Kamu saat ini sedang membaca Tsukushita garina uchi no yome ni tsuite derete mo ī ka? volume 1, chapter 3 cerita 1. Kalo kamu menyukai karya ini silahkan tinggalkan jejak komentar. Dan juga jangan lupa dukung mimin dengan cara donet se iklasnya di Trkateer mimin buat mimin makin
semagat+buat dana untuk beli raw
KEHIDUPAN SEKOLAH YANG RAHASIA BERSAMA ISTRIKU
CERITA 1
KARYAWISATA DAN PEMBENTUKAN KELOMPOK
Pada suatu pagi di bulan Mei, wali kelas berkata saat home room.
"Selamat pagi, semuanya. Sudah hampir 2 bulan sejak tahun ajaran baru dimulai. Dan itu berarti acara tahunan kita akan segera tiba. Kita akan pergi karyawisata."
Begitu mendengar kata 'karyawisata', suasana di dalam kelas menjadi berisi.
Sekitar 40 % siswa bersorak kegirangan, 30% memikirkan dengan siapa harus berpasangan, 10% tidak terlalu tertarik, dan 20% sisanya siswa yang pendiam sebagian besar memiliki ekspresi putus asa di wajah mereka.
Bagi ku, karyawisata hanyalah acara yang melelahkan.
"Jadi, tentukan kelompok kalian sendiri. Bentuklah kelompok campuran antara laki-laki dan perempuan dengan anggota antara 4 sampai 6 orang. Aku serahkan pada kalian memilih anggota kalian sendiri."
Itu bagus karena, aku sudah punya Sawa sebagai teman Sekelompok ku seperti tahun lalu.
Masalahnya adalah di bagian 'campuran laki-laki dan perempuan'.
Tahun lalu, Sawa mendekati para siswi yang tampaknya sama-sama tidak menonjol seperti kami, dan kami berhasil membentuk kelompok. Tapi...
Menyerahkan pembentukan kelompok karyawisata pada para siswa adalah hal yang kejam. Orang seperti ku yang memiliki kemampuan komunikasi rendah, ini adalah misi yang terasa seperti neraka.
Tentu saja, bagi mereka yang biasanya sudah akrab dengan lawan jenis, kesempatan ini menyenangkan untuk lebih dekat dengan orang yang mereka sukai tapi...
Ngomong-ngomong, aku bertanya-tanya dengan kelompok mana Riko akan bergabung.
Aku melamun sambil menatap punggung Riko yang duduk di bagian depan kelas, di dekat lorong.
Setelah pengumuman tentang karyawisata, semua siswa laki-laki di kelas mulai melirik ke arah Riko. Jelas sekali kalo semua orang ingin bergabung dengan kelompoknya Riko.
Riko biasanya berkelompok dengan 5 teman perempuannya. Wali kelas mengatakan bahwa kelompok harus terdiri dari 4 hingga 6 orang, campuran laki-laki dan perempuan, jadi mereka mungkin harus berpisah menjadi dua kelompok.
Mungkin, Riko akan berkelompok dengan Reina Asakura.
Asakura sering muncul saat Riko sedang berbicara, dan dari luar pun terlihat kalo keduanya sangat akrab.
Asakura adalah tipe orang yang sangat ceria, dia sering berbicara, dan memiliki suara nyaring, mirip dengan Sawa. Terlebih lagi, dia tampaknya memiliki temperamen romantis, dan terkadang terdengar percakapan yang membuat orang terkejut.
Singkatnya, dia adalah kebalikan dari Riko yang lemah lembut.
Asakura memiliki banyak teman, baik laki-laki maupun perempuan, jadi kemungkinan besar salah satu dari laki-laki tampan dengan kemampuan komunikasi tinggi akan mendekati Asakura dan melalui Asakura, mereka akan mendapatkan kesempatan untuk berada di kelompok yang sama dengan Riko.
Seperti yang ku duga, saat jam istirahat berikutnya, orang-orang mulai berkumpul di sekitar Asakura.
Di sisi lain, Riko tetap seperti biasanya, mengobrol dan tertawa dengan gadis-gadis lain. Para laki-laki tahu bahwa jika mereka mendekati Riko secara langsung, mereka akan ditolak mentah-mentah.
Tapi, ada sesuatu yang aneh.
Di rumah, Riko cukup banyak bicara dan sama sekali tidak memberikan kesan sulit untuk didekati.
Kenapa di sekolah Riko tampak memancarkan aura yang membuat para laki-laki menjauh?
Aku merasa seolah-olah ada dua Riko yang berbeda, Riko yang di rumah dan satu lagi Riko yang di sekolah.
Bagi ku, Riko yang di sekolah tetap terasa sebagai sosok yang jauh.
Terkadang, kami saling bertatapan dan Riko akan mengirimkan tanda kecil dengan menggosok hidungnya, tapi momen-momen lucu seperti itu sangat jarang terjadi.
Oleh karena itu, ku berpikir kalo persaingan di belakang layar antara para laki-laki untuk berada di kelompok yang sama dengan Riko tidak ada hubungannya dengan ku.
Tapi, meskipun begitu─.
★★★
"Minato-kun..."
Setelah istirahat siang.
Saat aku berjalan menyusuri lorong untuk kembali ke kelas setelah pergi ke toilet, aku mendengar seseorang memanggil namaku dengan suara berbisik, dan aku segera melihat sekeliling dengan bingung.
"Eh...!? Kenapa...?"
Riko bersembunyi di balik bayang-bayang tangga, memperhatikan sekelilingnya dan memberi isyarat dengan panik.
Setelah memastikan tidak ada orang lain di sekitar, aku pun berlari mendekati Riko.
"Ke sini, ke sini."
"Ah, u-uhm."
Atas permintaan Riko aku masuk ke ruang di bawah tangga bersamanya.
Di sini, kami tidak perlu khawatir dilihat oleh orang lain.
Tapi, ini justru membuatku sangat sadar kalo aku sedang bertemu dengan Riko secara diam-diam, hanya kami berdua saja.
"Maaf ya, karena bicara denganmu di sekolah."
"Tidak apa-apa, tapi ada apa?"
"Aku ingin bicara soal pembagian kelompok untuk acara karyawisata nanti."
"Bicara?"
"A-anu... Minato-kun, kalau boleh, maukah kamu berada dalam kelompok yang sama denganku...?"
"Eh?"
Mendengar permintaan yang tak terduganya itu, mau tak mau aku tanpa sadar mengeluarkan suara kaget.
"Kenapa kamu ingin sekelompok denganku...? Oh, jangan-jangan kamu mau menggunakan aku sebagai alasan untuk menolak yang lain?"
Dengan berkelompok denganku yang dianggap tidak berbahaya, dia bisa menolak semua ajakan yang merepotkan itu.
Tapi, sampai harus melakukan itu, apa dia tidak ingin berkelompok dengan yang lain, ya?
"Yah, semua laki-laki pasti ingin dekat denganmu. Kalau harus satu kelompok dengan orang yang cuma menyukaimu sepihak, pasti rasanya tidak nyaman, ya."
Sebagai orang yang tidak populer, ini hanya bayanganku saja.
Aku mengatakan itu untuk menunjukkan pemahamanku pada Riko yang terlihat sedang kesulitan, tapi anehnya, ekspresi Riko malah seperti orang yang terkejut.
"...I-iya, kamu benar. Aku lagi-lagi melakukan sesuatu yang sembarangan... Maaf ya... Lupakan saja yang tadi."
"Eh...?"
"Lupakan? Tidak mungkin..."
Meskipun ini seperti mendapat rejeki nomplok, tapi aku hampir bisa bergabung dengan kelompok yang sama dengan Riko. Apalagi, dia yang mengundangku terlebih dahulu.
Pasti ada yang salah dengan apa yang kukatakan tadi... Tapi di mana...?
Aku benar-benar tidak bisa memikirkan apa yang salah, jadi aku mulai panik.
"Kalau begitu, aku pergi dulu, ya..."
"Tunggu, Riko! Maafkan aku jika aku salah memahami sesuatu! Jika aku bisa membantumu, aku sangat ingin bergabung denganmu!"
"Tapi, Minato-kun, bukankah itu merepotkanmu...?"
Kenapa aku harus merasa repot?
Aku tidak mengerti, tapi aku menggelengkan kepalaku dengan kuat dan berkata, "Itu sama sekali tidak merepotkan!" Dan itu membuat Riko tersenyum sedikit.
"Kalau Minato-kun benar-benar tidak keberatan, aku, tetap ingin pergi ke karyawisata bersama Minato-kun..."
"Kalau begitu, kita sudah sepakat untuk bergabung dalam satu kelompok!"
Aku langsung mengatakannya supaya Riko tidak berubah pikiran.
Aku belum mengkonfirmasi apa pun dengan Sawa, tapi dia tidak mungkin keberatan bergabung dengan Riko, jadi seharusnya tidak ada masalah.
"Tapi, bukankah kalo kita tiba-tiba berada dalam satu kelompok yang sama akan terasa aneh?"
Selama ini kami tidak punya hubungan apa pun. Apalagi, ini adalah gadis paling cantik di sekolah dan aku si pria yang paling biasa-biasa saja.
"Um… kalo begitu bagaimana kalo kita bilang kita sebenarnya teman masa kecil...? Seperti, kita dulu satu TK."
Riko memainkan rok seragamnya dan menatapku.
Sambil memikirkan betapa lucunya Riko, aku menjawab, "Baiklah, kita akan bilang kita teman masa kecil."
"Bagaimana dengan gadis yang akan sekelompok denganmu, Riko? Apakah dia oke dengan kita yang seperti ini?"
"Iya, Rei-chan bilang dia tidak keberatan siapa pun dalam kelompok kita."
Tapi siapa pun itu, bukankah maksudnya siapa pun di antara para cowok keren yang mengajaknya...?
Reina Asakura mungkin tidak menyangka dia akan membawaku dan Sawa bersamanya, jadi aku merasa sedikit tidak nyaman.