Setelah aku menyelesaikan semua hukuman yang diberikan ibu Yuyin aku lalu langsung menuju kelasku, kelas 2B.
Sungguh hari ini di awali dengan awal yang sangat buruk, dari aku yang hampir dimarahi ibuku, aku yang hampir terlambat dan yang paling parah aku dihukum buat membersihkan wc siswa, mana wc-nya kotor sekali, bahkan di salah satu wc masih ada tai yang megambang.
Argh...sungguh pagi yang terburuk.
Saat aku sampai di kelasku, ternyata hanya ada beberapa orang di dalam kelas dan itupun kebanyakan hanya siswa perempuan.
Jujur aku kira aku sudah terlambat untuk mengikuti pelajaran jam pertama, tapi saat aku melihat keadaan kelas, sepertinya guru untuk mata pelajaran pertama gak akan masuk hari ini.
Aku lalu menuju tempat duduk yang berada di barisan belakang dekat jendela, bisa dibilang tempat dudukku tempat duduk yang sering disebut tempat duduk Mc. Tapi sayang aku bukan mc dari cerita Romance atau apapun, aku hanya mc di cerita hidupku sendiri.
"Hey, apa kau sudah mendengarnya?"
"Mendengar apa?"
Saat aku sedang memikirkan hal itu tiba-tiba aku mendengar pembicaraan kelompok para siswi yang ada berjarak 2 meja dari tempatku duduk.
"Itu loh, tentang penemuan mayat siswi di kelas 3A yang ada di lantai 2 yang sudah lama kosong itu."
"Oh, yang itu."
"Hah? Apa? Mayat?"
"Iya mayat, katanya dia siswi kelas 1A loh."
Oho, ternyata mereka akan memelihara tentang itu, yah jujur aku bukannya bermaksud menguping pembicaraan mereka ya, hanya saja suara mereka yang terlalu keras dan jura jarak mereka berkumpul dan tempat dudukku sangat dekat, jadi mau tidak mau aku bisa mendengar pembicaraan mereka.
Saat aku mencoba membuat alasan entah kepada siapa untuk tindakanku yang kurang sopan ini pembicaraan mereka terus berlanjut.
"Yang bener...kalian jangan bo'ong lah."
"Mana ada, aku gak bo'ong...aku denger cerita ini langsung dari temenku yang ada di kelas 1A"
Aku lalu mengambil buku-ku yang ada di laci dan berpura-pura mencatat, tapi aslinya aku terus mendengarkan obrolan mereka.
"Kata temenku kalo gak salah namanya Divina, dia tu siswi pelari tercepat di angkatan kita loh."
"Ah, iya aku tau dia, aku pernah denger dia pernah ikut kompetisi tingkat nasional di SMP."
Divina? Hmm, itu nama yang baru kudengar, mungkin Agustina tau tentang dia.
Aku penasaran kenapa si Divina ini bisa sampai di temukan meninggal di kelas yang udah lama gak digunakan.
Dia kan katanya pelari tercepat dan juga dia pernah ikut kompetisi tingkat nasional, berarti dia bukan tipe orang yang lemah...
Lalu kenapa dia bisa meninggal dan mayatnya ditemukan di situ?
Saat pertanyaan-pertanyaan itu muncul di kepalaku, mereka terus berbicara.
"....dan katanya juga, waktu dia ditemukan, dia gak pake sepatu olahraganya padahal dia pake jersey."
Hah, sepatunya hilang?
"DOOR...."
"WAAAAAAA..."
"Hahahaha..."
Saat aku sedang berpikir keras aku tiba-tiba dibuat terkejut jadi aku reflek langsung berdiri dan kursiku langsung jatuh.
Seketika semua teman-temanku yang ada di kelas langsung melihat ke arahku.
Melihat teman-temanku melihat ke arahku aku menggaruk belakang kepalaku sambil tertawa dengan dipaksakan.
Melihat aku yang begitu, mereka kemudian mengalihkan pandangan mereka dan percakapan mereka masing-masing seolah mereka sudah tidak tertarik lagi.
Dan kelompok para siswi yang dari tadi cerita mereka aku dengarkan secara diam-diam mereka mulai membicarakan hal yang lain.
Aku lalu menghela nafas dalam-dalam kemudian aku menoleh ke orang yang tadi mengagetkan ku.
"Hahahaha...yo."
Orang ini adalah Dika, dia adalah salah satu dari sedikit temanku.
Bukan karena dia pintar atau punya keahlian luar biasa, tapi karena... yah, dia cukup waras buat diajak ngobrol tanpa bikin aku pengen banting kepalaku ke tembok.
Dika kemudian duduk santai di mejanya yang cuma berjarak satu meja dari tempatku.
Rambutnya agak berantakan, dia memakai dasi dengan longgar, dan kemejanya... seperti biasa, tidak dimasukkan ke celana.
Aku meliriknya sekilas, lalu berkata pelan.
"Aku kaget, tolol...tolong lah jir dari tadi malem aku dikagetin terus."
"Hahah...sorry, sorry..."
Yah walaupun ni orang minta maaf, tapi di permintaan maafnya itu kaya gak ada penyesalan sama sekali, melihatnya yang seperti itu aku hanya bisa menghela napas.
"Jadi lu nape bengong sambil pura-pura nulis gitu."
"Ah, itu...aku cuman dengerin pembicaraan mereka tentang mayat yang ditemukan di kelas kosong."
"Ohh, yang itu..."
"Apa kau tau sesuatu?"
"Aku gak tau banyak sih yang aku tau, dia tu cuman atlet lari yang pernah ikut kompetisi tingkat nasional di SMP."
"Hmmm..."
"Ngomong-ngomong kenapa kau mau tau tentang itu?"
"Yah, cuma penasaran aja sih."
"Kalo kau ingin tau lebih banyak kenapa kau gak nanya aja sama temen-temen satu klub dengan nya aja."
"Hmm, ide bagus."
Aku lalu menyandarkan punggungku ke sandaran kursi, memutar-mutar pulpen di tanganku, aku terus berpikir tentang mayat di kelas kosong itu... Atlet lari yang dulu ikut kompetisi.
Aku lalu memandangi langit-langit kelas, mencoba mengingat-ingat lagi hal-hal kecil dari apa yang aku dengar tadi supaya aku bisa mendapat sedikit petunjuk.
Tapi apa hubungannya itu semua?
Mayat, kelas kosong... Apa ada yang lebih dari sekadar kebetulan di sini?
Mungkin aku harus mendiskusikan ini dengan Agustina dan sekalian juga supaya dia bisa aku ajak ke klub almarhumah Divina.
Suasana kelas kini sudah berubah, beberapa teman mulai berbicara, tertawa ngakak, dan bahkan ada yang main HP. Tapi dalam kepalaku kesunyian itu terasa begitu nyata.
Seperti ada yang tidak beres... dan aku harus mencari tahu apa itu.