> CHAPTER 4

CHAPTER 4

Kamu saat ini sedang membaca  Eromanga no Akuyaku ni Tensei Shita Ore ga, Netoranakute mo Shiawase ni Naru Houhou volume 1,   chapter 4. Kalo kamu menyukai karya ini silahkan tinggalkan jejak komentar. Dan juga jangan lupa dukung mimin dengan cara donet se iklasnya di Trkateer mimin buat mimin makin semagat+buat dana untuk beli raw

 

HEROIN MANGA LEBIH KUAT DARI PENJAHAT



Ujian tengah semester sudah berakhir dan kami juga mengadakan perayaan kecil. 


Dengan itu, mungkin semacam 'hutang' yang Shiratori rasakan padaku sudah lunas.


"Hei, boleh aku mengunjungi apartemenmu suatu hari nanti, Gouda-kun?"


...Seharusnya tidak begitu, tapi rasanya dia sekarang lebih mendekatiku daripada sebelumnya, kan?


Dengan rambut merah mudanya, dia mendekatiku seolah-olah memohon. 


Apa dia tidak melupakan atribut penting yang mendefinisikannya sebagai gadis lugu dan siswi teladan?


"Apa yang baru saja kau katakan, Shiratori? Tentu saja tidak."


"Tapi kau tinggal sendiri, kan? Kalo begitu kau tidak butuh izin orang tuamu."


"Justru karena itu, kau tidak seharusnya mencoba datang ke apartemen seorang pria yang tinggal sendiri. Punyalah sedikit rasa bahaya! Rasa bahaya sebagai seorang wanita!"


"Wah... Kalo begitu berarti kau melihatku sebagai wanita, kan, Gouda-kun?"


Shiratori tersenyum kepadaku dengan ekspresi yang begitu menggoda sehingga tidak terlihat seperti senyum seorang siswi SMA.


Senyumnya seksi sekali... Sialan.


Sungguh, heroin manga bokep tidak hanya ada untuk penampilan. 


Meskipun dia mengenakan seragam dan tidak memperlihatkan kulitnya sama sekali, jantungku mulai berdetak lebih cepat. 


Betapa frustrasinya dia membuatku begitu menyadarinya~!


"Tidak, bukan berarti aku melihatmu seperti itu atau semacamnya... Uooh!?"


Dia menyentuh bahuku dengan lembut. Rasa geli itu membuatku merinding.


"Fufufu. Sepertinya rumor itu tidak bisa dipercaya. Kalo kau semenggemaskan ini..."


Shiratori tertawa kecil. Itu sangat sensual. Secara harfiah, aku tidak bisa memikirkan kata lain selain 'seksi'.


Bukankah dia memperpendek jarak terlalu banyak? Dia seharusnya seorang siswi teladan, kan? Bukankah dia seharusnya tahu jarak yang tepat saat berurusan dengan pria yang bermasalah?


Atau mungkinkah karena kami sudah belajar bersama, dia sudah menganggapku temannya? 


Kalo itu cara normalnya memperlakukan teman, aku yakin banyak pria akan salah paham.


"Kalo begitu, boleh Junpei-kun ikut? Kalo aku tidak sendirian, tidak masalah, kan?"

 

"Jangan libatkan Nosaka dalam hal ini. Kau akan membuatnya dalam masalah dengan membawanya ke rumah orang sepertiku."


"Benarkah? Tapi Junpei-kun dulu sering membawaku ke berbagai tempat."


Nosaka membawa Shiratori ke berbagai tempat? 


Melihat mereka sekarang, lebih mudah membayangkan dialah yang menyeret Nosaka, bukan sebaliknya...


Ah, mungkin dia mengacu pada masa kecil mereka. 


Kalo mereka teman masa kecil, wajar kalo mereka mencampuradukkan kenangan masa lalu dengan masa kini. 


Maksudku, aku tidak pernah punya teman masa kecil, jadi aku tidak tahu, tapi...


...Meskipun, nanti, aku akan menemukan kalo hubungan Shiratori dan Nosaka sebagai 'teman masa kecil' sangat berbeda dari yang kubayangkan.


★★★


Hari ini aku mendapat giliran menjadi petugas hari itu. 


Teman jagaanku, seorang gadis, begitu ketakutan sampai tidak berani menatap mataku, jadi aku memutuskan untuk melakukan pekerjaan itu sendirian.


Setelah jam pelajaran usai, yang tersisa hanyalah menulis buku harian dan menyerahkannya kepada Sensei.


"Ah, aku harus mengganti air vas bunga."


Di sudut kelas, ada vas bunga yang diletakkan sendirian. 


Aku tidak tahu siapa yang membawanya, tapi selalu ada bunga-bunga indah yang menghiasinya.


"Tidak bisakah kau menyuruh petugas hari yang lain untuk melakukan itu? Bukankah seharusnya giliran itu berpasangan?"


Itu yang dikatakan Himuro kepadaku, tapi kenyataannya, hanya dengan aku mendekat saja, gadis yang lain itu mulai gemetar ketakutan. 


Aku merasa kasihan padanya sampai aku bahkan tidak berani berbicara dengannya.


Selain itu, dia bahkan sudah tidak ada di kelas. 


Mungkin karena terlalu takut, dia lupa kalo hari ini adalah gilirannya untuk menjadi petugas.


"Tidak apa-apa. Ini adalah harga untuk semua waktu aku berpura-pura gila. Hari ini aku akan melakukannya sendiri."


"Apa kau ingin aku membantumu?"


"Tidak apa-apa, jangan khawatir. Aku akan menyelesaikannya dengan cepat."


Bukannya Akio Gouda akan menganggap serius gilirannya sebagai petugas hari itu. 


Yang aku ingat hanyalah dia berpura-pura gila...atau lebih tepatnya, sepertinya dia bahkan tidak memikirkan itu sejak awal.

 

Sebaliknya, Himuro, sepertinya selalu cukup bertanggung jawab dan tidak pernah menyerahkan pekerjaan petugas kepada orang lain.


Orang yang selalu berantakan tidak bisa dengan mudah bergantung pada orang yang selalu memenuhi kewajibannya. 


Hari ini aku akan melakukan semuanya sendiri, untuk memperjelas kalo pria bernama Akio Gouda ini telah berubah.


Dan dengan tekad itu, aku keluar dari kelas untuk mengganti air vas bunga.


"Jadi, sudah sampai mana kau dengan Shiratori-san?"


Di sudut lorong, dekat wastafel, aku mendengar suara anak laki-laki berbicara.


Mereka menyebutkan nama yang kukenal, jadi aku secara naluriah berhenti. 


Apa mereka teman sekelas?


"Dengan Himari, yah... o-jelas kami sampai akhir."


Itu suara Nosaka. Sepertinya ada beberapa anak laki-laki yang berkumpul, karena terdengar suara beberapa 'Uoooh!'.


"Beruntung sekali kau. Punya teman masa kecil yang begitu cantik... Pasti kau menyukainya sejak kalian masih kecil, kan?"


"Banyak anak laki-laki yang mengejar Shiratori-san. Aku dengar, meskipun dia punya pacar, mereka tidak berhenti menyatakan cinta padanya. Tapi dia menolak mereka semua demi kau, Nosaka. Dia gadis yang hebat."


"Cantik, berdada besar, dan patuh... Dia yang terbaik. Bisa berhubungan seks dengannya kapan pun kau mau, sungguh itu membuatku iri!"


Anak-anak itu berbicara sesuka hati mereka, tanpa filter. 


Nosaka juga membantu memanaskan suasana, menjawab dengan 'ya-ya, benar' dan membuat semua orang semakin antusias.


Dan dia terus berbicara. Kalk tubuh telanjang Shiratori itu luar biasa, kalo suaranya saat merasakan kenikmatan itu sangat erotis, kalo itu adalah pengalaman yang sangat menyenangkan... Dia terus membual tentang pengalaman pertamanya dengan teman masa kecilnya yang cantik.


Mungkin itu terdengar seperti obrolan khas anak laki-laki...tapi itu tidak lebih dari obrolan seksual yang vulgar.


".........."


Nosaka? Sepertinya kau berbicara dengan cukup nyaman, tapi bukannya kau sudah tidak lagi berpacaran dengan Shiratori?


Selain itu, aku tahu kalo pengalaman pertamamu adalah bencana. 


Yah, itu yang aku dengar dari Shiratori, jadi aku juga tidak bisa memastikan apakah semuanya benar.


Tapi benar atau bohongnya itu, itu tidak penting. 


Membicarakan hal semacam itu di sekolah, dan apalagi di lorong di mana siapa pun bisa lewat, sama sekali tidak memberikan kesan yang baik.


"Hei, bisakah kalian minggir?"


"G-Gouda..."


Aku muncul dari sudut lorong dan berbicara kepada mereka. 


Anak-anak itu dengan cepat menyingkir dan memberiku jalan.


"Hei, Nosaka."


"A-Ada apa?"


Sambil mengganti air vas bunga, aku berbicara kepada Nosaka. 


Siapa yang bertugas kemarin? 


Airnya menjijikkan.


"Kau yang bilang, kan? Kalo kau akan melindungi Shiratori."


"Da-dan apa hubungannya...?"


Aku menutup keran, berbalik, dan menatap Nosaka dari atas.


"Bagimu, menjaga Shiratori berarti menjadikannya bahan gosip?"


Nosaka menahan napas. Mata lebarnya dengan jelas mengatakan 'Apa kau mendengar apa yang kami bicarakan tadi?'


"Dan kalian juga."

 

" " "Y-yaaaaa!" " "


Aku memarahi teman-teman Nosaka. 


Mereka semua berdiri tegak seperti prajurit.


"Kalian tahu ini bukan tempat untuk membicarakan hal-hal seperti itu, kan? Kalo seorang gadis mendengarnya, dia akan memandang rendah kalian dan tidak akan ada yang menyukai kalian lagi."


Bagi seorang siswa SMA, dikatakan 'tidak akan disukai' pasti menyakitkan. 


Buktinya adalah mereka semua menjawab serempak dengan 'Maaf! Kami tidak akan melakukannya lagi!'

Yah, bukan berarti aku, yang bukan bagian dari masalah ini, berhak marah. 


Tapi setidaknya sebagai seorang pria, aku pikir aku diizinkan untuk memberi mereka peringatan.


Bagaimanapun, kalk aku berlama-lama di sini, aku hanya akan membuat mereka tidak nyaman. 


Aku mengambil vas bunga dan bersiap untuk kembali ke kelas.


"...Gouda-kun."


"Ugh!?"


Orang yang berada di ujung sudut adalah Shiratori. Ini juga mengejutkanku.


Tunggu, sejak kapan dia ada di sana? Apa dia mendengar semua yang kami bicarakan? 


Sambil terkejut, aku mencoba mengatur situasi.


Tempat ini adalah titik buta, jadi Shiratori tidak bisa dilihat oleh Nosaka dan yang lainnya. 


Bagaimanapun, kalo kami bertemu di sini, itu akan sangat canggung.


"Shiratori...kemarilah sebentar."

 

"Ah..."


Secara naluriah, aku menggenggam tangan Shiratori.


Hal pertama adalah menjauhkannya dari Nosaka dan yang lainnya. 


Aku berpikir begitu dan mulai berjalan di lorong, tapi siswa lain menatapku dengan rasa ingin tahu.


"Lewat sini."


"...Ya."


Aku tidak bisa membiarkan rumor aneh menyebar. 


Jadi aku menyeret Shiratori ke tempat yang lebih terpencil.


Tempat yang kami tuju adalah ruang kelas kosong yang biasa digunakan Akio Gouda sebagai tempat berkumpul.


".........."


Aku pikir akan merepotkan kalo ada yang melihat kami, tapi bukankah lebih merepotkan berada di kelas kosong, sendirian dengannya? 


Ketika keheningan yang canggung menyelimutiku, akhirnya aku menyadari itu.


Sepertinya aku juga cukup gugup. 


Aku meletakkan vas bunga di atas meja dan mencoba menenangkan diri.


"Eh... maaf. Tiba-tiba aku membawamu ke tempat ini."


"Jangan khawatir... Terima kasih. Kau melindungiku dari Junpei-kun."


Jadi dia memang mendengar semuanya... Aku pikir mungkin dia tidak mendengar percakapan kami jika dia hanya lewat, tapi sepertinya tidak sesederhana itu.


"Ngomong-ngomong, sejak kapan kau menguping?"


"Yah, sejak Junpei-kun berkata 'Dengan Himari, yah... jelas kami sampai akhir', kurang lebih."


"kalo begitu kau menguping dari awal!"


Tunggu. Aku juga mendengar bagian percakapan Nosaka itu. 


Saat itu, aku adalah satu-satunya yang dekat dengan sudut.


Sepertinya keraguanku terpancar di wajahku, karena Shiratori memberiku jawaban.


"Aku melihatmu dengan vas bunga itu. Aku hendak memanggilmu, tapi aku mendekat secara diam-diam."


"Jadi begitu... Aku sama sekali tidak menyadarinya."


"Aku ingin mengejutkanmu, jadi aku berusaha tidak membuat suara saat berjalan Fufufu. Bagaimana menurutmu? Lumayan kan?"


Shiratori mengatakan itu dengan senyum bangga. 'Lumayan'? Apa dia mencoba menjadi ninja? Sungguh mengejutkan, dia tampak nakal.


"Tapi... aku terkejut Junpei-kun membicarakan aku seperti itu, secara terbuka..."


Ekspresi Shiratori menjadi suram.

Dia telah mempercayai teman masa kecilnya, tapi dia telah menyebarkan rumor tentang perilakunya yang memalukan. 


Dan, selain itu, semua yang dia katakan adalah bohong. Dampak dari itu tidak bisa diukur.


"Orang yang tidak berguna itu adalah Junpei-kun, kan...?"


"Pfft!"


Untuk seorang pria, tidak ada yang lebih menyakitkan daripada dipanggil 'tidak berguna' oleh seorang gadis. 


Meskipun aku tidak ada hubungannya dengan itu, aku tidak bisa menahan perasaan tidak enak karenanya.


"Yah, aku rasa Nosaka tidak melakukannya dengan niat buruk."


"Lalu kalo dia tidak melakukannya dengan niat buruk, apa itu membuatnya bisa diterima?"


"...Tidak, itu tidak bisa dibenarkan."


Maafkan aku, Nosaka. Kali ini aku tidak bisa membelamu.


Meskipun aku mencoba memberikan peringatan saat itu, aku tidak bisa mengendalikan apa yang orang katakan. 


Aku tidak tahu kapan rumor kalo Nosaka dan Shiratori pernah bersama akan menyebar.


Aku mengerti perasaan Nosaka. Pria ingin pamer, itu wajar. 


Untuk seorang siswa SMA, memiliki pacar yang cantik adalah sesuatu yang bisa dibanggakan, dan kalo mereka sudah melewati batas itu, mereka mungkin merasa akan mendapatkan rasa hormat.


Tapi kalo aku melihatnya dari perspektif orang dewasa, perbedaan dalam 'pengalaman pertama' bukanlah sesuatu yang terlalu besar. 


Apa yang tampaknya menjadi masalah besar, hanya karena kita masih muda.


Aku berpegang pada harga diri itu. Pilihan Nosaka benar-benar menyakiti seseorang yang penting. 


Aku juga seorang pria.


"Bodoh..."


Aku tahu kalo.pria adalah makhluk bodoh, aku mengerti itu dengan baik.


Meskipun begitu, kau tidak boleh menyakiti orang-orang yang penting bagimu. 


Seberapa bodoh pun pria, itu adalah sesuatu yang tidak boleh dilakukan.


"Jangan khawatir tentang itu. Meskipun aku tahu itu sulit, aku tahu kalo apa yang dikatakan Nosaka adalah kebohongan. Aku yakin ada orang yang tidak menganggapnya serius. Jadi jangan terlalu khawatir."


Aku membelai kepala Shiratori, sambil mengatakan itu padanya. 


Rambut merah muda alaminya lembut dan mudah dibelai.


Sepertinya dia sedang sedih, jadi aku melakukan sesuatu yang tidak biasa kulakukan.


Tapi aku tidak bisa menahan diri untuk menghiburnya. 


Tubuhku bereaksi secara tidak sadar, jadi aku tidak bisa menahannya.

 

"Gouda-kun..."


Air mata mulai mengalir dari mata Shiratori, yang menatapku.


"U...uu...ku...hik..."


Tetesan air mata jatuh tanpa henti. 


Aku tidak menyangka dia akan menangis, jadi aku sangat terkejut.


"Tidak apa-apa. Tidak apa-apa... Menangislah sepuasmi sekarang."


Aku terus membelai kepalanya, seolah menghiburnya. Shiratori gemetar dan terisak.


Meskipun dia adalah seorang siswi teladan yang serius dan terkadang tampak seperti orang dewasa yang sensual, Shiratori tetaplah seorang siswi SMA yang belum sepenuhnya dewasa.


Pertama kali aku melihatnya setelah bereinkarnasi, dia juga sedang menangis.

 

Sekarang aku memikirkannya, Shiratori mungkin sangat cengeng.


Sejujurnya, aku hanya melihat Himari Shiratori sebagai wanita erotis.


Karena memang begitu di manga. Aku hanya melihat sisi erotisnya dan itulah gambarku tentangnya.


Karena itulah aku berpikir akan lebih baik kalo aku bisa hidup dengan damai di kenyataan ini. 


Dengan menjauhkan dia, aku akan hidup di dunia yang normal, bukan di manga bokep. 


Untuk itu, akan lebih baik kalo Shiratori dan Nosaka berpacaran.


"Mng... hip..."


Dia mencoba menahan tangisnya, tetapi air matanya tidak berhenti. 


Shiratori bukanlah heroin dari manga bokep. Dia adalah gadis normal dengan hati yang terluka.


"Jangan menahan diri. Menangislah sepuasnya."


Aku memeluk Shiratori. 


Aku membiarkannya membenamkan wajahnya di dadaku dan menekannya dengan lembut agar tangisannya tidak terdengar.


Tangisan hebat Shiratori teredam di dadaku dan menghilang.


Ini adalah dunia manga bokep. Ini adalah dunia yang berbeda dari tempat asalku. Itu tidak diragukan lagi.


Tapi, orang-orang di sini bukan hanya karakter manga. Aku juga harus sedikit mengubah cara pandangku.


★★★



Sekembalinya ke kelas, Himuro sedang menungguku.


"Kau lama sekali, Akio! ... Ada apa, Shiratori-san!?"


Himuro terkejut melihat Shiratori di sisiku. 


Dengan matanya yang bengkak karena menangis, jelas ada sesuatu yang terjadi.


"Maaf, maaf, tidak ada apa-apa. Ayo, cepat kita pulang. Shiratori, hati-hati saat kau pulang."


Aku mengucapkan kata-kata perpisahan seolah tidak terjadi apa-apa. 


Aku tidak berniat memberi tahu siapa pun kalk Shiratori menangis. Setidaknya bukan dari mulutku.


Aku mengambil tasku dan keluar dari kelas. 


Aku akan menyerahkan buku harian kepada Sensei dan segera pulang.


Himuro mengkhawatirkan Shiratori, tapi dia segera berlari ke arahku dan berdiri di sisiku.


"Akio! Bolehkah aku pergi ke apartemenmu hari ini?"


"Ada apa denganmu? Berapa kali harus aku katakan padamu untuk tidak datang dengan mudah ke apartemen seorang pria─────?"


Aku mulai berjalan di lorong sambil berbicara dengan Himuro ketika tiba-tiba...


"Hei... Go-Gouda-kun..."


Aku merasa lenganku dicengkeram dari belakang dan aku berhenti.


Suara gemetar Shiratori. 


Karena aku telah membuatnya menangis begitu banyak sebelumnya, aku tidak bisa menahan diri untuk berbalik.


"Aku, aku juga... Bolehkah aku pergi ke apartemenmu?"


Mata Shiratori yang basah menatapku. 


Jantungku melonjak, berdebar begitu kencang hingga terasa sakit.


★★★


Sebuah apartemen kondominium yang tidak terlalu besar. 


Di apartemenku, 2 gadis cantik memenuhi ruangan dengan aroma manis.


"Serius? Aku pikir Nosaka-kun adalah pria yang sedikit lebih baik... Orang tidak seperti yang terlihat, kan?"


"Mengerikan sekali, kan?! Kami sudah berteman sejak kecil, tapi aku tidak pernah merasa sekecewa ini padanya seperti hari ini!"


Nyam, nyam, nyam, nyam. Himuro dan Shiratori terus mengeluh sambil makan kue. 


Yah, Shiratori, marah atau makan, putuskanlah!


Shiratori terus mengeluh, dan Himuro mengangguk mengerti. 


Sepertinya para gadis terkadang menjadi lebih dekat satu sama lain melalui keluhan.


"Akio? Kau belum makan kue? Apa kau lebih suka kue stroberi?"

 

"Kalo kau tidak bisa memakannya sendiri, aku akan menyuapimu. Ini, 'ah~n♥'."


"Tunggu! Kalo begitu, aku saja!"


Shiratori menawariku sepotong kue cokelat, sementara Himuro tidak mau kalah dan mengambil sepotong kue stroberi dengan garpu.


".........."


Aku memperhatikan para gadis, gadis gyaru dan siswi teladan, sambil berpikir, 'Jangan jadikan rumahku tempat kumpul kalian!'

Bagaimana kami sampai pada titik ini? 


Untuk memahaminya, kita harus mundur sedikit.


Shiratori terluka setelah mendengar kata-kata dan melihat tindakan teman masa kecilnya. Dan melihatnya begitu sedih, dia bertanya apakah dia bisa datang ke apartemenku, yang membuatku sulit menolaknya.


Awalnya, Himuro memasang ekspresi serius, tapi ketika dia melihat Shiratori dengan wajah ingin menangis, dia terlihat khawatir dan berkata, 'Ada apa? Apa kau ingin bicara?'


"Agak sulit untuk diceritakan di sini..."


Saat itulah mungkin intuisi wanita Himuro berperan. 'Akio...' Dia menatapku tajam.


'Lakukan sesuatu untuk membantunya'. Perasaan itu sampai padaku dengan jelas, dan mengetahui apa yang terjadi, aku merasa sakit kalo meninggalkan Shiratori sendirian.


"Tidak apa-apa, Akio. Kami tahu kau tidak akan melakukan hal buruk pada gadis yang sedang menangis. Setidaknya, dengarkan dia, oke?"


Kepercayaan mutlak macam apa yang mereka berikan padaku? 


Kalo kesadaranku benar-benar hilang, aku akan setuju, tapi aku sendiri tahu kalo aku tidak bisa memastikan tidak ada bahaya.


Tapi, aku tidak bisa begitu saja meninggalkan Shiratori seperti itu, karena aku juga tidak bisa menjamin kalo dia tidak akan berakhir seperti sebelumnya, keluar di malam hari ke jalanan. 


Dia adalah tipe gadis yang mudah putus asa. Kalo dia terlibat dalam masalah apa pun, aku akan sangat menyesal.


"Tidak apa-apa. Kalo dia meluangkan waktunya, mungkin dia akan tenang."


Akhirnya, aku mengangguk. Tidak ada cara untuk menang melawan gadis yang menangis.


Karena aku tidak punya apa-apa di apartemenku untuk menerima tamu, aku membeli kue dan minuman dalam perjalanan pulang. 


Saat kami memilih kue, suasana hati Shiratori mulai membaik. 


Mungkin karena aku yang mentraktirnya, dia terlihat lebih ceria.

 

Jelas, para gadis dan manisan... Itu adalah sebuah rencana, pikirku sambil tersenyum, sampai aku hampir diusir dari toko karena wajahku yang tidak bersahabat. 


Maaf untuk itu.


Dan begitulah, sesampainya di apartemenku, Shiratori dan Himuro sedang makan kue dan membicarakan Nosaka.


Adapun aku, aku hanya mengamati dalam diam. 


Percakapan antar gadis cenderung menjadi begitu hidup sehingga sulit untuk ikut campur. 


Apa hanya aku atau ini sesuatu yang umum?


"Yah, itu semacam suasana yang tercipta di antara teman-teman. Mungkin, Nosaka juga merasa terjebak oleh itu."


Setelah menerima 'ah~n♥' dari keduanya, aku mengutarakan pendapatku tentang Nosaka.


"Apa itu benar-benar alasan untuk memaafkan Junpei-kun?"


"Ada hal yang boleh dikatakan dan ada yang tidak. Ada apa denganmu? Akio, apa kau memihak Nosaka atau bagaimana?"


Di hadapan senyum Shiratori dan wajah marah Himuro, aku dengan cepat menggelengkan kepala. 


Himuro bahkan tidak memanggil Nosaka dengan 'kun', yang menunjukkan kalo dia benar-benar kesal.


"Ti-tidak, bukan begitu. Yang terburuk dari semua adalah Nosaka. Ya, itu tidak baik, aku mengakuinya."


Aku ikut merasakan perasaan keduanya dengan sekuat tenaga. 


Bukan karena egois, tidak.


Junpei Nosaka adalah protagonis dari cerita aslinya. 


Dia adalah pria malang yang akan kehilangan gadisnya. 


Karena informasi kalo dia adalah korban, aku telah membentuk gagasan kalk dia bukanlah orang jahat.


Di dunia asliku, aku lebih merupakan pria yang bersimpati kepada Nosaka. 


Jadi ketika aku membaca manga, aku menikmati baik dari perspektif orang yang mengalami 'NTR' maupun dari perspektif 'netorareador'.


Maksudku, kecenderunganku bukanlah karena fetisisme aneh...melainkan karena aku tidak pernah memiliki kesan buruk terhadap Nosaka.


Sangat normal untuk berhati-hati terhadap seseorang seperti Akio Gouda. 


Kalo aku berada di posisi lain, aku akan melakukan hal yang sama. 


Jadi, mengenai sikap terhadapku, aku sama sekali tidak terganggu.


Tapi, dia melakukan sesuatu yang tidak boleh dilakukan, terutama ketika itu menyangkut teman masa kecil, dan terlebih lagi, seseorang yang kau anggap mantan pacarmu dan orang penting.


"Bukan karena mereka teman masa kecil berarti kau bisa melakukan apa pun yang kau mau. Berbicara seperti itu... Dan mengolok-olokmu! Apa yang dia pikirkan?!"


Kemarahan mulai memuncak, dan tanpa aku sadari, kekuatanku bertambah. 


Ketika aku melihat, aku menyadari bahwa garpu yang kupegang telah bengkok.


"Ah, tidak mungkin..."


Aku telah merusak garpu. Aku menggaruk kepalaku dan mencoba menenangkan amarahku.


"Gouda-kun... Terima kasih. Terima kasih karena marah untukku."


Suara Shiratori bergetar. Meskipun sepertinya kami sedang bercakap-cakap dengan riang, jelas dia masih terbebani oleh semua itu.


"Akio benar-benar berubah. Dulu kau terlihat seperti orang yang kasar, tapi sekarang kau mendukung para gadis."


"Bukan berarti aku benar-benar memahami apa yang dirasakan para gadis..."


"Tapi setidaknya kau berusaha memahaminya. Dan karena itu, Gouda-kun, aku..."


Shiratori mendekatiku. Rambut merah mudanya yang panjang jatuh lembut di atas diriku.


Kenapa dia tiba-tiba mendekat begitu? Kenapa dia menatapku dengan mata penuh makna itu? 


Ah, ja-jangan sentuh itu... tolong!


"Tunggu sebentar!!! Dan aku bagaimana!? Aku juga di sini!?"


Teriakan keras Himuro membangunkanku dari kepanikan.


Tapi Shiratori tidak berhenti. 


Sebaliknya, dia menatap Himuro dengan pandangan provokatif.


"Aku sudah tahu... Apa aku tidak menyatakan perang?"


"Apa!?"


Shiratori tersenyum jahat. Himuro, sebaliknya, gemetar. Ada yang tidak beres. Aku mencoba mengubah arah percakapan.


"Kalian membicarakan apa─────?"


Sebelum aku selesai, Himuro memeluk kepalaku. 


Tekanan dari payudaranya yang besar membuatku tersenyum tanpa sadar.


"...Bagus. Aku tidak akan kalah."


"Sempurna, itu yang aku inginkan."


Kedua gadis itu, yang sampai beberapa saat lalu masih berbincang ramah, kini saling menatap dengan mata berkilat-kilat, dalam mode pertempuran. 


Aku tidak mengerti perubahan pada gadis-gadis ini...


Apa yang akan aku lakukan dengan kekacauan ini? 


Dan, ngomong-ngomong, payudara Himuro sangat lembut. 


Shiratori juga sengaja menekan payudaranya ke arahku... Ah, tidak. Ini buruk. Perut bagian bawahku terasa panas lagi... 


Kalo begini terus, Akio Gouda sendiri akan kehilangan kendali!


Saat aku berada dalam situasi kritis tanpa ada yang menyadarinya, aku mendengar suara pintu masuk terbuka.

 

"Eh? Hari ini kau membawa dua gadis cantik, ya?"


Yang masuk ke apartemen sambil sedikit memiringkan kepala dan berkata 'Benar, Akio-kun?' adalah Erika, seorang mahasiswi yang cantik.


"Eh? Siapa itu...?"


"Wah, dia cukup cantik..."


Melihat kemunculan tiba-tiba seorang mahasiswi cantik, baik Shiratori maupun Himuro melupakan perselisihan mereka dan langsung siaga.


"Apa aku mengganggu sesuatu...? Hmm, tidak, sepertinya tidak terlalu."


Aku tidak tahu bagaimana dia sampai pada kesimpulan itu, tapi Erika masuk ke apartemen dengan langkah tenang dan santainya.


".........."



Ketiga gadis itu saling memandang. 


Dalam kondisi normal, seseorang akan senang karena tempat itu menjadi lebih hidup dengan kehadiran kecantikan lain, tapi entah kenapa suasana begitu tegang sehingga tidak mungkin merasa seperti itu.


Wajah Himuro sepenuhnya kaku, sementara Shiratori menyipitkan mata menunjukkan ketidakpercayaannya.


Sementara itu, Erika sepertinya menghadapi ketegangan yang ada dengan senyum elegan, seolah-olah itu sama sekali tidak mempengaruhinya. 


Tapi, jelas kalo orang yang memancarkan tekanan terbesar saat itu...adalah dia.


"Ini Erika Koyama-san. Dan, yah, dari seragamnya kalian pasti sudah tahu, Erika, mereka adalah teman sekelasku di sekolah yang sama, Himari Shiratori-san dan Haaya Himuro-san."


"Akiooo? Sikap formal apa itu? Dan Erika-san itu? Hubungan seperti apa yang kau miliki dengannya?"


"Ugh..."


'Kami teman dengan keuntungan'. 


Tentu saja aku tidak bisa mengatakan itu. 


Sekarang, apa yang harus aku lakukan...?


Aku melirik Erika sekilas. Dalam pandangan itu aku menaruh semua teguranku 'Kenapa kau datang tanpa memberitahu?'


Erika mengangguk dengan kuat dan, dengan senyum menawan, menjawab...


"Anggap saja aku seperti Onee-san yang datang membantu Akio-kun dengan pekerjaan rumah tangga. Aku khawatir kalo aku meninggalkannya sendirian, dia tidak akan makan dengan baik."


"Aku bisa memasak sendiri, setidaknya untuk makan..."


" " " Eh!?" " "

 

Ketika aku membalas itu dengan suara pelan, ketiga gadis itu serentak berteriak.

 

Jangan menatapku seperti itu, seolah-olah itu sesuatu yang luar biasa!


"Akio, kau bisa memasak dan segalanya?"


"Jangan meremehkanku. Hal-hal seperti tumisan sayuran... lalu telur orak-arik, telur mata sapi, nasi telur mentah, mi instan...**"


"Mi instan tidak dihitung sebagai masakan!"


Himuro mengkritikku secara langsung. 


Hei, tapi tahukah kau kalo rasanya berubah tergantung pada jumlah air dan waktu kau memakannya?


"Dan kau sangat suka telur? Maksudku, nasi telur mentah juga tidak benar-benar memasak, kan?"


"Saat aku kesulitan, nasi telur mentah adalah penyelamat. Meskipun tidak ada bahan, selalu ada nasi, telur, dan kecap. Dan jika itu pun tidak ada, maka aku beralih ke mi instan."


"Itu benar... Makananmu mungkin memang mengkhawatirkan, Akio."


Himuro menjatuhkan bahunya, lemas. 


Bu-bukan berarti aku makan mi instan setiap hari, oke?


"Tapi yah, dengan ini sudah jelas, kan? Erika yang membantuku dengan pekerjaan rumah tangga."


Karena Erika bersusah payah melindungiku, aku memanfaatkan situasi ini dengan sekuat tenaga.


"Erika, terima kasih karena selalu menjagaku."


Aku membungkuk dalam-dalam. 


Dalam membungkuk itu aku juga menaruh rasa terima kasih untuk...kau tahu, apa yang terjadi tempo hari.


"Oh, begitu... Erika-san, maaf atas sikapku sebelumnya. Terima kasih sudah menjaga Akio."


"Dan kenapa kau mengucapkan terima kasih padanya?"


"Yah, karena kau berutang padanya, kan?"


Itu tidak masuk akal sebagai argumen. 


Aku menepuk pelan kuncir kuda pirangnya yang membungkuk saat dia menundukkan kepala. 


Himuro menggelengkan kepala, dan sebagai balasan dia menggunakan kuncirnya untuk menyerang tanganku. 


Itu menggelitik!


"Wah, Akio-kun, Himuro-chan, kalian berdua benar-benar saling mencintai, ya?"


"Mencintai...!?"


Wajah Himuro langsung memerah dalam sekejap.


"Hei, hei, jangan ganggu dia. Kita sedang di usia remaja, kita tidak terlalu tahan dengan topik semacam itu."


"Aku tidak bermaksud mengganggunya, kan, Shiratori-chan?"


".........."


Shiratori benar-benar terdiam. Terlihat jelas kalo dia masih sangat waspada terhadap Erika.


Tidak jelas apa Erika menyadarinya atau tidak, tapi dengan senyum dia sedikit memiringkan kepalanya.


"Ada apa, Shiratori-chan? Kalo kau terus menatapku seperti itu, aku akan gugup."


"Koyama-san... Apa yang membawamu ke apartemen Gouda-kun hari ini?"


"Hmm? Yah, aku datang untuk membantu pekerjaan rumah tangga, itu yang kukatakan, kan?"


Erika semakin memiringkan kepalanya. 


Apa tidak apa-apa memiringkannya sebanyak itu?


"Apa kau benar-benar berpikir ada yang akan percaya itu?"


"Hmm..."


Erika menatapku seolah-olah dia dalam kesulitan, tapi pada saat yang sama dia melirikku dengan penuh maksud. 


Dia seolah bertanya 'Bolehkah aku mengatakan yang sebenarnya?' Aku ragu sejenak.


Kalo mereka tahu Kalo Erika adalah teman segxku, baik Shiratori maupun Himuro mungkin akan melihatku sebagai musuh semua wanita.


Tapi, itu adalah kebenaran yang tak terbantahkan. Dan untuk mencegah Akio Gouda yang sebenarnya yang tertidur di lubuk hatiku terbangun, aku harus melanjutkan hubunganku dengan Erika. 


Kecuali aku benar-benar memutuskan hubungan dengannya, menyembunyikannya selamanya tampak semakin sulit bagiku.


Mungkin Himuro akan membenciku, tapi aku tidak berpikir dia akan menjauh dariku. 


Shiratori...dengan apa yang terjadi dengan Nosaka baru-baru ini, mungkin dia akan sangat terpukul.


Tapi, mungkin tidak ada gunanya terus berpura-pura hanya untuk kali ini. 


Tidak ada gunanya Shiratori mendekatiku. 


Aku tidak lagi merasa bahwa Nosaka cocok untuknya, tapi itu tidak berarti bahwa aku, Akio Gouda, cocok untuknya.


...Mungkin ini adalah kesempatan yang baik. Seberapapun aku telah berubah di dalam, label 'penjahat' tidak akan hilang dalam semalam. 


Mungkin sudah waktunya untuk membuat mereka memahami itu.


"Ahn♥"


Aku merangkul bahu Erika dan menariknya mendekatiku. 


Aku sepertinya mendengar desahan tertahan, tapi aku sengaja mengabaikannya.


"Benar. Erika tidak datang untuk melakukan pekerjaan rumah tangga. Dia bertugas melayaniku... secara fisik."

 

Seperti seorang penjahat, aku memasang senyum mengejek. 


Meskipun tidak ada dari mereka yang mengatakan apa pun, wajah mereka menunjukkan dengan jelas bahwa mereka terkejut.


"Begitu... Aku tahu itu."


Orang yang pulih lebih cepat dari yang diharapkan adalah Shiratori.


"Eh, Shiratori-san? Maksudmu kau tahu...?"


"Itu bukan sesuatu yang mengejutkan, bukan begitu, Himuro-san? Kupikir kau lebih mengerti daripada aku orang macam apa dia."


"A-Aku..."


Himuro menundukkan pandangannya.

Dia adalah gadis yang paling dekat dengan Akio Gouda. 


Oleh karena itu, tidak aneh kalo dia memperhatikan banyak perbuatannya.


Dalam cerita aslinya, Haaya Himuro adalah karakter yang mengikuti perintah Akio Gouda. 


Tapi kali ini berbeda. Mungkin dia mencurigainya, tapi dia tidak pernah menyaksikan sesuatu yang konkret.


Dan justru karena itu, sekarang dia tahu kalo aku adalah tipe orang tercela yang tidur dengan seorang wanita yang bahkan bukan pacarnya, dia pasti merasakan penolakan alami.


Aku menghela napas. Jelas kalo aku telah mendapatkan penghinaannya sepenuhnya.


Tidak apa-apa. Aku hanya melakukan restart. 


Selama aku bisa terus hidup sebagai diriku yang baru, itu sudah cukup. 


Aku tidak perlu menyeret gadis-gadis ini ke dalam keinginan anehku.


...Tapi, kenapa rasanya begitu sakit? 


Aku seharusnya mengungkapkan hubunganku dengan Erika dengan tekad itu, tetapi dadaku terasa panas.


Himuro, dan Shiratori juga. Kalo aku pikirkan baik-baik, sejak aku bereinkarnasi, mereka adalah satu-satunya yang benar-benar berhubungan denganku dengan tulus.


"Kalian sudah menyadari orang macam apa aku ini, kan? Kalo begitu, pergilah. Aku akan menghabiskan malam yang indah dengan Erika."


"Akio-kun♥"


Aku mendekati Erika seolah ingin pamer. Dia juga menjawab dengan suara manis, penuh dengan sensualitas dewasa.


Aku merasa Himuro terintimidasi oleh suasana sugestif itu. Dan Shiratori juga...?


"Aku tahu persis orang macam apa kau ini, Gouda-kun. Itu sama sekali tidak penting."


"...Eh?"


Shiratori mengatakan itu seolah-olah bukan apa-apa. 


Bahkan, dia sampai mencondongkan tubuh ke arah kami mendekatkan wajahnya. 


Ada apa dengannya?


Mereka bilang dia gadis yang sopan dan polos, tapi pada akhirnya dia tetaplah seorang gadis berambut merah muda. 


Sepertinya dia memiliki ketahanan alami terhadap suasana merah muda.


[TL\n: maksudnya cabul.]


"Saat ini, mencoba menjauh dengan bersikap seperti orang jahat tidak akan berhasil. Aku yakin Koyama-san bukan satu-satunya wanita yang memiliki hubungan semacam itu denganmu, kan?"


Shiratori mengamatiku dengan tatapan tegas dan langsung. 


Dengan sikap yang jelas mengatakan bahwa dia tidak akan membiarkan kebohongan atau penghindaran, aku merasakan punggungku menegak secara alami.


Saat lenganku masih berada di bahu Erika, aku berpikir, apa maksud Shiratori menanyakan itu? 


Aku sama sekali tidak bisa mengantisipasi apa yang akan terjadi selanjutnya.


Himuro jelas gugup, tidak bisa ikut campur dalam percakapan. 


Saat itu, perasaan Shiratori mendominasi seluruh suasana.


"Kalo begitu, memangnya kenapa? Apa kau benar-benar kecewa dengan pria? Bah, manusia itu sebanyak bintang di langit. Sampah sepertiku pasti spesimen langka bahkan di antara para pria."


"Aaahn♥"


Dengan sengaja, aku meremas payudara besar Erika. 


Aku tidak mengerahkan banyak kekuatan, tapi dia juga sepertinya mengerti situasinya, dan mengeluarkan erangan manis yang cukup keras untuk didengar oleh Shiratori dan Himuro.


Tidak ada jalan untuk kembali. Kalo mereka akan memanggilku kotor atau menjijikkan, biarkan saja. 


Bagaimanapun, tidak mungkin untuk terus berteman sambil menyembunyikan bagian diriku ini.


Setelah itu, mereka akan melampiaskan dengan membicarakanku di belakang. Dan sementara mereka melakukan itu, Shiratori dan Himuro pasti akan bisa akur.


Hubungan yang mulai kami bentuk akan hancur, tapi itu selalu ditakdirkan untuk terjadi. 


Alih-alih mengikuti cerita manga bokep, semuanya akan kembali normal, ke kehidupan sekolah yang layak. 


Kalo mereka ingin menjalani komedi romantis remaja, aku akan mendukung mereka dari jauh.


"Apa yang baru saja kau lakukan... adalah sisi baikmu, Gouda-kun."


"Ah?"


Entah kenapa Shiratori tersenyum. 


Meskipun dia memiliki rambut merah muda, bukan tanpa alasan dia adalah seorang heroin tipe sopan, senyumnya adalah salah satu dari jenis yang membuat jantung seseorang berdebar kencang.


"Koyama-san... atau lebih tepatnya, Erika-san."

 

"Ya? Ada apa?"


"Bisakah...kau minggir sebentar, kumohon?"


"Tentu. Tidak masalah."


Erika menjauh dariku tanpa melawan. 


Tiba-tiba aku merasakan kehangatannya menghilang, dan aku terdiam.


"Eh?"


Saat aku masih terpana, Shiratori menerjang dan memelukku dari depan. 


Secara refleks, aku akhirnya memeluknya.


"Lihat, kau bahkan membalas pelukanku."


"Shi-Shiratori! Apa yang sedang kau lakukan!?"


Bukankah seharusnya kau membenciku? 


Aku ingin menanyakannya segera, tapi aku tidak bisa melakukannya.

Karena Shiratori menciumku.


"..........!?"


Sensasi manis menjalar ke bibirku...lembut, basah, dan singkatnya, sangat manis.


"Nh... fu..."


Bahkan napas Shiratori terasa manis bagiku. Aromanya, rasanya, sentuhannya. 


Segala sesuatu tentang dirinya mencoba melelehkan otakku. 


Meskipun di kepalaku aku tahu bahwa aku harus menjauh, tubuhku sama sekali tidak bergerak.


"Fua... Gouda-kun...atau lebih tepatnya, Akio-kun, aku memcintaaimu."


Shiratori menjauh dariku dan mengakui perasaannya.


Matanya bersinar dengan cahaya yang berbeda dari saat dia menangis. 


Mereka begitu indah sehingga aku terpaku, benar-benar terhipnotis oleh mereka.


"Aku tidak berharap kau menjadikanku pacarmu segera. Dengan Erika-san, dan mungkin dengan banyak wanita lain, kau sudah memiliki semacam hubungan. Tapi, meski begitu, aku ingin menjadi salah satu dari mereka."


"A-Apa yang kau katakan─────?"


"Aku serius. Meskipun hanya sedikit, aku ingin berada di sisimu. Saat ini, hanya itu yang kuinginkan."


Soal cinta itu buta...sungguh benar.


Shiratori, seperti sekarang, hanya bisa melihat cinta. 


Mungkin adalah tugasku untuk mengajarinya kalo hidup bukan hanya tentang itu. 


Bahkan kalo itu membuatku terlihat seperti orang tua yang menyebalkan di mata anak muda.


"Akio-kun? Aku tidak berpikir ada gunanya bersikap sok keren di sini, tahu?"

 

Erika berbisik di telingaku dari samping.


"Hanya karena kita pernah berhubungan seks, bukan berarti kau harus memikul tanggung jawab seumur hidup, kan? Yang penting adalah kemauan kedua belah pihak. Ada hal-hal yang tidak bisa dipahami sampai dialami."


"Tapi, kalo itu menyakiti Shiratori..."


"Bodohnya kau. Kalo aku bilang tidak apa-apa, tidak ada alasan untuk menyesal."


Shiratori tersenyum manis, dan kemudian, dia kembali menyatukan bibirnya dengan bibirku.


"Aku datang dengan persiapan. Jadi aku di sini. Jangan meremehkanku."


"Shiratori..."


Aku tidak bisa mengatakan apa-apa lagi setelah dia mengatakan itu.


Aku tidak cukup dewasa untuk melarikan diri setelah semua ini. 


Tidak, bahkan, aku akan menjadi pengecut jika aku melarikan diri sekarang.


"Nnn."


Aku melahap bibir Shiratori. Itu bukan ciuman manis seperti sebelumnya.


Itu adalah ciuman liar, seolah-olah aku menginginkannya dan merebutnya.


"Dan kau, siapa namamu? Himuro-chan? Apa yang akan kau lakukan?"


"Eh!? A-Aku?"


Himuro, yang telah mengamati kami dengan gugup, menjadi gugup ketika Erika menanyakannya.


"Hmm... Ah... Aku tidak akan menyangkal perasaanmu, Himuro-san. Kita bukan pacar, jadi aku tidak akan menyalahkanmu atas perselingkuhan."


"U... uuu..."


"Kalo kau tidak akan mengatakan apa-apa lagi, bisakah kau pergi? Shiratori-chan dan aku akan memanjakan Akio-kun sekarang♥"


Seolah-olah untuk menahan tekanan dari senyum Erika, Himuro mengangkat wajahnya dan berteriak seperti raungan.


"Aku juga mencintai Akio-kun! Aku mencintainya, aku mencintainya, aku mencintainya!"


Teriakan Himuro adalah pengakuan untukku.


Dia menatapku dengan mata yang penuh air mata. 


Dia terlihat lebih seperti anak anjing daripada seorang gyaru, dan perasaan lembut menyerbu diriku.


"Shiratori-san, minggirlah dari sana!"


"Aku mengerti."

 

Shiratori menjauh dariku dengan patuh. 


Sebagai gantinya, Himuro mendekatiku dengan langkah besar.


"Ah, Akio..."


"Y-ya."


Kami begitu dekat sehingga wajah kami hampir bersentuhan. 


Meskipun dia datang dengan begitu banyak energi, Himuro tiba-tiba menjadi malu, yang membuatku gugup.


"Aku juga, hampir sama dengan Shiratori-san... Jadi... itu..."


Himuro memerah seperti tomat dan, setelah jeda yang lama, berkata...


"...Cium aku?"


Himuro menutup matanya dan mengulurkan bibirnya. 


Dia memiliki wajah menunggu ciuman yang menunjukkan bahwa dia tidak terbiasa.


"Tch..."


Gadis bodoh ini terlalu imut! Berapa banyak lagi yang mereka inginkan agar aku menjadi tipe orang yang tercela?


"Ap kau yakin dengan apa yang kau katakan?"


"Y-ya... Tentu saja."


Himuro mengangguk sedikit, tapi dengan tegas. 


Dia menawarkan dirinya kepadaku dengan sepenuh hatinya.


Dengan seorang wanita yang melakukan begitu banyak untukku, tidak mungkin menemukan alasan untuk menghentikan diriku.


"Nn~~..."


Aku menyatukan bibirku dengan bibir Himuro. 


Terlihat jelas kalo dia tegang dan gugup, tidak seperti Shiratori. Tapi itu bagus. 


Aku mengecapnya perlahan, membuatnya rileks sedikit demi sedikit.


"Fuaa...♥"


Seiring waktu, ketegangan itu menghilang. 


Himuro menatapku dengan mata mengantuk, menginginkanku.


"Fuua"


"Ah..."


Ketika aku memisahkan bibir kami, lidah Himuro menjulur keluar, seolah menyesali perpisahan itu. 


Aku akan memanjakannya nanti. 


Dengan pikiran itu, aku membelai kepala pirangnya, dan ekspresinya melembut.


"Jadi, Akio-kun, kita mulai♥?"


Erika membuka pakaiannya dan menunjukkan dadanya. 


Kedua gadis itu, yang belum pernah melihat adegan seperti itu, menyalakan api nafsu di mata mereka, mengantisipasi apa yang akan terjadi.


".........."


3 gadis cantik mengelilingiku. Ini adalah situasi yang tidak mungkin ada di luar manga bokep... Ya, ini adalah dunia manga bokep.


Aku akan hidup di dunia ini. Mungkin aku yang sebenarnya harus membuat keputusan itu.


"Jadi, Akio-kun, kita mulai♥?"


"Kau akan menerima seluruh tekadku♥"


"Akio... Bersikap lembutlah padaku♥"


Dan begitulah, aku menghabiskan momen kebahagiaan, terbungkus dalam kehangatan bersama 3 gadis cantik.


★★★


 Pirang, biru, dan merah muda... Rambut-rambut berwarna-warni memanjakan mataku.


Ini tidak nyata. Tapi, di balik warna rambut itu, pemandangan yang lebih tidak nyata lagi terbentang di depan mataku.


"Mmm..."


3 gadis yang telanjang cantik meringkuk di dekatku, yang sedang berbaring di tempat tidur. 


Aku menikmati sensasi kulit mereka dan mengingat perasaan lelah yang menyenangkan.


"Aku berhasil, kan...?"


Akhirnya aku melahap tubuh Shiratori dan Himuro, dan termasuk Erika, aku berhubungan seks dengan ketiganya sekaligus. 


Sekarang, aku tidak bisa menahan rasa hormat atas kehebatan ko**ol Akio Gouda yang memungkinkan ini terjadi.


"Akio-kun... Apa kau menyesal?"


Shiratori, yang tidur sambil memeluk lenganku, bertanya dengan cemas, seolah-olah dia mendengar gumamanku.


"Tentu saja tidak. Aku ingin bertemu dengan seorang pria yang menyesal telah memiliki wanita-wanita terbaik di lengannya."


"Fufufu. Apa senikmat itu?"


"Itu yang terbaik. Lebih tepatnya, apa itu tidak sakit bagimu, Shiratori, karena ini pertama kalinya untukmu kan?"


Shiratori menyipitkan matanya dan menekan lenganku dengan pahanya. 


Aku merasa senang hanya karena terjebak di sana, di tempat yang hangat dan lembap itu.


"Awalnya sedikit sakit, tapi anehnya segera terasa enak. Terima kasih karena kau lembut dan perhatian. Meskipun...kau sangat...buas."


Sentuhan tangan Shiratori membuatku bergidik. 


Aku merasa seolah-olah dia sedang merayuku, dan aku sedikit bereaksi.


"Jaga tubuhmu. Ini pertama kalinya bagimu. Hari ini kita tidak akan melakukannya lagi."


"Apa itu berarti kita akan berhubungan seks lagi ketika tubuhku terbiasa?"


"...Kalo itu yang kau inginkan."


"~~~~~♥"


Ekspresi wajahmu sangat erotis...! 


Dengan ekspresi itu, hampir semua pria akan menjadi buas. 


Kami baru saja selesai, tapi akan sulit untuk mengendalikan diri.

 

"Baik Shiratori-chan maupun Himuro-chan merasa sangat baik meskipun ini pertama kalinya bagi mereka, kan? Kau pria yang jahat, Akio-kun."


Erika, yang sedang tidur di sebelah kiriku, bangkit. 


Ekspresinya sangat ramah, dan aku merasakan keibuan darinya, meskipun usia kami hanya terpaut beberapa tahun.


Mendengar kata-kata Erika, Shiratori tidak merasa malu, melainkan mengangguk dengan gembira.


"Ya. Itu karena Akio-kun baik padaku... Berkat dia, menjadi jelas bahwa emosi yang membara di dadaku adalah cinta untuknya."


"Cinta... Betapa kekanak-kanakan."


"Semua ini berkatmu, Erika-san, tahu? Kalo kau tidak datang ke sini hari ini, Akio-kun akan menemukan alasan untuk tidak memelukku, dan aku tidak akan memiliki keberanian untuk mengakui perasaanku padanya."


"Jangan katakan itu. Kau pasti akan melakukannya, Shiratori-chan. Perasaanmu sangat kuat."


"Erika-san..."


Erika dan Shiratori, seperti seorang ahli dan seorang pemula, bertukar kata denganku di tengah. Aku merasa sedikit tidak nyaman, entah mengapa.


"Akio~... aku mencintaimu~... mmm..."


Orang yang memelukku saat aku tidur telentang adalah Himuro. 


Tubuhnya, seperti selimut daging... Aku merasakan kehangatannya dan aku merasa hangat.


Himuro, yang tidur menggunakan dadaku sebagai bantal, memiliki wajah tidur yang polos. 


Sepertinya dia sangat nyaman, dia tidak menunjukkan tanda-tanda bangun meskipun ada percakapan antara Shiratori dan Erika.


"Akio-kun sangat populer, kan? Bahkan Himuro-chan, yang ini pertama kalinya, sangat terpesona. Ini cinta, kan?"


Erika terkekeh. Dia membelai pipi Himuro dengan penuh kasih sayang. 


Mungkin dia melihatnya seperti adik perempuan.


"Shiratori-chan dan Himuro-chan sangat mencintaimu. Akio-kun, apa kau benar-benar populer di sekolah?"


"Tidak ada seorang pun dengan selera yang aneh─────"


"Tidak ada."


Sebelum aku bisa selesai, Shiratori dengan tegas menyangkalnya.


"Akio-kun ditakuti di sekolah. Tidak ada yang menyadari betapa baiknya dia. Karena itu, setidaknya kami harus menjadi sekutunya."

 

Dia memelukku dengan erat. Aku merasa bahwa, meskipun kata-katanya, dia tidak berniat menyerah.


"Oh, begitu. Kalo begitu, kita harus bekerja sama untuk melindungi Akio-kun."


"Ya. Itulah niatku."


Seolah saling memahami, Erika dan Shiratori tersenyum serupa. 


Seharusnya itu menghibur, tapi kenapa aku merasa gelisah?


"Jangan bicara omong kosong. Tugasku adalah melindungi kalian. Aku tidak akan membiarkan siapa pun lagi menyakiti wanitaku."


Aku sudah terlalu jauh. Sekarang setelah kami memiliki hubungan yang begitu dalam, aku bermaksud untuk bertanggung jawab melindungi mereka.


Bahkan kalo teman masa kecilnya adalah orang lain, aku tidak peduli. 


Kalo ada yang menyakiti wanitaku, aku tidak punya kewajiban untuk berbelas kasih.


"Ah, Akio-kun...♥"


Shiratori menekan wajahnya ke bahuku. 


Dia gemetar sejenak, seolah menahan sesuatu.


"Tidak ada wanita yang tidak merasakan apa-apa ketika seorang pria yang begitu kuat mengatakan akan 'melindunginya'."


Erika juga berbaring dan memeluk lenganku. 


Dia memelukku lebih erat dari yang aku duga, jadi aku menatapnya.


"Erika, kau juga. Kalo terjadi sesuatu padamu, beritahu aku. Kau juga wanitaku, mengerti?"


"~~~~~♥ Ya... Haha, kau sangat kuat."


Erika juga menekan wajahnya ke bahuku dan gemetar, seperti Shiratori. 


Aku hanya menikmati sentuhannya dalam diam.


"Mmm~. Aku sangat mencintaimu, Akio... mmm..."


"Himuro... Wah, kau sangat malas."


Aku merasa santai melihat Himuro tidur begitu nyenyak. 


Mungkin karena itu aku menerima hubungan ini dengan begitu mudah.


"Hei, Akio-kun."


"Ada apa, Shiratori?"


"...Jangan panggil aku Shiratori, panggil aku Himari."


Suaranya manis dan manja. Aku merasakan getaran di dadaku.


"Maksudku, kau memanggilku begitu saat kita berhubungan segs, kan? Dan Haaya-chan... Kalo kau bilang aku wanitamu, perlakukan aku seperti itu."

 

Aku malu mengingat apa yang terjadi selama berhubungan seks. 


Aku ingin menggaruk kepalaku, tapi kedua tanganku sedang sibuk.


"Haha. Sepertinya kau kalah, Akio-kun."


"Diam. Ini bukan soal menang atau kalah."


Wajahku memanas saat Erika mengolok-olokku. 


Siapa yang suka pria berpenampilan kasar yang merasa malu?


Bukan karena aku tiba-tiba malu memanggilnya dengan namanya setelah berhubungan segs selesai dan aku tenang. 


Hanya saja aku belum mengatasi kebiasaan lamaku. 


Pasti bukan karena aku malu dan tidak bisa memanggilnya dengan namanya.


"...Himari."


"~~~~~♥"


Hanya dengan menyebut namanya dengan suara pelan, Himari memasang ekspresi yang benar-benar santai.


Dia tidak bisa menahan senyumnya sebentar, tapi tiba-tiba ekspresinya menjadi serius.


"Akio-kun."


"Ada apa sekarang, Himari?"


"...Akio-kun."


"Himari? Apa maksudmu─────?"


"Akio-kun."


Himari terus memanggil namaku. 

Lalu aku menyadari apa yang diinginkannya.


"...Himari."


"Akio-kun♥"


"Himari♪"


"Akio-kuuun♥"


"Hahaha. Pasangan bodoh. Sungguh tontonan yang bagus."


Kami bersenang-senang hanya dengan saling memanggil nama. 


Meskipun Erika menertawakan kami, Himari dan aku melanjutkan permainan bodoh kami.


Obrolan tanpa arah, tanpa tujuan. 


Begitulah kami menghabiskan waktu yang bahagia dan menyenangkan.

Seolah menyadari itu, Himuro... Haaya, yang sedang tidur di atasku, perlahan bangkit.


Bahkan di apartemen yang gelap, tubuh indahnya yang telanjang tampak bersinar redup. 


Aku tidak pernah berpikir akan tiba hari di mana aku akan mencintai Haaya, ketika aku bereinkarnasi.


"Akio..."

 

"Haaya, apa aku membangunkanmu?"


Haaya tersenyum dengan wajah polos.


"Akio... 'barang'mu membesar♥"


"Ah, hei... kau..."


Haaya, yang masih setengah tidur, menindihku. 


Selain itu, seolah terkoordinasi, Himari dan Erika menahanku dari kedua sisi, jadi aku tidak bisa banyak melawan.


Sungguh, mereka wanita yang merepotkan... Malam manis kami akan berlanjut sedikit lagi.


★★★


Dalam mimpiku, aku bertemu dengan Akio Gouda.


Untuk sesaat, aku pikir itu adalah aku. 


Tubuhku sudah sangat terbiasa dengan tubuh Akio Gouda sehingga aku mengenalinya sebagai milikku.


"Sialan, kau melakukan apa pun yang kau inginkan dengan tubuhku."


Itu bukan suaraku. Meskipun itu suara yang sama, aku langsung tahu kalo itu milik Akio Gouda yang asli.


"Ada apa? Apa kau marah?"


"Omong kosong apa yang kaukatakan? Tentu saja aku marah."


Tentu saja. Pemilik asli tubuh itu telah muncul, dan aku tersenyum dengan tenang.


"Jadi, apa kau datang untuk mengambil kembali tubuhmu?"


Itu akan menjadi masalah besar. 


Aku memiliki misi untuk melindungi para wanita yang kutiduri.


Akio Gouda tidak menjawab pertanyaanku dan berteriak...


"Kau tidak berbeda dariku! Kau hanya tidur dengan mereka. Sebenarnya, kau menginginkan tubuh mereka, kan? Meskipun kau berpura-pura menjadi orang baik, suatu hari topengmu akan jatuh."


"Yah, aku bukan orang suci, kau tahu?"


"Apa?"


Aku tidak bisa menyangkal kalo aku menginginkan tubuh mereka.


Dengan wanita-wanita cantik yang begitu menarik mendekatiku, aku tidak bisa menahannya. 


Sekarang aku bisa dengan tulus menghormati para protagonis komedi romantis. 


Mereka adalah monster nalar.


Aku tidak bisa mengendalikan naluriku, bukan karena tubuh ini adalah milik Akio Gouda. 


Bahkan kalo itu adalah tubuh asliku, aku tidak akan bisa menolaknya.

 

Mereka adalah para heroin yang begitu menarik. 


Sekarang kami terhubung, aku ingin melindungi mereka dan melihat mereka tersenyum.


"Kau tahu? Ini adalah dunia manga bokep."


"Eh? Omong kosong apa yang kau katakan?"


"Para wanita cantik yang aku bawa ke tempat tidur, semuanya, seharusnya kau jadikan milikmu. Kau akan melakukan hal-hal itu dan hal-hal lain kepada mereka secara paksa, sampai pada titik di mana mereka tidak bisa hidup tanpa komtol Akio Gouda."


Sekarang aku tahu kalo ini adalah mimpi, aku akan mengatakan semua yang ingin kukatakan.


Mereka seharusnya menjadi wanitaku. Aku mengharapkan reaksi penyesalan saat mendengar itu.


"... Begitu."


Meskipun begitu, reaksi Akio Gouda lemah.


"Ada apa? Kau tidak kesal? Kau tidak ingin mengusirku?"


"Jangan jadi idiot. Jangan tunjukkan kekhawatiranmu padaku."


"... Eh?"


Eh? Aku tidak mengerti apa yang dia katakan.


Aku tidak punya alasan untuk mengkhawatirkan Akio Gouda. 


Dia adalah penjahat yang tercela. Aku sama sekali tidak keberatan telah mengambil tubuh dan wanitanya.


"Tidak ada gunanya mengambil mereka secara paksa dan mengatakan kalo mereka milikku. Tapi aku rasa itu satu-satunya cara yang bisa aku lakukan. Begitulah aku sejak awal."


Ekspresi ganasnya tidak berubah. 


Tapi sepertinya dia telah kehilangan ketajamannya.


"Kau adalah aku. Jadi kau mengerti. Kau pikir, kalo kau membuatku marah, aku bisa mengembalikan kendali tubuh padamu, bukan?"


".........."


"Sama seperti aku memahamimu, kau memahami perasaanku, bukan?... Jangan khawatirkan aku."


...Aku tidak ingat pernah menunjukkan kekhawatiran pada Akio Gouda.


Tapi, kalo aku jujur, aku tidak bisa menyangkal kalo aku terpengaruh oleh perasaan-perasaan yang tidak pernah ditunjukkan dalam cerita aslinya.


Akio Gouda diremehkan oleh orang tuanya sejak kecil, dan dia juga tidak memiliki sekutu di sekitarnya. Sejak dia masih kecil, dia hidup dalam situasi itu, tanpa diberi cinta yang layak.


Mungkin dia tidur dengan begitu banyak wanita karena dia mencari cinta. 


Meskipun tidak ada keraguan kalo dia memprioritaskan kesenangan, jauh di lubuk hatinya dia ingin diinginkan. 


Itulah kenapa dia membuat mereka kecanduan kesenangan, sehingga mereka akan mencarinya.

 

Aku tidak tahu kenapa dia beralih ke mencuri pasangan, karena plot aslinya berubah. 


Tapi aku hanya berpikir kalo ingatan dan emosi Akio Gouda yang mengalir ke arahku bisa menjadi jawabannya.


"Apa ini tidak apa-apa? Apa kau tidak akan mengakui perasaanmu...?"


"Jangan membuatku mengatakan lebih banyak. Jangan khawatirkan aku. Kalo kau mengatakan sesuatu yang lain, aku akan menendang pantatmu."


"Hanya menendang pantatku? Itu sangat lunak."


Akio Gouda memiliki seorang gadis yang dia sukai.


Fakta yang tidak disebutkan dalam manga. 


Itu adalah perasaan murninya, yang hanya aku, yang menjadi Akio Gouda, yang tahu.


... Lalu kenapa ada plot itu di manga?! 


Aku ingin menunjukkannya dengan keras, tapi kurasa itulah jenis perilaku gila yang dimiliki karakter manga erotis. Aku tidak tahu.


"Kalo itu yang kau inginkan, aku tidak akan mengatakan apa-apa lagi. Aku akan melakukan apa pun yang aku inginkan... Kalo kau menyesal tidak memintaku untuk menggantikanmu dengan berlutut saat ini, itu akan terlambat."


"Ha."


Dia mengejekku. Itu sangat menggangguku.


"Yah, pengalaman menjadi seorang kang NTR, hanya bisa kau dapatkan sekarang. Jadi kau juga, berusahalah agar kau tidak berhenti dicintai."


Sepertinya di Akio Gouda, minat pada NTR sedang terbangun. ... 


Tapi aku adalah orang yang mencuri gadis, apa tidak apa-apa?


"Kalo kau mengatakan tidak apa-apa, aku tidak akan khawatir. Aku akan berusaha semaksimal mungkin."


Saat aku mengatakan itu, aku merasa kesadaranku terangkat.


Sepertinya sudah waktunya untuk bangun. 


Aku menatap Akio Gouda untuk terakhir kalinya dan membuat janji padanya.


"Aku tidak akan memberi tahu siapa pun siapa yang kau sukai. Jadi beristirahatlah dengan tenang."


"Aku belum mati! ...Kalo kau mengatakannya, aku akan menendang pantatmu."


Kami memiliki janji sebagai teman laki-laki, dan kami berpisah.


Dan begitulah, aku kembali ke kenyataan.


Selanjutnya

Posting Komentar

نموذج الاتصال