> Chapter 3: Itu Bukan Serigala

Chapter 3: Itu Bukan Serigala

 Kamu saat ini sedang membaca   Man'nen o ikiru heiwa shugi vu~anpaia, itsunomanika sekai saikyō ni ~ ore ga maō-gun shiten'nō de aratana shiso? Dare to machigatten no?~, chapter 3. Kalo kamu menyukai karya ini silahkan tinggalkan jejak komentar. Dan juga jangan lupa dukung mimin dengan cara donet se iklasnya di Trkateer mimin buat mimin makin semagat+buat dana untuk beli raw




"Hari ini terlalu banyak hal yang terjadi sampai aku benar-benar lupa……"


Aku mengembuskan napas lega.


Ngomong-ngomong, bukan karena aku malas ikut rapat makanya aku asal ngomong tadi.


Hari ini memang benar-benar aku ada urusan.


Burung kegelapan, kemunculan Eleonora, kenyataan kalo aku sebenarnya salah satu dari empat jenderal besar pasukan raja iblis—semua itu terjadi dalam waktu yang sangat singkat.


"Urusan seperti apa itu?" kata Eleonora. "Masih ada waktu sebelum rapat dimulai, jadi kupikir kau bisa menyelesaikannya dulu."


"Begitu ya. Kalo begitu, ayo kita berangkat."


Aku menggunakan【Gate】.


Lingkaran sihir muncul di atas dan bawah tubuhku serta Eleonora, dan sesaat kemudian kami berada di udara.


Langit cerah dan terasa menyegarkan.


Sambil jatuh bebas, aku mencari lokasi urusanku.


Karena cukup tinggi, desa dan sekelilingnya bisa terlihat dengan jelas.


"Ano, Alto-sama, apa yang sedang Anda lakukan?"


Eleonora menurunkan tudungnya lebih dalam dan menekannya dengan tangan agar tidak terlepas.


"Kabarnya ada sekelompok serigala yang muncul di dekat desa."


Urusanku adalah membasmi atau mengusir kawanan serigala itu.


"Haah…… serigala?"


Eleonora berkata dengan nada ambigu.


Pasti dia berpikir, seorang vampir bangsawan harusnya tidak membasmi serigala atau semacamnya.


"Bagi kita itu cuma hal remeh, tapi bagi manusia itu ancaman nyata."


Sambil berkata begitu, aku tetap mencari kawanan serigala itu.


Dan itu cukup mudah ditemukan.


Kawanan serigala berbulu putih sedang berlarian di hutan.


Ada yang ukurannya lebih besar dari pohon, jadi mereka cukup mencolok.


"Itu dia, Eleonora."


Aku menunjuk kawanan serigala yang kutemukan.


Eleonora mengarahkan pandangannya ke arah yang kutunjuk, lalu mengeluarkan suara terkejut.


"Tu-tunggu, bukannya tadi kau bilang serigala!?"


"Dilihat dari manapun itu jelas adalah serigala, kan?"


Apa lagi yang bisa terlihat selain serigala?



Itu Fenrir, kan!?


Eleonora panik.


Itu bukan serigala, itu Fenrir, kan!?


Tadi saat tiba-tiba dilempar ke udara dia sudah terkejut, tapi melihat serigala yang ditunjuk Alto membuatnya makin terkejut.


Bulu tubuh putih bersih, mata biru yang bersinar terang, dan tubuh raksasa sebesar pohon.


Dari sini saja bisa terasa tekanan yang mereka pancarkan.


Satu ekor Fenrir saja sudah sangat menyulitkan.


Meski Eleonora mungkin tidak akan kalah, tapi kemungkinan besar pertarungannya akan menjadi sengit.


Dan ini adalah kawanan.


Bahkan pasukan raja iblis pun tidak akan sembarangan menghadapi kawanan Fenrir.


"A-ano, Alto-sama?"


"Apa?"


"U-um, aku bukan termasuk kekuatan tempur, kan?"


Menyerbu kawanan Fenrir itu menakutkan sekali.


Kalo itu Alto, vampir terkuat di dunia, mungkin tidak masalah. Tapi Eleonora bisa mati.


"Aah. Kau cukup melihat saja dari sana."


Karena Alto menjawab begitu santai, Eleonora menghela napas lega lalu menggunakan sihir levitasi untuk tetap melayang.


Kalo cuma melihat dari atas, dia ahli dalam hal itu.


"Apa para jenderal besar lainnya bisa menghadapi kawanan itu?"


Mungkin tidak bisa, pikir Eleonora.


Di antara para jenderal, kekuatan Alto memang sangat luar biasa.


Alto mendarat di kepala seekor Fenrir.


Lebih tepatnya, dia menendangnya.


Hanya dengan itu, satu Fenrir langsung tak bisa bertarung lagi.


Fenrir lain menyadari keberadaan Alto sebagai musuh dan melolong keras.


"Menakutkan!"


Satu ekor saja suaranya sudah keras, apalagi ini kawanan.


Kekuatannya luar biasa.


Tapi Alto hanya bergumam, "Berisik sekali."


Seekor Fenrir melompat dan hendak menggigit Alto.


Alto menghindar dengan mudah dan memukul Fenrir itu dari samping.

Fenrir yang terkena pukulan terbang jauh.


"……Jadi dia menaklukkannya dengan tangan kosong…… Alto-sama memang luar biasa."


Berapa banyak orang di dunia ini yang bisa menaklukkan kawanan Fenrir dengan tangan kosong?


Alto menaklukkan mereka satu per satu.


"Tapi dia tidak membunuhnya…… Hm…… Apa makhluk rendahan seperti Fenrir tidak layak untuk dibunuh? Alto-sama memang luar biasa."


Fenrir yang tersisa melolong lemah dan mulai berlari menjauh ke arah berlawanan dari desa.


Alto mengejar mereka untuk sementara waktu.


Eleonora juga terbang di udara mengikutinya.


Fenrir-fenrir itu semuanya menangis.


(Tolong, takut……! Tolong… mamaaa!)


Seolah suara seperti itu bisa terdengar.


"Yah, mereka memang tidak beruntung muncul di wilayah Alto-sama."


Setelah mengejar mereka beberapa saat, Alto berhenti.


"Yah, segini saja."


Lalu meregangkan badan.


Eleonora mendarat di sebelah Alto.



"Alto-sama, Anda benar-benar kuat."


Eleonora berkata sambil mengangguk-angguk.


"Begitu ya? Tapi kalo cuma serigala, Eleonora juga pasti bisa mengalahkannya."


Aku tersenyum kecut.


"……U-um, yang tadi itu kurasa Fenrir, sih……"


Eleonora juga tersenyum kecut.


Aku tidak mengerti.


"Aah. Yang benar itu Fenrir-serigala," kataku. "Makhluk sihir yang semacam versi kuatnya serigala, intinya tetap serigala."


"A-ah…… ya… benar juga……"


Eleonora tampak tidak puas, tapi dia tidak berkata apa-apa lagi.


"Yah, urusanku sudah selesai. Ayo ke rapat sekarang."


Aku tidak terlalu ingin datang, tapi mau bagaimana lagi.


"Kalo begitu, ayo."


Eleonora menggunakan【Gate】, dan pemandangan pun berganti.



Kami berpindah ke luar kastil raja iblis.


"Besar sekali……"


Aku berkata begitu sambil menatap dinding luar kastil.


Bukan cuma kastil, ini seperti kota benteng.


"Mohon maaf, Alto-sama," kata Eleonora. 


"Kastil raja iblis dilindungi oleh penghalang yang menolak segala sihir dari luar, jadi kita hanya bisa berpindah sampai di luar dinding."


"Aah. Ya, aku bisa melihat itu."


Penghalangnya terlihat jelas.


Mungkin aku juga akan pasang penghalang seperti itu di rumahku.


Penghalang yang bisa mengusir monster.


Tapi kalo begitu aku sendiri juga tidak bisa masuk!


"Kalau begitu, ayo masuk."


Eleonora mulai berjalan, dan aku mengikutinya.


Eleonora sepertinya menuju ke gerbang besar kastil.


Yah, masuknya pasti lewat situ.


Kami berjalan sedikit dan sampai di depan gerbang.


Cukup banyak orang yang masuk dan keluar.


Ada monster yang mirip manusia, monster yang benar-benar terlihat seperti monster, yang seperti tanaman, pokoknya bermacam-macam ras.


Hampir semuanya pernah kulihat.


Bukan secara langsung, tapi lewat ensiklopedia dan semacamnya.


Kau pikir aku pernah bertemu semua ras karena umurku panjang?


Mana mungkin.


Aku menghabiskan 80% hidupku sebagai hikikomori.


Eleonora tidak ikut mengantre masuk, tapi langsung berjalan menuju penjaga.


Tentu saja aku mengikutinya.


"Selamat datang kembali, Eleonora-sama."


Penjaganya berkata seperti itu.


Rasnya adalah Lamia.


Tubuh bagian atas wanita, tubuh bagian bawah ular.


Kesamaan dengan vampir sepertiku mungkin hanya satu: sama-sama mengisap darah.


"Umu," Eleonora mengangguk.

Penjaga Lamia itu menatapku lekat-lekat.


"O-o-orang yang menyeramkan ini……"


Lamia itu segera mengalihkan pandangannya.


Maaf saja, wajahku memang jahat!


Tapi aku ini cinta damai, jadi tidak perlu khawatir!


"Umu. Beliau ini adalah salah satu dari empat jenderal besar pasukan raja iblis! Pendiri baru ras vampir kami! Vampir tertua, Alto-sama!"


Eleonora berkata dengan penuh kebanggaan, sambil membusungkan dada kecilnya.


Orang-orang di sekitar langsung menjauh dariku.


"Tundukkan kepala kalian, dasar rendahan!" Eleonora berteriak. "Kalian sedang berada di hadapan Alto-sama! Segera berlutut dan tempelkan kening kalian ke tanah!!"


Orang-orang segera melakukan seperti yang diperintahkan.


Semuanya berlutut di depanku.


Gawat… gawat… kalo sampai ketahuan aku sebenarnya lemah, aku pasti akan dibunuh!


Bahkan posisi sebagai jenderal besar pun masih meragukan!


"Hmph. Tidak tahu diri, harus disuruh dulu baru mau berlutut."


Eleonora berkata dengan sikap yang sangat angkuh.


Benar-benar seperti rubah yang meminjam kekuatan harimau… atau tepatnya anak vampir yang meminjam kekuatan jenderal besar!


"Tegakkan kepala kalian……"


Aku berkata dengan ekspresi kaku.


"Cepat angkat kepala kalian dasar bodoh! Apa kalian tidak mendengar perintah Alto-sama, hah!?"


"Diam, Eleonora."


"Hah! Heninglah kalian! Jangan lewatkan sepatah kata pun dari sabda luar biasa Alto-sama!"


Justru kaulah yang diam!


Kenapa kau bertingkah seakan kau yang paling hebat!?


Ya sih, Queen atau King biasanya memang begitu.


Orang-orang mulai menegakkan kepala dan menatapku.


Di mata mereka ada rasa takut.


Tapi juga terlihat antusias menunggu apa yang akan kukatakan.


Aku menelan ludah.


Selanjutnya

Posting Komentar

نموذج الاتصال