membuatnya gelisah dan tidak nyaman.  


Dia buru-buru mengalihkan pandangannya ke jendela kereta, dan pemandangan hijau yang subur dan pedesaan telah berubah menjadi hamparan laut yang luas.  


Matanya secara alami terbuka lebar melihat permukaan air yang memantulkan sinar matahari yang cerah. Dia terpana.  


"Akazaki-kun... aku mengerti kau terpesona oleh pemandangan, tapi sejak tadi kau memperhatikan Rin... jangan sampai timbul perasaan aneh, ya..."  


Gumam Yuna sambil menyandarkan dagunya di tangannya.  


Tentu saja sulit untuk tidak memperhatikannya. Lagipula, dia sedang meminjamkan bahunya...  


Dan dia juga harus berhati-hati agar tidak membangunkannya.  


"...Menurutku tidak ada hal aneh yang akan terjadi.”


"Begitu. Aku merasa kau memalingkan wajah karena tidak bisa menatap wajah Rin..."  


"...!"


"Ah, itu benar, ya?"  


Yuna tersenyum sebentar.  


Dia melirik sekeliling dan memastikan tidak ada orang lain yang mendengarkan sebelum berbicara.  


"...Hei, Akazaki-kun... apakah kau sebenarnya cukup suka manga shoujo?"  


Dengan nada yang agak malu.  


Dia mengatakannya dengan wajah yang memerah.  


"Eh..."  


Tidak bisa menyembunyikan kebingungannya, dia memberikan penjelasan tambahan.  


"...Kau bilang adikmu membaca manga shoujo 'Namikui'... apakah itu benar?"  


'Namikui'. Manga shoujo ini cukup minor, dan Haruya menyebutkannya saat membantu Yuna menulis naskah untuk festival Eika.  


"...Bagaimana kau tahu?"  


"Tidak, aku bisa merasakannya dari pembicaraan tentang tipe dan gerakan lawan jenis yang kau sukai tadi... sepertinya aku bisa merasakan aroma orang yang suka manga shoujo."  


Yuna menutupi mulutnya dengan catatan sambil berbicara.  


Dengan pipi yang sedikit memerah, dia tampak malu tapi juga senang karena menemukan seseorang yang memiliki minat yang sama.  


"...Sebenarnya..."  


Dia memastikan kalo di seberang, Sara sedang mengobrol dengan Kazamiya, dan Rin sedang tidur nyenyak di bahu Haruya, lalu Yuna berbisik dengan suara kecil.  


"...Aku bilang sepupuku yang membacanya, tapi sebenarnya... aku suka manga shoujo."  


"...Oh, begitu."  


"Ya. Hanya itu."  


"...Eh, um..."  


Haruya berpikir bagaimana harus menjawab pertanyaan itu.  


Yuna adalah Nayu, jadi tidak ada alasan untuk terkejut saat itu keluar.

 

Takalpi, Yuna tidak tahu kalo Haruya adalah Haru...  


Dengan cara ini, dia mengungkapkan hobi yang selama ini disembunyikannya di depan Haruya.  


Meskipun dia merasa malu karena hobi manga shoujo...  


Haruya sendiri merasakan rasa malu itu, jadi tidak sulit untuk membayangkan seberapa besar keberanian yang dia miliki.  


(...Aku ingin membalas perasaannya. Tapi...)  


Luka lama terasa sakit, dan mulut Haruya terkunci rapat.  


Melihat reaksi Haruya, Yuna mengangguk dan berkata, "...Tidak, tidak apa-apa."  


Kemudian, dengan pipi yang sedikit memerah, dia berkata.  


"...Aku akan mengungkapkannya. ...Tidak, aku akan membuatmu ingin mengatakannya sendiri... ah, ini memalukan."  


Begitu dia tersenyum lembut, Yuna mungkin menyadari kalo ucapannya sendiri memalukan. Dia memalingkan wajahnya dan mengipasi tubuhnya dengan tangannya.  


Haruya juga mengalihkan pandangannya dari kekuatan destruktif ucapan Yuna dan menggaruk kepalanya.  


(Aku tidak sengaja terkejut tadi...)  


Yuna melihat reaksi Haruya dan merasa curiga.  


(...Akazaki-kun, aku mulai berpikir kamu semakin mirip Haru-san... kalo aku meneleponnya, aku yakin semuanya akan langsung ketahuan... tapi itu tidak menyenangkan. Ini adalah kartu as terakhir...)  


Tipe dan gerakan lawan jenis yang disukai oleh Haruya.  


Ini adalah topik yang pernah dibicarakan sedikit dalam pertemuan offline Haru dan Nayu di masa lalu.  


(...Mungkin Haru-san tidak ingat, tapi jawaban Akazaki-kun hampir sama, gerakan untuk menyembunyikan rasa malunya juga sama, dan kalo dilihat lebih dekat, dia merasa kalo dia pernah melihat penampilan Akasaki-kun hari ini sebelumnya...)


Tapi, bahkan kalo Haru-san adalah Akazaki-kun, untuk Yuna ini adalah perkembangan yang membuatnya tersenyum.  


...Selama ini dia sering diolok-olok, jadi dia bisa membalas sedikit. Tapi, dalam menginap kali ini, dia akan mencoba mengatasi kebingungan ini...

 

Yuna kembali memikirkan hal itu dalam hatinya.  


Sebelum dia menyadarinya... mereka hampir sampai di tujuan.  


Kalo Rin bangun, dia mungkin tidak akan ada waktu untuk berbicara dengan Akazaki-kun dengan jujur.  


Yuna membuat senyum nakal dan kembali berbisik kepada Haruya.  


"...Kita hampir sampai. Haru-san."  


Seketika, jantungnya terasa berhenti.  


Terlalu terkejut, wajah dan seluruh tubuhnya menjadi kaku.  


(...Eh, apa yang dia katakan tadi? Apa dia mengatakan Haru-san?)  


Tidak, mungkin itu salah dengar. Atau lebih tepatnya, semoga begitu.  


Karena suaranya hampir tidak terdengar, kemungkinan itu cukup besar...  


Keringat dingin muncul di dahinya dan dia membeku. Yuna lalu berkata, "Ayo. Sudah waktunya membangunkan Rin" dengan sedikit cepat.  


"Ah, ah," Haruya bingung sambil melihat ke arah Rin.  


Sebenarnya, dia ingin memastikan apa yang Yuna katakan tadi, tapi kalo itu malah membuatnya curiga, itu akan menjadi bumerang. Tanpa mengetahui perasaan Haruya, Rin masih tidur nyenyak dengan bersandar di bahunya.  


Karena dia yang bersandar, pipinya terlihat menggemuk dan Haruya tidak bisa menahan diri untuk tidak mencoleknya. Haruya berkata, "Hei, hei," sambil berpura-pura tenang.  


"...Hm?"  


Lalu, dia menyipitkan mata dan melakukan peregangan besar.  


Ada sedikit air mata di sudut matanya, dan area matanya memerah.  


Dia menatap Haruya dan berkedip beberapa kali. ...Wajahnya agak dekat, dan Haruya menggaruk pipinya sambil mengalihkan pandangannya ke jendela.  


"...!? A-Aku... tidur bersandar di bahu Akazaki-kun!?"

 

Sepertinya dia masih setengah tidur dan dia terlihat belum sepenuhnya memahami situasinya, tapi dengan kesadaran yang mulai pulih, dia mungkin menyadari apa yang terjadi.  


Rin dengan cepat menjauh dari Haruya dan menunduk.  


Hanya telinganya yang tidak sepenuhnya tersembunyi terasa panas.  


"...Aku tidak keberatan."  


Sebenarnya dia merasa terganggu, tapi dia mencoba meringankan perasaannya dengan memberikan dukungan.  


Mendengar jawaban Haruya, Yuna menyela.  


"...Bohong. Akazaki-kun... kau memperhatikan wajah Rin yang sedang tidur, kan?"  


"...!"  


Wajah Haruya menjadi merah padam dan dia menatap Yuna dengan kebencian.  


"Aku hanya mengatakan yang sebenarnya..."  


Lalu, dia berkata dengan cepat dan mengalihkan pandangannya ke kursi Sara.  


"Hei, Sara... kita turun di stasiun berikutnya, kan?"  


Sara, yang sedang berbicara dengan Kazamiya, menatap Yuna.  


"...Ya, benar."  


"Ngomong-ngomong, kalian berdua terlihat asyik berbicara... apa yang kalian bicarakan?"  


"Itu────"  


Begitulah, Yuna mulai mengobrol dengan Sara.  


Haruya benar-benar terpojok.  


Dia menghela napas pendek.  


Lalu, tiba-tiba dia menyadari kalo ada tatapan yang penuh arti dari sampingnya.  


Rin menatap Haruya dengan tatapan tajam.  


"...Akazaki-kun, apa kau melihat wajahku saat tidur?"  


"........."  


Saat dia memalingkan wajahnya, Rin mencubit lengannya sambil berkata, "Jawab aku..."  


Sakit. Itu... sakit.


Sepertinya diam tidak diperbolehkan. Tapi, mengatakan kalo dia melihat wajahnya saat tidur terasa memalukan, jadi Haruya memutuskan untuk hanya mengangguk.  


Setelah melihat Haruya mengangguk, Rin berkata satu kata.  


"...Ecchi."  


Dia mengatakan itu dan memalingkan wajahnya dari Haruya.  


Dia kembali menjaga jarak dari Haruya. Tapi ini mungkin tidak bisa dihindari.  


Suasana tidak memungkinkan untuk memberikan alasan.  


(Hah. Hanya perjalanan kereta saja sudah membuatku lelah secara mental...)  


Tidak diragukan lagi kalo ini akan menjadi perjalanan yang panjang.  


Haruya bahkan tidak ingin membayangkan kekacauan yang akan datang kedepannya, dan dia sudah mulai berpikir demikian dalam hati.  


(...Bisakah aku pulang sekarang?)  


Tapi, berbeda dengan Haruya yang berpikir seperti itu, Rin───.  


(Ah, bodohnya aku~~~~. Hanya mengatakan ' Ecchi' akan membuat situasi menjadi canggung. Seharusnya aku bisa bercanda seperti biasa dan mengatakan 'Bercanda. Kau terpesona padaku kan? Kalo begitu, kau bisa melihat lebih banyak', tapi... aku terlalu malu, aku... tidak bisa. Atau lebih tepatnya, terlalu memalukan kalo wajahku saat tidur terlihat. Aku tidak ngiler, kan... Ugh, kemarin... aku tidak bisa tidur karena terlalu menantikan menginap dengan Akazaki-kun...)


Dia benar-benar diliputi rasa malu.  


───Meskipun begitu.  


Rin menekan dadanya yang berdebar-debar dan memutuskan untuk bersikap tegas.  


(...Sekarang aku tidak bisa menatap wajahnya, tapi selama menginap ini aku akan maju lebih jauh...)  


Dan, Yuna sendiri─────.  


(...Aku akan mengungkap misteri Akazaki-kun di sini. Aku juga ingin meminta bantuannya untuk naskah... Bersiaplah... Ah, aku terlalu bersemangat, aku harus menahan diri...)  


Dia memikirkan hal itu dengan ekspresi yang sedikit memerah.  


Terakhir, berbeda dengan Rin dan Yuna, Sara yang tidak bisa duduk di kursi yang sama dengan Haruya────.  


(...Akazaki-san, Rin-san, dan Yuna-san terlihat sangat dekat... Aku tertinggal... Aku pasti akan membuatnya menyadari... Akazaki-san.)  


Dia terlihat sedikit serius, tapi dia tersenyum dengan dewasa.  


Sara juga memiliki harapan besar untuk menginap ini.


★★★


 "Kita sudah sampai~~~~~!"  


Yang pertama kali berseru setelah tiba di stasiun terdekat tujuan adalah Kazamiya.  


Dia melakukan peregangan besar dan memaksa untuk merangkul bahu Haruya.  


...Sakit, sakit. Leherku bisa copot.  


Haruya menyipitkan mata dan melihat ke arah Kazamiya.  


Lalu, dari samping, dia mendengar suara-suara manis seperti lonceng kecil.  


"Tapi pemandangannya indah..."  


"Ya, seperti yang Yuna Rin katakan, ini benar-benar indah!"  


"...Tempat ini benar-benar tidak berubah. Aku senang kalian menyukainya."  


Seperti yang ditunjukkan oleh reaksi setiap orang, pemandangan di sekitar sangat indah.  


Setelah melewati pintu tiket stasiun, yang terlihat adalah hamparan laut.  


Udara segar, dan aroma laut yang terbawa angin laut terasa agak menggelitik.  


Cuaca cerah, dan langit yang seperti kanvas dihiasi dengan biru jernih dan awan putih yang membentang tak terbatas.  


"Ini bagus untuk foto! Ayo kita ambil foto...!"  


Rin membuka matanya lebar-lebar dan melompat-lompat kecil sambil mengeluarkan Hp-nya.  


"...Bagus. Ayo kita ambil foto untuk kenang-kenangan."  


"Silakan ambil foto!"  


Mengikuti Rin, Yuna juga mengeluarkan Hp-nya. Dan Sara mengikutinya.  


Para pria sepertinya tidak tertarik dengan foto dan reaksi mereka agak datar.  


Tapi, setelah Kazamiya berkata, "Ayo kita juga ambil foto...", Haruya mengeluarkan Hp-nya dan mengambil beberapa foto pemandangan.  


"Takamori-san, Himekawa-san, atau Kohinata-san... Bagaimana kalo kau mengajak salah satu dari mereka, atau bahkan ketiganya, untuk mengambil foto bersama? Akazaki."

 

Lalu, Kazamiya berbisik di telinganya, "Kalo begitu, aku akan mengambil fotomu."  


Sepertinya Kazamiya juga sudah selesai mengambil foto pemandangan.  


Meskipun terlihat mengejek, Haruya tidak goyah dan membalas dengan candaan.  


"...Kalo begitu, bagaimana kalo kau sendiri yang meminta Himekawa-san untuk mengambil foto bersamamu? Kau terlihat asyik berbicara dengannya di kereta tadi."  


"...Eh, tidak───"  


Kazamiya entah kenapa terlihat canggung dan memalingkan wajahnya.  


Kata-kata yang hampir diucapkannya tersangkut di tenggorokan.  


Percakapan Kazamiya dengan Sara di dalam kereta adalah tentang Haruya.  


Tapi, membicarakan Haruya... itu bukan sesuatu yang bisa dia katakan tanpa izin Sara.  


Dia membersihkan tenggorokannya sekali dan meletakkan tangannya di bahu Haruya.  


"Yah, Akazaki... semangat. Aku mendukungmu."  


Kazamiya tersenyum lebar menunjukkan giginya yang putih.  


(Tidak, aku benar-benar tidak mengerti. Kenapa pembicaraan berubah seperti ini... Aku sedang membicarakan Kazamiya...)  


Dia merasa ingin menekuk jempol temannya yang sedang memberikan semangat.


★★★


Setelah puas mengambil foto-foto yang instagramable, mereka berjalan sebentar dipandu oleh Sara.  


Mereka melewati permukiman dan menaiki tanjakan. Panasnya luar biasa, dan di tengah jalan, keringat hampir masuk ke mataku. Ketika menoleh ke belakang, laut terlihat lebih luas dan keindahan pemandangan hampir membuatnya terpesona.  


"Kita hampir sampai." 


Setelah mengikutinya selama 15 menit, mereka tiba di depan rumah besar yang dikelilingi oleh pepohonan hijau.  


(...Rumah besar apa ini...? Iti terlihat seperti sebuah penginapan.)


Memang tidak sebanding, tapi lebih besar dari rumah ayah angkat Sara.  


Tentu saja. Dengan ukuran sebesar ini, jelas tidak ada masalah untuk menginap 5 orang.  


Secara geografis, tempat ini mungkin berada di pedesaan. Ini pertama kalinya Haruya kesini, tapi suasananya bagus dan tidak banyak toko.


Seperti suasana pulau selatan, mungkin. Itu membuatnya merasa nostalgia.  


───Gulp.  


Semua orang kecuali Sara menelan ludah.  


"Rumah besar ini membuatku gugup~~~~"  


Kazamiya mengusap keringat di tangannya dengan celana pendeknya. Orang-orang di sekitarnya mulai menertawakan suaranya yang kuat dan tingkah lakunya yang sedikit lucu.  


"...Seperti yang dikatakan Kazamiya-kun, aku juga mulai gugup."  


Rin-lah yang mengatakan itu dengan mengerutkan kening dan mulutnya yang tertutup rapat.


"...Benar. Akazaki-kun, apa kau baik-baik saja?"  


Yuna bertanya pada Haruya.  


"Terima kasih atas perhatiannya. Aku baik-baik saja."  


Setelah memastikan semua orang, Sara mengangguk sekali dan masuk ke dalam mansion.  


"Tunggu sebentar ya..."

 

Setelah menunggu beberapa menit, kakek Sara yang sedikit bungkuk muncul.  


Dia keluar bersama Sara ke pintu depan dan menyambut kami.  


"Yah, kalian datang... teman-teman Sara. Aku sudah mendengar ceritanya. Ayo masuk~"  


Wajahnya yang berkerut dan mata yang sedikit turun membuatnya terlihat lucu.  


"Dia terlihat seperti orang tua yang ramah." 


Bisik Kazamiya di telinga Haruya.  


"...Benar juga."  


Ini agak mengejutkan. Haruya mengira kakek Sara akan lebih tegas.  


Mungkin karena ayah angkat Shara yang menakutkan, Haruya memiliki prasangka seperti itu.  


Kalau dipikir-pikir, ayah angkatnya juga hanya terlihat menyeramkan, tapi sebenarnya tidak menakutkan sama sekali.  


Dengan pemikiran itu, Haruya maju ke depan dan membungkuk.  


"Um... kami akan merepotkan mu selama beberapa hari."  


Dia mengatakan itu dan menyerahkan kotak kue. Kotak kue ini dibeli pada hari dia pergi bersama Sara.  


Dia bertanya pada Sara tentang apa yang disukai kakeknya dan membelinya sebelumnya.  


Tentu saja, karena semuanya sudah diatur melalui Sara, dia tidak perlu meminta uang kembalian, tapi dia berencana untuk menerima pembayaran yang tepat.  


"Wah, kau sangat baik sekali... Dan ini adalah manju goreng favoritku. Terima kasih~"  


"Tidak, tidak. Kami akan merepotkanmu selama beberapa hari."  


Mengikuti Haruya, yang lain juga membungkuk.  


" " " "Terima kasih atas bantuan mu." " " "  


Setelah selesai menyapa sebentat...  


───Grrr.  


Perut seseorang berbunyi dengan lucu.

 

Semua orang menoleh, dan jelas siapa yang perutnya berbunyi.  


Dengan bahu yang gemetar dan wajah yang memerah, itu adalah Yuna.  


"...! H-Hem. Sudah siang...kaljadi wajar kalo lapar."  


Dia memainkan rambut depannya sambil menatap ke tanah.  


Tidak ada yang menyalahkannya, tapi Rin langsung melompat ke arah Yuna.  


"...Ugh. Yuna Rin imut sekali~"  


"Eh, tunggu..."  


Yuna hampir kehilangan keseimbangan karena dia yang tiba-tiba melompat padanya.  


Meskipun di depan Haruya, Rin yang biasa telah kembali, dan Yuna merasa senang, tapi rasa malunya sepertinya lebih kuat.  


"...Le-lepaskan. Semua orang melihat."  


Yuna berkata, dan Rin melihat sekeliling.  


"Ini yang disebut 'tehetehe' ya..."  


Kazamiya mengangguk beberapa kali dengan senyum puas sambil menikmati pemandangan ini.  


"...Silakan lanjutkan tanpa khawatir..."  


Sara menggoyangkan bahunya dan tersenyum elegan sambil mengejek.  


“Menjadi muda itu menyenangkan~. Hanya dengan melihat kalian, aku merasa lebih bersemangat."  


Kakek Sara mengangguk, merasakan semangat ke-5 anak muda ini.  


Dan Haruya───.  


"...Yah, itu cocok untuk kalian."  


Dia bergumam pelan dan mengalihkan pandangannya.  


Melihat reaksi sekitar, Rin tiba-tiba menjauh dari Yuna.  


Kecepatannya membuat Haruya terkejut.  


Pasti dia tiba-tiba merasa malu.  


Saat seseorang mencoba mengejek dengan senyum licik, Haruya melirik wajah Rin.  


Lalu wajahnya memerah. Haruya merasa seolah-olah tubuh kecilnya sedang memohon padanya, "Jangan mengolok-olokku...", jadi dia secara refleks meninggikan suaranya. Semua mata langsung tertuju pada Haruya.  


"Ah, ah~. Yah, aku juga lapar... bisakah kita masuk?"


Haruya melihat kakek sara dan berkata.  


Lalu, kakek Sara mengangguk dengan sopan.  


"...Benar. Makanan sudah siap... ayo masuk."  


Setelah mengatakan itu, kakek Sara melanjutkan.  


"Kau baik hati.... Tapi sayang... rambut depanmu terlalu panjang. Kau akan terlihat lebih tampan kalo itu dipotong."  


Kakek Sara mengucapkan kata-kata yang tidak perlu dan masuk ke dalam rumah.  


"Akazaki, akhirnya kau dikomentari juga."  


Kazamiya tersenyum lebar.  


"...Memang mungkin lebih baik dipotong."  


Yuina tersenyum sopan.  


"Menurutku tidak apa-apa dibiarkan seperti itu."  


Shara bergumam.  


"........."  


Dan Rin hanya menunduk tanpa berkata apa-apa.  


Haruya merasa sedikit sedih di dalam hati.  


(...Tidak, apakah penilaianku seburuk itu? Poniku ini... agak mengejutkan.)  


Sementara yang lain masuk ke dalam rumah sambil berkata "Luas sekali" atau "Hebat" dengan kosakata yang terbatas────.  


Haruya dan Rin berada di barisan belakang. Dari depan, yang sudah masuk ke dalam rumah, terdengar percakapan seperti "Setelah makan, kita berencana pergi ke pantai", "...Eh, pantai!? Langsung pergi di hari pertama?" "...Aku cukup menantikan pantai."  


Ketika Haruya juga akan masuk, dia merasakan bajunya ditarik.  


Haruya ditarik oleh kekuatan lemah dari belakang dan berbalik.


Dengan pandangan masih menunduk, Rin berkata.  


"...Terima kasih, Akazaki-kun. Kau memikirkan ku dan melindungiku."  


Suaranya sedikit gemetar, mungkin karena dia memberanikan diri untuk berbicara.  


"Jangan dipikirkan. Aku hanya ingin cepat makan."  


Sebenarnya, dia belum makan sejak pagi, jadi perutnya memang lapar.  


Jadi, Haruya melanjutkan.  


"Ayo masuk."  


Dia mendorong Rin untuk maju, tapi Rin masih tetap di tempat.  


Dengan tekad, dia membuka mulutnya.  


"...Ya. Dan... aku pikir rambut depan Akazaki-kun sangat bagus. ...Sebenarnya, aku pikir lebih baik dipotong."  


...Tidak, jadi yang mana?

 

Haruya sebenarnya ingin memberikan komentar seperti itu, tapi melihat ekspresi Rin, dia hanya bisa menggaruk kepalanya dan mengalihkan pandangan. Senyumnya seperti kuncup musim panas yang mekar.  


Senyum cerah seperti bunga matahari itu pasti karena matahari bersinar lebih terik dari biasanya. Pasti begitu.  


★★★


Langit biru yang luas membentang sejauh mata memandang.  


Meskipun pasir di bawah kaki terasa panas, ada sesuatu yang menenangkan tentang hamparan pasir ini, dan gelombang yang berirama terus-menerus membuat hati menjadi tenang.  


Setelah menyelesaikan makanan yang disiapkan oleh kakek Sara, Haruya dan yang lainnya tiba di pantai. 


Tiba-tiba, Haruya mengingat kembali tentang makanan.  


Makanan tersebut adalah menu yang berfokus pada masakan Jepang, dengan banyak piring kecil yang disajikan di atas meja.  


Ada tempura sayuran gunung, somen, dan lauk pauk yang menggunakan banyak sayuran.  


Kualitasnya tidak kalah dengan menu yang disajikan di penginapan, dan rasanya sangat lezat.  


(Tidak... ini benar-benar seperti penginapan... kamarnya juga sangat luas.)  


Sebenarnya, rumah kakek Sara adalah rumah mewah yang penuh dengan nuansa Jepang.  


Tempat mereka makan adalah ruangan besar dengan tatami yang terhampar di seluruh lantai.  


『... (Munch munch munch munch)』  


Yang paling menarik selama makan adalah Yuna yang memakan makanannya dalam diam dengan sangat cepat.  


Biasanya Yuna terlihat cool, tapi di saat-saat tertentu dia terlihat seperti Nayu-san.  


Itu membuat Haruya merasa lucu.  


(Lucu juga melihatnya terlihat kecewa setelah selesai makan...)  


Saat dia mengingat hal-hal seperti itu, Kazamiya menancapkan payung di pasir dan berkata pada Haruya.  


"Akazaki, kau... ternyata cukup berotot."  


Meskipun perutnya tidak sampai six-pack, dia tidak merasa tersinggung.  


Mungkin karena insiden dengan Yuna mengingatkannya pada semangat atletik, makanya dia mulai membiasakan diri berlari.  


Bahkan, dia sendiri senang bisa merasakan hasilnya.


"Kazamiya juga terlihat kencang."  


"Aku sudah berlatih untuk saat-saat seperti ini."  


Kazamiya tertawa sambil bercanda.  


Sejauh mana ucapan pria ini tulus?  


Terkadang terasa kalo dia hanya mengatakan ini dengan nada main-main.


Kazamiya sengaja mengecilkan suaranya dan berkata.  


"Melihat S-Class Beauties dalam baju renang adalah kesempatan langka, Akazaki."  


"Ya, benar."  


"Aku pikir hatiku tidak akan tahan saat menginap, tapi aku tidak menyangka bisa melihat mereka dalam baju renang... syukurlah..."  


"Tidak, meskipun kau bersyukur padaku..."  


Haruya mengerutkan kening melihat Kazamiya yang bersyukur dengan tangan terkatup.  


"Karena kalo Akazaki tidak ada, aku tidak akan diundang ke sini."  


Dengan ekspresi yang sangat cerah, Kazamiya menunjukkan giginya.  


"Itu tidak────"  


"Benar."  


Kazamiya memotong kata-kata Haruya dan menimpali.  


"Ketika Himekawa-san mengundangku, aku pikir aku hanya sebagai pelengkap. Tapi justru karena itu, aku..."  


Dia berhenti sejenak dan menatap Haruya langsung.  


"Akazaki. Aku bisa bergerak dengan baik agar kau bisa menghadap ke depan."  


Ekspresinya serius. Itu sulit dipercaya dari nada dan sikapnya yang biasanya bercanda.  


Ketika Haruya membeku, Kazamiya membuat gerakan mikrofon dengan tangannya dan kembali ke sikap biasanya.  


"Jadi, siapa yang paling kau tunggu-tunggu penampilan baju renangnya, Akazaki?"  


Wawancara apa ini... Tolong hentikan.  


"────Maaf membuat kalian menunggu!"

Dari belakang, Sara muncul.  


Ketika Haruya menoleh, dia membuka matanya lebar-lebar dan membeku di tempatnya.  


"Ada apa, Akazaki-san?"  


Dia berdiri di sana dengan senyum menantang di wajahnya.  


Kazamiya membuat pose kemenangan dengan kepalan tangan sambil berkata, "Ya!"  


(Baju renang ini lebih menghancurkan dari yang kuduga...)  


Baju renang Sara adalah... yang dipuji Haruya saat mereka pergi berbelanja.  


Baju renang dengan dasar warna oranye yang hanya cocok untuk orang dengan tubuh bagus, tapi Sara memakainya dengan sangat baik, melebihi ekspektasi Haruya.  


"Ugh, Sara langsung pergi... jangan terlalu menatapku."  


Yuna datang sedikit terlambat dengan satu lengan terlipat.  


Baju renangnya adalah pareo biru yang sangat cocok untuknya.  


Dia terlihat dewasa, tapi pipinya yang memerah dengan malu-malu menambah pesona yang luar biasa. Kazamiya mulai melompat-lompat di tempat. Tenanglah...  


"Aku sudah lama tidak ke pantai, jadi aku sangat menantikannya..."  


"Benar!"  


Sara setuju dengan Yuna yang gelisah.  


"...Sara-chin dan Yuina-Rin... sangat imut."  


"Tidak, Rin juga imut, kan? Benar, Sara?"  


"Ya... dia imut. Tentu saja, Yuna-san juga."  


"Terima kasih. Tentu saja, Sara juga imut."  


"Ehehe. Aku merasa malu..."  


Dengan langkah berat, Rin juga muncul sambil terlibat dalam percakapan itu.  


Dia memalingkan wajahnya dan menjaga jarak tertentu dari para pria. Dia mengenakan hoodie dan tidak menunjukkan banyak kulit. Sejujurnya, Haruya lega tidak perlu bingung mencari tempat untuk memandang.  


"Jadi, karena semua sudah berkumpul, apa kalian ingin berenang atau bermain bola pantai?"  


"...Hm, aku lebih suka bermain bola pantai. Aku juga ingin memasukkannya ke dalam ide skripku."  


Yuna dengan rendah hati mengangguk pada saran Sara.  


Sebenarnya, bukan 'lebih suka'. Dia pasti hanya ingin bermain bola pantai.  


Mungkin keinginannya untuk bermain olahraga bola sangat kuat. Dengan pengalaman berteman yang cukup lama, Haruya yakin akan hal itu. Dia sangat menyukai basket, Nayu-san.  


"Ah~ aku juga ingin bermain bola pantai. Bagaimana denganmu, Akazaki?"  


Kazamiya menanyakan pendapatnya. Bermain bola pantai tidak masalah.  


Dengan menjaga jarak tertentu, mereka bisa menikmati permainan tanpa khawatir rambut basah.

 

Dan Haruya juga perlu khawatir kalo wajahnya akan dilihat terlalu dekat. Jadi, Nayu dan Rin tidak akan melihat wajahnya. Itu berarti identitasnya akan tetap tersembunyi.  


Tapi kalo dia harus berenang, semuanya akan berantakan...  


"Ah, aku juga ikut."  


"A-Aku juga ikut!"  


Rin mengangkat tangannya dan menunjukkan keinginannya untuk bergabung.  


"Karena jumlahnya banyak, bagaimana kalo kita membentuk 2 tim dan bermain bergantian? Ah, kita bisa bermain voli pantai dengan bola pantai."  


"Kata pertandingan terdengar menyenangkan..."  


Yuna tersenyum.  


"Oh, bagus. Kedengarannya menyenangkan."  


Kazamiya tersenyum menantang dan pertama kali mengulurkan tangannya.  


Sepertinya mereka akan memutuskan dengan suit seperti saat menentukan tempat duduk di kereta.  


(...Yah, dalam voli pantai, tidak peduli bagaimana, aku tidak akan dibuat berdebar-debar dalam arti yang aneh.)  


★★★


Pemikiran Haruya terlalu naif.  


Voli pantai di bawah langit cerah.  


Karena kombinasi tim juga bergiliran, tidak masalah siapa yang dipasangkan dengan siapa.  


Begitulah yang kupikir saat menghadapi voli pantai, tapi fase diskusi strategi tim dalam voli pantai ini menciptakan masalah.  


Karena ada 5 orang, kalo dibagi menjadi 2 tim, itu akan terbentuk pasangan 2 dan 3 orang.  


Saat dalam tim 3 orang, tidak ada masalah. Bahkan saat dalam tim 2 orang, selama bukan dengan Sara... Masalah muncul saat Haruya dipasangkan dengan Sara dalam tim 2 orang.  


Saat itu, (menurut Haruya) masalah terjadi.  


"...Akazaki-san. Tolong bantuannya."  


"Ya mohon bantuannya juga, Himekawa-san."  


Sapaan saat dipasangkan dengan Shara dalam rotasi biasa saja.  


Masalahnya adalah waktu untuk rapat strategi.


Biasanya, dalam waktu ini mereka akan memikirkan respons terhadap bola lawan...  


"...Akazaki-san, apa baju renangku cocok untuk ku?"  


Dia berbisik dengan suara kecil.  


"...!"  


Haruya tanpa sadar menahan napas.  


"Aku terlalu malu untuk menanyakan hal ini kecuali kita hanya berdua saja, jadi...bagaimana menurutmu?"  


Jaraknya dekat. Napasnya menyentuh telinganya.  


Baju renang yang cocok itu terlihat.  


Bentuk payudaranya sangat menonjolkan feminitas, dan tanpa disadari, itu membuat suasana menjadi menggoda. Kalo orang lain mendengar pembicaraan ini selama rapat strategi, itu akan buruk. Ketegangan itu juga memperburuk emosinya.  


Haruya tidak punya pilihan selain memalingkan wajahnya.  


"Tidak boleh... Aku tidak akan pergi sampai kau menjawab... Lagipula, aku datang dengan mengenakan baju renang yang menurut Akasaki-san imut untukku... Aku harus mendengar pendapatmu."  


Sara tidak meminta pendapatnya saat dia muncul dengan baju renang untuk saat itu.  


Sebenarnya, Sara ingin segera bertanya, "Bagaimana? Imut, kan?" tapi dia menahannya.  


Kalo dia meminta pendapat Kazamiya, jawaban "Imut" hampir pasti.  


Sara tidak ingin Haruya hanya mengikuti alur itu.  


Dia benar-benar ingin mendengar kata-kata seperti 'Imut' atau 'Cocok' dari mulut Haruya.  


Dia memblokir respons seperti "Aku setuju dengan Kazamiya" atau "Aku juga berpikir begitu."  


"Sekali lagi... apa ini imut? Ini baju renang yang kau pilihkan, Akazaki-san."  


Imut. Dengan pendekatan seperti ini, jawabannya pasti akan keluar.  


Hampir keluar.  


Seperti hari itu. Saat memilih baju renang dengan Sara...


[TL\n: besar jir.]


Dengan rasa malu yang alami.  


Imut. Hanya 4 huruf kalo ditulis.  


Kata-kata yang sangat mudah untuk diucapkan.  


"I-I..."  


Saat dia hampir mengatakannya, hatinya, tubuhnya menjadi dingin.  


Begitu melihat ekspresi Sara, Haruya menjadi seperti itu.  


Memang benar dia berdebar, tapi itu langsung mereda.  


Itu karena dia melihat wajah Sara. Karena dia membaca emosi cinta di balik wajah itu.  


Ekspresi Sara adalah gadis yang sedang jatuh cinta...  


Tapi, itu berbeda dari Sara yang biasa.  


Dari Sara sebelumnya, dia menunjukkan ekspresi yang lebih seperti memuja Haruya, lebih dekat dengan rasa hormat daripada cinta, tapi sekarang berbeda.  


Itu adalah ekspresi yang menunjukkan kalo dia menyukainya secara setara.  


Perasaan tulus. Cinta. Dihadapkan dengan itu, hati Haruya menjadi dingin.  


Mungkin ini karena dia teringat mimpi yang dilihatnya pagi ini.  


"...Ah, Akazaki-san?"  


Mungkin merasa ada yang tidak beres, Sara mencoba melihat wajahnya.  


Dengan hati yang dingin, Haruya berkata.  


"...Himekawa-san. Aku pikir kau imut."  


Dia menjawab dengan suara yang datar secara mengejutkan. Tidak ada intonasi. Suaranya tenang.  


"...!"  


Mendengar kata imut dari Haruya, Sara membeku sejenak sebelum dia perlahan tersenyum.  


"Terima kasih."  


Cara bicaranya seolah-olah sedang merenungkan sesuatu.  


"Kalo begitu, Akazaki-san...ayo kita lakukan rapat strategi dengan santai."


Setelah beberapa saat, Sara tersenyum seolah tidak terjadi apa-apa.  


Senyum itu terlihat agak sedih, tapi mungkin itu hanya perasaan Haruya.  


Air laut yang sudah agak hangat karena panas matahari tiba-tiba terasa sangat dingin saat itu.  


★★★


Setelah menikmati voli pantai, mereka beralih ke berenang.  


Sekarang, hati Haruya yang dingin itu sudah kembali normal, dan bahkan ketika dia melihat Sara, dia terlihat seperti biasa. Syukurlah. Haruya menghela napas lega, berpikir mungkin dia terlalu khawatir.  


"...Kita juga akan bertanding dalam berenang!? Kau terlalu kuat dalam voli pantai, Yuna-san..."  


Tanpa mengetahui perasaan Haruya, Kazamiya tersenyum kecut.  


"...Ah, tidak sehebat itu."  


Yuna menggaruk pipinya dengan malu-malu.  


Sebenarnya, penampilan Yuna sangat menakjubkan. Baik dalam tim 3 orang maupun 2 orang, dia selalu menjadi pencetak gol tertinggi dan timnya selalu menang.  


"Kau benar-benar hebat, Yuna-san."  


"Ya, kau hebat, Yuna Rin!"  


Yuna juga dipuji oleh Sara dan Rin.  


Kemudian, mereka memutuskan untuk berenang, dan sementara yang lain setuju, Rin dan Haruya berbicara bersamaan.  


"Aku akan lewat." "Aku baik-baik saja, silakan bersenang-senang."  


Itu kebetulan. Hampir pada saat yang sama, mereka menunjukkan keinginan untuk tidak ikut berenang.  


Haruya jelas tidak bisa membasahi rambutnya.  


Selama ada risiko identitasnya terbongkar, dia tidak bisa membiarkan area matanya terlihat.  


"Hey, hey. Apa kau yakin... Akazaki dan Kohinata-san, bukankah ini sayang sekali?"

 

"Tidak, aku agak lelah dan ingin istirahat."  


"Aku juga skip karena alasan yang sama dengan Akazaki-kun."  


Kazamiya menatap mereka dengan penuh kekhawatiran.  


Yuna, yang bersemangat untuk berenang, mulai melakukan pemanasan.  


Kalo dia senang, itu bagus, tapi bukankah dia terlalu bersemangat...?  


Sara melihat Haruya dan Rin dengan ekspresi yang agak rumit.  


Mungkin perasaannya lebih condong ke arah yang tidak ingin berenang.  


Tapi, Sara sudah menjawab kalo dia ingin berenang kepada Yuna dan Kazamiya.  


"Himekawa-san juga ikut. Kali ini, lomba gaya bebas!"  


Melihat Yuna dan Kazamiya menuju laut, Sara juga berlari.  


...Lomba gaya bebas? Mereka seperti anak SD saja. Lebih baik tidak memberikan komentar kasar seperti itu.  


Saat Haruya mengirimkan pandangan kaget ke Kazamiya, dia melihat Rin yang duduk bersila di sampingnya.  


Dia mengenakan hoodie dan menyembunyikan wajah dan mulutnya dengan lengannya.  


"Panas kan? Kalo kau mau, apa kau ingin minuman?"  


Dia membawa botol minuman olahraga dan teh yang sudah dibekukan ke pantai ini.  


"Aku belum menyentuh minuman olahraga, jadi aku hanya menawarkan..."  


"...Kalo begitu." 


Rin memberanikan diri untuk berbicara.  


"Aku akan mengambil satu teguk..."  


Dia berpikir kalo Haruya adalah orang yang baik.  


Rin merasakan detak jantungnya yang semakin panas.  


(Kalo aku diperlakukan seperti ini... aku akan semakin menyadarinya. Mungkin aku akan dianggap mudah, tapi aku merasa siapa pun akan menjadi mudah kalo mereka tertarik pada seseorang. Dari sudut pandang Akazaki-kun, mungkin dia hanya merasa canggung dengan keheningan dan mencoba memulai percakapan. Tapi itu membuatku sangat bahagia.)  


Dia menerima botol yang diberikan kepadanya.  


Dia sedikit kecewa karena itu bukan ciuman tidak langsung, jika kalo dia menyadari kalo Haruya sudah meminumnya, dia mungkin tidak akan bisa meminumnya. 


Sebenarnya, Rin ingin bercanda dengan santai seperti "Apa kau ingin ciuman tidak langsung denganku?" tapi... sepertinya masih sulit untuk sampai ke sana.  


Sambil mengutuki dirinya sendiri yang tidak berguna, dia melihat ketiga orang yang sedang berenang di depan.  


Sara, Yuna, dan Kazamiya.  


Mereka hanya berenang dalam diam, tanpa percakapan khusus, mungkin berkompetisi dalam kecepatan berenang.  


Yang terdepan adalah Yuna. Sepertinya dia masih serba bisa dalam olahraga.  


Rin tidak bisa menahan tawa.  


"...Akazaki-kun. Terima kasih untuk ini."  


"Tidak, tidak apa-apa..."  


Minuman olahraga yang diterimanya memiliki es yang sudah meleleh dengan baik, memberikan sensasi segar di lidah. Dingin dan sangat enak.  


(...Aku berharap aku juga bisa berenang, tapi... sayang sekali.)


Melihat Sara dan Yuna berenang dengan riang, Rin pun merasa ingin ikut berenang.


Tapi, bahkan di kolam renang saja dia sudah kesulitan. Berenang di laut yang berombak pasti akan jauh lebih sulit, jadi itu tidak mungkin untuknya.


Saat melihat Rin yang terlihat ragu, Haruya tanpa sadar menahan napas.


(....Oh iya, Kohinata-san pernah bilang kalo dia ingin berenang tapi dia tidak bisa berenang... Ditambah lagi, dia juga tidak percaya diri dengan tubuhnya.)


Haruya tiba-tiba teringat percakapan mereka di kafe.


Dia tahu kalo Rin menyukai seseorang. Rin sendiri yang meminta saran darinya tentang cinta.


(Kalo tidak salah, dia bilang kalo dia sudah berjanji untuk pergi ke pantai bersama orang itu... Aku tidak bisa membiarkan dia pergi kencan dalam keadaan kurang percaya diri seperti ini.)


Kalo diperhatikan lebih dekat, Rin beberapa kali menghela napas kecil.


Setidaknya, saat kencan dengan orang yang disukainya, Haruya ingin Rin merasa percaya diri.


Dia pun duduk di sampingnya.


"....Kohinata-san. Kalo kau tidak keberatan, maukah kau berenang bersamakua?"


".....Eh?"


Mata ungunya melebar.


Dia terdiam, menatap wajah samping Haruya.


"Yah, aku cuma berpikir...sebenarnya kau ingin berenang, kan? Aku juga tidak terlalu jago, jadi mungkin kita bisa belajar bareng."


Setelah sedikit jeda, Haruya menambahkan,


"Lagipula, meski hoodie itu cocok untuk mu, menurutku baju renang Kohinata-san sangat cocok untukmu, jadi menurutku akan sia-sia kalo kau terus mengenakan hoodie itu."


Ucapannya membuatnya sedikit malu.


Tapi, karena Rin sudah menyukai seseorang, Haruya bisa mengatakan itu dengan santai...atau setidaknya begitu yang dia pikirkan.


Rin hanya bisa menatap pasir di bawahnya.


───Dug, dug, dug.


Jantungnya berdebar dengan cara yang belum pernah dia rasakan sebelumnya.


Rasanya campur aduk antara senang dan malu, sampai pikirannya hampir tidak bisa bekerja dengan baik.


───Dia benar-benar melihat keresahanku... Bahkan Sara-chin dan Yuna Rin yang bersamaku di ruang ganti pun tidak menyadarinya...


Tentang betapa aku tidak percaya diri dengan tubuhku, dan betapa aku tidak pandai berenang.




Fakta yang selama ini dia sembunyikan hanya pernah dia ceritakan kepada seorang pelanggan tetap di kafe—seorang Onii-san yang bisa diajak bicara dengan santai tanpa rasa canggung.


Bukan kata-kata seperti "Kau harus lebih percaya diri" atau "Aku bisa mengajarkanmu berenang". Justru karena itu, Rin semakin sadar akan kehadiran Haruya.


Perhatian yang dia tunjukkan begitu alami.


Seolah-olah dia sama sekali tidak ingin membuat Rin merasa kalo dirinya sedang menghadapi sebuah masalah.


Dia benar-benar baik...Hati Rin terasa hangat.


Saat melihat tubuh Haruya yang terlihat tegap dan atletis, jelas kalo dia sebenarnya pandai berenang.


Wajah Rin sudah memerah, tapi entah kenapa, di balik perasaan itu, dia merasa ada sisi Onii-san itu dalam diri Haruya.


Rin pun kembali ke sikap biasanya.


"Eh~ jangan-jangan, Akasaki-kun mau melihat apa yang ada di balik hoodieku ini?"


"....Ti-tidak!"


"Eh, tidak?"


Dengan suara yang menggemaskan dan tatapan sedikit menggoda, Rin mulai menggodanya.


(....Apa-apaan ini? Barusan suasananya masih berbeda sekali!)


Haruya hanya bisa mengeluarkan suara bingung.


Baru saja dia merasa seperti dihindari, tapi sekarang Rin bersikap seperti ini.


Gadis memang sulit dimengerti... Rupanya, membaca banyak manga shoujo pun tetap tidak membuatnya lebih memahami hati perempuan.


"Eh...tapi itu juga tidak salah sih..."


Setelah terlanjur mengatakannya, dia tahu kalo menarik kembali kata-katanya hanya akan membuatnya semakin digoda.


Haruya sudah cukup mengenal Rin dari interaksi mereka di kafe.


"Hmm~ Jadi kau memang ingin melihatnya?"


Rin menatapnya sekilas dengan ekspresi yang seolah berkata dasar mesum, sebelum melanjutkan,


"Kalo begitu... Akasaki-kun sendiri yang harus melepas hoodieku ini."


"Hah?"


Saat Haruya melihat Rin lagi, tubuhnya yang ramping semakin terlihat.


Melepaskan hoodie-nya...hanya membayangkannya saja sudah membuat Haruya gugup.


Apa maksudnya ini?


───Apa dia sedang menggodaku?


Tidak mungkin tidak.


Mungkin saja, Rin memiliki pandangan yang lebih bebas tentang cinta dari yang diduga sebelumnya.


Saat dia meminta saran tentang cinta di kafe, tidak sedikit pun terlihat kalo dia memiliki pemikiran seperti itu. Justru, Haruya berpikir kalo Rin sangat polos.


Haruya mengalihkan pandangannya sebelum berucap,


"Hal seperti itu...seharusnya hanya kau lakukan pada orang yang kau sukai."


Ucapan yang lahir dari rasa gugup itu membuat Rin mengomentarinya dalam hati.


(Aku hanya melakukan ini pada Akasaki-kun... Aku tidak ingin dia berpikir kali aku bersikap seperti ini kepada siapa pun... Sebenarnya...)


Saat pikirannya mulai tenang, dia baru menyadari sesuatu.


(Aku baru saja mengatakan hal yang sangat memalukan...)


"....Tidak, tidak apa-apa. Lupakan saja."


Dia mengatakan itu sambil memalingkan wajah.


"....Haa."


Dari belakang, terdengar suara napas lega dari Haruya.


(Aku sudah berani mengatakannya, tapi aku malah menarik kembali perkataanku... Apa itu benar-benar tidak masalah?)


Pikiran itu berulang kali terlintas di benaknya. Kalo dia tidak mengambil langkah sekarang, maka selama acara menginap ini, tidak akan ada yang berubah.


Dia hanya akan terus merasa malu setiap kali melihat wajah Haruya, dan akhirnya tidak bisa melakukan apa pun.


(Apa aku benar-benar tidak keberatan dengan itu?)


Jawabannya sudah jelas. Tidak mungkin dia merasa puas dengan itu…


Akasaki-kun-lah yang mengajarkan kalo sisi dirinya yang lebih berani dan lebih menggemaskan itu juga merupakan bagian dari dirinya sendiri.


(Apa yang harus ku takutkan? Barusan, Akasaki-kun mengingatkanku pada Onii-san di kafe.)


Karena itulah, dia bisa berbicara dengan nada menggoda seperti tadi.


Kalo begitu, mungkin dengan membayangkan Haruya sebagai sosok Onii-san itu, ria bisa kembali menjadi dirinya yang biasa.


Dia sudah bertindak terlalu jauh dengan memintanya melepas pakaiannya, tapi... Rin berbalik dan berkata. 


"Aku hanya bercanda, Akasaki-kun. Lihat aku baik-baik...."


Rin melepas hoodie-nya, menampakkan tubuhnya dalam balutan pakaian renang.


Di mata Haruya, terlihat sebuah pakaian renang sederhana dengan warna dasar hitam.


Tapi justru karena desainnya yang simpel, tingkat keterbukaannya cukup tinggi dan itu membuat Haruya sulit menentukan ke mana dia harus mengalihkan pandangannya.


Rin pasti sudah mengumpulkan keberanian besar untuk melakukan ini. Tangannya bergetar sedikit, dan bibirnya terkatup rapat. Haruya mengatakan ini pada Rin untuk meningkatkan kepercayaan dirinya.


"Kamu terlihat sangat cocok mengenakannya. Jujur saja, aku cukup terkejut karena itu lebih dari yang kubayangkan."


Haruya menggaruk pipinya, merasa sedikit canggung.


Saat Rin melihat reaksi Haruya, senyumnya menjadi cerah.


"Kalo di depan semua orang rasanya agak memalukan... Tapi kalo kita ada kesempatan lagi, maukah kau berenang bersamaku?"


Pandangan Rin tertuju pada tiga orang yang berenang di depan mereka.


Memang, kalo hanya mereka berdua terlihat berenang bersama, rasanya itu akan terlalu mencolok.


Haruya mengangguk pelan.


Melihat Rin yang tersenyum dengan begitu menawan di sampingnya, Haruya berpikir tulus dalam hati.


(Semoga saat kencan di laut nanti, Kohinata-san bisa menikmati waktunya dengan percaya diri, sambil menampilkan senyuman seperti ini.)




─── Kesalahpahaman ini terjadi karena Rin, yang merasa malu, tidak bisa berkata terus terang kalo ini adalah acara menginap, dan dia malah menyebutnya sebagai janji di laut saat berbincang di kafe.


Haruya tidak menyangka kalo ini adalah kencan menginap, karena dia tidak pernah mendengar tentang itu sebelumnya. Dia bahkan tidak berpikir kalo acara menginap kali ini termasuk dalam kategori tersebut. Kalo laut inilah yang sebenarnya dimaksud oleh Rin sebagai tempat kencan mereka.


Perasaan Rin terhadap Haruya semakin berkembang.


(.....Aku ingin lebih dekat dengannya. Dengan Akasaki-kun.)




Setelah menghabiskan waktu di pantai yang membuat jantung berdebar, akhirnya mereka kembali.


Setelah berganti pakaian, Haruya dan yang lainnya kembali ke rumah kakek Sara.


Bagaimanapun juga, pantai itu cukup menyenangkan. Meskipun satu-satunya acara yang mereka ikuti hanyalah turnamen voli pantai, pemandangan, aroma, dan atmosfer pantai cukup untuk membuat hati mereka terasa ringan.


Tapi, Haruya tetap merasa sedikit gugup saat mengingat kejadian beberapa menit yang lalu.


"Eh—benar nih, kalian tidak menyesal tidak berenang? Akasaki, dan juga Kohinata-san. Oh ya, ada satu hal lagi yang ingin kutanyakan... Sebenarnya, kalian berdua tadi sedang apa?"


"....Rin, wajahmu agak merah. Apa ada sesuatu yang terjadi?"


Di perjalanan pulang, dengan matahari senja yang bersinar di sekitar mereka, pertanyaan itu diajukan, membuat situasi menjadi sedikit sulit.


Tidak mungkin dia bisa mengatakan soal hoodie yang dipinjam atau janji berenang mereka.


Rin menoleh dengan cepat "Ah!" untuk mengalihkan perhatian, dan itu sangat membantu.


Di tengah tatapan penuh rasa penasaran dari sekitarnya, dia segera mengubah topik pembicaraan, "Pemandangannya sungguh indah." Cahaya matahari yang memantul di permukaan laut serta langit yang telah berubah oranye memang menciptakan pemandangan yang menakjubkan.


"Ayo ambil foto! Bagaimana?"


Berkat ajakan Rin, pertanyaan yang mengganggu pun tidak berlanjut lebih jauh.


Begitulah, setelah kembali ke mansion, mereka melihat berbagai peralatan yang telah disiapkan di luar.


Ada penjepit makanan, meja, kursi, botol minuman berukuran 1,5 liter, sumpit, nampan kertas, dan masih banyak lagi...


Dan yang paling menarik perhatian adalah piring besar yang ada di tengah.


"Bagaimanapun, musim panas berarti barbekyu..."


Sepertinya kakek Sara telah menyiapkan semuanya di luar.


Saat mereka melaporkan kalo mereka sudah kembali, sang kakek tersenyum lembut, matanya tampak ramah.


Haruya dan yang lainnya serempak mengucapkan terima kasih dan menundukkan kepala.


───Barbekyu, ya... Terakhir kali aku melakukannya seingatku saat kelas 2 SMP.


Saat Haruya sedang mengingat-ingat kenangannya, Kamimiya tiba-tiba berbisik di telinganya.


"Akasaki... Barbekyu ini benar-benar terasa seperti musim panas, ya!"


"'Terasa'? Ini memang musim panas."


Sepertinya suara percakapan para lelaki itu terdengar oleh yang lain, karena Rin segera menimpali.


"Yah, tapi aku juga mengerti sih. Rasanya benar-benar seperti musim panas."


"... Itu benar. Sudah lama aku tidak mengadakan barbekyu."


"Bahan makanannya juga banyak, ayo kita nikmati!"


Dengan senyum ceria dari Sara, semua pun serempak berseru, "Ooooh!"


Dengan begitulah, mereka mulai bersiap-siap untuk mengadakan barbekyu.


(Tunggu... Kenapa cuma aku yang tidak bisa mengikuti antusiasme ini!?)


Sementara itu, daging, sayuran, dan makanan laut mulai mendesis di atas panggangan, mengeluarkan aroma menggoda.


Meskipun hanya minuman ringan, Kazamiya mengangkat gelas kertasnya dan berseru, "Satu putaran untuk kita! Kampai!"


Mereka masih kelas satu SMA. Usia di antara anak-anak dan orang dewasa.


Keinginan untuk bersikap sedikit lebih dewasa memang bisa dimengerti.


"Oh, ada hati sapi juga?"


Mata Haruya langsung berbinar saat melihat warna mengkilap khas hati sapi di antara bahan-bahan lainnya.


───Sial. Apa suaraku terlalu keras?


Semua mata terfokus pada Haruya.


"Aku kurang suka hati sapi. Apa kau menyukai Akasaki?"


"Y-ya, lumayan..."


"Apa ada orang lain yang bisa memakannya? kalo bisa, aku ingin kau memakannya bersama Akasaki."


Kazamiya sepertinya benar-benar tidak menyukai hati sapi, itu terlihat dari raut wajahnya yang sedikit pucat saat berbicara.


Hati sapi bukanlah sesuatu yang beracun. Justru, rasanya sangat lezat.


Sara menjadi orang pertama yang menjawab pertanyaan Kazamiya.


"A-aku...se-sebenarnya...ti-tidak terlalu suka..."


Seolah-olah itu adalah keputusan yang sulit baginya, dia akhirnya menegaskan, "....Aku tidak menyukainya."


Sebenarnya, dia tidak perlu sampai merasa ragu untuk mengatakan tidak menyukai sesuatu yang memang tidak disukai.


Tapi, sepertinya alasan Sara merasa bimbang bukanlah karena dia ingin makan hati sapi, melainkan karena dia ingin tetap berada di dekat Haruya.


Kalo dia ikut makan, otomatis dia akan lebih banyak berbicara dengan Haruya, dan posisi duduk mereka pun akan lebih dekat. Tapi, meskipun ada keuntungan tersebut, tetap saja dia tidak bisa memaksakan diri untuk menyukai sesuatu yang tidak dia sukai.


Sara menatap Haruya dengan ekspresi sedikit kecewa, sementara Kazamiya mencolek pinggangnya sambil terkekeh.


(Apa sebenarnya yang sedang terjadi di sini...?)


Sementara itu, Rin menyilangkan tangannya untuk membuat tanda X, jelas menunjukkan kalo dia tidak bisa makan hati sapi.


Betapa tidak populernya hati sapi ini. Padahal rasanya sangat lezat...


[TL\n: apa enaknya hati jir, gua aja yg gak segaja cium aromanya pengen muntah.]


Melihat reaksi semua orang, Haruya hampir saja ingin memberikan penjelasan panjang lebar mengenai kelezatan hati sapi.


"A-aku sebenarnya cukup menyukainya, jadi aku tidak keberatan."


Suara pelan itu datang dari Yuna, yang sedikit memalingkan wajahnya saat berbicara.


Haruya terkejut dan menatapnya dengan mata membesar.


(Setahuku, Nayu-san tidak menyukai makanan yang pahit dan dia lebih menyukai yang manis… Sulit dipercaya kalo dia menyukai hati sapi.)


Ketika menghadiri pertemuan dengan Haru sebelumnya, dia mengetahui kalo Nayu memiliki selera yang cenderung menyukai makanan manis.


Meskipun begitu, Nayu sepertinya merasa malu untuk menunjukkan sisi menggemaskannya atau hal-hal yang terlalu feminin.


Menangkap ekspresi Haruya yang penuh keheranan, Yuna menatapnya dengan tatapan tajam.


"Kenapa? Apa ada yang ingin kau katakan?"


"Tidak, tidak ada."


"Begitu. Kalo begitu, tidak masalah."


Setelah percakapan mereka selesai, Kazamiya, yang sepertinya menyadari situasi tersebut, segera berbicara.


"Kalo begitu, kalian berdua bisa berpindah ke sisi panggangan yang ini. Silakan memanggang dan menikmati makanan di bagian ini."


Dia menunjuk bagian ujung panggangan dengan penjepit makanan.


"Maaf, aku bahkan tidak tahan dengan baunya sedikit pun..."


Dari ekspresinya, terlihat jelas kalo Kazamiya benar-benar tidak bisa mentoleransi hati sapi, bahkan hanya dari aromanya saja.


Haruya berpikir kalo suatu saat dia harus menjelaskan kepada Kazamiya mengenai betapa lezatnya hati sapi.


"Aku mengerti..."


"Benar, benar."


Tapi, ternyata Sara dan Rin juga memeluk tubuh mereka sendiri sambil menunjukkan ekspresi kurang nyaman.


"Sepertinya hati sapi benar-benar tidak disukai, ya."


"Iya... lebih dari yang aku kira."


Melihat situasi ini, Yuna tertawa kecil sambil mengangkat bahunya. Dia terlihat sedang dalam suasana hati yang baik.



Sementara itu, Sara, Rin, dan Kazamiya sedang asyik memanggang daging lain sambil berbincang dengan semangat.


"Setelah ini, kita akan pergi ke pemandian air panas, jadi nantikan saja, ya."


"Eh? Pemandian air panas!? Serius!? Akhirnya waktunya tiba!"


"Kazamiya-kun, jangan terlalu berlebihan."


Rin dan Sara menatap Kazamiya dengan ekspresi sedikit terganggu.


Dari pembicaraan yang terdengar, sepertinya setelah acara barbekyu ini, mereka akan pergi ke pemandian air panas.


Lokasinya tidak jauh dari rumah kakek Sara. Pasti menyenangkan bisa menghilangkan rasa lelah setelah seharian beraktivitas.


Saat memikirkan hal itu, Haruya merasa antusias. Sudah lama sejak terakhir kali dia pergi ke pemandian air panas.


".....Akazaki-kun, kau terlihat sangat senang."


"Ah..."


Saat Haruya sedang tenggelam dalam pikirannya, tiba-tiba Yuna menatapnya dari samping.


Merasa sedikit malu, Haruya menggaruk pipinya sambil mengalihkan pandangan.


Sementara itu, aroma hati sapi yang sedang dipanggang semakin kuat, memenuhi udara di sekitar mereka.


Tertarik oleh aroma tersebut, Haruya menoleh ke samping dan melihat kalo Yuna telah memanggang beberapa potong untuk mereka.


"Maaf, aku akan membantumu."


".....Terima kasih."


Di sisi lain, 3 orang lainnya terlihat memalingkan wajah mereka dengan ekspresi jijik.


(Sungguh disayangkan... padahal hati sapi ini sangat lezat.)


Saat Haruya mengeluh dalam hati, dia melihat kakek Sara berjalan mendekati mereka.


Dia kemudian menepuk pundak Kazamiya.


"....Aku dengar tadi? Kau tidak menyukai hati sapi, ya?"


"Eh... yah, begitulah."


Kazamiya mengalihkan pandangannya dan mengangguk pelan.


Setelah mendapat konfirmasi, kakek Sara melanjutkan perkataannya.


"Baiklah! Aku akan mengajarkan kalian betapa lezatnya hati sapi. Mulai dari hati ayam dulu, coba makan ini!"


Sambil merangkul bahunya, Kazamiya hampir saja dibawa pergi oleh kakek Sara.


"Aku bahkan tidak suka hati ayam juga..."


Di saat itulah, Kazamiya menatap Haruya dengan ekspresi memohon pertolongan.


Tapi, Haruya hanya menaikkan sudut bibirnya dengan sengaja dan mengacungkan jempolnya tinggi-tinggi.


Ini adalah balasan untuk semua kejadian di mana Kazamiya sering menggodanya.


Selain itu, Haruya juga ingin agar temannya menyadari kelezatan hati sapi.


Dalam hati, dia berterima kasih kepada kakek Sara.


"....Kakek Sara-chan agak menakutkan, ya."


"Iya, terkadang ada hal-hal aneh yang membuatnya tiba-tiba bersemangat seperti ini."


Sara menggaruk pipinya, mengiyakan pernyataan itu.


Karena baik dirinya maupun Rin juga tidak menyukai hati sapi, mereka merasa lega karena tidak ikut diseret seperti Kazamiya.


Tapi, kakek Sara tiba-tiba menghentikan langkahnya dan berbalik menatap mereka.


"Oh, iya. Kalian berdua juga bilang tidak bisa makan hati sapi, ya?"


"Eh...?"


Bahu Rin gemetar kecil, dan wajahnya langsung tampak sedikit pucat.


Sara pun mulai mengalihkan pandangannya ke arah lain, berusaha menghindari kontak mata.


"Kalo begitu, kalian juga ikut!"


"Y-ya ampun...baiklah. Setidaknya aku punya teman sekarang."


Kazamiya tersenyum kepada Sara dan Rin, dia terlihat sedikit lebih bersemangat karena kini dia tidak sendirian.


Tapi, meskipun dia berusaha terlihat santai, wajahnya tetap menunjukkan ekspresi putus asa.


Akhirnya, 3 orang yang tidak menyukai hati sapi—Kazamiya, Rin, dan Sara—dibawa pergi oleh kakek Sara untuk mencicipinya.


"Oh, tapi untuk Sara, aku akan sedikit berbaik hati. Sementara 2 lainnya, kalian harus benar-benar belajar menikmati hati sapi!"


Mendengar kata-kata itu, Sara langsung tersenyum cerah seperti bunga yang mekar.


"E-eh... lalu bagaimana dengan kami?"


Kazamiya dan Rin menatap kakek Sara dengan penuh harapan, seolah sedang berdoa agar diberi keringanan.


"Tentu saja, selain Sara, aku tidak akan berbelas kasihan."


"Itu terlalu pilih kasih! Ini tidak adil!"


Keluhan putus asa Kamimiya hanya membuat Haruya dan Yuna tersenyum geli.


★★★


Sementara itu, di tempat yang agak jauh, Sara dan 2 rekannya yang malang sedang dipaksa mencicipi hati sapi oleh kakeknya.


Haruya dan Yuna, meskipun hanya sesaat, akhirnya di tinggal berdua.


"Aku merasa sedikit terselamatkan."


Melihat dari kejauhan bagaimana Sara dan yang lain berusaha menghindari hati sapi, Yuna akhirnya membuka suara.


"Benar juga. Kalo Takamori-san bilang tidak suka tadi, mungkin sekarang kau sudah ada di sana bersama mereka."


Haruya berkomentar sambil tetap fokus memanggang hati sapi di atas panggangan.


"Iya. Tapi kalo begitu, bukankah kau akan sendirian di sini?"


"Ya, itu ada benarnya juga."


Sebenarnya, Haruya tidak terlalu mempermasalahkan itu. Tapi, dia tetap menyesuaikan pembicaraan agar lebih mengalir.


Ketika dia meletakkan beberapa potong hati sapi yang sudah matang ke piring kertas milik Yuna, gadis itu meliriknya beberapa kali, seakan ingin mengukur reaksinya.


"....Hei, Akazaki-kunAkazaki-kun? Apa kau tidak merasa aneh? Aku bilang kalo aku bisa makan hati sapi."


"Y-ya, mungkin sedikit."


Haruya mengalihkan pandangan, merasa ragu.


Apa ini jebakan? Apa Yuna mulai mencurigainya sebagai Haru?


Pemikiran itu muncul di benaknya, membuatnya merasa sedikit canggung.


Tapi, di sisi lain, dia juga benar-benar penasaran bagaimana Yuna yang tidak suka makanan pahit bisa makan hati sapi.


Melihat ekspresi Haruya, Yuna terlihat sedikit tidak puas, tapi dia tetap melanjutkan.


"Begini...aku kan masuk klub basket, kan? Karena itu, aku mulai lebih memperhatikan asupan makananku. Aku mencoba makan hati sapi dengan tumis kucai, dan ternyata lumayan enak. Sejak saat itu, aku mulai bisa makan hati sapi."


"He-hee..."


Haruya berusaha merespons dengan nada santai agar tidak terlihat terlalu kaku.


Tiba-tiba, Yuna menatapnya dengan penuh tantangan dan bertanya dengan nada menggoda.


"Tapi kenapa kau berpikir aku tidak suka makanan pahit?"


"Hmm...karena wajahmu terlihat seperti seseorang yang lebih menyukai makanan manis."


"Hah? Apa maksudmu?"


Ekspresi Yuna tiba-tiba menegang. Ini buruk.


Dia tidak suka dianggap terlalu 'girly' atau feminin.


Haruya buru-buru mencoba meralat ucapannya, menggunakan gestur tangan untuk mengalihkan perhatian.


"....Yah, tidak apa-apa sih. Tapi karena kita hanya berdua sekarang, ada sesuatu yang ingin kutanyakan."


"Oh, tentu! Tanyakan apa saja padaku."


Kalo ini bisa membantunya lolos dari situasi sulit barusan, maka Haruya akan dengan senang hati menjawab pertanyaan apa pun.


Haruya langsung menyambar kesempatan untuk mengalihkan topik pembicaraan dan mendorong Yuna melanjutkan.


Yuna sempat terkejut sesaat, tapi setelah berdeham kecil, dia pun berbicara lagi.


"Akazaki-kun, bagaimana caranya kau bisa tetap begitu santai?"


"Eh?"


Haruya tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya.


Santai...? Tunggu dulu, selama perjalanan ini, dia sudah berkeringat dingin entah berapa kali.


Dia hampir ingin berteriak dalam hati kalo dia sama sekali tidak merasa tenang.


Sejujurnya, sejak perjalanan ini dimulai, Haruya belum bisa benar-benar merasa nyaman. 


Santai? Itu adalah hal yang paling jauh dari kenyataan saat ini.


Tapi, dia berusaha bercanda untuk menutupi kebingungannya.


"Yah, menginap bersama teman-teman sekelasku yang imut begini, tentu saja aku gugup sepanjang waktu!"


Hahaha... Apa yang sebenarnya dia katakan barusan?


Yuna tidak tergoda oleh candaan itu. Dia melanjutkan dengan nada serius.


"Aku sedang membicarakan saat kau di sekolah biasa. Begini, Akazaki-kun selalu terlihat… tidak mencolok dan sepertinya kau tidak ingin terlalu banyak berinteraksi dengan orang lain. Aku hanya penasaran, bagaimana kau bisa tetap santai? Seperti tidak peduli dengan pandangan orang lain."


Biasanya, seseorang pasti akan peduli dengan apa yang orang lain pikirkan.


Mungkin itulah yang ingin Yuna katakan.


Tapi kenyataannya, Haruya tidak benar-benar santai.


Dia hanya melarikan diri dari hubungan antar manusia... Dan dia hanya tenggelam dalam dunianya sendiri...


Tapi, melihat Yuna menatapnya dengan ekspresi gelisah, seolah menunggu jawaban dengan penuh harapan, Haruya sadar kalo dia tidak bisa memberikan jawaban sembarangan.


Dia tidak bisa begitu saja mengatakan, "Aku hanya tenggelam dalam duniaku sendiri" atau "Aku hanya ingin melarikan diri dari hubungan antar manusia". Itu bukan jawaban yang bisa diberikan dalam situasi ini.


Selain itu...


"Kenapa?"


Tanpa sadar, suara itu keluar dari mulut Haruya.


"Kenapa kau menanyakan hal itu?"


Haruya bertanya balik, seolah menggantungkan harapan pada jawabannya.


Jika...hanya jika...


Dia tidak bisa membiarkan Yuna mengikuti jalan yang sama dengannya.


Dia tidak ingin melihatnya menutup diri dari hubungan dengan orang lain.


"....Aku... Aku ada turnamen di liburan musim panas nanti..."


Yuna tiba-tiba menatap ke kejauhan dan berbisik pelan.


Haruya tetap diam, menunggunya melanjutkan. Yuna menggaruk pipinya beberapa kali sebelum akhirnya berbicara lagi.


"Jujur saja, aku cukup khawatir..."


"....Tentang klub basket?"


"Iya. Aku pikir kalo aku bisa mendapat saran dari Akazaki-kun, yang selalu terlihat santai, mungkin itu akan sedikit membantuku."


Mata Yuna melirik ke kejauhan, ke arah Sara dan Rin yang tampak tersiksa saat dipaksa makan hati ayam.


"....Mereka berdua sangat menantikan pertandinganku. Tapi aku tidak bisa mengatakan hal ini di depan mereka. Jadi, kupikir aku akan bertanya saat kita hanya berdua."


"......"


Haruya menahan napas.


Dia kira Yuna sudah benar-benar siap menghadapi basket dengan semangat yang baru.


Tapi kalo dipikir-pikir, ini hal yang wajar.


Pertandingan sebelumnya hanyalah latihan. Yang ini adalah turnamen resmi. Tekanannya tentu jauh lebih besar.


Melihat Yuna menundukkan kepalanya dengan raut cemas, bibir Haruya bergerak sendiri.


"Kau akan baik-baik saja, Takamori-san."


Nada suaranya begitu tenang, seolah tidak menyisakan keraguan sedikit pun.


Mata Yuna membesar.


"Kenapa kau bisa mengatakan itu dengan begitu yakin?"


Kalo dia melanjutkan ini, ada risiko identitasnya terbongkar.


Yuna bisa saja menyadari kalo dia adalah Haru.


Tapi anehnya, Haruya sama sekali tidak peduli.


Melihat mata Yuna yang terlihat diliputi kegelisahan, tanpa sadar sudut bibir Haruya terangkat membentuk senyuman.


"Karena Takamori-san selalu membuat seluruh tim tersenyum. Kau selalu terlihat sangat menikmati bermain basket... Jadi, kau pasti akan baik-baik saja. Aku mengerti kalo kau merasa gugup, tapi..."


Setelah jeda sejenak, Haruya melanjutkan.


"Takamori-san pasti bisa melaluinya."


"......"


Suara lembut itu membuat mata Yuna membelalak.


Dan di saat yang sama, detak jantungnya berdegup lebih cepat.


Dia langsung teringat.


Semua kata-kata dukungan yang pernah diucapkan oleh Haru...


"Kau adalah orang yang paling menikmati permainan ini." "Kau bersinar lebih terang dari siapa pun." "Kau selalu membuat tim tersenyum."


Begitu hangat. Begitu penuh perhatian.


Ya... Tidak salah lagi.


Meskipun wajahnya sulit dikenali karena tertutup rambut, postur dan cara bicaranya sama persis dengan Haru.


Keraguan yang sempat tersisa kini lenyap, berganti dengan kepastian mutlak.


"Kenapa dia tidak memberitahuku?"


Pertanyaan itu muncul di benaknya, tapi di sisi lain, ada perasaan lega.


"Fufu..."


Tiba-tiba, Yuna terkekeh, tak mampu menahan tawa.


"?"


Haruya tampak kebingungan.


Melihat Yuna yang bahunya sedikit bergetar karena tawa, dia hanya bisa terus-menerus memiringkan kepalanya.


"Err... Ditertawakan seperti ini agak menyakitkan, lho..."


Saat dia memikirkannya lagi, dia mungkin baru saja mengatakan sesuatu yang cukup memalukan.


Kalo dia sedang diolok-olok, itu akan terasa lebih memalukan lagi.


"Bukan begitu... Maaf ya... Terima kasih, Akazaki-kun. Sekarang aku merasa lebih tenang."


"Kalo begitu, tidak apa-apa."


Sambil menjawab, dia menyembunyikan rasa malunya dengan memasukkan hati sapi ke dalam mulutnya.


Rasa pahit menyebar di dalam mulutnya, membuat pipinya tanpa sadar mengendur. Memang hati sapi adalah yang terbaik.


"...Eh, ngomong-ngomong."


Tiba-tiba, Yuna bergumam dengan gelisah.


Sambil menggerakkan ujung sepatunya di tanah, dia melanjutkan dengan suara yang tetap dingin.


"Turnamen resmi. Kau boleh datang menonton kalo kau mau..."


"Hah?"


Mungkin dia sedang membicarakan turnamen basket. Sepertinya dia ingin mengundang Haruya. Tiba-tiba kenapa begini?


Meskipun dia juga datang mendukung saat latihan pertandingan, dan memang dia ingin menonton turnamen resminya, tapi tunggu dulu...


Haruya merasa jantungnya berdebar kencang.


(Hah? Kenapa kau tiba-tiba memutuskan untuk mengundangku di situasi seperti ini?)


Sekarang, Haruya tidak dalam wujud sebagai Haru.


Itu hanya wajah publiknya... Dengan kata lain, dia tidak lain adalah Akasaki Haruya ketika dia muncul di sekolah.


Pertandingan latihan Nayu sebelumnya, dia datang mendukungnya sebagai Haru.


Karena itu, kalo dia diundang sebagai Haru, itu masih bisa dimengerti, tapi...


Saat Haruya tidak bisa menyembunyikan kebingungannya, Yuna melanjutkan lagi.


"Turnamen resmi, kau boleh datang menonton kalo kau mau..."


Dia mendengarkan. Haruya sudah mendengarnya, tapi justru karena itu dia bingung.


"Ken... kenapa?"


Suaranya gemetar saat bertanya balik.


Yuna tampak tidak puas. Dia melontarkan pandangan yang seolah ingin mengatakan sesuatu pada Haruya.


"...Bukankah itu curang kalo harus diucapkan oleh mulut seorang gadis?"


"............"


Suaranya masih terasa manis.


Meskipun sikapnya sedikit dingin, nada suaranya terasa lembut di beberapa bagian.


"Kau mau datang atau tidak... jawab."


Musim panas yang penuh yang menyenangkan, laut yang berkilauan, dan pepohonan yang tumbuh dengan subur. Mungkin itulah yang membuat suasana terasa begitu hidup.


Sambil meyakinkan dirinya sendiri, Haruya pun menjawab. 


"Kalo ditanya mau pergi atau tidak, ya... mungkin aku mau. Toh, kita ini teman, kan?"


"Apa-apaan jawaban menghindar seperti itu...?"


Ekspresi ketidakpuasan sempat terlihat di wajahnya, tapi dengan cepat melembut kembali.


"Ya sudahlah. Nanti aku kirim jadwal pertandingannya lagi, jadi datang, ya."


Setelah itu, mereka berdua menikmati hati panggang yang masih panas dalam keheningan.


Yuna sama sekali tidak menunjukkan perubahan ekspresi saat makan, jadi sepertinya dia memang tidak membenci makanan itu. Sesekali, dia melirik dengan tatapan seolah bertanya, "Kenapa?"


Setelah mereka selesai makan, Yuna membuka pembicaraan.


"Hei... soal besok. Apa kau sudah tahu jadwalnya?"


"Hmm... kalo tidak salah, festival kembang api, kan?"


"Benar. Tapi yang kumaksud adalah sebelum itu."


Jadi, sebelum festival dimulai. Haruya benar-benar tidak tahu apa yang akan mereka lakukan.


"Tidak, aku belum tahu..."


"Kita berencana belanja bahan makanan, lalu masak sendiri, dan jalan-jalan sebentar di kota. Mungkin nanti Sara akan memberitahumu lebih lanjut."


"Oh, begitu ya..."


"Ya. Tapi aku sebenarnya ingin menghabiskan waktu itu untuk menulis naskah... Jadi, aku mau meminta bantuanmu sedikit."


Menulis naskah. Mendengar kata itu, mata Haruya berbinar.


Yuna adalah teman seperjuangannya dalam hal manga shoujo.


Mereka selalu punya selera yang sama dalam alur cerita, gaya bercerita, dan suasana dalam manga kesukaan mereka.


Jadi, tidak mungkin dia tidak bersemangat dengan naskah yang akan Yuna buat.


Bahkan, salah satu alasan utama dia ikut menginap kali ini adalah karena proyek naskah itu.


"Tentu saja! Kalo aku bisa membantu, aku pasti akan melakukannya."


Dengan penuh semangat, Haruya menjawab.


"Baiklah... Tapi ini rahasia, ya."


Wajah Yuna sedikit memerah sebelum dia melanjutkan,


"Kalo naskahnya sudah jadi, aku ingin kau jadi orang pertama yang memberikan pendapat."


"Ah, kalo itu sih, tentu saja! Dengan senang hati."


Bahkan, dia merasa senang. Dia akan menjadi orang pertama yang menikmati naskah Yuna.


"Dan satu hal lagi... Demi naskah ini, kau akan membantuku sepenuhnya, kan?"


"Ya, tentu saja."


Haruya tidak tahu maksud pastinya, tapi dia langsung mengiyakan tanpa berpikir panjang.


Lalu saat itu juga—


"...Bersiaplah, Haru-san."


Yuna berbisik di telinganya, suaranya lembut, napasnya hangat menyapu daun telinganya.


Jantungnya berdegup kencang.


Sama seperti saat di dalam kereta sebelumnya.


(Baru saja...apa dia memanggilku 'Haru-san'?)


Haruya tidak dapat memastikannya karena suara yang terlalu pelan. Dia merasa tidak nyaman.


Dia lalu menoleh ke arah Yuna dengan sedikit panik, tapi gadis itu hanya melanjutkan perkataannya dengan tenang.


"....Yang lain sudah kembali, jadi cukup sampai di sini saja. Aku jadi malu."


Mengikuti arah pandangan Yuna, Haruya melihat 3 orang lainnya berjalan kembali dengan bahu tertunduk.


Sepertinya mereka baru saja mendapatkan penjelasan panjang dari kakek Sara mengenai esensi sejati dari hati panggang.


Tapi, ada sesuatu yang mengganggunya.


(Apa Nayu-san mengetahuinya? Tidak, aku tidak yakin...)


Dia ingin memastikannya, tapi dia tidak memiliki cara untuk menanyakannya secara langsung.


(Sungguh, apa yang sebenarnya terjadi...?)


Kegelisahan itu terus mengusiknya, membuatnya merasa tidak tenang.


★★★


Sesekali, Yuna melirik ke arah Haruya dengan sedikit rasa malu.


Takamori Yuna—atau lebih tepatnya, Nayu—merasa jantungnya terus berdebar kencang.


Mengetahui kalo Akasaki Haruya adalah Haru...bukan rasa terkejut yang memenuhi hatinya, melainkan kebahagiaan yang meluap-luap.


Kalo dipikir kembali, ada banyak hal yang masuk akal kalo Haruya memang Haru.


Mungkin ada alasan tertentu kenapa dia menyembunyikan identitasnya. Kalo dirinya berada di posisi yang sama, tentu akan sulit untuk mengungkapkan kebenaran lebih dulu.


Taoi, yang membuatnya heran adalah...kenapa selama ini dia tidak menyadarinya?


Sekarang setelah dia mengetahuinya, sulit untuk tidak mempertanyakan hal itu.


Tapi, meskipun Yuna telah mengetahui kalo Haru sebenarnya adalah Haruya, dua tidak memiliki niat untuk segera memberitahunya.


...Karena akan terlalu sayang kalo dia mengungkapkannya begitu saja.


Ini adalah kesempatan langka baginya untuk menggoda Haruya.


Kesempatan untuk membuatnya merasa gugup.


Dan kalo kemungkinan...


...Dia ingin Haru sendiri yang mengungkapkan kebenarannya terlebih dahulu.


Perasaan seorang gadis memang seperti itu.


Mengetahui identitas asli Haru membuatnya semakin sadar akan perasaannya sendiri.


Tidak ada lagi alasan untuk mengelak.


Yuna harus mengakui kalo kini, dirinya mulai memikirkan Haru.


Saat menginap kali ini, teori kalo Haru dan Akasaki adalah orang yang sama semakin menguat di dalam hatinya.

 

Dia berharap bisa menghilangkan keraguannya ini, begitulah pikirnya.


Tapi karena misterinya terpecahkan lebih cepat, Yuna memutuskan untuk mengubah rencananya.


Kalo sudah sampai sejauh ini, lebih baik dia meminta bantuan Haru-san untuk membuat naskah.


Sebagai posisi karakter utama yang akan dikejar...


Mengatakannya langsung dengan mulutnya sendiri terlalu memalukan, jadi dia tidak bisa melakukannya...


Tapi saat Yuna berbisik "Haru-san", dengan suara kecil yang hampir tidak bisa terdengar, Haruya terlihat sangat panik, jadi itu mungkin masih baik-baik saja.


...Imut.


Ketika dia mengenang kejadian tadi, Yuna pun menguatkan tekadnya.


Selama menginap ini, dia akan menyelesaikan naskahnya dan membuat Haru-san menyadarinya.


★★★


Setelah selesai dengan barbekyu, mereka pun berangkat menuju pemandian air panas.


Setelah bersiap-siap, kakek Sara yang akan mengemudikan mobil untuk mereka.


Mobil besar buatan luar negeri itu membuatnya semakin menyadari betapa kayanya keluarga Sara.


Kazamiya ditunjuk untuk duduk di kursi penumpang depan, dan dia langsung meminta pertolongan.


Dengan kata lain, dia harus duduk di sebelah kakek Sara.


"...To-tolong aku, Akasaki."


Sepertinya mereka menjadi lebih akrab saat mengatasi tantangan sebelumnya.


Wajah Kazamiya terlihat pucat, dan dia menatap Haruya dengan mata penuh harap.


Melihat ekspresi temannya yang berlebihan, Haruya hanya tersenyum tipis.


"A-Akasaki..."


Saat Kazamiya menatapnya dengan mata berkaca-kaca, Haruya hanya merapatkan kedua tangannya dan menundukkan kepalanya.


"(A-Akasaki~~~~)"


Diiringi suara rintihan tanpa kata, kakek Sara menepuk bahu Kazamiya dengan lembut.


"Baiklah, Kazamiya-kun. Duduklah di sebelah sini."


Dengan begitu, posisi di kursi depan pun ditentukan, sementara kursi lainnya dibagi secara acak.


Karena mobilnya cukup besar, mereka tidak perlu berdesakan, yang membuat Haruya merasa lega.


Di dalam mobil, semua terlihat kelelahan, sehingga suasana cukup tenang.


Saat melihat keluar jendela, Haruya terpesona oleh keindahan bulan yang bersinar di langit malam.


Dari kursi di samping dan belakangnya, terdengar suara napas halus orang-orang yang mulai tertidur.


Saat itu, dia berpikir kali momen seperti ini juga tidak buruk.


Dari kursi depan, samar-samar terdengar percakapan antara Kazamiya dan kakek Sara.


"Kazamiya-kun, apa kau tidak punya tipe gadis yang kau suka?"


"Aku suka gadis yang ceria dan suka makan!"


Sepertinya mereka sedang membicarakan soal cinta.


Saat ini, mereka sedang asyik membahas tipe lawan jenis yang mereka sukai.


Tadi, Kazamiya masih menemani kakek Sara mendengarkan cerita masa lalunya, tapi sekarang...


"Itu bagus~ Aku paham~ Kalian masih muda, jadi nikmatilah masa mudamu. Kalo kau sendiri, bagaimana?"


Haruya salah langkah. Tatapan mereka bertemu melalui kaca spion.


Dengan suara lembut, dia ditanya.


"...Eh, eeh... Aku..."


Haruya menjadi gugup dan dia tidak bisa langsung menjawab.


Tidak ada jawaban yang langsung terlintas di kepalanya.


Seketika dia membayangkan karakter heroine dari manga shoujo yang dia sukai dan langsung mengatakannya.


"Aku suka gadis yang agresif, mungkin..."


"Oh? Jadi kau suka yang mendekat lebih dulu...berbau masa muda sekali."


"...Ah, haha. Begitulah."


Haruya tersenyum canggung untuk menghindari situasi ini.


Sementara itu, Kazamiya masih tersenyum cerah dan ingin melanjutkan topik percintaan.


Melihat itu, Haruya sengaja menguap lebar dan meregangkan tubuhnya.


"...Baiklah, aku mau tidur sebentar."


"Hei, Akasaki... Jangan kabur!"


Jadi Haruya pun berpura-pura tidur untuk menghindari pembicaraan itu.



Sekitar 15 menit berlalu sejak mobil mulai melaju.


Akhirnya, mereka tiba di tujuan—sebuah pemandian air panas.


Bangunannya memiliki nuansa seperti sento tua yang klasik, tapi ukurannya cukup besar.


Sepertinya tempat ini lebih ditujukan untuk keluarga, karena banyak terlihat orang tua yang menggandeng tangan anak-anak mereka.


"Kita sampai lebih cepat dari yang kukira."


Rin menggumam itu sambil mengusap matanya yang masih mengantuk.


"Iya. Kalo begitu, ayo segera... istirahatkan tubuh kita."


"Ya! Aku tidak sabar menikmati pemandian air panas ini."


Yuna dan Sara turun dari mobil sambil mengobrol.


Haruya juga, meskipun tidak banyak bicara, sebenarnya sangat menantikan pengalaman berendam di pemandian air panas.


"Jangan sampai kau berenang di dalam pemandian air panas, Yuna-Rin.」


Rin berkata begitu saat keluar dari mobil.


"....Aku tidak sebodoh itu, tahu."


"Benarkah? Yuna-san. Saat di laut, sepertinya kau masih ingin berenang lebih lama."


Mengikuti Rin, Sara sedikit tertawa sambil mengangkat bahunya menggoda Yuna.


"Kalo kau berkata begitu, bukankah itu lebih cocok untukmu, Sara? Kau juga terlihat enggan untuk meninggalkan laut."


"...Ugh. A-aku memang tidak bisa menyangkalnya..."


"Sara-chin tetap saja polos dan menggemaskan~. Ditambah lagi, tubuh indahmu itu bisa dinikmati sepenuhnya di pemandian air panas kali ini."


Rin berpura-pura menyeka air liurnya dengan berlebihan.


"Nngh! Su-sudah, jangan katakan hal memalukan seperti itu..."


Sara mengerang dengan wajah yang mulai memerah karena malu.


"Sungguh pemandangan yang berharga..."


Melihat interaksi mereka, Kazamiya hampir merasa seperti melayang ke surga.


...Umm, bisakah kita segera pergi ke pemandian air panas?


Saat Haruya melemparkan tatapan yang mengandung maksud tersebut, matanya bertemu dengan Rin.


Kemudian, Rin tiba-tiba menjadi lebih tenang dan menjauh dari Sara.


"...Baiklah, a-ayo pergi. Kita berangkat, semuanya..."


Rin mengepalkan tangannya dan kembali menatap tampilan luar pemandian air panas.


Dipimpin olehnya, Haruya dan yang lainnya pun masuk ke dalam.


Omong-omong, kakek Sara sepertinya ingin menjaga suasana tetap nyaman, sehingga dia bersikeras untuk tidak ikut berendam bersama mereka.


Baik Kazamiya maupun Haruya sudah berusaha bersikap sopan dengan berkata, "Tolong ikut bersama kami", tapi sang kakek tetap menggelengkan kepalanya, jadi mereka pun tak bisa memaksanya.


Akhirnya, Haruya masuk ke pemandian bersama Kazamiya saja.


★★★


Uap air panas naik dari berbagai sudut, suara aliran air berpadu dengan aroma khasnya yang memenuhi udara, menciptakan suasana yang menenangkan.


Setelah selesai membilas tubuh, Sara, Yuna, dan Rin berendam di salah satu kolam dengan khasiat khusus.


"Tapi tetap saja, Sara-chin. Aku terkejut ternyata ukuran buahmu lebih besar dari perkiraanku."


"Kau masih membahas itu, Rin. Kau banyak bicara tentang itu saat aku memandikanmu tadi." 


Yuna menimpali dengan nada jengkel, seolah sudah lelah dengan topik itu.


Sementara itu, Sara hanya tersenyum canggung, tak tahu harus bereaksi bagaimana.


"Uh, uhm... Tapi Rin-san, pemandian susu ini sepertinya punya manfaat yang bagus, ya."


Meskipun dia tidak menyebutkannya secara langsung, jelas dia sedang membahas pengaruhnya terhadap ukuran payudara.


Mendengar itu, bahu Rin sedikit tersentak.


"...Sebenarnya aku memilih pemandian ini karena alasan itu... Tapi ternyata kalian menyadarinya, ya?"


Dia langsung memalingkan wajahnya karena malu.


Bahkan, untuk menghindari tubuhnya terlalu banyak terlihat, Rin memilih untuk berendam di kolam yang airnya berwarna pekat.


"Eh... Serius?"


"Aku sama sekali tidak menyadarinya."


Melihat reaksi Yuna dan Sara, Rin sadar kalo dia baru saja menggali lubang untuk dirinya sendiri.


"...Oh. Ngomong-ngomong, apa kalian sudah mengucapkan terima kasih pada Akasaki-kun?"


Mungkin untuk menyembunyikan rasa malunya, Rin buru-buru mengalihkan pembicaraan.


"Cara mu mengalihkan topik jelek sekali."


Meskipun dia menanggapinya dengan sedikit menyindir, Yuna tetap melanjutkan.


"Yah... Aku memang belum sempat berterima kasih, tapi... Aku senang Akasaki-kun bisa ikut. Terima kasih ya, Sara."


"Aku juga berpikir begitu. Terima kasih... Sara-chin."


"........."


"Sara?" "Sara-chin?"


Melihat Sara yang tiba-tiba terdiam, mereka berdua memanggilnya dengan nada khawatir.


"Ah... Tidak, tidak ada apa-apa."


Sara menjawab sambil tersenyum, tapi senyumnya tampak sedikit sedih.


"Apa kalian berdua mengalami sesuatu yang baik dengan Akasaki-san?"


Pertanyaan itu terlontar meskipun dia sebenarnya sudah tahu jawabannya.


Sara sudah memperhatikan sejak awal—betapa Rin dan Yuna semakin dekat dengan Haruya.


Dia melihatnya dari kejauhan.


Di dalam kereta, saat mereka bercanda bersama. Di pantai, ketika Haruya berduaan dengan Rin. Saat barbekyu, ketika Haruya tampak menikmati kebersamaannya dengan Yuna...


"I-itu bukan sesuatu yang spesial, sih."


"Y-ya, tidak ada yang perlu dibahas..."


Keduanya menghindari tatapan Sara dengan ekspresi yang serupa.


Mungkin ada momen yang ingin mereka simpan untuk diri mereka sendiri—waktu yang mereka habiskan bersama Haruya, atau percakapan yang mereka anggap berarti.


Rin dan Yuna tidak mencoba menjelaskannya lebih lanjut.


"Sara sendiri, bagaimana? Apa ada yang spesial terjadi?"


Saat Yuna balik bertanya, Sara menjawab dengan senyum secerah mungkin.


"....Ada, kok."


Melihat ekspresi Sara saat itu, Rin dan Yuna sepakat untuk tidak bertanya lebih jauh.


Setelah topik tentang Haruya selesai, Rin bergumam dengan perasaan mendalam.


"Aku ingin datang lagi tahun depan...ke pemandian air panas ini."


"Kenapa kau tiba-tiba bilang begitu?"


Sara, yang sudah kembali ke sikap biasanya, menanggapi Rin dengan nada herannya.


"Entahlah, aku hanya merasa begitu saja..."


"Apa-apaan itu."


Yuna menimpali sambil sedikit tersenyum.


Rin melanjutkan. 


"Soalnya, kalo tahun depan kita ada di kelas yang berbeda, mungkin akan sulit untuk kita bisa berkumpul seperti ini lagi. Dan acara seperti ini terasa begitu spesial, kan?"


"Aku mengerti maksudmu."


"Ya, itu ada benarnya juga."


Tenggelam dalam suasana melankolis, mereka bertiga menatap langit malam bersama.


───Tahun depan, apakah mereka bertiga bisa kembali ke sini bersama lagi?


Tidak seorang pun mengatakannya secara langsung, tapi dalam hati, mereka berharap bisa datang lagi tahun depan—ber-4 bersama Haruya. Bahkan, mungkin ber-5 dengan Kazamiya.


Mungkin karena tiba-tiba merasa suasana mulai terlalu sentimental, Sara mengganti topik pembicaraan dan berkata, "Ngomong-ngomong".


"Besok kan ada festival kembang api. Sebelum itu, kita berencana jalan-jalan di kawasan perbelanjaan dan kuil... Tapi, bagaimana dengan naskahnya? Apa masih berjalan lancar, Yuna-san?"


"Aku baik-baik saja, jadi jangan khawatir."


Yuna mengangkat tangannya, memastikan semuanya terkendali.


"Begitu ya. Rin-san, apa ada yang ingin kau tanyakan soal besok?"


Mungkin yang dimaksud adalah persiapan untuk festival.


"Sepertinya tidak ada. Yukata bisa dipinjam di sana, kan...?"


"Ya, tentu saja."


"O-oh...baiklah."


Melihat ekspresi Rin yang sedikit malu-malu, jelas sekali dia sebenarnya sangat ingin mengenakan yukata.


Memang, kesempatan memakai yukata tidak sering datang, biasanya hanya saat festival musim panas seperti ini. Jadi, baik Yuna maupun Sara juga merasa hal yang sama.


Yuna adalah yang pertama keluar dari pemandian susu.


"Aku mau pindah ke sauna. Kalian bagaimana?"


Rin dan Sara langsung megerutkan kening.


Sepertinya, mereka berdua tidak terlalu suka sauna.


"Jangan lama-lama ya, Yuna-Rin. Kami akan berendam di pemandian lain dulu."


"Baik, aku mengerti."


"Hati-hati, ya!"


Setelah melambaikan tangan menanggapi mereka, Yuna pun berjalan menuju sauna.


★★★


Saat Sara, Yuna, dan Rin tengah menikmati pemandian air panas, Haruya dan yang lainnya juga merasakan kehangatan air yang menyegarkan. Aroma lembut kayu hinoki memenuhi udara, menenangkan indra penciuman mereka.


Keringat mengalir dengan nyaman di tubuh yang terasa panas, seakan terbakar oleh suhu sauna.


Saat ini, Haruya dan Kazamiya berada di dalam sauna. Mereka jarang memiliki kesempatan untuk menggunakannya, jadi mereka memanfaatkan momen ini sebaik mungkin.


Sebagian besar orang di sekitar mereka terlihat lebih tua, mungkin mereka pelanggan tetap yang sudah terbiasa menikmati sauna.


Sambil sesekali melirik acara varietas yang diputar di televisi dalam ruangan, mereka mengikuti ritual sauna klasik—5 menit di dalam, lalu mendinginkan tubuh di kolam air dingin. Mereka mengulangi siklus itu beberapa kali.


Kazamiya sebenarnya ingin mengobrol, tapi karena sauna adalah ruang tertutup dengan banyak orang, dia menahan diri agar tidak melanggar etika. Meski begitu, wajahnya jelas menunjukkan kekecewaan karena dia tidak bisa berbicara dengan bebas.


"Hei, bukankah menurutmu kita sudah di dalam sauna?"


Saat hendak keluar dari sauna dan menuju kolam air dingin, suara Kazamiya berbisik di telinga Haruya.


Haruya sendiri juga ingin mencoba pemandian terbuka, jadi dia langsung setuju.


Dalam perjalanan ke sana, Kazamiya tiba-tiba tertawa kecil dan menyindirnya.


"Serius, Akasaki. Kenapa Kau dengan keras kepala tidak akan menyibak ponimu? Mata mu pasti sakit, kan?"


Dalam perjalanan menuju pemandian terbuka.


Sambil menggoyangkan bahunya, dia didorong ke Kazamiya.


Rambut Haruya yang basah dan berat semakin menutupi penglihatannya, dan Kazemiya benar—itu cukup mengganggu.


Taoi, Haruya tetap enggan menyibaknya. Dia takut kalk wajahnya terlihat jelas, orang-orang di sekitarnya akan mulai berkomentar dan membuatnya tidak nyaman.


Mungkin ini hanya perasaan berlebihan, tapi Haruya punya alasan untuk berhati-hati.


Dia sudah pernah mengalami hal serupa sebelumnya—ketika topik tentang Sara muncul, dan dirinya ikut dibicarakan.


Karena itu, fia menjadi lebih waspada dalam menunjukkan wajahnya secara terbuka.


"Itu bukan masalah besar, kok."


"Hah, jelas sekali kalo itu cuma omong kosong."


Meski berkata begitu, Kazamiya tetap ikut berendam di pemandian terbuka bersamanya.


Begitu tubuhnya masuk ke dalam air hangat, seluruh ketegangan seolah mencair. Rasa nyaman yang menyerang membuatnya ingin menghela napas panjang dan bersandar ke dinding seperti pria paruh baya yang menikmati hidup.


Tentu saja, melakukan itu di tempat umum terasa agak memalukan. Haruya hanya menarik napas perlahan dan membiarkan dirinya rileks.


Sementara itu, Kazamiya benar-benar tenggelam dalam kenyamanan, dia tidak ragu untuk menunjukkan betapa santainya dia.


───Kau sudah seperti pria tua saja.


Sambil dia berpikir seperti itu, Haruya mengalihkan pandangan ke langit.


Langit malam begitu jernih, dan cahaya bulan yang berbaur dengan uap air panas semakin memperindah pemandangan.


Tiba-tiba, Kazamiya berbicara dengan nada serius.


"Hei, Akasaki."


Setelah Haruya menoleh, Kazamiya lalu melanjutkan dengan tenang.


"Dari ke-3 gadis itu, sudahkah kau memutuskan siapa yang akan kau pilih?"


Seolah itu adalah pertanyaan biasa, Kazamiya mengatakan itu tanpa ragu.


Haruya membeku, tidak menyangka sama sekali.


"Ah, mungkin cara bertanyaku tadi kurang tepat. Maksudku...apa kau sudah mulai menyukai seseorang?'


".....Kenapa kau menanyakan hal itu?"


"Kau benar-benar tidak sadar, ya, Akasaki?"


"Sadar soal apa?"


Kazamiya terkekeh, bahunya berguncang karena menahan tawa sebelum akhirnya menjawab.


"Hari ini, kau terlihat lebih bahagia dari biasanya."


"Hah?"


Haruya tercengang. Dia tidak menyadari hal itu sama sekali, dan tanpa sadar dia mengeluarkan suara bodoh.


"Jadi kau tidak menyadarinya, ya? Tapi sungguh, melihatmu begitu menikmati hari ini, aku juga ikut senang."


Kazamiya berbicara seolah ingin menikmati setiap kata yang diucapkannya.


"Kenapa kau bisa tahu? Kalo aku terlihat senang atau tidak?"


Bukan berarti hari ini Haruya terus-menerus tersenyum.


Waktu yang dihabiskannya bersama Kazamiya juga tidak begitu lama.


Karena itu, Haruya merasa aneh dengan keyakinan penuh yang ditunjukkan Kazamiya.


"Aku duduk di belakangmu selama satu semester penuh. Jadi aku bisa melihatnya."


Setelah memberinya tatapan penuh arti, Kazamiya melanjutkan.


"Ini berbeda dari Akasaki ketika kau pertama kali masuk sekolah. Kau menjadi jauh lebih lembut dan aku tahu kau sedang bersenang-senang. Aku yakin kau pasti bertemu dengan orang-orang yang berharga."


Yang dia maksud pasti adalah ke-3 gadis itu.


Kazamiya tidak menyebutnya secara langsung, tapi Haruya bisa menangkap maksudnya.


"....Mungkin kau benar."


"Oh? Tumben kau mengakuinya."


"Aku hanya mengakui kalo aku bertemu dengan orang-orang yang baik. Itu saja."


"Ya ya, terserah kau."


Kazamiya menyeringai lebar, memperlihatkan giginya yang putih.


Tapi, ekspresinya segera berubah serius saat ia kembali berbicara.


"Tapi kalo kau masih belum memutuskan siapa yang akan kau pilih..."


Kazamiya menatap Haruya dengan wajah serius.


"Bisakah kau lebih memperhatikan Himekawa-san?"


"Himekawa-san?"


"Ya. Saat di kereta, saat di pantai...aku memperhatikan sesuatu."


Kazamiya sadar kalo pandangan Sara sering kali tertuju pada Haruya.


Dan ketika Haruya menghabiskan waktu bersama Rin atau Yuna, dia melihat betapa Sara tampak sedih.


Tapi, Kazamiya tidak dapat mengungkapkan hal itu secara langsung kepada Haruya, sehingga dia hanya menambahkan,


"....Dia terlihat sedikit gelisah, jadi tolong perhatikan dia."


Ekspresi serius Kazamiya membuat Haruya tidak punya pilihan selain mengangguk.


Situasi ini tidak memungkinkan untuk dianggap sebagai lelucon.


"Baiklah. Ngomong-ngomong, Akazaki, maaf membahas hal yang agak sensitif, tapi aku benar-benar terkejut dengan ukurannya. Apa ada sesuatu yang kau lakukan?"


[TL\n: yah maksud si Kazamiya ukuran komtol-nya si Haruya.]


"Jangan tiba-tiba beralih ke topik seperti itu! Pergantian pembicaraan yang drastis ini bisa membuatku pusing."


"Maaf, maaf! Tapi sungguh, beri tahu aku. Apa rahasianya?"


"Tidak ada. Aku sendiri tidak tahu alasannya."


Setelah itu, Haruya terpaksa meladeni pembicaraan tidak berguna dari Kazamiya.


Sambil setengah hati menanggapi temannya, pikirannya melayang.


(...Apa yang membuat Himekawa-san merasa cemas? Apa yang harus aku perhatikan darinya?)


Dari pengamatannya, Sara terlihat seperti biasa.


Dia benar-benar tidak dapat menebak apa yang sedang mengganggu gadis itu.


Tapi, setidaknya Haruya memutuskan untuk berterima kasih kepada Kazemiya dan mulai lebih memperhatikan Sara.


Selanjutnya

Posting Komentar

نموذج الاتصال