> Chapter 4 Terlambat

Chapter 4 Terlambat

 




"......ngun."

Keesokan paginya, aku merasakan guncangan pelan di tubuhku dengan diiringi suara samar dari ibu ku. 

"Bangun."

"Ummm, 5 menit lagi."

"Cepat bangun."

"2 menit lagi ya?"

"Cepat bangun, kalo kau tidak bangun dalam hitungan ke-3...satu, dua...tiga..."

Suara ibuku terdengar semakin tegas.

Aku menggeliat malas di tempat tidur sambil menarik selimut sampai menutupi kepalaku.

"Oh, oke kalo itu pilihanmu jangan salahin mama ya..."

Setelah Ibu mengatakan itu dia lalu keluar dari kamarku, kemudian setelah beberapa saat dia kembali sambil membawa botol yang berisi air es. 

Kemudian Ibu tanpa ragu-ragu langsung menarik selimut ku dan dia menuangkan air es itu ke wajahku. 

"DINGIIIIIIIIIIIIIN..."

Karena disiram dengan air es seketika aku langsung terbangun, lalu aku melihat ke arah Ibu. 

"Mama, apa yang kau lakukan, dingin sekali tau..."

"Apa? Mau protes? Itu kan salahmu sendiri, Mama sudah bangunin kamu dan kamu tetap aja masih mau tidur."

"Ugh..."

Melihat aku yang sudah tidak bisa berkata apa-apa pagi, ibu lalu tersenyum kemudian dia berkata. 

"Cepat pergi mandi sana sekarang sudah jam 7.50."

"Hah? 7.50...? Kenapa mama baru bilang, kalo gitu aku sudah telat dong."

"Ya, itu salahmu sendiri, beee..."

Ibu berdiri di samping tempat tidurku dengan tangan di pinggang, ekspresi wajahnya setengah kesal, setengah geli, lalu dia menjulurkan lidahnya. 

Yah memang ini agak aneh kalo aku yang sebagai anaknya sendiri mengatakan ini tentang ibuku sendiri, tapi jujur ibuku ini cukup cantik loh

Rambutnya yang hitam panjang diikat sederhana, tapi tetap tampak rapi dan anggun. Wajahnya bersih tanpa banyak make-up, hanya bedak tipis dan lipstik merah muda yang membuatnya terlihat segar.

Meski dia sudah berkeluarga dan sudah punya anak, tapi penampilannya masih seperti wanita di usia akhir 20-an, kulitnya cerah, tubuhnya ramping, dan senyumnya manis...

"Mah...hehe."

"Pa’an?... Kenapa kau senyum-senyum gitu, itu menjijikkan tau."

"Gah...mak itu kejam tau, masa anak sendiri dibilang menjijikan."

"Ya, habisnya kau senyum-senyum gak jelas kek gitu..."

"Yah gini mak...kan Rian udah telat nih, gimana kalo Rian gak masuk sekolah aja sekalian, kali ini aja, ya mak ya...ya?"

Aku menatap mata ibuku dengan pandangan yang berkaca-kaca sambil mengatakan itu. 

Melihat tatapan ku itu Ibu lalu melipat tangannya di dada, alisnya terangkat sebelah. 

"Oooh...jadi kau tidak mau sekolah ya."

Ibu mengatakan itu dengan suara yang tenang, bahkan terlalu tentang. 

Mendengar itu seketika aku langsung waspada. 

Daster motif bunga yang dia kenakan bergoyang sedikit saat ia mengetuk lantai dengan ujung kakinya, tanda kesabaran yang sudah mulai habis.

Lalu perlahan-lahan, ibu mendekat ke arahku sambil membunyikan jari-jarinya satu per satu. 

Krak! Krak!

Suara itu seperti soundtrack film horor kelas atas. 

Aku mundur pelan-pelan tapi aku sudah mentok di dinding, melihat ibu yang sudah semakin dekat dengan ku, keringat dingin mulai membasahi keningku. 

"Eh, eh, mak...bentar mak, bentar...jangan emosi dulu..."

Tapi ibu malah semakin mendekat, wajahnya masih tersenyum, tapi matanya...matanya tidak tersenyum sama sekali, tatapannya seolah mengatakan, "Oh, apa kau mau negosiasi? Coba saja."

"Mak, tahan mak, tahan... aku...aku akan segera siap-siap ke sekolah mak! Lihat nih, aku udah mau mandi!!" 

Setelah mengatakan itu aku langsung berlari ke kamar mandi secepat kilat bahkan lebih cepat dari kilat.

Aku bahkan masih sempat mendengar suara ibu yang sedang tertawa melihat tingkahku. 





Setelah aku mandi dan berganti ke seragam sekolahku, aku lalu sarapan. Setelah sarapan aku langsung bergegas ke pintu. 

"Mak Rian pergi dulu, Assalamu'alaikum."

"Hati-hati di jalan."

Setelah mendengar bapasan ibu, aku langsung keluar dari rumah dan langsung mengambil jurung langkah kaki seribu alisa lari. 

Sepatu sekolahku menghantam aspal dengan irama tap-tap-tap kacau, napasku cepat, dan rambutku berkibar acak-acakan tertiup angin.

Sepanjang jalan aku menyalip kang sayur, hampir menabrak ibu-ibu yang lagi belanja, bahkan seekor kucing yang sedang santai pun terkejut dan melompat ke pagar. 

"Maaf, Bu! Maaf, Kucing!!" 

Aku mengatakan itu sambil terus lari tanpa menoleh.

Yang terpenting untukku sekarang adalah sampai ke gerbang sekolah sebelum apel pagi dimulai. 

Itu saja harapanku sekarang.

Aku terus berlari seolah aku sedang di kejar anjing, entah bagaimana aku merasa jalan menuju sekolah terasa semakin panjang, mana nafasku sudah mulai sesak. 

Tapi, aku tidak bisa berhenti, untukku yang sekarang setiap detik sangat berharga, setiap langkahku berarti. Kepalaku dan mulutku kompak mengatakan hal yang sama, 'tolong jangan terlambat, apel pagi tolong jangan segera dimulai'.

Ketika aku mau berbelok di tikungan aku hampir terjatuh karena tersandung oleh batu besar laknat yang tergeletak di tengah jalan. 

"Anying, siapa sih yang naruh batu besar kek tadi di tengah jalan."

Aku terus berlari dengan kecepatan penuh, jujur saja aku merasa seperti Lola dari film Run Lola Run, tapi disini aku bukan mau nyelamatin pacar ku atau apa, aku di sini lari buat nyelametin diriku supaya aku gak telat ikut apel pagi. 

Dan setelah aku berlalu untuk beberapa saat, aku sudah bisa melihat gerbang sekolahku, jujur saat melihat gerbang sekolahku aku sudah hampir merasa lega tapi ternyata aku sudah terlambat. 

Aku bisa melihat teman-temanku sudah berbaris di lapangan untuk apel pagi. 

Tapi, tanpa berpikir panjang, aku langsung berlari lebih kencang lagi, melewati pintu gerbang dan akhirnya aku berhasil masuk di tengah-tengah barisan dengan nafas yang hampir habis.

Hehe, sepertinya aku aman, pikirku dalam hati, tapi tiba-tiba───

"Rian, kau telat kan? Ke sini, buat barisan yang terpisah."

Gah, ternyata aku tidak aman, ternyata guru piket yang bertugas hari ini melihat ku. Mana guru yang piket hari ini Ibu Yuyin lagi dia guru yang terkenal paling garang dan nakutin. 

Dengan langkah pelan, aku berjalan ke arah barisan yang terpisah. Semua mata teman-temanku sudah menatapku, beberapa dari mereka bahkan menahan tawa.

Haaa...sungguh awal hari yang sangat buruk...




Posting Komentar

نموذج الاتصال