Kamu saat ini sedang membaca Eromanga no Akuyaku ni Tensei Shita Ore ga, Netoranakute mo Shiawase ni Naru Houhou volume 1, chapter 2. Kalo kamu menyukai karya ini silahkan tinggalkan jejak komentar. Dan juga jangan lupa dukung mimin dengan cara donet se iklasnya di Trkateer mimin buat mimin makin semagat+buat dana untuk beli raw
MEREKA MULAI MELIHAT PENJAHAT DENGAN CARA LAIN TANPA DIA KETAHUI
Aku ingin bercita-cita untuk masa muda yang penuh. Tapi, dengan mempertimbangkan situasi di ruang kelas, aku tidak dapat mengatakan kalo jalannya mudah.
Citra yang teman-teman sekelasku miliki tentangku masih buruk.
Aku telah berusaha keras, mencoba untuk lebih banyak tersenyum, menerima untuk melakukan tugas...tapi sepertinya ketakutan mereka terhadapku tidak akan hilang.
Lebih tepatnya, ada kesan kalo mereka mencurigaiku sedang merencanakan sesuatu.
Meskipun dari luar aku terlihat seperti predator, di dalam aku lebih seperti herbivora, tahu?
"Menurutmu apa yang harus aku lakukan, Himuro?"
"Lebih tepatnya, sepertinya semua orang bahkan lebih takut padamu. Bahkan aku merasa senyummu sedikit menakutkan, Akio."
"Eh? Benarkah?"
"...Maaf."
Ja-jangan minta maaf! Itu adalah reaksi yang terlalu tulus! Itu sudah menjadi kebenaran tanpa ampun!
Yang salah adalah wajah preman Akio Gouda.
Wajah kriminal macam apa ini?
Bahkan aku, kalo aku adalah orang biasa, akan memalingkan muka.
Sungguh, penampilan itu penting pada manusia.
Setelah bereinkarnasi membuatku memahami kenyataan yang kejam itu.
"Himuro, kau sangat baik. Bahkan dengan wajah preman yang aku miliki ini, kau masih bergaul denganku."
"Aku tidak peduli bagaimana penampilan seseorang ..."
Seorang gyaru yang malu juga cantik.
Dalam cerita aslinya, dia tidak bisa menaati perintah Akio Gouda, tapi mungkin dalam lubuk hatinya dia bukan gadis yang buruk.
"Hup!"
"Akio, itu terdengar seperti kakek-kakek! Kau mau ke mana?"
"Ke kamar mandi, sebentar."
Kenapa tepat ketika istirahat akan berakhir kau ingin buang air kecil?
Aku ingin kandung kemihku sendiri berpikir lebih baik tentang waktu.
Karena itu aku akhirnya pergi ke kamar mandi dengan berjalan cepat.
"Ah."
Ketika aku akan masuk ke kamar mandi, aku berhadapan muka dengan seorang anak laki-laki yang baru saja keluar.
Tentu saja, itu bukan pertemuan takdir atau semacamnya, jadi kami berdua berhenti agar tidak bertabrakan.
"Eh, se-selamat."
"Ya, halo."
Untuk beberapa alasan, anak laki-laki itu membungkuk sebelum lewat di sampingku.
Tapi aku mengerti bagaimana perasaannya.
Ketika kau bertemu dengan seorang penjahat, kau secara naluriah menundukkan kepala.
Sungguh, maafkan aku.
"Sekarang aku memikirkannya, orang yang tadi itu..."
Orang yang lewat di sampingku adalah teman sekelasku.
Bahkan, dia adalah anak laki-laki yang paling aku perhatikan bagaimana aku bersikap.
Junpei Nosaka. Protagonis asli, pria yang pacarnya aku rebut.
Dia selalu berada dalam situasi yang menyedihkan dan wajah putus asanya dalam karya itu sangat berdampak.
Meskipun aku tahu dari manga, dia adalah pria dengan perawakan sedang tanpa karakteristik khusus.
Seorang pria yang sangat generik sehingga, kalo kau bertemu dengannya tiba-tiba, kau tidak akan langsung mengenalinya.
"Tenang. Tidak akan ada perkembangan di mana kau tidak bahagia."
Aku bergumam pada diriku sendiri dan masuk ke kamar mandi.
Aku khawatir mata Nosaka merah, tapi mungkin ada debu yang masuk dan dia sedang mencucinya.
Setiap kali aku pergi ke kamar mandi atau mandi, aku menyadari kalk aku adalah 'pria itu', tapi aku tidak berniat menggunakannya untuk merebut pacar siapa pun.
Ini adalah dunia manga bokep.
Tapi sekarang ini adalah dunia nyata dan konkret. Tidak seperti fantasi, kenyataan memiliki batasan.
"Aku hanya perlu memikirkan bagaimana cara membebaskan diri..."
Meskipun ini adalah kenyataan, aku masih 'pria' dalam manga bokep yang bernama Akio Gouda ini.
Mungkin aku memiliki banyak energi karena menjadi 'pria'.
Kalo aku ceroboh, apa yang tergantung di antara kedua kakiku tumbuh dan menyebabkan masalah bagiku.
[TL\n: yah maksud rudalnya.]
Bahkan di kamar mandi pun sulit.
Aku merasa ada keinginan yang menumpuk yang tidak bisa kupuaskan sendirian.
Aku takut berpikir kalo aku melewati titik kritis, aku bisa kehilangan kendali terlepas dari keinginanku.
"Ini bukan kehendak dunia, kan?"
Aku bertanya-tanya apakah ada tangan ilahi yang terulur agar aku kembali ke alur cerita aslinya.
Setelah bereinkarnasi, aku tidak dapat menyangkal kalo itu mungkin terjadi.
Aku merasa keinginan hewani aku mulai lepas kendali, sedemikian rupa hingga aku memikirkannya.
"Tolong, Nak. Jangan menjadi pembuat onar."
Meskipun aku tahu tidak ada gunanya mengatakannya, aku tidak bisa menahan diri untuk tidak menginginkannya.
Kalo aku menjadi seorang pecinta NTR di kehidupan nyata, aku tidak yakin bisa berjalan di jalan dengan kepala tegak.
"Ah, Gouda-kun."
"Shiratori?"
Saat aku keluar dari kamar mandi dan berpapasan dengan Shiratori.
Mengingat masalah di bagian bawah tubuhku, ini waktu yang buruk.
"Ada apa? Apa kau tidak ingin melihatku?"
"Aku tidak mengatakan itu."
"Itu terlihat di wajahmu."
"...Benarkah?"
Meskipun wajahku seperti preman, aku tidak bisa menyembunyikan apa pun?
Mungkin aku harus belajar apa itu poker face.
Aku menahan napas dan kembali ke kelas. Seperti biasa, Shiratori berjalan di sampingku.
"Hei."
"Ya?"
"Kenapa kau berjalan di sampingku?"
"Kita ke kelas yang sama, itu normal. Atau apa kau menyuruhku pergi sendiri lewat jalan lain?"
Ketika dia mengatakannya seperti itu, aku tidak bisa membantahnya.
Jaraknya tidak terlalu jauh dari kelas, jadi kurasa tidak ada pilihan lain.
Seperti biasa, satu-satunya yang bisa berbicara denganku secara normal adalah Himuro dan Shiratori.
Dengan Himuro tidak masalah karena kami berteman, tapi Shiratori adalah cerita lain.
Kalo kekuatan koreksi dari cerita manga asli aktif, tidak aneh kalo sesuatu berjalan salah.
Dan mengingat saat ini aku kesulitan mengendalikan bagian bawah tubuhku, hanya berada di dekatnya saja membuatku gugup.
Bahkan sekarang, sentuhan lengannya saja membuat jantungku berdebar kencang.
Dia memancarkan aroma yang seolah mengundang pria, dan cara dia melirikku memiliki aura keindahan yang tak tahu malu.
Payudaranya yang montok terlihat bahkan di balik seragam dan sepertinya akan membakar sedikit kontrol diri yang tersisa padaku.
Aku tidak bisa menatapnya langsung.
Tentu saja, dia adalah heroin utama dari manga bokep.
Yang paling aman adalah menjaga jarak dengan Himari Shiratori.
"Hei, Gouda-kun."
"Ada apa?"
Meskipun dalam hati aku terkejut, aku berpura-pura tenang.
Aku khawatir pikiran mesumku akan terpancar di wajahku.
"Nanti aku ingin bicara denganmu. Berikan sedikit waktumu, oke?"
"Eh? Hei, tunggu..."
Hanya mengatakan itu, Shiratori masuk ke kelas duluan sebelum aku.
Aku tidak bisa mengejarnya memikirkan tatapan teman-teman sekelas.
"Ada apa dengannya...?"
Aku merasa ingin menghela napas.
Aku tidak mengerti apa yang dipikirkan Shiratori.
Tidak masuk akal kalo dia terus-menerus memperhatikan preman sekolah sepertiku.
Aku duduk di tempatku sebelum bel berbunyi. Dan segera aku merasakan tatapan tajam tertuju padaku.
Kurasa wajar kalo mereka menatapku, karena aku menonjol, tapi tetap saja aku tidak bisa menahan rasa tidak nyaman.
Meskipun begitu, aku pura-pura tidak peduli.
★★★
Waktu makan siang. Seperti yang dia katakan, dia memiliki 'sesuatu untuk dibicarakan', Shiratori membawaku ke atap dan kami berdua sendirian.
Karena aku sudah makan, perutku tenang, tidak berbunyi.
Atap di cerita sekolah hampir selalu terbuka, kan?
Di sekolahku di kehidupan sebelumnya, itu dilarang, jadi ini terasa sedikit menyegarkan bagiku.
Pemandangan yang indah...dan anginnya terasa enak.
Baiklah, aku sudah puas... Bisakah aku kembali sekarang?
"Tentang mengajarimu... Tidak masalah kalo itu di rumahku, kan?"
"Tidak, itu sama sekali tidak baik."
Shiratori, entah kenapa, membusungkan dadanya dan mengusulkan ide itu dengan penuh percaya diri.
Ketika aku menolaknya tanpa ragu, dia membuka matanya seolah tidak percaya apa yang baru saja didengarnya.
"Ke-kenapa...? Ini rumahku! Tidakkah menurutmu ini kesempatan luar biasa untuk bisa pergi ke rumah gadis yang kau sendiri bilang cantik? Aku tidak percaya kau tidak mengambil kesempatan ini."
Apa wanita ini benar-benar mengira dirinya seorang idola atau semacamnya?
Kepercayaan dirinya yang tiba-tiba meluap itu hanya membuatku menjauh secara mental.
"Yang tidak percaya itu aku. Seorang gadis seusia kita membawa pulang seorang pria yang bahkan tidak terlalu dekat dengannya? Gunakan akal sehatmu, tolong, akal sehatmu."
"Kau, Gouda-kun, berbicara tentang akal sehat...itu membuatku sangat terkejut..."
Shiratori memegang dadanya dan terhuyung-huyung seolah akan pingsan.
Dia mungkin ingin menunjukkan kalo dia terluka, tapi dengan tangan di dadanya, adegan itu menjadi berbahaya untuk anak laki-laki seusia kami.
Itu adalah pemandangan yang hanya bisa dianggap racun visual.
Apa ada semacam daya tarik?
Tatapanku tertarik tanpa henti, tapi aku menahannya dengan sekuat tenaga.
"Aku menghargai kau ingin mengajariku, tapi tidak harus di rumahmu. Kita bisa pergi ke perpustakaan atau tempat lain yang lebih sesuai."
Aku tidak ingin terlalu dekat dengan pahlawan utama.
Aku tidak keberatan menerima bantuan yang dia rasa berutang padaku, tapi kalo itu menimbulkan kesalahpahaman, itu akan menjadi masalah besar.
"Di perpustakaan ada mata yang bisa melihat kita."
"Bukan berarti ada banyak orang, kan? Kalo kau hanya akan mengajariku sedikit, itu sudah cukup."
"Gouda-kun, pernahkah kau menggunakan perpustakaan sekolah?"
"Tidak, tidak pernah."
Bahkan dalam ingatan Akio Gouda pun dia sepertinya tidak pernah pergi ke perpustakaan.
Yah, bukan berarti preman dan perpustakaan cocok.
Shiratori menghela napas lembut dan menggelengkan kepala dengan ekspresi 'yare, yare'... Sikap itu membuatku sedikit kesal.
"Ujian tengah semester sudah dekat, kan? Ada cukup banyak siswa yang belajar di perpustakaan. Kalo kau muncul di sana, kau hanya akan mengganggu semua orang yang sedang berusaha belajar, Gouda-kun."
Betapa kejamnya cara dia mengatakannya.
Tapi aku tidak bisa membantah. Begitulah berbahayanya kehadiran Akio Gouda.
Bagaimanapun, sepertinya perpustakaan memang tempat yang cukup populer untuk belajar.
Ini akan menjadi sekolah dengan preman, tapi ada juga banyak siswa serius, sepertinya.
"Kalo begitu lebih baik setelah ujian."
"Ah? Apa yang kau bicarakan, Gouda-kun? Aku tidak merasakan sedikit pun motivasi dalam dirimu mengenai ujian."
Shiratori menekanku dengan senyuman.
Aku kira aku pernah mendengar di suatu tempat kalo senyuman juga bisa mengintimidasi...
Atau, lebih tepatnya, dia memberiku ceramah.
Dia mengatakan hal-hal seperti 'kau seharusnya lebih memikirkan masa depanmu' atau 'kalo kau tidak berusaha sedikit demi sedikit, kau akan menyesalinya'. Kau itu ibuku atau apa?
...Lebih baik aku mengubahnya.
Aku menerima kata-kata yang sangat khas dari seorang siswa teladan.
Kali itu Akio Gouda yang asli, dia akan mengatakan itu seperti berbicara dengan batu, tapi yang mendengarkan kata-kata itu adalah aku.
"Ya, aku akan berusaha keras dalam belajar..."
"Begitu, baguslah."
Tanpa memiliki ketegasan seorang pecinta NTR yang malang, aku tidak bisa menahan tekanan Shiratori.
Melihat itu, dia tersenyum puas.
Ada lebih banyak jenis senyuman dari yang kuduga...
Yah, bohong kalo aku bilang aku tidak gugup untuk ujian pertama ini sejak aku bereinkarnasi.
Sekaligus dia membantuku menghilangkan kecemasan itu, aku juga bisa membalas budi yang dia rasa berutang padaku.
Kalo aku melihatnya sebagai membunuh 2 burung dengan satu batu, menerima tawarannya tidak terdengar terlalu buruk.
Meskipun begitu, aku masih ragu untuk pergi ke rumah Shiratori.
Kali aku benar-benar berpikir ini adalah kesempatan, aku sudah memutuskan untuk hidup sebagai pecinta NTR yang jahat.
"Hei, apa tidak apa-apa kau mengundang pria lain ke rumahmu saat kau sudah punya pacar?"
"Maksudmu Junpei-kun? Aku sudah putus dengannya."
"...Ah?"
Cara dia mengatakannya dengan begitu santai membuatku berpikir sejenak kalo aku salah dengar.
Hei, tunggu sebentar, apa aku baru saja mendengar bom yang cukup serius?
Seolah mengkonfirmasi kepanikan yang aku rasakan di dalam, Shiratori terus berbicara.
"Sejujurnya, dengan Junpei-kun aku hanya terbawa suasana karena aku tidak tahu bagaimana menolaknya. Tapi aku memutuskan kalo aku harus meluangkan waktu untuk menghadapi perasaanku sendiri dan memulai kembali hubungan kami."
"Tapi...maksudku, kau tidak membencinya, kan?"
"Dia teman masa kecilku. Bukan berarti aku tidak suka dia atau semacamnya. Hanya saja...aku juga punya keraguan sendiri. Aku pikir akan lebih baik untuk menjaga jarak dengannya agar aku bisa memahami apa yang sebenarnya kurasakan. Itu saja."
Hei, hei, hei, hei! Ada apa dengan penyimpangan dari alur cerita asli yang terjadi tanpa sepengetahuanku?!
Setahuku, Himari Shiratori jauh lebih setia kepada Junpei Nosaka... Dalam cerita aslinya, bahkan ketika dia menjadi korban situasi yang cukup berat dengan Akio Gouda (disensor otomatis), perasaannya tidak berubah dengan mudah.
Justru karena itulah, ketika hatinya akhirnya menyerah, dampaknya sangat brutal.
Tentu saja, sekarang ini adalah kenyataan, jadi tidak ada jaminan kalo semuanya akan berjalan seperti dalam cerita aslinya.
Tapi meskipun begitu...kalo perubahan emosional padanya ini adalah salahku, aku tidak bisa tidak merasa bertanggung jawab.
"Bukankah...ini salahku?"
"...Bukan itu. Jadi jangan pasang wajah seperti itu, Gouda-kun."
Wajah seperti apa yang kupasang?
Jangan katakan itu padaku, Shiratori, yang ekspresinya seperti sedang menahan sesuatu.
"Soal Junpei-kun dan aku sudah tidak penting. Lebih baik, ayo kita fokus padamu, Gouda-kun. Ayo kita berusaha bersama dalam belajar sampai ujian tengah semester."
"Te-tentu."
Aku menjawab dengan terbawa arus. Aku benci betapa lemahnya aku terhadap tekanan.
Tapi aku juga tidak bisa terus-menerus terseret begitu saja.
Fakta kalo Shiratori sekarang lagi zomblo berarti, kalo kami berduaan, tidak aneh kalo sesuatu terjadi.
Akhir-akhir ini, bagian bawah tubuhku bertingkah sendiri, dan aku tidak terlalu yakin apakah aku bisa mengendalikannya hanya dengan kekuatan kemauanku.
"Shiratori, kalo kau akan mengajariku di rumahmu, aku punya satu syarat."
Untuk mengambil inisiatif kembali, aku mengajukan sebuah syarat.
★★★
Kalo aku mengingat dengan benar, cerita aslinya dimulai tepat sebelum liburan musim panas tahun kedua.
Himari Shiratori, yang diserang oleh Akio Gouda, terekspos titik lemahnya dan perlahan-lahan tergoda selama musim panas.
Itulah cerita aslinya.
Saat ini kami berada di bulan Mei tahun kedua.
Masih ada waktu sebelum cerita asli dimulai, tapi, hubungan pasangan antara Shiratori dan Nosaka sudah berakhir.
Jadi tidak mungkin ada cerita NTR. Maksudku, bukan berarti aku ingin merebutnya, tapi...
Aku pikir selama aku tidak ikut campur, hubungan mereka akan berkembang secara alami.
Bagaimana bisa berakhir seperti ini?
" " " ".........." " " "
Setelah pelajaran. Lokasinya, Rumah Shiratori. Lebih tepatnya, kamar Himari Shiratori.
Di sana kami berempat, 2 pria dan 2 wanita. Tentu saja, ada Shiratori, dan aku, yang seharusnya menerima pelajaran.
Selain itu, ada Himuro dan Nosaka.
Menurut peran dalam cerita asli, kami memiliki heroin yang tidak setia dan penjahat NTR. Lalu, protagonis dan rival heroin.
Sebuah kelompok yang kacau. Dan mengetahui itu, tidak mungkin aku bisa tetap tenang.
Tapi ini adalah kenyataan. Sungguh, tidak ada yang mirip dengan cerita NTR yang terjadi. Faktanya, pasangan protagonis sudah berpisah.
Jadi, dalam hal itu, kami tidak lebih dari 2 preman yang menerima pelajaran dari seorang siswi teladan, bersama dengan seorang anak laki-laki biasa.
Ya, ya, kedengarannya seperti sesuatu yang khas siswa.
Pertemuan belajar kelompok... Meskipun aku melihatnya seperti itu, kelompok itu tetap sama kacau.
"Hei, Akio, kenapa kau membawaku ke tempat seperti ini?"
Himuro, yang duduk di sebelah kananku berbisik pelan.
Untuk memperjelas posisinya, di sebelah kananku ada Himuro, di depanku Shiratori, dan di sampingnya Nosaka.
"Siswi teladan itu menawarkan dirinya untuk mengajariku. Aku hanya berbagi kesempatan."
"Kau tahu aku tidak pandai belajar, kan?"
"Tidak bisa itu beda dengan tidak mau. Lagipula, kalo kau dapat nilai merah, itu akan merepotkan. Setidaknya kau harus berpikir untuk belajar sedikit, kan?"
"Ba-baiklah...sedikit, mungkin..."
"Bagaimanapun juga kau tidak akan melakukan apa-apa sendirian. Jadi lebih baik kita lakukan bersama."
"Belajar bersamamu, Akio...? Ka-kalo kau mengatakannya begitu, kurasa tidak ada pilihan lain."
Sepertinya Himuro setuju. Karena ini adalah manga bokep, tidak ada adegan belajar yang sebenarnya, tapi pengetahuan Akio Gouda mengatakan kalo Haaya Himuro sedikit bodoh.
Aku percaya kalo belajar sejak muda itu penting.
Ketika aku melihat ke depan, Shiratori sedang memperhatikanku dengan ekspresi jengkel.
Matanya seolah berkata 'Bagaimana kita sampai pada titik ini?' Aku merasa tidak nyaman dan memalingkan wajahku.
Mengundang Himuro dan Nosaka ke kelompok belajar. Itu adalah syarat yang aku ajukan kepada Shiratori.
Karena, di ruangan seorang gadis sendirian itu tidak bisa terjadi, kan?
Bagaimana kalo sesuatu terjadi karena dorongan hatiku dan aku tidak bisa bertanggung jawab?
Kita tidak tahu bagaimana aturan manga bokep dapat memengaruhi.
Akhir-akhir ini aku juga sedikit tidak terkendali.
Itu sebabnya aku mengusulkan untuk mengundang Himuro dan Nosaka.
Aku pikir mereka satu-satunya yang bisa kuajak bicara tentang hal itu.
Shiratori bergumam sesuatu yang tidak bisa aku abaikan 'Gouda-kun lebih pengecut dari yang kuduga, ya? Atau hanya bersikap jual mahal?', tapi aku memutuskan untuk mengabaikannya.
Dalam kasus terburuk, kupikir cukup kalo salah satu dari mereka berdua datang.
Aku pikir, kalo aku mengundang Himuro, dia akan menerima tanpa masalah, tapi aku tidak menyangka Nosaka juga akan menerima dengan begitu mudah.
Nosaka baru saja berpisah dari Shiratori. Karena itu, aku pikir mungkin dia akan merasa tidak nyaman dan menolak undangan itu.
Tapi, mungkin justru bagus kalo aku yang mengundangnya. Di rumah teman masa kecilnya yang tercinta akan masuk seorang pria bermasalah dengan reputasi buruk.
Kali seseorang adalah pria, dia tidak bisa begitu saja menutup mata dalam situasi seperti itu.
"Ba-baiklah. Kalo begitu, ayo kita bersemangat belajar untuk ujian."
"...Ya, kurasa begitu."
Shiratori menjawab dengan nada yang cukup kesal.
Setidaknya sembunyikan sedikit wajah itu, oke?
Secara dangkal, sesi belajar dimulai dengan tenang.
Nosaka tidak mengatakan sepatah kata pun, tapi sepertinya dia benar-benar berkonsentrasi.
Himuro juga tidak mengeluh, dan secara mengejutkan, dia berusaha untuk belajar.
"Gouda-kun, di situ kau bisa menggunakan rumus ini."
"Begitu."
Belajar bersama, aku menyadari kali Shiratori benar-benar memiliki tingkat akademik yang tinggi.
Tidak heran dia disebut siswi teladan.
Kalo kau mengajukan pertanyaan, dia menjelaskannya secara instan dengan jelas dan sederhana.
Omong-omong, Nosaka sepertinya memiliki tingkat rata-rata.
Himuro...yah, kalo dia tidak berusaha sedikit lebih keras, dia mungkin tidak akan lulus ambang batas.
Tingkat akademik asli Akio Gouda sedikit di atas rata-rata.
Menjadi karakter yang hanya memikirkan seks, memiliki tingkat pengetahuan itu sudah lebih dari cukup.
Sekarang dia juga memiliki pengetahuanku, jadi, kalo itu hanya isi ujian tengah semester, kita seharusnya bisa mengatasinya.
"Aah, yaaa! Aku lelah~"
Setelah satu setengah jam belajar, Himuro akhirnya menyerah.
Untuk ukuran dia, dia bertahan cukup baik.
Aku membelai kepalanya, yang bersandar di atas meja, sebagai tanda pengakuan.
"Kau sudah banyak belajar, kerja bagus. Bagaimana kalo kita istirahat?"
"Akio? ...Hehehe, aku sudah berusaha, kan~?"
Pasti dia rileks setelah berkonsentrasi sepanjang waktu. Ekspresi Himuro melembut. Ketika dia tersenyum, dia memiliki aura yang sedikit kekanak-kanakan.
"..........!"
Tatapan Shiratori sedikit menakutkan... Apa dia mengatakan kalo dia tidak akan membiarkan kami bersantai?
"Ah, ini, hei, Shiratori-san, boleh aku menggunakan kamar mandi?"
"E-eh? Tentu. Turuni tangga dan di ujung kanan ada kamar mandi."
"Terima kasih."
Himuro keluar dari kamar.
Ketegangan yang memenuhi tempat itu sepertinya sedikit mereda.
Bahkan ekspresi Shiratori sedikit rileks.
Yang tersisa adalah Shiratori, Nosaka, dan aku.
Situasinya masih kacau karena kombinasi anggota.
Terutama karena kehadiranku, tentu saja.
"Nosaka, apa ada sesuatu yang tidak kau mengerti?"
"Eh, aku? Yah, ya, sedikit..."
"Kalo ada sesuatu yang tidak kau mengerti, Shiratori-sensei bisa membantumu."
"Ka-kau pikir begitu?"
Nosaka melirik Shiratori. Dia, berpura-pura tidak menyadarinya, tidak bereaksi sama sekali.
Sepertinya tidak akan mudah bagi mereka untuk kembali baik.
Dia pasti menyimpan cukup banyak dendam. Hati seorang wanita itu lembut.
Tapi aku ingin dia juga mengerti kalo hati seorang pria juga lembut.
Melihat Nosaka begitu putus asa, aku tidak bisa menahan perasaan itu.
Tepat ketika aku akan mengatakan sesuatu untuk menyemangatinya...
"Hei, Gouda-kun, apa Himuro-san pacarmu?"
Shiratori menatapku langsung sambil melontarkan pertanyaan seperti itu.
"Dari mana datangnya pertanyaan itu?"
"Itu hanya rasa ingin tahu. Aku tidak pernah melihatmu berbicara dengan siapa pun selain Himuro-san di kelas. Jadi kupikir... Apa kalian pacaran?"
Apa maksudnya Haaya Himuro x Akio Gouda?
Dalam cerita aslinya, dia diperlakukan sebagai wanita yang patuh dan nyaman.
Tapi sekarang berbeda. Dia adalah teman yang bisa kutertawakan dengan normal.
"Himuro adalah temanku. Tidak lebih dan tidak kurang dari itu. Dia adalah orang yang luar biasa yang bergaul denganku, bahkan dengan diriku yang seperti ini."
Jadi aku menjawab dengan jujur.
Meskipun aku tidak punya harapan, Himuro bisa bergaul dengan yang lain di kelas.
Karena itu, aku mengambil kesempatan untuk menyoroti 'orang yang luar biasa' itu.
"Benarkah? Kalo begitu, Gouda-kun, apa kau punya pacar di luar sekolah?"
"Kenapa kau berasumsi aku punya pacar? Aku tidak punya hubungan yang cukup baik dengan siapa pun untuk disebut seperti itu."
Dan itu bukan kebohongan. Akio Gouda sendiri tidak pernah memiliki hubungan khusus seperti pacaran.
Meskipun...dia pernah memiliki hubungan satu malam, teman tidur, dan sejenisnya... Berbeda dalam durasi, tapi dia telah bersama beberapa wanita dalam hubungan dewasa.
"Kalo begitu... Gouda-kun, kau zomblo sekarang."
Apa itu hanya imajinasiku atau mata Shiratori bersinar seperti predator?
Tidak, pasti itu hanya imajinasiku! Katakan padaku itu hanya imajinasiku!
...Sepertinya, karena aku telah mendengarkan masalahnya di love hotel, Shiratori memiliki ide yang salah tentang diriku.
Memang benar aku tidak berniat menjadi pecinta NTR yang malang seperti Akio Gouda di materi aslinya.
Tapi itu hanya berarti aku ingin hidup dengan layak, bukan berarti aku punya jaminan tidak akan menjadi orang brengsek.
"O-Oi, Himari, apa yang kau tanyakan?"
Nosaka pasti gugup melihat teman masa kecilnya yang dicintai berbicara begitu santai dengan preman terburuk di sekolah.
Dia mencoba menghentikan Shiratori dengan menaikkan suaranya. Bagus, teruslah berbicara.
"Bukan apa-apa. Hanya obrolan cinta saja. Kita kan pelajar SMA, ya kan? Wajar kalo tertarik dengan kehidupan cinta orang lain."
"Ya, aku mengerti, tapi...pikirkan dengan siapa kau bicara. Tidak mungkin Gouda tidak gonta-ganti pacar terus-menerus. Dan siapa tahu seberapa benar yang dia katakan..."
"Bisakah kau tidak membicarakan hal semacam itu di depan orangnya langsung?"
"Hii... M-Maaf..."
Meskipun aku mencoba mengatakannya dengan ramah, dia malah ketakutan.
Padahal aku rasa suaraku cukup bagus... Apa mungkin wajah preman ini yang jadi masalah?
Aku tidak marah atau apapun. Lagipula apa yang dikatakan Nosaka itu benar.
Fakta kalo Akio Gouda adalah tipe yang menjijikkan yang suka mempermainkan banyak gadis.
"Maaf, Nosaka. Aku tidak bermaksud menakutimu."
"Ti-tidak, bukan berarti aku takut atau apa..."
Kalo begitu, semoga kau tidak mengalihkan pandanganmu... Apa dia tipe anak yang tidak bisa bicara dengan baik ketika matanya ditatap?
"Hanya saja...akhir-akhir ini aku banyak merenung dan ingin berubah. Makanya aku tidak lagi berpikir untuk memperlakukan orang sembarangan. Aku hanya memutuskan itu."
"Y-Ya, aku mengerti. Kau juga banyak memikirkan banyak hal, ya, Gouda...?"
Nosaka terlihat canggung, seolah tidak tertarik. Yah, kurasa mendengarkan kisah hidup preman menakutkan pasti tidak terlalu menghibur.
Ketika aku hendak mengakhiri percakapan, Shiratori tiba-tiba membungkuk ke depan.
"Dengan kata lain, kalo kau punya pacar, kau akan memperlakukannya dengan hati-hati, kan?"
"Ah, ah... ya. Kurasa begitu."
Justru karena aku ingin melakukan hal yang benar, sekarang lebih sulit bagiku untuk punya pacar.
Akhir-akhir ini aku berpikir, meskipun sedikit, kalk bagi Akio Gouda, merebut pacar orang mungkin adalah cara untuk berkomunikasi dengan orang lain... Kalo begitu, maka dia adalah tipe antisosial terburuk.
"Begitu...jadi begitu..."
Shiratori menghela napas hangat.
Apa aku telah mengaktifkan semacam sakelar berbahaya padanya?
Merasakan sedikit insting bahaya, aku sedikit menjauh darinya.
"Aku sudah kembali~! Eh? Ada apa?"
"Tidak, kami hanya mengobrol seperti biasa."
Himuro kembali dari kamar mandi. Berkat dia, suasana tegang sedikit mereda.
Melihat efek sebaliknya dari sebelumnya, aku jadi mengerti betapa pentingnya menyegarkan suasana sesekali.
"Karena Himuro-san sudah kembali, kenapa kita tidak melanjutkan belajar?"
"Eh? Tidakkah kita bisa istirahat sebentar lagi?"
"Tidak. Kita sedang belajar untuk ujian, jadi kita harus lebih konsentrasi."
"Buuu~"
Pada akhirnya, Himuro dikalahkan oleh Shiratori dan melanjutkan belajar.
Untuk ukuran dia yang biasanya tidak belajar, dia berusaha keras.
Begitu kerasnya, sampai setelah selesai, dia benar-benar kelelahan.
★★★
Setelah sesi belajar selesai, kami keluar dari rumah Shiratori.
"Nah, rumahku lewat sini."
Seperti yang diharapkan dari teman masa kecil Shiratori, rumah Nosaka dekat. Jadi dia segera berpisah dari Himuro dan aku.
"Nosaka, terima kasih untuk hari ini."
"Eh?"
Saat kami berpisah, aku berterima kasih pada Nosaka.
"Aku senang kau mau belajar bersama orang seperti aku. Semua orang di kelas takut padaku, jadi kupikir mungkin kamu juga tidak akan datang. Sungguh, terima kasih sudah datang."
Aku juga sangat berterima kasih pada Himuro karena jika aku sendirian dengan Shiratori...
Meskipun memalukan untuk mengakuinya, mungkin aku tidak akan bisa mengendalikan diri.
Mungkin terlalu tidak terduga mendengar aku mengatakan hal seperti itu, karena Nosaka tampak terkejut.
Dia berkedip beberapa kali dengan mulut sedikit terbuka. Lalu dia tiba-tiba bereaksi dan mengeraskan ekspresinya.
"Ja-jangan punya pikiran aneh-aneh! Aku hanya pergi karena ingin melindungi Himari-chan! Bukan berarti aku ingin bergaul denganmu atau semacamnya, mengerti?!"
Oooh, sungguh tsundere! Meskipun terdengar seperti tsundere, dia mungkin benar-benar khawatir tentang Shiratori.
Bahkan kali mereka baru saja putus, dia tidak bisa tidak khawatir tentang teman masa kecilnya yang dicintai.
Itu hanya menunjukkan betapa kuatnya perasaan Nosaka terhadap Shiratori.
"Ya, aku mengerti. Selama kau terus melindungi Shiratori, aku tidak akan melakukan hal buruk padanya."
"Benarkah? Selama aku di dekatnya, kau tidak akan menyentuh Himari?"
"Tentu saja. Jadi lindungilah dia apa pun yang terjadi."
"Kau tidak perlu memberitahuku!"
Nosaka tiba-tiba berbalik, hampir membuat suara, dan lari.
Apa dia ingin pamer atau hanya malu? Hanya dia yang tahu.
"Wah, Nosaka ternyata anak yang cukup menarik."
Himuro, yang telah diam mengamati percakapan para pria, akhirnya angkat bicara.
"Nosaka itu orangnya jujur, kan? Jangan mengejeknya, oke?"
"Aku tidak mengejek, sungguh. Aku pikir keren dia bisa mengatakan dengan begitu jelas kalo dia ingin melindungi gadis yang dia suka. Aku suka tipe pria seperti itu."
Oooh, seperti yang diharapkan dari protagonis cerita asli. Membuat Himuro mengatakan kalo dia menyukai tipe pria seperti itu...tidak diragukan lagi Nosaka memiliki sesuatu yang membuatnya populer.
"Hei, Akio, ngomong-ngomong... Bolehkah aku pergi ke rumahmu sekarang?"
"...Aku tinggal sendiri, tahu?"
"Terus?"
"Tidak, maksudku, yang ingin aku katakan adalah tidak baik seorang gadis pergi ke rumah seorang pria yang tinggal sendiri."
Seharusnya aku memberikan alasan yang valid, tapi Himuro terus tersenyum dengan ekspresi mengejek.
"Ehh? Apa salahnya~? Aku tidak mengerti sama sekali♪"
Sungguh menyebalkan karakter ini... Kurasa aku sedikit mengerti kenapa Akio Gouda memperlakukannya dengan acuh tak acuh.
"Baiklah, sudah cukup bercanda untuk hari ini."
"Itu lelucon...?"
"Eh? Apa kau berharap? Apa kau benar-benar ingin aku pergi ke rumahmu?"
Aku mengabaikan komentar itu agar dia tidak terus mengganggu. Himuro terkekeh, seolah menikmati reaksiku.
"Pokoknya, kalo kau berusaha keras belajar, maka aku tidak bisa diam saja. Hari ini aku akan bersikap baik, pulang ke rumah, dan membiarkan otakku segar kembali setelah banyak digunakan."
"Karena tidak sering digunakan, pasti kau terlalu panas dan sekarang overheated. Sesampainya di rumah, kompres kepalamu dengan es."
"Ugh, apa yang kau katakan~!"
Himuro menekan kepala pirangnya ke perutku dengan kuat. Aku juga, sambil berkata, "Ah, begitu rupanya!", mengacak-acak rambutnya dengan semangat.
Kami berdua tertawa seperti orang bodoh, dan hanya itu...rasanya sangat menyenangkan.
Mungkin ini, momen-momen konyol tapi ceria seperti ini, adalah yang mereka sebut masa muda.
Entah kenapa, itulah yang kupikirkan.
★★★
Tapi aku tidak dalam kondisi untuk sekedar menikmati masa muda itu.
"Haa, haa, haa, haa..."
Nafasku terengah-engah.
Tubuhku terbakar.
Aku merasa seolah ada sesuatu yang terlepas di dalam perut ku, berputar-putar dengan keras.
Kamar dengan aroma manis Shiratori.
Hanya berada di dalamnya membuat hasrat hewaniku terus-menerus terstimulasi.
Dan kemudian, Himuro menyentuh tubuhku...itu adalah batasanku.
Aku merasakan geli di bagian bawah tubuh.
Geli itu perlahan berubah menjadi panas yang pekat, massa mendidih yang kapan saja bisa meledak.
Kesadaran Akio Gouda tidak sepenuhnya mati.
Baru setelah aku mencapai titik itu, aku menyadarinya.
Aku harus pulang secepat mungkin... Dengan pikiran yang kabur, entah bagaimana aku berhasil sampai di apartemen tempatku tinggal.
"Ah, selamat datang di rumah, Akio-kun!"
Di depan pintu apartemenku, seorang gadis cantik berambut biru sedang duduk.
Tepat pada saat seperti ini... sial!
Begitu aku melihat sosok wanita itu, aku merasakan bagian bawah perutku langsung terbakar.
Tanpa sadar, aku memutar mulut. Sepertinya dunia ini benar-benar ingin mengubah Akio Gouda menjadi pria terburuk.
"Tepat waktu. Mau langsung saja?"
"Baiklah. Aku juga datang dengan niat itu."
Aku membiarkan gadis cantik itu masuk ke apartemenku, terbawa oleh instingku.
Bagaimanapun, situasi berduaan dengan seorang wanita di apartemen itu buruk.
★★★
Aku akhirnya melakukannya karena dorongan hati... Aku tidak pernah menyangka akan tiba saatnya aku memahami perasaan ini.
"Hmm...itu terasa menyenangkan, Akio-kun♥"
"Y-Ya, aku senang..."
Aku berbaring telanjang di ranjang bersama gadis cantik berambut biru itu.
Dengan kata lain, yang membuatku malu, itu adalah setelah kami berhubungan segs.
Ini adalah sesuatu yang tak terhindarkan, atau semacamnya.
Baiklah, biar kujelaskan.
Aku sedang dalam perjalanan pulang setelah sesi belajar di rumah Shiratori.
Mungkin kepribadian Akio Gouda berusaha muncul ke permukaan, karena hasrat seksual yang meluap-luap menguasaiku.
Kalo terus seperti ini, aku bisa saja akhirnya membawa wanita mana pun untuk satu malam.
Itu adalah hasrat yang tak tertahankan.
Aku bergegas kembali ke apartemenku untuk mencegah hal itu terjadi, tapi yang menungguku adalah gadis cantik berambut biru itu.
Namanya Erika Koyama. Dia adalah mahasiswi yang lebih tua dariku.
Aku tidak ingat namanya di cerita asli, tapi penampilannya terasa familiar.
Rambut biru semi-panjang, seorang wanita cantik dengan mata sayu dan kesan tenang. Payudaranya yang besar, memancarkan daya tarik dewasa, patut untuk dilihat.
Erika adalah salah satu wanita yang 'dimakan' Akio Gouda dalam cerita asli.
Dia hanya muncul dalam adegan kilas balik, tapi dia populer karena penampilannya yang seperti heroin utama.
Dengan kata lain, dia awalnya adalah karakter sampingan. Tapi, ini adalah kenyataan. Fakta kalo dia adalah karakter sampingan dalam cerita asli tidak berarti hidupnya lenyap.
Kenangan Akio Gouda menunjukkan bahwa aku benar-benar memiliki perselingkuhan satu malam dengan Erika.
Dia datang mencari Akio Gouda karena tenggelam dalam kenikmatan seksual.
"Aku tidak bisa mengendalikan diri... Padahal aku sudah memutuskan untuk tidak menyakiti wanita..."
Erika tidak punya pacar. Hubungan itu sudah ada sebelum aku bereinkarnasi, dan kali ini dia datang secara sukarela untuk 'dimakan'. Aku tidak merebutnya.
Kalo kami berdua setuju, tidak ada alasan bagiku untuk disalahkan atas hubungan fisik ini.
" ".........." "
Meskipun begitu, tidak mengubah fakta kalo aku mengkhianati keputusan awalku sendiri.
Sebanyak apa pun aku dikuasai oleh hasrat seksual yang tak terkendali, aku menyalahkan diri sendiri karena tidak bisa melakukan sesuatu untuk mengatasinya.
"Eh? Apa kau tidak merasa nyaman, Akio-kun?"
Tubuh lembut memelukku, seolah memanjakanku.
Sebuah pelukan penuh gairah. Tapi, Erika tidak mengubah ekspresinya yang tenang.
"Tidak, bukan itu."
"Aku tahu itu. Wajahmu begitu bahagia... Kau sangat manis, Akio-kun♥"
Aku sangat malu karena seorang Onee-san menggodaku.
Tidak, kalo mempertimbangkan kehidupan masa laluku, aku sedikit lebih tua secara mental.
"Kalo begitu, ada masalah apa? Kalo begitu, Erika-onee-san akan mendengarkan."
Aku merasakan dingin merambat saat dia mengusap garis wajahku. Sensasi apa ini?
Sepertinya aku mulai kecanduan.
Napas hangat Erika menerpa wajahku. Aku harus mengatakan sesuatu. Perasaan itu semakin kuat dan mulutku terbuka secara alami.
"Yah...aku mencoba mengubah cara hidupku. Aku telah memutuskan untuk tidak memperlakukan wanita sembarangan, tapi aku akhirnya menyerah pada keinginan egoisku lagi... Aku tidak tahu bagaimana menjelaskannya, tapi aku merasa ini salah. Makanya aku menyesal, justru karena kau begitu baik, Erika."
Perlahan, aku berbicara jujur tentang perasaanku saat ini.
Meskipun ceritaku tidak terorganisir dengan baik, Erika tetap diam dan mendengarkanku.
Ketika aku selesai berbicara, dia mulai membelai kepalaku dan berkata 'bagus, bagus'.
"Begitu. Akio-kun mencoba menjadi lebih baik, ya?"
Erika memelukku. Wajahku terkubur di payudara besarnya.
Saat aku tenggelam dalam kelembutan dan ukuran payudaranya, aku memejamkan mata. Merasa aman, sebuah suara lembut dan tenang turun atasku.
Manusia tidak sesederhana itu. Kita bukanlah makhluk yang hanya bertindak berdasarkan logika.
Kau tidak bisa begitu saja memotong semua emosimu sekaligus, itu tidak mungkin.
"Benarkah?"
"Ya. Lihat, misalnya, aku. Meskipun aku tahu aku seharusnya menghindari terlibat dengan seseorang sepertimu, Akio-kun, yang terlihat sangat buruk, aku tidak bisa melupakan kesalahan satu malam itu dan datang ke sini."
Suara Erika terdengar main-main, seperti anak kecil nakal, tapi penuh kelembutan. Aku terbawa olehnya.
"Itu namanya jadi gadis nakal."
"Ya, meskipun aku tahu itu salah, terkadang kau tidak bisa menahan diri untuk tidak nakal. Tapi bukan berarti aku selalu melakukan hal buruk. Mungkin Akio-kun juga sama."
Perlahan, kantuk mulai menyelimutiku.
Meskipun aku merasa lelah, kata-kata Erika seolah membebaskan hatiku.
"Setidaknya, aku pikir itu adalah keputusan yang baik untuk datang menemuimu hari ini, Akio-kun. Memiliki niat untuk tidak menyakiti orang lain adalah sesuatu yang patut dikagumi, tapi yang paling penting adalah bagaimana perasaan orang lain itu, kan?"
Aku merasakan bibirnya menempel di dahiku.
Itu adalah ciuman hangat, seperti yang seorang ibu berikan kepada anaknya.
"Kau tidak boleh menyesal secara egois. Penyesalan yang kau lakukan sendirian seringkali sangat salah. Kau harus melihat sekelilingmu dan memikirkan bagaimana perasaan orang lain. Tentu, itulah artinya menjadi lebih baik."
"Ya...aku mengerti."
Aku merasa terbungkus dalam kehangatan.
Hati dan tubuhku terasa lega, dan aku merasa bisa tidur dengan nyaman.
"...Tapi orang yang membuatku menyadari itu adalah kau, Akio-kun. Fufufu, kupikir kau adalah orang yang dewasa, tapi pada akhirnya, kau lebih muda dari yang kupikirkan."
Aku tidak menyadari kapan, tapi sensasi hangat di bagian bawah perutku telah hilang.
Sebagai gantinya, kehangatan yang menyenangkan mengalir ke seluruh tubuhku.
"Terima kasih, Akio-kun. Setelah melihatmu malam ini, aku menyadari kalo aku tidak bisa terus menjadi gadis yang manja. Sebenarnya, aku ingin kau yang lebih memanjakanku... Fufufu Apa yang aku katakan ini? Selamat malam."
Kesadaranku semakin tenggelam. Tempat itu hangat, manis, dan sangat menyenangkan.
★★★
Kalo ada yang bertanya kepadaku orang seperti apa Akio Gouda itu, aku tidak akan ragu untuk menjawab 'Dia orang yang berbahaya'.
Di sekolah, dia adalah anak laki-laki yang terkenal sebagai pembuat onar.
Selalu dikelilingi oleh rumor negatif, dan karena wajahnya yang garang dan perawakannya yang bagus, semua orang takut padanya.
Dan entah bagaimana, saat pergantian kelas saat naik ke kelas dua, aku berakhir di kelas yang sama dengan Gouda.
"Wah, serius...?"
Itu adalah reaksiku ketika mengetahuinya.
Perasaan seperti menginjak kotoran anjing di jalanan tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan betapa buruknya perasaanku.
Dan bukan hanya aku, tapi semua orang yang berakhir di kelas yang sama dengan Gouda pasti memikirkan hal yang sama.
"Tahun ini kita juga sekelas, Junpei-kun. Fufufu, aku sangat senang kita bersama."
"A-ah, ya. Aku juga senang berada di kelas yang sama, Himari."
Satu-satunya hal baik dari pergantian kelas ini adalah aku bisa berada di kelas yang sama dengan Himari, teman masa kecilku.
Himari itu menggemaskan, pintar, dan memiliki sosok yang mengesankan.
Ketika kami masih kecil, aku hanya melihatnya sebagai teman bermain, tapi saat tumbuh dewasa dan melihatnya menjadi semakin cantik, aku menyadari kalo aku telah jatuh cinta padanya tanpa kusadari.
Dan sekarang, sebagai siswa SMA, hubungan kami tidak lagi terbatas hanya sebagai teman masa kecil.
"Hei, Himari, maukah kau berkencan denganku?"
"Ya, baiklah."
Kami telah menjadi sepasang kekasih.
Perasaan yang telah kumiliki sejak kecil telah menjadi kenyataan.
Himari juga pasti memiliki perasaan yang sama denganku.
Setelah beberapa kencan, jarak kami sebagai sepasang kekasih semakin dekat.
Takdir yang diikuti oleh anak laki-laki dan perempuan yang semakin dekat seperti itu sudah jelas, mengingat usia kami...
"Baiklah, lain kali aku akan mengundang Himari ke kamarku... Dan aku akan bersikap seperti orang dewasa!"
Saat itulah, ketika aku mengambil keputusan itu secara diam-diam, hal itu terjadi.
"Hei, minggir. Menyingkirlah."
"Ah, ma... maaf!"
Gouda sepertinya tidak memiliki sedikit pun perhatian terhadap orang lain.
Dengan sikap arogan, dia berjalan di lorong, dan aku menyingkir untuk menghindarinya.
Kalo saja Gouda tidak berada di kelas ini, ini akan menjadi yang terbaik.
Melihatnya bersikap begitu tidak tahu malu membuatku merasa tidak enak, seolah-olah rencanaku yang sudah mantap disiram air dingin.
Tapi kalo Himari bersamaku, aku akan melupakan semua hal buruk.
Kalo kami menjadi satu, bahkan lebih lagi...
Dan begitu, dengan harapanku yang meningkat, aku mengundang Himari ke kamarku.
"Y-ya...aku mengerti...aku akan pergi ke kamarmu, Junpei-kun..."
Himari, mengangguk, mungkin menyadari niatku.
Aku mengartikan fakta kalo dia tidak menolak berarti tidak masalah untuk melangkah lebih jauh.
─────Kami saling menginginkan, dan seharusnya menjadi satu dengan Himari adalah hari terbaik, tapi bagaimana ini bisa berakhir seperti ini?
Aku berputar-putar dalam keputusasaan.
Gagal, gagal, gagal, gagal, gagal, gagal, gagal!!
Aku mengundang Himari ke kamarku dan mencoba melakukan pengalaman pertama.
Tapi, seperti yang sering terjadi, 'teman'ku berfungsi sangat buruk.
Dia selalu lebih dari berenergi... Aku tidak pernah berpikir dia tidak akan bereaksi sedikit pun pada saat yang sangat penting itu.
Aku panik karena situasi yang tidak terduga dan berkata...
"Ah, sebenarnya aku tidak suka gadis dengan payudara besar."
Tipuannya tidak bisa lebih besar dari itu.
Sebenarnya, aku sangat suka payudara besar.
Karena itu aku pikir gaya tubuh Himari yang berisi itu yang terbaik.
Sebagai bukti, aku telah menggunakannya sebagai 'bahan' berkali-kali.
Aku mengacaukannya... Aku tidak ingin mengatakan hal seperti itu.
Tapi sekarang tidak ada jalan kembali.
"Begitu... Maaf, ini karena payudaraku yang besar, ya?... Junpei-kun, kau tidak bergairah, kan?"
Dengan air mata di pipinya, Himari tidak menyalahkanku.
Itu hanya meningkatkan rasa bersalahku, dan aku tidak tahu bagaimana menghiburnya, jadi aku tidak bisa melakukan apa-apa.
─────Apa itu seburuk itu?
Himari adalah gadis yang luar biasa, baik luar maupun dalam, ramah dan perhatian.
"Kita harus putus. Kurasa yang terbaik untuk kita berdua adalah memberi diri kita waktu untuk menenangkan diri."
Aku tidak pernah membayangkan Himari yang manis akan memintaku untuk putus.
Itu sangat mendadak sehingga aku menjadi kosong.
Bagaimana ini bisa terjadi?
Yah, aku tahu itu karena kegagalan pertama kali kami. Aku tidak ingin mengingat momen itu, jadi aku menghindarinya. Dan karena itulah sikapku menjadi canggung.
Himari mungkin menyadari sikapku, dan karena itulah dia memutuskan untuk putus.
Dia memperhatikan perubahan kecilku. Karena itu dia pasti berpikir yang terbaik adalah kami menjauh.
Seiring berjalannya waktu, perhatian Himari merasukiku.
"Betapa menyedihkannya aku..."
Aku membuat Himari mengkhawatirkanku.
Aku bahkan tidak menyadarinya sampai dia memintaku untuk putus. Aku marah pada diriku sendiri.
Dia memberiku waktu untuk menenangkan diri. Aku akan berbicara serius dengan...kemaluanku dan mengatasi ketegangan agar lain kali, pertama kali kami akan sukses.
─────Tepat ketika aku memikirkan itu, sesuatu terjadi.
"Hei, Nosaka. Ada pembicaraan untuk membuat kelompok belajar di rumah Shiratori. Apa kau ikut?"
Kenapa Gouda pergi ke rumah Himari?
Aku tidak bisa mempercayainya.
Karena dia adalah Gouda. Seorang preman dengan reputasi tidur dengan gadis mana pun. Himari pasti tahu itu.
Tapi karena dia begitu baik, tidak aneh kalo dia membantu seorang preman.
Dia sangat baik. Aku tahu itu karena kami teman masa kecil.
"Y-Ya, aku ikut!"
Bagaimanapun, aku merasa harus melindungi Himari.
Kalo aku ada di sana, bahkan Gouda pun tidak bisa mendekatinya dengan mudah.
...Tapi kekhawatiranku tidak berdasar. Sesi belajar berakhir lebih damai dari yang kuduga.
Ketika kami keluar dari rumah Himari dan berpisah dengan Gouda dan yang lainnya, hal berikut terjadi.
"Nosaka, terima kasih untuk hari ini."
Aku terkejut Gouda tiba-tiba berterima kasih kepadaku.
Aku tidak pernah berpikir dia akan berterima kasih kepada siapa pun.
"Aku senang kau mau belajar dengan seseorang sepertiku. Semua orang di kelas takut padaku, jadi kupikir mungkin kamu juga tidak akan datang. Sungguh, terima kasih sudah datang."
Gouda mengatakan hal-hal seperti itu... Benarkah itu Gouda?
Aku tidak bisa mempercayainya, padahal kami hampir tidak pernah bicara.
"Ya, aku mengerti. Selama kau terus menghargai Shiratori, aku tidak akan melakukan hal buruk padanya."
"Benarkah? Selama aku di dekatnya, kau tidak akan menyentuh Himari?"
"Tentu saja. Jadi lindungilah dia apa pun yang terjadi."
"Kau tidak perlu memberitahuku!"
Dalam suasana yang panas, aku mengatakan itu.
Aku khawatir apakah benar aku mengatakan itu pada Gouda.
Tapi lebih dari itu, rasa malu membuat wajahku memerah, dan aku langsung lari.
Tapi, berkat pria itu, aku bisa menegaskan kembali perasaanku terhadap Himari.
Aku suka Himari. Aku ingin bisa melindunginya karena dia gadis yang baik dan bertanggung jawab.
Aku selalu memikirkan itu sejak lama.
"Orang itu... Bukankah dia seperti yang dikatakan rumor?"
Hanya ada citra buruk karena penampilan dan sikap kasarnya, tapi ternyata dia lebih tenang dari yang kubayangkan.
"Tapi itu tidak berarti aku akan lengah."
...Tapi, kalo ada yang bertanya orang seperti apa Akio Gouda itu, setidaknya aku akan menahan diri untuk tidak langsung mengatakan 'Dia orang yang berbahaya'.
Hari itu, persepsiku tentang Gouda sedikit berubah.